Anda di halaman 1dari 6

TRAINING HANDOUT

“BASIC COUNSELING FOR LEADERS”

TUJUAN TRAINING (THE WHY)

1. Memberikan penjelasan mengenai proses konseling dan tahapan dalam


melaksanakannya.
2. Memperlengkapi para Leader (HDF/DF/DL) dengan cara-cara praktis untuk
menindaklanjuti praktek 5F (Face, Facts, Feelings, Fears, dan Faith) yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3. Memampukan para Leader untuk merespon baik ketika orang-orang yang dipimpinnya
datang dengan berbagai permasalahannya.
4. Memperjelas peran Leader, yaitu sebagai sebagai fasilitator yang dapat membuat orang-
orang yang dilayaninya mengerti jalan masuk terhadap permasalahan, menyadari
mengapa mereka mengalaminya, merasa nyaman karena ada Leader sebagai teman
seperjalanan yang akan membantu mereka menemukan jalan keluar di dalam Tuhan.

PENGANTAR (THE WHAT)

Konseling dapat dimaknai sebagai relasi percakapan yang dibangun antara Konselor (dalam hal
ini Leader) dengan Konseli (dalam hal ini Date Member, atau siapapun yang saudara sedang
layani) dengan menciptakan rasa percaya dan rasa aman, sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan dalam diri Konseli. Melalui percakapan ini, Leader memberikan kesempatan kepada
Konseli untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menyadari apa sebenarnya yang terjadi dengan
dirinya. Untuk kemudian menjelaskan bagaimana cara hidup yang lebih baik dan cerdas dalam
menghadapi sesuatu.

Leader harus menyadari jika Konseling bukan proses yang bertujuan untuk memberikan solusi
(menjadi Problem Solver) terhadap masalah yang dialami Konseli. Proses ini ditujukan untuk
membantu supaya mereka dapat berfungsi kembali, mengalami perubahan perilaku (behaviour)
dan pertumbuhan yang baik (spiritual and emotional). Jadi sekali lagi, fokus Leader bukanlah
pada “masalah”nya, melainkan pada orangnya, yang sedang mengalami permasalahan.

Terkait dengan masalah yang dialami Konseli, setiap Leader harus percaya jika Tuhan telah
menaruh potensi dan kemampuan terhadap masing-masing pribadi untuk menyelesaikan
masalah mereka. Seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 10:13 :

"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak


melebihi kekuatan manusia. Sebab Tuhan setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu
dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan
ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

JPCC Counseling Ministry | Basic Counseling for Leaders 1 of 6


Salah satu tugas Leader adalah menjadi pendamping bagi mereka yang dipimpin dan dilayani
untuk mampu melewati masalah. Yesus menyampaikannya dalam Amanat Agung di Matius
28:19-20.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Melalui ayat ini, Yesus menyampaikan bahwa seorang Leader memiliki berbagai tugas/fungsi,
yang mencakup fungsi seperti pemberitaan Injil, fungsi pengajaran, dan salah satu fungsi lainnya
dalam memuridkan adalah pendampingan (yang dapat dilakukan melalui proses konseling).
Dalam menjalankan tugas ini, Dia berjanji bahwa penyertaan Tuhan melalui Roh Kudus akan
selalu ada.

EMPAT TAHAP KONSELING (THE HOW)

Untuk menjalankan fungsi pendampingan sebagai Konselor yang baik, seorang Leader perlu
melakukan 4 Tahap Konseling sebagai berikut :

1. VALIDATING

Validating adalah proses menerima dan memahami permasalahan yang dihadapi seseorang
dengan tidak menganggap remeh kondisi (pikiran dan perasaan) mereka.

Tujuan yang diharapkan adalah meraih kepercayaan Konseli yang sedang bermasalah (gain
trust).

Dalam tahap ini dibutuhkan Skill Attending (keterampilan untuk memusatkan perhatian sehingga
Konseli merasa dihargai dan diperhatikan). Tiga menit pertama adalah saat terpenting untuk
meraih trust, karena Konseli akan menilai apakah keputusan mereka untuk menceritakan
masalah pribadi kepada Leader adalah keputusan yang tepat atau tidak. Disini people skill
seorang pemimpin dibutuhkan.

Tips/langkah yang bisa dilakukan pada tahapan ini:

• Menghargai dan berterimakasih atas keputusan Konseli untuk mencari bantuan atas
permasalahannya (reaching out for help).
• Membuat Konseli merasa dihargai, diterima dan nyaman dengan bersikap hangat,
perhatian, tulus dan hormat.
• Tidak mendominasi pembicaraan, sebaiknya selalu memberikan respon minimal (seperti
mengangguk).
• Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan atau memotong pembicaraan Konseli
• Berbicaralah dengan nada yang rendah dan pelan

JPCC Counseling Ministry | Basic Counseling for Leaders 2 of 6


• Jangan menghakimi dan jangan mengkritik (listen without judging and do not be critical).
Ingat: We are called to help not to judge.
• Dengarkan dengan penuh perhatian, konsentrasi sepenuhnya, dan lakukan observasi. Di
saat ini Leader perlu mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai diri Konseli
• Perhatikan body language, yaitu : cara duduk, eye contact, tangan tidak dilipat, no pointing
finger, no multitasking (sibuk dengan gadget dll). Tunjukkan kalau saat ini kita fokus dan
memandang penting apa yang hendak disampaikannya.

2. EMPHATIZING

Emphatizing adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Tujuan yang diharapkan
adalah menunjukkan empati kepada orang yang dilayani.

Tips/langkah yang bisa dilakukan pada tahapan ini:

• Mencoba memahami perasaan orang yang kita layani sepenuhnya


• Melakukan afirmasi dan konfirmasi atas perasaan-perasaan Konseli, contohnya seperti
kalimat berikut:

“I’m really sorry to hear this.”

“I’m sorry you have to go through this…

“Pasti berat ya…

• Tidak memberikan nasihat atau ayat Firman Tuhan secara langsung di awal (sekalipun
maksudnya baik). Leader perlu menyadari bahwa kebanyakan Konseli ketika bermasalah,
tidak mengharapkan hal ini. Karenanya hindari contoh penggunaan kalimat berikut ini:

"Kamu harus bisa atasi emosi kamu"

"Saya percaya kamu sanggup mengatasi masalah ini"

"Gak usah diambil pusing"

“Kamu jangan jadi "baper"-an"

"Harusnya kamu bisa lakukan A, B, C

"Dulu saya pernah alami hal yang sama"

"Gak usah takut...."

"Jangan nangis, masak anak Tuhan cengeng"

"Kamu harus tegar dan kuat"

"Ingat gak kotbah kemarin"

JPCC Counseling Ministry | Basic Counseling for Leaders 3 of 6


• Leader dapat menunjukkan ekspresi empati dengan memegang tangan, bahu, atau
merangkul Konseli saat ia menangis. Namun perlu diperhatikan agar tidak melakukan
tindakan ini jika Leader / Konseli tidak merasa nyaman atau belum memiliki relasi yang
dekat.
• Emphatizing ini adalah bagian terpenting dalam konseling, jadi jangan terburu-buru
masuk ke tahapan berikutnya.
• Tahap ini disebut sebagai tahapan penting karena Konseli yang sedang dilayani memiliki
kesempatan untuk melampiaskan emosinya (disebut sebagai katarsis) dalam bentuk
tangisan atau kemarahan. Jadi, sediakan waktu yang cukup bagi mereka untuk
mengekspresikan emosi, jangan disuruh berhenti, karena saat ini proses pemulihan justru
sedang berlangsung.
• Proses menumpahkan (meluapkan) emosi ini akan membawa kelegaan dalam diri
Konseli, karena bisa jadi ia merasa selama ini semua beban berat dipikulnya seorang diri.
Hingga akhirnya kini ia menemukan Leader yang dapat memahami dan mengerti
perasaannya.
• Pada beberapa kasus, Konseli yang mencapai tahapan ini sudah lega dan kesadarannya
(awareness) pulih, sehingga merasa tidak perlu dilakukan lagi konseling. Namun pada
kasus dengan masalah yang terlalu berat untuk dihadapi, seringkali dibutuhkan beberapa
kali Konseli masuk dalam tahap Emphatizing ini.
• Perlu diingat juga tidak semua orang nyaman dalam mengekspresikan emosinya
(khususnya bagi pria), Leader perlu melakukan observasi, biasanya akan terlihat ekspresi
kelegaan di sisi mereka saat beban emosinya lepas. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengkonfirmasi kepada Konseli yang dilayani dengan pertanyaan : "bagaimana perasaan
kamu sekarang?"

3. NORMALIZING

Normalizing adalah proses menormalisasi berbagai emosi negatif (marah, sedih, kecewa) yang
dirasakan oleh Konseli karena permasalahannya. Melalui tahap ini, diharapkan Leader membuat
mereka merasa bahwa apa yang dirasakan adalah sesuatu yang normal. Hal ini diperlukan sekali,
khususnya bagi mereka yang mempunyai pengalaman hidup terbatas.

Dalam perannya sebagai Konselor, maka Leader dapat membuat Konseli merasa bahwa apa
yang dirasakan adalah sesuatu yang normal dengan menyatakan "It’s OK not to be OK." Atau
"It’s ok to feel angry”.

Lewat proses menormalisasi perasaan Konseli maka emosi mereka akan segera turun tanpa
mereka harus melakukan pembenaran (justification).

JPCC Counseling Ministry | Basic Counseling for Leaders 4 of 6


4. FACILITATING

Dalam tahapan ini, fungsi Leader bukan seperti guru yang mengajar dan memberikan jawaban
kepada muridnya, tapi lebih sebagai pendamping yang berbagi pemikiran dan secara aktif, serta
menemani mereka melalui permasalahan yang sedang dihadapi. Tujuan dari tahapan ini adalah
terbentuknya Belief System dan Attitude Change

Hal penting dalam tahap Facilitate agar terjadi Belief System dan Attitude Change adalah:

• Minta ijin terlebih dahulu apakah mereka yang mengalami masalah berkenan untuk
dibantu. Katakan bahwa sebagai Leader, anda peduli dan siap membantu mereka.
• Perlu disadari sepenuhnya jika sebagai Leader, anda tidak membantu atau mengajar
Konseli menyelesaikan masalah, tapi membantu mereka supaya dapat berfungsi kembali.
• Hindari pemakaian kata-kata berikut:

“Menurut saya kamu harus…..,"

“Sebaiknya kamu…..,”

“Jangan lakukan ini….,”

• Sekalipun anda seorang Leader, anda bukanlah si Pembuat Keputusan. Pakailah kalimat
berupa saran seperti:

“Bagaimana menurut kamu jika …”

• Pertimbangkan juga untuk menyampaikan kepada Konseli agar mereka mencoba fokus
ke hal positif lain yang patut disyukuri, serta agar mereka mencoba memberikan perhatian
kepada orang lain dengan berbagi kasih dan menghibur (sekalipun saat ini sedang berada
di masa sulit) – sehingga mereka justru mendapatkan perspektif baru dan penghiburan
dari tindakan tersebut.

• Selain itu Leader perlu mengasah kemampuan untuk menunjukkan, dan mengajak
Konseli menguji keyakinan pribadinya, yang justru dapat menghancurkan diri mereka
sendiri (irrational belief) – dengan cara bertanya apakah keyakinannya tersebut logis,
masuk akal, dan sesuai dengan realita/fakta, serta konsekuensi apa saja yang timbul jika
keyakinan tersebut tetap dipertahankan.

• Secara terbuka, Leader perlu membicarakan hal-hal seperti : apa yang Konseli lakukan,
problem apa yang ditimbulkannya (berdasarkan cerita mereka sebelumnya) dan
bagaimana rencana mereka untuk mengatasi hal itu.

Akhirnya, lebih dari sekedar penguasaan teknik ataupun pengetahuan, berdoalah. Libatkan Roh
Kudus bekerja bahkan dimulai dari saat Saudara mempersiapkan diri, biarkan Tuhan yang
memberikan saudara kepekaan untuk mengerti, menuntun Anda dengan hikmatNya, serta hati

JPCC Counseling Ministry | Basic Counseling for Leaders 5 of 6


yang penuh dengan kasih sebagai landasan Anda melayani mereka, sama seperti Tuhan yang
terlebih dahulu menunjukkannya bagi kita.

Teruslah ciptakan suasana yang nyaman selama proses Konseling, sehingga mereka merasa
aman untuk datang dan terbuka kepada Saudara, sehingga Tuhan dapat memakai proses ini
menjadi jalan untuk mereka mengalami pemulihan hidup mereka.

Selamat melayani dan Tuhan memberkati Saudara!

JPCC Counseling Ministry | Basic Counseling for Leaders 6 of 6

Anda mungkin juga menyukai