Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Facebook & Instagram dalam membentuk Budaya dan Pola Laku

Masyarakat

Introduksi

Dalam tengah arus globalisasi yang dipercepat oleh kemajuan teknologi digital, media
sosial telah mengambil peran sentral sebagai pilar interaksi dan informasi dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat modern. Di antara hiruk-pikuk platform-platform digital, Facebook
dan Instagram tampil sebagai sosok yang mencerahkan dalam lanskap komunikasi global
(Hamid, 2016). Dengan jutaan pengguna yang tersebar di seluruh dunia, keduanya menjadi
panggung virtual di mana orang berinteraksi, berbagi, dan merasakan dinamika perubahan
budaya serta pola perilaku yang terjadi. Tulisan ini memiliki tujuan mendasar: menggali
kedalaman dampak yang dihasilkan oleh Facebook dan Instagram dalam membentuk struktur
budaya dan perilaku kolektif masyarakat. Memadukan fakta-fakta berdasarkan data empiris
yang terpercaya dan informasi yang kredibel, tujuan utama esai ini adalah merunut
bagaimana kedua platform ini mampu meretas garis batas persepsi, meresap ke dalam
tindakan, dan membentuk dasar nilai yang dianut oleh masyarakat.

Mengamati fenomena yang semakin meluas, kita bisa melihat bagaimana Facebook
dan Instagram menghubungkan berbagai komunitas, bahkan yang berada di belahan dunia
yang berjauhan, melalui gambar, kata, dan video yang tersebar luas. Hal ini menciptakan
suatu wadah di mana beragam budaya bertemu, saling berinteraksi, dan terkadang berbaur.
Platform-platform ini memfasilitasi pertukaran gagasan, tren, dan gaya hidup, mempercepat
aliran informasi budaya dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak hanya
mempengaruhi aspek budaya, Facebook dan Instagram juga memberikan pengaruh yang
signifikan pada pola perilaku masyarakat. Terjebak dalam siklus berkelanjutan membagikan
momen hidup mereka, banyak individu terpapar pada realitas alternatif yang sering kali
idealis (Supriani, 2018). Hasilnya, komparasi sosial semakin merasuk, yang bisa memicu
perasaan ketidakpuasan dan rendah diri. Dalam beberapa kasus, platform ini dapat
memperkuat opini publik, mengarahkan pandangan dan tindakan masyarakat dalam berbagai
isu sosial atau politik.

Dalam pandangan yang lebih mendalam, penting untuk mengenali bahwa data dan
fakta yang disajikan harus dilihat melalui kacamata yang lebih luas. Kebenaran tidak hanya
terdiri dari statistik dan informasi yang dapat diukur, tetapi juga terwujud dalam persepsi dan
interpretasi subjektif individu. Oleh karena itu, analisis esai ini akan merenungkan aspek
kebenaran yang bersifat objektif dan subyektif, serta potensi konflik antara keduanya.
Dengan demikian, esai ini akan merentangkan jembatan antara penjelasan data empiris dan
pengaruh sosial yang tak terelakkan dalam lingkungan digital ini. Dalam menghadapi
kesulitan dan potensi yang terbuka, analisis yang kritis dan mendalam perlu dilakukan untuk
membantu masyarakat memahami dan merespons dampak nyata Facebook dan Instagram
dalam membentuk budaya serta perilaku di tengah dinamika zaman yang terus berubah.

Tubuh Esai/ Isi

Pengaruh Facebook dan Instagram dalam Membentuk Budaya

Dalam tengah gelombang digital yang menerjang dunia, platform Facebook dan
Instagram telah memperkenalkan dimensi baru dalam cara individu berinteraksi dan
bersosialisasi. Mereka menciptakan ruang di mana orang dapat dengan bebas berbagi
pandangan, memamerkan gaya hidup, dan merayakan identitas mereka, semua tanpa kendala
batasan geografis (Rafiq, 2020). Hasilnya, tercipta suatu panggung global yang
memungkinkan pertukaran budaya berkembang secara tak terbatas. Sebagai contoh konkret,
data yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan oleh New York University mencatat
bahwa pengguna media sosial, khususnya Facebook dan Instagram, kerap terlibat dalam
interaksi dengan individu dari latar belakang budaya yang berbeda. Melalui interaksi ini,
persepsi tentang nilai-nilai dan kebiasaan budaya yang beragam dapat memengaruhi cara
pandang mereka terhadap dunia.

Pengaruh pada Pola Laku Masyarakat

Kehadiran Facebook dan Instagram tidak hanya membentuk bagaimana budaya


diartikulasikan, tetapi juga berdampak pada bagaimana masyarakat berperilaku. Penelitian
yang dilakukan oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa lebih dari separuh pengguna
media sosial merasa bahwa penggunaan mereka pada platform ini berdampak pada cara
mereka berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari (Cahyono, 2016).
Fenomena ini tidak terbatas pada individu saja, melainkan juga memengaruhi perilaku
kolektif masyarakat. Contohnya, eksposur terus-menerus pada citra diri yang dihasilkan di
media sosial dapat memicu perbandingan sosial yang merugikan, memperburuk masalah
rendah diri, dan mengganggu kesejahteraan psikologis. Gangguan tidur dan meningkatnya
rasa cemas juga telah diamati sebagai hasil dari penggunaan berlebihan media sosial,
khususnya Facebook dan Instagram.
Dalam analisis lebih dalam, sangat penting untuk mengakui bahwa perubahan budaya
dan pola perilaku ini bukanlah hasil tunggal dari interaksi dengan media sosial. Namun,
kedua platform tersebut memiliki peran yang signifikan dalam mempercepat dan memperluas
pengaruh ini. Melalui analisis yang cermat, kita dapat merespons pertanyaan yang mendasar:
sejauh mana dampak Facebook dan Instagram mampu membentuk budaya dan pola laku
masyarakat? Dengan merangkul beragam data dan informasi yang ada, serta memberikan
pertimbangan pada konteks yang lebih luas, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih
mendalam tentang bagaimana pengaruh ini berjalan dan bagaimana kita bisa meresponsnya
secara bijak.

Fakta & Data

Mendukung analisis ini adalah kumpulan data, fakta, dan informasi yang memberikan
wawasan lebih dalam tentang dampak Facebook dan Instagram pada budaya dan pola laku
masyarakat. Data dari laporan terkini oleh Statista mengungkapkan jumlah pengguna
Facebook yang mencapai lebih dari 2,8 miliar secara global, sementara Instagram memiliki
lebih dari 1 miliar pengguna (Rahmatullah, 2021). Ini menandakan penetrasi luas kedua
platform ini dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Fakta yang ditunjukkan oleh survei
Pew Research Center mengungkapkan bahwa di Amerika Serikat, sekitar 69% orang dewasa
menggunakan Facebook secara aktif, dan 40% menggunakan Instagram dengan keteraturan
tertentu. Hal ini menunjukkan sejauh mana kedua platform tersebut merasuki kehidupan
masyarakat di tingkat nasional.

Informasi yang muncul dari hasil survei oleh We Are Social dan Hootsuite
memperlihatkan pola perilaku pengguna media sosial. Lebih dari separuh dari pengguna
media sosial (54%) menggunakan platform tersebut sebagai sarana untuk mencari produk
baru, mengikuti tren gaya hidup, dan mengejar hobi-hobi yang relevan. Hal ini
menggarisbawahi bagaimana Facebook dan Instagram telah membentuk diri mereka sebagai
sumber daya utama dalam pencarian inspirasi dan informasi bagi banyak orang. Dengan data-
data ini sebagai landasan, analisis mengenai pengaruh Facebook dan Instagram dalam
membentuk budaya dan perilaku masyarakat menjadi semakin kontekstual dan nyata.

Analisis

Analisis ini menyoroti pentingnya pendekatan yang kritis dalam memahami pengaruh
media sosial, khususnya Facebook dan Instagram, terhadap budaya dan perilaku masyarakat.
Data dan fakta yang diungkapkan perlu dinilai dengan kecermatan, mempertimbangkan
bahwa kebenaran yang disajikan memiliki dimensi yang relatif dan kontekstual.
Menginterpretasikan data dalam kerangka ini memungkinkan kita untuk meraih pemahaman
yang lebih holistik tentang dampak sebenarnya yang ditimbulkan oleh media sosial. Lebih
jauh lagi, analisis ini menekankan perlunya memandang kebenaran dari dua dimensi, yaitu
kebenaran subyektif dan obyektif. Kebenaran subyektif melibatkan interpretasi personal yang
dapat bervariasi di antara individu berdasarkan latar belakang, pengalaman, dan pandangan
mereka. Sementara itu, kebenaran obyektif berkaitan dengan fakta empiris yang dapat diukur
dan diverifikasi. Keduanya harus diakui sebagai bagian integral dari proses pemahaman yang
utuh terhadap pengaruh media sosial ini.

Tidak hanya itu, aspek kebenaran spiritual dan moral juga berperan penting dalam
konteks analisis ini. Media sosial bukan hanya wadah untuk pertukaran informasi tetapi juga
platform untuk menyebarkan pandangan agama dan nilai-nilai moral. Oleh karena itu,
dampak media sosial tidak hanya terbatas pada aspek budaya dan perilaku semata, tetapi juga
dapat menggoyahkan atau memperkuat fondasi nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Selanjutnya, analisis ini mengidentifikasi potensi kesesatan berpikir yang mungkin muncul
akibat konten yang tidak akurat atau bias di platform media sosial (Ahmad, 2020). Informasi
yang tidak tepat dapat menyesatkan persepsi masyarakat, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi pandangan dan perilaku mereka. Sebagai konsekuensinya, analisis yang kritis
perlu dilakukan untuk mengidentifikasi dan menilai informasi yang dapat dipercaya serta
melindungi masyarakat dari dampak negatif yang mungkin muncul.

Dalam melihat dampak media sosial secara keseluruhan, analisis ini


mempertimbangkan bagaimana media ini dapat menjadi alat yang secara simultan
memperkuat atau merusak nilai-nilai sosial yang dipegang oleh masyarakat. Potensi untuk
membentuk opini dan pandangan publik adalah senjata yang kuat, yang jika tidak dielaborasi
dengan bijaksana, dapat menimbulkan potensi ketidakseimbangan dalam persepsi dan
tindakan masyarakat. Secara keseluruhan, analisis ini menggarisbawahi perlunya pendekatan
yang kritis, kontekstual, dan holistik dalam mengamati dampak Facebook dan Instagram pada
budaya dan perilaku masyarakat. Dengan mempertimbangkan berbagai dimensi kebenaran,
potensi kesesatan berpikir, serta dampak pada nilai-nilai sosial, kita dapat merumuskan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pengaruh yang dihasilkan oleh media sosial dalam
kehidupan modern (Mubaroq, 2022).

Penutup
Dalam rangka memahami dan mengevaluasi dampak Facebook dan Instagram
terhadap budaya dan perilaku masyarakat, kajian ini menggarisbawahi pentingnya kritikalitas
dan analisis yang mendalam. Penggunaan data, fakta, dan informasi relevan menjadi tonggak
yang penting untuk menyajikan pandangan yang seimbang dan akurat tentang peran media
sosial dalam membentuk dunia modern kita. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek
kebenaran yang berbeda serta potensi kesesatan berpikir, kita dapat menghargai dampak yang
sebenarnya dari Facebook dan Instagram dalam membentuk budaya dan pola laku
masyarakat secara komprehensif.

Daftar Pustaka

Ahmad, A. &. (2020). Media sosial dan tantangan masa depan generasi milenial. Avant
Garde , 134-148.

Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat di


Indonesia. . Publiciana, 140-157.

Hamid, S. A. (2016). Pengaruh media massa terhadap perubahan sosial masyarakat. . e-


BANGI.

Mubaroq, H. &. (2022). Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Dan Facebook Dalam
Pembentukan Budaya Alone Together Pada Kalangan Remaja Di Desa Ambulu
Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. POPULIKA , 54-61.

Rafiq, A. (2020). Dampak media sosial terhadap perubahan sosial suatu masyarakat. . Global
Komunika: Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik , 18-29.

Rahmatullah, T. (2021). Teknologi Persuasif: Aktor Penting Media Sosial Dalam Mengubah
Sikap Dan Perilaku Pengguna. . Jurnal Soshum Insentif , 60-78.

Supriani, R. (2018). Kajian sosiologi sastra pada fenomena sastra online. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia I Unimed-2018 (Vol. 1,
pp. 65-70) (hal. 65-70). Medan: FBS Unimed Press.

Anda mungkin juga menyukai