Anda di halaman 1dari 2

Suasana Baru, Amanah Baru, Tantangan Baru

Kurang dari satu bulan, tepatnya dua puluh lima hari lagi, saya memasuki tahun kedua saya
menjabat sebagai kepala unit. Masih teringat jelas di benak saya, momen-momen saat
pertama kali promosi sekaligus mutasi di kantor perwakilan baru. Hati dan pikiran penuh
dengan rasa was-was dan ragu-ragu, apakah bisa diri ini mampu mengemban amanah dan
tugas baru. Bank Indonesia, sebagai institusi sebenarnya sudah mempersiapkan saya
melalui program SESMUBI selama tiga bulan lebih. Namun, tetap saja, terasa masih ada
yang kurang. Maklum, ini adalah untuk pertama kalinya bagi saya berada di posisi
managerial secara struktural.

Sadar akan keilmuan dan kemampuan diri yang masih sangat kurang, saya mulai berbenah
diri dengan menambah khasanah keilmuan tentang manajerial dan leadership. Salah satu
media favorit saya dalam pembelajaran leadership adalah dengan mengikuti “Kajian
Leadership” program BI Religi islam secara daring karena tema materi yang disampaikan
sesuai dengan kondisi terkini dengan pemateri yang ahli di bidangnya. Banyak sekali ilmu
yang saya peroleh dari kajian tersebut. Ada ilmu keteladanan, leadership, serta manajerial
ala baginda Rosulullah SAW, nabi Ibrahim, serta orang-orang saleh lainnya.

Salah satunya nasihat yang sangat membekas di ingatan saya adalah pentingnya kita
berkata baik dan menyampaikannya secara baik pula. Menurut Dr. M. Syafi’i Antonio,
keajaiban akan terjadi ketika kita mengatakan kebaikan dan kebenaran dengan cara yang
baik. Ketika kita mengatakan yang baik, feedback-nya akan baik juga, memberikan efek
yang baik dan gelombang yang baik kepada dunia[1]. Ketika kebaikan disampaikan dengan
cara yang baik, maka penerimaannya pun akan baik. Sebaliknya, apabila kebaikan
disampaikan dengan cara yang tidak baik, maka penerimaannya akan kurang baik. Inilah
nilai yang senantiasa berusaha saya terapkan, khususnya dalam setiap momen diskusi
maupun evaluasi kinerja. Berusaha untuk selalu sabar, tenang dalam berkata-kata, dan
memilah kata-kata, dan tidak larut dalam emosi, sebagaimana petuah dari anonim:

“Berhati-hatilah dengan perkataan dan perbuatan. Jika sudah melukai hati seseorang,
bagaikan sebuah paku yang menancap pada kayu. Walaupun sudah dicabut, tetap
menimbulkan bekas”

Suatu ketika saat bersilaturahmi ke rumah mertua, saya menemukan buku kecil dan mungil,
berjudul “Buku Saku Manajer, Petunjuk Praktis bagi Manajer & Supervisor dalam
Menjalankan Fungsi Manajemen” karya Armala. Buku yang sangat ringkas, namun padat
berisi. Saya langsung meminjam buku tersebut. Sampai saat ini, buku tersebut masih belum
saya kembalikan. Saya selalu merekomendasikan buku tersebut ketika ada kolega atau
teman baru menjadi manajer.

...
Selama perjalanan menuju dua tahun saya sebagai seorang manajer dan kepala unit di
kantor perwakilan kelas D, ada banyak hal baru serta tantangan yang saya hadapi. Dengan
jumlah pegawai yang “cukup”, jenjang birokrasi organisasi yang tidak terlalu panjang, serta
amanah tugas yang beragam, tidak boleh menjadikan kita patah arang dalam mencapai
tujuan. Sebagai seorang muslim, kita harus selalu mencari dan mengambil hikmah di setiap
kejadian. Salah satu hikmahnya adalah dengan kondisi saat ini, saya mendapatkan
priviledge untuk berkreasi dan mengekspresikan diri dalam tim. Saya dapat berkomunikasi
secara langsung, melaporkan tugas dan kerjaan kepada pimpinan tertinggi. Saya tidak
hanya diberi kesempatan mengambil keputusan teknis, namun juga keputusan strategis.
Selain itu, saya juga diberi kewenangan untuk membentuk pola kerja tim, yang egaliter,
fokus pada solusi, dan menghargai ide/ pendapat orang, melalui pola komunikasi dua arah
dan diskusi yang sehat. Beberapa priviledge yang mungkin jarang diperoleh di kantor
perwakilan lain.

Tidaklah mudah dalam mengemban amanah, namun kita tidak boleh putus berusaha. Kita
harus tetap berikhtiar semaksimal mungkin, karena tugas manusia adalah berusaha/ ikhtiar
semaksimal mungkin setelah itu tawakkal[2]. Yakinlah bahwa Allah SWT akan selalu
membantu hamba-Nya yang senantiasa berusaha menjaga amanah[3]. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 185 dan surat Al Insyirah ayat 5-6
yang artinya:

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS.
Al-Baqarah: 185),

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah


kesulitan itu ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah: 5-6).

[1] KAJIAN LEADERSHIP, Dr. M. Syafi'i Antonio, M.Ec: "Honesty & The Power of Telling The
Truth". 22 Desember 2020.
[2] KAJIAN BA'DA DZUHUR, Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail, MA: "Perilaku-Perilaku
Kepemimpinan yang Menjadi Teladan dalam Peristiwa Sa'i". 30 Juni 2022.
[3] KAJIAN LEADERSHIP, Ustadz Subki Al-Bughury: "Amanah Besar di Tangan Orang yang
Benar". 15 Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai