KLP 5 - Askep Infark Miokard Akut
KLP 5 - Askep Infark Miokard Akut
Disusun oleh:
KEPERAWATAN SEMESTER VI
KELOMPOK 5
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
bertajuk “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INFARTK
MIOKARD AKUT (IMA)”. Tidak luput penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
aspirasinya baik berupa materi ataupun asumsi-asumsi lainnya. Harapan dari
penulis semoga makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik maupun saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Masalah 2
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Definisi Infark Miokard Akut 4
2.2 Insiden Infark Miokard Akut 5
2.3 Epidemiologi Infark Miokard Akut 6
2.4 Penyebab atau Etiologi Infark Miokard Akut 6
2.5 Patofisiologi Infark Miokard Akut 7
2.6 Gejala Klinis Infark Miokard Akut 9
2.7 Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut 9
2.8 Patway atau WOC Infark Miokard Akut 11
2.9 Pemeriksaan Fisik Infark Miokard Akut 12
2.10 Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik Infark Miokard Akut 13
2.11 Diagnosis Infark Miokard Akut 14
2.12 Terapi Medis Infark Miokard Akut 15
2.13 Komplikasi Infark Miokard Akut 20
2.14 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut 20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 43
BAB IV PENUTUP 67
4.1 Kesimpulan 67
4.2 Saran 68
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
di sekitar leher. Pasien diberikan oksigen, jalur intravena (IV) dipasang, dan
pasien disambungkan dengan monitor jantung (Black & Hawks, 2014).
Peran keluarga disini juga sangat dibutuhkan guna memberikan dukungan
fisiologis maupun psikologis kepada pasien. Peran keluarga sebagai motivator,
edukator, dan perawat keluarga sangat diperlukan pasien untuk mengurangi
tingkat kesakitan pasien. Semakin baik peran yang dimainkan oleh keluarga
dalam pelaksanaan program rehabilitasi medik pasien pasca serangan IMA,
maka semakin baik pula hasil yang akan dicapai.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Definisi Infark Miokard Akut?
1.2.2 Bagaimana Insiden Infark Miokard Akut?
1.2.3 Apa saja Epidemiologi Infark Miokard Akut?
1.2.4 Apa saja Penyebab atau Etiologi Infark Miokard Akut?
1.2.5 Apa saja Patofisiologi Infark Miokard Akut?
1.2.6 Apa saja Gejala Klinis Infark Miokard Akut?
1.2.7 Bagaimana Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut?
1.2.8 Apa saja Pathway atau WOC Infark Miokard Akut?
1.2.9 Apa saja Pemeriksaan Fisik Infark Miokard Akut?
1.2.10 Apa saja Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik Fisik Infark Miokard
Akut?
1.2.11 Bagaiman Diagnosis Infark Miokard Akut?
1.2.12 Bagaiman Terapi Medis Infark Miokard Akut?
1.2.13 Apa saja Komplikasi Infark Miokard Akut?
1.2.14 Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Adapun tujuan umum dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
membantu mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Infartk Miokard Akut (Ima).
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk Mengetahui Definisi Infark Miokard Akut
1.3.2.2 Untuk Mengetahui Insiden Infark Miokard Akut
3
4
5
pada minggu keenam jaringan parut akan jelas terbentuk. Infark miokard akan
mengurangi fungsi ventrikel karena otot nekrosis kehilangan daya
kontraksinya, sedangkan otot yang iskemik di sekitarnya juga akan mengalami
gangguan kekuatan kontraksi.
2.6 Gejala Klinis Infark Miokard Akut (IMA)
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,
tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan
yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien
sebelumnya pernah mendapat serangan angina, maka ia tahu bahwa sesuatu
yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga,
kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu
pasien dalam keadaan istirahat, sering pada jam - jam awal dipagi hari (T.
Bahri, 2004). IMA yang asimtomatik belum tentu lebih ringan dari IMA yang
menunjukkan gejala. Terdapat beberapa gejala khas dari IMA, yaitu:
a. Nyeri dada digambarkan sebagai sensasi tekanan pada bagian tengah dada.
b. Nyeri dada menjalar ke rahang atau gigi, bahu, lengan, dan / atau
punggung.
c. Sesak nafas.
d. Ketidaknyamanan epigastrium dengan atau tanpa mual dan muntah.
e. Berkeringat.
f. Syncope.
g. Penurunan fungsi kognitif tanpa penyebab yang lain. Infark miokard dapat
terjadi setiap saat, namun paling sering timbul pada dini hari atau setelah
melakukan kegiatan fisik berat, atau keduanya. Sekitar 50% pasien
mengalami gejala peringatan (angina pektoris atau angina ekuivalen)
sebelum infark (Bolooki et al, 2010).
2.7 Manifestasi Klinis Infark Miokard Akut (IMA)
Tanda serta gejala yang berasal dari Infark Miokard Akut pada setiap
penderitanya tidak sama, secara luas banyak kejadian serangan jantung yang
timbulnya lambat dengan tanda dan gejala seperti nyeri ringan dan perasaan
tidak nyaman, bahkan untuk Sebagian orang yang yang mengalami IMA tidak
10
menimbulkan gejala sama sekali atau biasa dikenal dengan Silent Heart
Attack. Namun secara umum, IMA ditandai dengan beberapa hal, seperti:
a. Nyeri dada yang tidak terduga dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawah tulang dada dan perut bagian atas, ini adalah efek samping
utama yang biasanya sering muncul, nyeri yang dirasakan umumnya akan
lebih sering muncul dan berat tidak bisa ditaha, perasaan nyeri yang berat
dan tajam, dapat menjalar ke bahu dan lengan bagian kiri seperti angina,
tekanan nyeri yang terjadi tiba-tiba atau spontan (tidak setelah bekerja
berat atau adanya pengaruh gangguan emosi) dan berlangsung selama
beberapa jam hingga beberapa hari juga tidak akan menghilang bahkan
seklipun dengan istirahat ataupun adanya pemberian nitrogliserin.
(Brunner, Suddarth dalam Wijaya, Putri, 2013).
b. Tekanan nyeri yang juga disertai dengan adanya sesak nafas dan nafas
pendek, pucat, timbulnya keringat dingin, mual, serta muntah. (Brunner,
Suddarth dalam Wijaya, Putri, 2013).
11
Intoleransi
Aktifitas Resiko Penurunan
Nyeri Akut
Curah Jantung
Kegagalan pompa
jantung
Kurang
Gagal jantung pengetahuan
c. Terapi Antitrombotik
Terapi antitrombotik, selain aspirin, merupakan tata laksana
adjunctive untuk pasien IMA. Terapi antitrombotik terdiri dari
antiplatelet oral atau intravena, juga dapat diberikan antikoagulan
intravena, misalnya sebagai berikut :
a) Antiplatelet
Terapi antiplatelet adjunctive, selain aspirin, dapat diberikan
secara oral maupun intravena. Sebagai terapi rumatan pada pasien
IMA, antiplatelet oral biasa digunakan dalam dual antiplatelet
therapy (DAPT) atau kombinasi dua antiplatelet, yaitu aspirin dalam
dosis 81 mg (rentang 75 sampai 100 mg) dan P2Y12 receptor
inhibitor (clopidogrel, ticagrelor, atau prasugrel).
Terapi antiplatelet oral dapat dipilih antara obat berikut:
1) Clopidogrel loading dose 300–600 mg, diikuti dosis rumatan 75
mg per 24 jam.
2) Ticagrelor loading dose 180 mg, diikuti dosis rumatan 90 mg per
12 jam.
3) Prasugrel loading dose sebelum PCI 60 mg, diikuti dosis rumatan
10 mg per 24 jam.
Terapi antiplatelet intravena dapat antara obat berikut:
1) Abciximab dosis 0,25 mg/kgBB bolus, diikuti rumatan infus
0,125 µg/kgBB/menit dalam 12–24 jam, dosis maksimal 10
µg/menit.
2) Eptifibatide dosis 180 µg/kgBB bolus, diberikan 2 kali dengan
jarak 10 menit, diikuti rumatan 2 µg/kgBB/menit selama 72–96
jam.
3) Cangrelor dosis 30 µg/kgBB bolus, diikuti rumatan 4
µg/kgBB/menit
b) Antikoagulan
Pilihan terapi antikoagulan adjunctive adalah salah satu dari obat di
bawah ini:
18
Nah, yang perlu diperhatikan pada terapi IMA yaitu tujuan pengobatan
IMA adalah dengan menghilangkan semua faktor resiko. Operasi bypass,
yang menawarkan terapi simptomatik primer, dilakukan hanya untuk
menghilangkan beberapa obstruksi yang ada (NGC, 2005).
2.13 Komplikasi Infark Miokard Akut (IMA)
Menurut Black dan Hawks (2014) komplikasi IMA terdiri dari gangguan
irama dan konduksi. Meliputi:
a. Aritmia
b. Sinus Bradikardia
c. Gangguan Hantaran Aterioventrikuler
d. Sinus Takikardia, Kontraksi Prematur Ventrikel
Adapun komplikasi lain yang ada pada infark miokard akut yaitu
a. Gagal jantung
b. Syok kardiogenik
c. Tromboembolisme
d. Perikarditis
e. Aneurisma ventrikel
2.14 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Infark Miokard Akut
1. Pengkajian
a. Primary Survey
a) Airway
Airway adalah mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga
jalan nafas disertai control servikal. Airway/Jalan Napas adalah
pemeriksaaan/pengkajian menggunakan metode look, listen, feel.
1) Look: Lihat status mental,pergerakan/pengembangan dada,
terdapat sumbatan jalan napas/tidak,sianosis,ada tidaknya
retraksi pada dinding dada,ada/tidaknya penggunaan otot-otot
tambahan.
2) Listen: Mendengar aliran udara pernapasan,suara
pernapasan,ada bunyi napas tambahan seperti
snoring,gurgling,atau stidor.
21
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri Akut NOC: NIC:
berhubungan dengan Pain Level, Pain Management
agen cedera biologis Pain control, 1. Observasi
(iskemia) Comfort level a. Observasi reaksi
Setelah dilakukan tindakan nonverbal dari
keperawatan selama 1 x 24 ketidaknyamanan
jam dihrapkan nyeri dapat b. Kaji kultur yang
berkurang. Dengan kriteria mempengaruhi
hasil: respon nyeri
a. Mampu mengontrol c. Lakukan pengkajian
nyeri (tahu penyebab nyeri secara
nyeri, mampu komprehensif
menggunakan tehnik termasuk lokasi,
nonfarmakologi untuk karakteristik, durasi,
mengurangi nyeri, frekuensi, kualitas
mencari bantuan) dan faktor presipitasi
b. Melaporkan bahwa d. Kontrol lingkungan
nyeri berkurang dengan yang dapat
menggunakan mempengaruhi nyeri
manajemen nyeri seperti suhu ruangan,
c. Mampu mengenali nyeri pencahayaan dan
(skala, intensitas, kebisingan
frekuensi dan tanda 2. Terapeutik
nyeri) a. Bantu pasien dan
d. Menyatakan rasa keluarga untuk
nyaman setelah nyeri mencari dan
berkurang menemukan
dukungan
b. Berikan analgetik
untuk mengurangi
28
nyeri
c. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
d. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
3. Edukasi
a. Ajarkan keluarga
pasien tentang teknik
non farmakologi
4. Kolaborasi
a. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
b. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri dan pemilihan
rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
2. Intoleransi Aktivitas NOC: NIC:
berhubungan dengan Self care: ADLs Activity Management
ketidak seimbangan Activity tolerance 1. Observasi
antara suplai dan Energy conservation a. Observasi adanya
kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan pembatasan klien
keperawatan selama 1 x 24 dalam melakukan
jam diharapkan pasien dapat aktivitas
29
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang.
c. Membantu pasien
untuk
mengidentifikasi
dan mendapat
sumber yang
diperlukan untuk
aktivitas yang
mampu dilakukan
d. Membantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psiologi dan social
e. Bantu untuk
mengidenfikasi dan
mrndapatkan
sumber
yangdiperlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
f. Bantu untuk
mendapat alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
3. Edukasi
a. Anjurkan pasien
untuk
31
mengindentifikasi
aktivitas yang
disukai
b. Anjurkan pasien /
keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
c. Ajarkan pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
4. Kolaborasi
a. Kolabirasikan
dengan tenaga
rehabilitasi medik
dalam
merencanakan
program terapi
yang tepat
3. Ansietas berhubungan NOC: NIC:
dengan ancaman Anxiety self-control Anxiety Reduction
kematian, ancaman Anxiety level (penurunan kecemasan)
pada status terkini atau Coping 1. Observasi
perubahan besar Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat
(Kesehatan dan status keperawatan selama 1 x 24 kecemasan dan
sosioekonomi) jam dihrapkan ansietas reaksi fisik pada
dapat teratasi. Dengan tingkat kecemasan
kriteria hasil: (takikardi, takipnea,
a. Klien mampu ekspresi cemas non
mengidentifikasi dan verbal).
32
a. Evaluasi adanya
nyeri dada (
intensitas,lokasi,
durasi)Catat adanya
b. disritmia jantung
c. Catat adanya tanda
dan gejala
penurunan cardiac
output
d. Monitor respon
pasien terhadap efek
pengobatan
antiaritmiaa.
e. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
3. Edukasi
a. Anjurkan untuk
menurunkan stress
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, bila
perlu
5. Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
perfusi jaringan Setelah diberikan asuhan Peripheral Sensation
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 Management
faktor resiko jam, diharapkan tidak terjadi (Manajemen sensasi
hipovolemia, hipoksia, gangguan perfusi jaringan perifer):
hipoksemia. pada pasien dengan , 1. Observasi
Kriteria hasil: a. Monitor adanya
Status sirkulasi : daerah tertentu yang
36
pemeriksaan gas
darah arteri dan
penggunaan alat
bantu yang
dianjurkan sesuai
dengan adanya
perubahan pada
kondisi pasien.
7. Risiko tinggi kelebihan NOC : NIC :
volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 a. Kaji komplikasi
faktor risiko jam dihrapkan volume pulmonal atau
peningkatan cairan kembali normal kardiovaskuler yang
natrium/retensi urin. dengan, diindikasikan
Kriteria Hasil : dengan peningkatan
a. Keseimbangan elektrolit tanda gawat napas,
dan asam basa; nadi, TD, buni
keseimbangan elektrolit jantung yang
dan non elektrolit abnormal, dan suara
didalam kompertemen napas tidak normal
intrasel serta ekstrasel b. Kaji ekstremitas
tubuh atau bagian tubuh
b. Keseimbangan cairan; yang edema
keseimbangan cairan terhadap gangguan
dalam kompartemen sirkulasi dan
intrasel dan ekstrasel integritas kulit
tubuh c. Kaji efek
c. Keparahan overload pengobatan
cairan; keparahan d. Pantau secara
kelebihan cairan teratur lingkar
didalam kompartemen abdomen atau
intrasel dan ekstrasel ekstremitas
40
tubuh 2. Terapeutik
d. Fungsi ginjal; filtrasi a. Manajemen cairan
darah dan eliminasi b. Timbang berat
produk sisa metabolism badan setiap hari
melalui bentukan urin. dan pantau
kecenderungannya
c. Pertahankan catatan
asupan dan haluaran
yang akurat
d. Pantau hasil
laboratorium yang
relevan terhadap
retensi cairan
e. Pantau indikasi
kelebihan atau
retensi cairan, sesuai
dengan keperluan.
f. Berikan diuretic jika
perlu
g. Tinggikan
ekstremitas untuk
meningkatkan aliran
balik vena
h. Pertahankan dan
alokasikan
pembatasan cairan
pasien
i. Manajemen cairan :
distribusikan asupan
cairan selama 24
jam jika perlu
3. Edukasi
41
a. Ajarkan pasien
tentang penyebab
dan cara mengatasi
edema, pembatasan
diet, penggunaan
dosis dan efek
samping obat yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
a. Konsultasikan
dengan penyedia
layanan kesehatan
primer mengenai
penggunaan stoking
antiemboli atau
bulatan Ace
b. Konsultasikan
dengan ahli gizi
untuk memberikan
diet dengan
kandungan protein
yang adekuat dan
pembatasan natrium
c. Konsultasikan ke
dokter jika tanda
dan gejala kelebihan
cairan menetap atau
memburuk.
42
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapu kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan criteria hasil yang diharapkan. Implementasi
disesuaikan dengan intervensi keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Penilaian keberhasilan adalah tahap yang
menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi dilakukan setelah
pelaksanaan implementasi.
BAB III
PEMBAHASAN DAN TINJAUAN KASUS
43
44
Sign/ Tanda Gejala : Nyeri pada bagian dada, dengan skala nyeri 7
(dari 10).
Pernafasan :
Pernafasan Dada Pernafasan Perut
S: 37,5℃
Saturasi O2 : 90%
FIVE INTERVENSI
ada sekret, reaksi alergi tidak ada dan tidak ada luka
e. Mulut : Turgor bibir kering dan tidak ada luka
f. Telinga : Telinga kanan kiri simetris, telinga nampak bersih,
tidak ada serumen, dan tidak ada luka
g. Leher: Tidak adanya pembengkakan kelenjar tiroid dan tidak
ada luka
h. Dada: Pasien mengalami nyeri pada daerah dada, dan pasien
terlihat sulit bernafas namun tidak ada luka
i. Abdomen dan Pinggang: Tidak ada nyeri tekan pada perut dan
pinggang, tidak ada kelaian yang terlihat pada abdomen, bising
usus normal, dan tidak ada luka
j. Pelvis dan Perineum: Tidak ada luka dan tidak adanya kelainan
k. Ekstremitas : Tidak ada luka, tidak ada nyeri akan tetapi pasien
merasa lemas, akral hangat, pada ekstremitas kiri terpasang
infus RL 10 tpm.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
49
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 22 Maret 2022 Hasil pemeriksaan:
a. Hematologi Rutin
WBC : 12,60 nilai normal 3,80 – 10,5
HGB : L13,41 nilai normal 13,5 – 17,5
PLT : 270 nilai normal 150 - 440
HCT : L37,38 nilai normal 40,0 – 52,0
Koagulasi
Waktu Perdarahan (BT) 2’15” menit nilai normal 1’00”-3’00”
Waktu Pembekuan (CT) 6’30” menit nilai normal 6’00”-15’00’
b. Glukosa Darah
Glukosa darah sewaktu 130 mg/dl nilai normal <= 200
c. Faal Ginjal
Ureum : 19 mg/dl nilai normal 6- 20
Kreatinin serum : 1,6 mg/dl nilai normal 0,90 – 1,30
d. Faal Hati
SGOT : 24 U/L nilai normal 15 – 40
SGPT : 22 U/L nilai normal 10 – 40
e. Elektrolit dan gas darah
Kalium (K) : L3,38 mmol/L nilai normal 3,50 – 5,30
Natrium (Na) : 138,30 mmol/L nilai normal 135 – 148
Chloride (Cl) : 103,70 mmol/L nilai normal 98 – 107
Kalsium Ion (Ca) : 1,220 mmol/L nilai normal 1,10 – 1,30
f. Radiografi BOF
Hasil radiologi BOF (terlampir)
g. Radiografi Thorax
50
Medikasi :
1. Aspirin dosis loading 150-300mg, dosis pemeliharaan 75-100mg
2. Ticagrelor dosis loading 180mg, dosis pemeliharaan 2x90mg/hari
3. Clopidogrel dosis loading 300mg, dosis pemeliharaan 75mg/hari
4. Fondaparinuks 2,5mg subkutan
5. Enoksapirin 1 mg/kg dua kali sehari
6. Heparin tidak terfaksi bolus IV 60U/g, dosis terfaksi maksimal
4000U. Infus IV 12U/kg selama 24-48 jam dengan dosis maksimal
1000U/jam target aPTT 11/2-2x control
7. Captopril 2-3 x 6,25-50mg
8. Ramipril 2,5-10 mg/hari dalam 1 atau 2 dosis
9. Lisinopril 2,5-20mg/hari dalam 1 dosis
10. Enalapril 5-20mg/hari dalam 1 atau 2 dosis
11. Isosorbid dinitrate (ISDN) sublingual 2.5-15mg (onset 5 menit).
Oral 15-80mg/hari dibagi 2-3 dosis
Intravena 1,25-5mg/jam
12. Isosorbid 5 mononitrate, oral 2x20mg/hari. Oral (slow release) 120-
240mg/hari
13. Nitroglycerin sublingual tablet 0,3-0,6mg-1,5mg. (trinitrin, TNT,
glyceryl trinitrate) intravena 5-200mcg/menit
51
2. ANALISA DATA
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri dirasakan
terus menerus dan
sangat berat
DO :
- Pasien nampak
lemah
- Pasien nampak
kesakitan dan
meringis
- Pasien terlihat
memegang bagian
dadanya
- Keadaan umum
lemah
- Akral teraba hangat
- Skala nyeri 7
- TTV:
TD : 110/70mmHg
N : 102x/mnt
RR : 30x/mnt
SPO2 : 90%
S : 37,5℃
CRT : 2 detik
2. DS: Infark Miokard Akut terjadi Gangguan
- Pasien mengatakan karena iskemik miokard Pertukaran
sesak nafas yang menyebabkan aliran Gas
- Pasien mengatakan darah ke miokard terganggu
cepat lelah saat sehingga beban kerja jantung
beraktivitas meningkat dan kontraktilitas
jantung menurun yang
53
DO : meneybabkan penurunan
- Keadaan umum cardiac output dan
lemah perembesan cairan ke paru
- Kesadaran pasien meningkat dan terjadi edema
composmentis paru yang menyebabkan
- Mukosa bibir dispnea. Fungsi pernafasan
sianosis mulai menurun dan
- Warna kulit menimbulkan gangguan
abnormal (pucat) pertukaran gas
- GCS 456
- TTV
TD : 110/70mmHg
N : 102x/mnt
RR : 30x/mnt
SPO2 : 90%
S : 37,5℃
CRT : 2 detik
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia) ditandai
dengan ekspresi wajah nyeri
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli ditandai dengan pola pernafasan abnormal
54
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
inter personal)
c. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
3. Edukasi
a. Ajarkan keluarga
pasien tentang
teknik non
farmakologi
4. Kolaborasi
a. Berikan analgetik
untuk
mengurangi nyeri
dan pemilihan
rute pemberian
secara IV, IM
untuk pengobatan
nyeri secara
teratur
2. Gangguan NOC: NIC:
pertukaran gas Setelah dilakukan 1. Observasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan a. Kaji suara napas,
gangguan aliran selama 1 x 24 jam frekuensi
darah ke alveoli dihrapkan kerusakan kedalaman dan
ditandai dengan pola pertukaran gas pasien usaha napas, dan
pernafasan abnormal teratasi dengan, produksi sputum
Kriteria Hasil : sebagai indicator
a. Respon alergi: keefektifan
sistemik; keparahan penggunaan alat
respon penunjang.
56
N : 102x/mnt
RR : 30x/mnt
SPO2 : 90%
S : 37,5℃
CRT : 2 detik
bernafas
Rabu, DX 1 Mengontrol DS :
23 lingkungan yang dapat - Pasien
Maret mempengaruhi seperti mengatakan
2022 suhu ruangan, lingkungan
Jam pencahayaan dan sekitarnya bersih,
07.00 kebisingan nyaman, dan
udaranya segar
DO :
- Pasien nampak
nyaman
- Pasien nyampak
tenang
DO :
- Pasien terlihat
masih sedikit
pucat
- Pasien terlihat
masih sedikit
kesakitan
- Skala nyeri mulai
berkurang yaitu 4
(dari 10)
- Kesadaran pasien
Composmentis
- GCD E4V5M6
- TTV
TD : 120/70mmHg
N : 84x/mnt
RR : 24x/mnt
SPO2 : 98%
S : 37,0℃
CRT : Kurang dari 2
detik
63
Hari, Diagnosa
Evaluasi Sumatif
tgl, keperawatan Paraf
(SOAP)
jam
Rabu, Nyeri Akut S :
- Pasien mengatakan nyeri
23 berhubungan dengan
pada dada sudah sedikit
Maret agen cedera biologis berkurang
2022 (iskemia) ditandai
O:
08.00 dengan ekspresi - Pasien terlihat sedikit
kesakitan
wajah nyeri
- Pasien masih terlihat
memegang dadanya
- Adanya nyeri tekan pada
dada
- Skala nyeri 4 (dari 10)
- GCS E4V5M6
- CRT pasien kurang dari 2
detik
- TTV
TD : 120/70mmHg
N : 84x/mnt
RR : 24x/mnt
SPO2 : 98%
S : 37,0℃
Gangguan pertukaran S :
- Pasien mengatakan
gas berhubungan
nafasnya sudah mulai
dengan gangguan terasa ringan
aliran darah ke
O:
64
mengalami nyeri pada bagian dada dan merasa kesakitan. Sehingga mahasiswa
melakukan pendekatan dengan keluarga dengan menggunakan komunikasi
terapeutik untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana pasien mengalami
serangan jantung atau infark miokard akut.
Diagnosa Keperawatan
Perbedaan diagnosa keperawatan teori dan tinjauan kasus yaitu dimana pada
teori ada 7 diagnosa yang muncul pada penyakit infark miokard akut, yaitu
nyeri akut, intoleransi aktivitas, ansietas, resiko penurunan curah jantung,
resiko tinggi terhadap perfusi jaringan, gangguan pertukaran gas, dan resiko
tinggi kelebihan volume cairan, sedangkan pada tinjauan kasus mahasiswa
menggunakan 2 prioritas masalah utama yang dapat mengajam jiwa sesuai
konsep ABCDE pada infark miokard akut yaitu nyeri akut dan gangguan
pertukaran gas.
Intervensi Keperawatan
Perencanaan pada proses keperawatan yang dijelaskan pada teori dengan
tinjauan kasus tidak ada kesenjangan, dimana perencanaan keperawatan yang
telah ditentukan pada teori dapat disesuaikan. Secara teoritis dapat digunakan
dengan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul pada saat pengkajian
Implementasi Keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan yaitu di teori dijelaskan tindakan apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi pasien dengan penyakit infark
miokard akut (IMA) sedangankan pada tinjauan kasus dari beberapa tindakan
yang dilakukan terdapat data subjektif dan objektif yang kita peroleh sesuai
dengan kondisi pasien. Seperti memonitor TTV pasien, maka mahasiswa akan
mendapatkan data objektif dari pasien tersebut, ataupun dari hasil implementasi
lain yang dilakukan dan pasien akan merespon. Pada pasien infark miokard akut
pasien dapat memberikan respon terkait dengan kondisi yang dialami walaupun
pada pasien infark miokard akut kondisi yang dialami pasien lemah.
Evaluasi Keperawatan
Tahap proses keperawatan yang terakhir yaitu evaluasi dimana evaluasi
digunakan untuk mengukur proses keperawatan apakah masalah keperawatan
yang dilakukan sudah teratasi atau belum dengan kembali mengecek sejauh
66
4.1 Kesimpulan
Infark Miokard Akut adalah suatu nekrosis miokardium yang diakibatkan
oleh ketidakadekuatan pasokan darah akibat dari sumbatan akut pada arteri
koroner. insiden IMA pada usia lansia 8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
usia dewasa. Penyebab yang paling mendasari dari IMA adalah penyakit arteri
koroner aterosklerosis, yang menyebabkan obstruksi progresif dari arteri di
jantung. Adapun faktor resiko yang mempengaruhi perkembangan penyakit
koroner adalah riwayat keluarga, diet, kurang olahraga, peningkatan LDL,
penurunan HDL, merokok, hipertensi dan diabetes melitus.
Tanda serta gejala yang berasal dari Infark Miokard Akut pada setiap
penderitanya tidak sama, secara luas banyak kejadian serangan jantung yang
timbulnya lambat dengan tanda dan gejala seperti nyeri ringan dan perasaan
tidak nyaman, bahkan untuk Sebagian orang yang yang mengalami IMA tidak
menimbulkan gejala sama sekali atau biasa dikenal dengan Silent Heart
Attack. Pemeriksaan fisik pasien terdiri atas keadaan umum dan B1- B6. Pada
pemeriksaan keadaan umum pasien IMA biasanya didapatkan kesadaran baik
atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
Terapi Reperfusi Tujuan penanganan IMA adalah untuk mengembalikan
perfusi arteria coroner sesegera mungkin. Pada kasus NSTEMI, terapi
reperfusi dapat ditunda sesuai dengan stratifikasi risiko. Sedangkan pada kasus
STEMI dengan onset ≤12 jam, terapi reperfusi secara mekanik atau
farmakologis harus dilakukan secepatnya. Terapi antitrombotik, selain aspirin,
merupakan tata laksana adjunctive untuk pasien IMA. Terapi antitrombotik
terdiri dari antiplatelet oral atau intravena, juga dapat diberikan antikoagulan
intravena.
67
68
4.2 Saran
Berkaitan dengan manfaat yang dijelaskan di atas maka kami dapat
menyimpulkan saran yaitu sebagai berikut:
4.2.1 Untuk Penulis
Kami selaku penulis menyarankan perlu adanya penambahan
wawasan atau pengetahuan terkait dengan Asuhan Keperawatan Infark
Miokard Akut (IMA). Selain itu perlu adanya penelitian yang lebih
lanjut tentang Asuhan Keperawatan Infark Miokard Akut (IMA) , agar
nantinya bisa berguna bagi banyak orang atau insan.
4.2.2 Untuk Pembaca/Masyarakat
Dengan ini kami menyarankan kepada pembaca khususnya perawat
agar bisa menerapkan bagaimana cara memberikan penanganan pada
Infark Miokard Akut (IMA) , dan kami menyarankan kepada pembaca
agar dapat memahami cara memberikan penanganan pada pasien Infark
Miokard Akut (IMA) .
4.2.3 Untuk Instansi
Berkaitan dengan penulisan makalah ini kami sangat membutuhkan
atau sangat perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penulisan
makalah ini agar bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi panutan bagi
orang banyak nantinya. Dan dapat memahami memahami Asuhan
Keperawatan Infark Miokard Akut (IMA) dan dapat menjadi acuan bagi
perawat sehingga tercipta asuhan pelayanan kesehatan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA