Handout - Basic Counseling For Leaders
Handout - Basic Counseling For Leaders
Konseling dapat dimaknai sebagai relasi percakapan yang dibangun antara Konselor (dalam hal
ini Leader) dengan Konseli (dalam hal ini Date Member, atau siapapun yang saudara sedang
layani) dengan menciptakan rasa percaya dan rasa aman, sehingga memungkinkan terjadinya
perubahan dalam diri Konseli. Melalui percakapan ini, Leader memberikan kesempatan kepada
Konseli untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menyadari apa sebenarnya yang terjadi dengan
dirinya. Untuk kemudian menjelaskan bagaimana cara hidup yang lebih baik dan cerdas dalam
menghadapi sesuatu.
Leader harus menyadari jika Konseling bukan proses yang bertujuan untuk memberikan solusi
(menjadi Problem Solver) terhadap masalah yang dialami Konseli. Proses ini ditujukan untuk
membantu supaya mereka dapat berfungsi kembali, mengalami perubahan perilaku (behaviour)
dan pertumbuhan yang baik (spiritual and emotional). Jadi sekali lagi, fokus Leader bukanlah
pada “masalah”nya, melainkan pada orangnya, yang sedang mengalami permasalahan.
Terkait dengan masalah yang dialami Konseli, setiap Leader harus percaya jika Tuhan telah
menaruh potensi dan kemampuan terhadap masing-masing pribadi untuk menyelesaikan
masalah mereka. Seperti yang tertulis dalam 1 Korintus 10:13 :
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa
dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang Kuperintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Melalui ayat ini, Yesus menyampaikan bahwa seorang Leader memiliki berbagai tugas/fungsi,
yang mencakup fungsi seperti pemberitaan Injil, fungsi pengajaran, dan salah satu fungsi lainnya
dalam memuridkan adalah pendampingan (yang dapat dilakukan melalui proses konseling).
Dalam menjalankan tugas ini, Dia berjanji bahwa penyertaan Tuhan melalui Roh Kudus akan
selalu ada.
Untuk menjalankan fungsi pendampingan sebagai Konselor yang baik, seorang Leader perlu
melakukan 4 Tahap Konseling sebagai berikut :
1. VALIDATING
Validating adalah proses menerima dan memahami permasalahan yang dihadapi seseorang
dengan tidak menganggap remeh kondisi (pikiran dan perasaan) mereka.
Tujuan yang diharapkan adalah meraih kepercayaan Konseli yang sedang bermasalah (gain
trust).
Dalam tahap ini dibutuhkan Skill Attending (keterampilan untuk memusatkan perhatian sehingga
Konseli merasa dihargai dan diperhatikan). Tiga menit pertama adalah saat terpenting untuk
meraih trust, karena Konseli akan menilai apakah keputusan mereka untuk menceritakan
masalah pribadi kepada Leader adalah keputusan yang tepat atau tidak. Disini people skill
seorang pemimpin dibutuhkan.
• Menghargai dan berterimakasih atas keputusan Konseli untuk mencari bantuan atas
permasalahannya (reaching out for help).
• Membuat Konseli merasa dihargai, diterima dan nyaman dengan bersikap hangat,
perhatian, tulus dan hormat.
• Tidak mendominasi pembicaraan, sebaiknya selalu memberikan respon minimal (seperti
mengangguk).
• Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan atau memotong pembicaraan Konseli
• Berbicaralah dengan nada yang rendah dan pelan
2. EMPHATIZING
Emphatizing adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Tujuan yang diharapkan
adalah menunjukkan empati kepada orang yang dilayani.
• Tidak memberikan nasihat atau ayat Firman Tuhan secara langsung di awal (sekalipun
maksudnya baik). Leader perlu menyadari bahwa kebanyakan Konseli ketika bermasalah,
tidak mengharapkan hal ini. Karenanya hindari contoh penggunaan kalimat berikut ini:
3. NORMALIZING
Normalizing adalah proses menormalisasi berbagai emosi negatif (marah, sedih, kecewa) yang
dirasakan oleh Konseli karena permasalahannya. Melalui tahap ini, diharapkan Leader membuat
mereka merasa bahwa apa yang dirasakan adalah sesuatu yang normal. Hal ini diperlukan sekali,
khususnya bagi mereka yang mempunyai pengalaman hidup terbatas.
Dalam perannya sebagai Konselor, maka Leader dapat membuat Konseli merasa bahwa apa
yang dirasakan adalah sesuatu yang normal dengan menyatakan "It’s OK not to be OK." Atau
"It’s ok to feel angry”.
Lewat proses menormalisasi perasaan Konseli maka emosi mereka akan segera turun tanpa
mereka harus melakukan pembenaran (justification).
Dalam tahapan ini, fungsi Leader bukan seperti guru yang mengajar dan memberikan jawaban
kepada muridnya, tapi lebih sebagai pendamping yang berbagi pemikiran dan secara aktif, serta
menemani mereka melalui permasalahan yang sedang dihadapi. Tujuan dari tahapan ini adalah
terbentuknya Belief System dan Attitude Change
Hal penting dalam tahap Facilitate agar terjadi Belief System dan Attitude Change adalah:
• Minta ijin terlebih dahulu apakah mereka yang mengalami masalah berkenan untuk
dibantu. Katakan bahwa sebagai Leader, anda peduli dan siap membantu mereka.
• Perlu disadari sepenuhnya jika sebagai Leader, anda tidak membantu atau mengajar
Konseli menyelesaikan masalah, tapi membantu mereka supaya dapat berfungsi kembali.
• Hindari pemakaian kata-kata berikut:
“Sebaiknya kamu…..,”
• Sekalipun anda seorang Leader, anda bukanlah si Pembuat Keputusan. Pakailah kalimat
berupa saran seperti:
• Pertimbangkan juga untuk menyampaikan kepada Konseli agar mereka mencoba fokus
ke hal positif lain yang patut disyukuri, serta agar mereka mencoba memberikan perhatian
kepada orang lain dengan berbagi kasih dan menghibur (sekalipun saat ini sedang berada
di masa sulit) – sehingga mereka justru mendapatkan perspektif baru dan penghiburan
dari tindakan tersebut.
• Selain itu Leader perlu mengasah kemampuan untuk menunjukkan, dan mengajak
Konseli menguji keyakinan pribadinya, yang justru dapat menghancurkan diri mereka
sendiri (irrational belief) – dengan cara bertanya apakah keyakinannya tersebut logis,
masuk akal, dan sesuai dengan realita/fakta, serta konsekuensi apa saja yang timbul jika
keyakinan tersebut tetap dipertahankan.
• Secara terbuka, Leader perlu membicarakan hal-hal seperti : apa yang Konseli lakukan,
problem apa yang ditimbulkannya (berdasarkan cerita mereka sebelumnya) dan
bagaimana rencana mereka untuk mengatasi hal itu.
Akhirnya, lebih dari sekedar penguasaan teknik ataupun pengetahuan, berdoalah. Libatkan Roh
Kudus bekerja bahkan dimulai dari saat Saudara mempersiapkan diri, biarkan Tuhan yang
memberikan saudara kepekaan untuk mengerti, menuntun Anda dengan hikmatNya, serta hati
Teruslah ciptakan suasana yang nyaman selama proses Konseling, sehingga mereka merasa
aman untuk datang dan terbuka kepada Saudara, sehingga Tuhan dapat memakai proses ini
menjadi jalan untuk mereka mengalami pemulihan hidup mereka.