Anda di halaman 1dari 136

SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN MONOBANI (MONOPOLI ANAK


BERANI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK
LAKI-LAKI TENTANG PENCEGAHAN KEKERASAN
SEKSUAL DI SD 43 KECAMATAN KURANJI
TAHUN 2019

Penelitian Keperawatan Anak

MUHAMMAD RONI
1811316032

PEMBIMBING
1. Dr. Ns. Meri Neherta, S,Kep., M.Biomed
2. Ns. Feri Fernandes, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN MONOBANI (MONOPOLI ANAK


BERANI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK
LAKI-LAKI TENTANG PENCEGAHAN KEKERASAN
SEKSUAL DI SD 43 KECAMATAN KURANJI
TAHUN 2019

Penelitian Keperawatan Anak

MUHAMMAD RONI
1811316032

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020

ii
SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN MONOBANI (MONOPOLI ANAK


BERANI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK
LAKI-LAKI TENTANG PENCEGAHAN KEKERASAN
SEKSUAL DI SD 43 KECAMATAN KURANJI
TAHUN 2019

Penelitian Keperawatan Anak

MUHAMMAD RONI
1811316032

PEMBIMBING
1. Dr. Ns. Meri Neherta, S,Kep., M.Biomed
2. Ns. Feri Fernandes, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
SKRIPSI

PENGARUH PERMAINAN MONOBANI (MONOPOLI ANAK


BERANI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK
LAKI-LAKI TENTANG PENCEGAHAN KEKERASAN
SEKSUAL DI SD X KECAMATAN KURANJI
TAHUN 2019

Penelitian Keperawatan Anak

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


pada Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas

MUHAMMAD RONI
1811316032

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020

iii
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH

“Alhamdulillah” Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan semua rahmat serta hidayahNya kepada seluruh mahlukNya

terkusus kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Permainan Monobani (Monopoli Anak Berani) Terhadap Pengetahuan

dan Sikap Anak Laki-Laki Tentang Pencegahan Kekerasan Seksual di SD 43

Kecamatan Kuranji Tahun 2019”. Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan

pada junjungan Nabi Muhammad SAW, Nabi akhir Zaman yang kita nantikan

syafaatnya kelak di akhirat.

Ucapan terima kasih peneliti ucapkan kepada pembimbing Ibu

Dr. Ns. Meri Neherta, S.Kep., M.Biomed dan Bapak Ns. Feri Fernandes, S.Kep.,

M.Kep., Sp.Kep.J yang telah bersedia membimbing dan memberikan arahan

kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih pada

Ibu Esi Afriyanti, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan motivasi dan nasehat pada peneliti selama mengikuti perkuliahan di

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Selain itu peneliti mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM selaku Dekan

Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

2. Ibu Ns. Yanti Puspita Sari, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

vi
3. Dewan Penguji Ibu Hermalinda, M.Kep., Ns. Sp.Kep, Bapak Ns. Randy

Refnandes, S,Kep., M.Kep dan Ibu Ns. Bunga Permata Wenny, S.Kep.,

M.Kep yang telah bersedia menjadi penguji dalam sidang skripsi ini.

4. Seluruh Staf dan Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang

telah membantu peneliti dalam proses penyusunan skripsi.

5. Kepala SD Negeri 43 Sungai Sapih Ibu Marianis, S.Pd yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Orang tua dan keluarga tercinta yang selama ini memberikan dukungan

maksimal dan do’a kepada peneliti dalam proses penyusunan skripsi ini.

7. Fasilitator yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian Anggi

Persadanta, T.Rahmadani, Minah Sari, Poppy Tia Andria, Mawarni, dan

seluruh rekan-rekan yang telah membantu saya.

8. Sahabat tercinta dan semua teman – teman Angkatan B 2018 Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas atas kekompakan, semangat, dan

kebersamaan yang diberikan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Sehingga peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Padang, Januari 2020

Peneliti

vii
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
JANUARI 2020

Nama : Muhammad Roni


No.Bp : 1811316032

Pengaruh Permainan Monobani (Monopoli Anak Berani) Terhadap Pengetahuan


dan Sikap Anak Laki-Laki Tentang Pencegahan Kekerasan Seksual

ABSTRAK

Kejadian kekerasan seksual pada anak laki-laki di Indonesia mengalami


peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan anak laki-laki dianggap tidak
beresiko mengalami kekerasan seksual, sehingga kurang mendapat pendidikan
seksual. Pendidikan seksual penting diberikan sejak dini kepada anak dengan
tujuan anak tahu dan mampu bersikap terhadap tindak kekerasan seksual.
Pendidikan pada anak hendaknya diberikan dengan media yang menarik, seperti
simulasi permainan yaitu monopoli. Monobani (Monopoli Anak Berani)
merupakan permainan monopoli yang sudah dimodifikasi dengan materi
pencegahan kekerasan seksual yang sesuai dengan anak usia sekolah. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh permainan monobani terhadap
pengetahuan dan sikap anak dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-
laki. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan pendekatan one group
pretest dan post test. Sampel penelitian ini adalah anak siswa kelas 3 dan 4
berumur (9-10) tahun yang berjumlah 24 anak. Penelitian ini dilakukan selama 5
bulan dari bulan Agustus – Januari 2020. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner pengetahuan dan sikap. Hasil penelitian diperoleh selisih nilai tengah
pengetahuan anak 2,5 dan sikap 3,0. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan terdapat
pengaruh pendidikan seksual terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang
pencegahan kekerasan seksual pada anak, p value=0,000 (p<0,05). Diharapkan
kepada tenaga kesehatan dapat menjadikan monobani sebagai alternatif media
pandidikan kesehatan pada anak usia sekolah.

Kata kunci : anak SD, kekerasan seksual, pendidikan kesehatan, permainan


monopoli

Daftar pustaka : 74(2009-2019)

viii
NURSING FACULTY
ANDALAS UNIVERSITY
JANUARY, 2020

Name : Muhammad Roni


Registered Number : 1811316032

The Effects of Monobani (Brave Child Monopoly) Game of Knowledge and


Attitudes Boys About the Prevention of Sexual Violence In Children

ABSTRACT

The incidence of sexual violence against boys in Indonesia has increased every
year. This makes the importance of efforts to prevent sexual violence, one of
which is the provision of sexual education with various media such as the game
Monobani (Brave Child Monopoly). The purpose of this study to determine the
effect of monobani games on children's knowledge and attitudes in preventing
sexual violence on boys. This type of research is a quasi experiment with one
group pretest and postest approaches. The population of this study was students
in grades 3 and 4 aged (9-10) years with a total sample of 24 children. This
research was conducted for 5 months from August - December 2019. Data were
collected in the form of a questionnaire that was processed and analyzed with the
Wilcoxon test. The result showed that the middle value of children's knowledge
before given health education was 6.00 and after given health education was 8.50.
The mean value of children before given health education was 5.00 and after give
health education was 8.00. The results of this study, there was an influence of
sexual education on students of knowledge and attitudes about preventing sexual
violence on children, p value = 0,000 (p <0.05). It is hoped that parents and
teachers can provide sexual education using monobani media as an effort to
prevent sexual violence against boys.

Keywords : elementary school children, sexual violence, health education,


monopoly games.

References : 74(2009-2019)

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ……………………………………………………………..…... i


SAMPUL DALAM …………………………………………………………..….... ii
LEMBAR PERSYARATAN GELAR ………………………………………….... iii
PERSETUJUAN SKRIPSI..........................................................................................i
PENETAPAN PANITIA PENGUJI...........................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................... vi
ABSTRACT.............................................................................................................. viii
ABSTRAK................................................................................................................ ix
DAFTAR ISI.............................................................................................................. x
DAFTAR BAGAN.................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................................9
1.Tujuan Umum.......................................................................................................9
2.Tujuan Khusus......................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian................................................................................................ 10
1.Bagi Peneliti........................................................................................................10
2.Bagi keperawatan...............................................................................................10
3.Bagi peneliti selanjutnya...................................................................................10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kekerasan Seksual............................................................................. 11
1.Pengertian............................................................................................................11
2.Faktor-faktor penyebab kekerasan seksual.....................................................11
3.Bentuk kekerasan seksual................................................................................. 13
4.Dampak kekerasan seksual...............................................................................14

x
5.Pencegahan kekerasan seksual.........................................................................16
B. Konsep Tumbuh Kembang.................................................................................. 17
1.Pengertian Anak Usia Sekolah.........................................................................18
2.Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah...........................................................18
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan........19
C. Pendidikan Seksual Dengan Metode Monopoli................................................19
1.Pendidikan kesehatan........................................................................................ 19
2.Pendidikan seksual anak usia sekolah.............................................................22
3.Metode permainan monopoli............................................................................23
D. Pengetahuan dan Sikap Anak Dalam Mencegah Kekerasan Seksual............ 28
1.Pengetahuan anak...............................................................................................28
2.Sikap anak........................................................................................................... 33
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori...................................................................................................... 38
B. Kerangka Penelitian.............................................................................................. 42
C. Hipotesis................................................................................................................. 42
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian...................................................................................................43
B. Populasi dan Sampel................................................................................ 44
1.Populasi............................................................................................................... 44
2.. Sampel............................................................................................................... 44
C. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................................46
D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional................................................... 47
E. Instrument Penelitian............................................................................................ 48
F. Etika Penelitian......................................................................................................48
G. Metode Pengumpulan Data..................................................................................49
H. Tekhnik Pengolahan Data.................................................................................... 52
I. Analisis Data..........................................................................................................53
J. Penyajian Data ............................................................................................ 53

xi
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian................................................................................55
B. Karakteristik Responden...................................................................................... 55
C. Analisa Univariat...................................................................................................55
1.Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan.......56
2.Sikap Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan................... 56
D. Analisa Bivariat..................................................................................................... 57
1.Uji Normalitas.................................................................................................... 57
2.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa tentang
Pencegahan Kekerasan Seksual.......................................................................... 58
3.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap Siswa tentang Pencegahan
Kekerasan Seksual................................................................................................ 58
BAB VI PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Media Permainan Monobani..................................................... 60
B. Sikap Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan Menggunakan
Media Permainan Monobani................................................................................65
C. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Monobani
Terhadap Pengetahuan Anak Laki-laki tentang di SD 43 Sungai Sapih....... 68
D. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Monobani
Terhadap Sikap Anak Laki-laki tentang di SD 43 Sungai Sapih....................71
E. Keterbatasan Penelitian........................................................................................ 72
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................................ 73
B. Saran.......................................................................................................................74
1.Ilmu Keperawatan..............................................................................................74
2.Intitusi Pendidikan atau Sekolah Dasar.......................................................... 74
3.Peneliti selanjutnya............................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................75
LAMPIRAN

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kerangka Teori …………………………………………….……… 38

Bagan 3.2 Kerangka Penelitian ………………………………………..……… 39

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Desain penelitian ……………………………..……………………… 40

Tabel 4.2 Jumlah sampel tiap kelas …………………………………………….. 42

Tabel 4.3 Variabel dan definisi operasional …………………………………… 42

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...................................... 55

Tabel 5.2 Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan


tentang Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki SD 43
Sungai Sapih Menggunakan Media Permainan Monobani.................. 56
Tabel 5.3 Sikap Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang
Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki SD 43 Sungai
Sapih Menggunakan Media Permainan Monobani.............................. 56
Tabel 5.4 Uji Normalitas Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah dilakukan
Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan Kekerasan Seksual pada
Anak Laki-laki SD 43 Sungai Sapih Menggunakan Media Permainan
Monobani.............................................................................................. 57
Tabel 5.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan tentang
Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki SD 43 Sungai
Sapih Menggunakan Media Permainan Monobani.............................. 58
Tabel 5.6 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap tentang Pencegahan
Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki SD 43 Sungai Sapih
Menggunakan Media Permainan Monobani........................................ 58

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian tubuh yang tidak boleh disentuh ……………..…………… 31

Gambar 2.2 Sikap terhadap pelaku kekerasan seksual …..…………...………… 37

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Anggaran Dana Penelitian
Lampiran 4 Kartu Bimbingan
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7 Kuesioner Penelitian
Lampiran 8 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 9 Permainan Monobani
Lampiran 10 Master Tabel
Lampiran 12 Hasil Uji Statistik
Lampiran 13 Curiculum Vitae
Lampiran 14 Dokumentasi

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) kekerasan seksual

merupakan semua tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh

tindakan seksual atau tindakan lain yang diarahkan pada seksualitas seseorang

dengan menggunakan paksaan tanpa memandang status hubungannya dengan

korban (WHO, 2017). Kekerasan seksual pada anak di dunia perlu perhatian

yang serius dari berbagai pihak agar angka kejadian kekerasan dapat ditekan.

Menurut laporan United Nations Emergency Children’s Fund

(UNICEF) di 28 negara Eropa, terdapat 2,5 juta wanita muda yang melaporkan

pernah mendapatkan tindakan pelecehan seksual baik secara kontak fisik atau

tidak sebelum usia 15 tahun (UNICEF, 2017). WHO memperkirakan pada

tahun 2017, ada sekitar 1 miliar anak dibawah umur antara usia 2 - 17 tahun

telah mengalami kekerasan fisik, emosional, dan seksual (WHO, 2017).

Informasi kekerasan seksual pada anak di Indonesia masih terbatas,

dikarenakan belum terintegrasinya sistem pelaporan antar instansi terkait. Data

yang dikeluarkan sesuai laporan yang diterima masing-masing instansi dan

tidak semua korban melaporkan kejadian yang menimpanya. Berdasarkan

laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2017 tercatat

sebanyak 116 korban kekerasan yang terjadi pada anak (LPSK, 2018).

Persentase kekerasan seksual anak laki-laki sebesar 56,46 persen, sedangkan

1
2

persentase pada anak perempuan sebesar 43,54 persen (KPAI, 2017). Menurut

KPAI pada tahun 2018 angka korban kekerasan seksual pada anak meningkat

menjadi 177 anak, sebanyak 135 korban merupakan anak laki-laki dan 42

korban merupakan anak perempuan (KPAI, 2018). Sedangkan pada tahun

2019 tercatat dari bulan januari hingga bulan Juni telah terjadi kekerasan

seksual pada anak sebanyak 97 kasus (LPSK, 2019). Hal ini menunjukkan

bahwa prevalensi kejadian pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan

dengan anak perempuan.

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan angka

kekerasan pada anak yang cukup tinggi. Menurut data Dinas Pemberdayaan

Perlindungan Perempuan dan Anak (DPPPA) Sumatera Barat pada tahun 2017

terdapat 118 kasus kekerasan terhadap anak (Silvia, 2019). Pada Tahun 2018

tercatat sebanyak 304 korban kekerasan seksual yang terjadi pada anak - anak

Sumatera Barat (Ditreskrimum Polda Sumbar, 2018). Pada tahun 2019

Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak

(SIMFONI PPA) tercatat dari bulan Januari sampai September korban

kekerasan seksual pada anak yang melapor dan ditangani di Sumatera Barat

sebanyak 116 (SIMFONI PPA, 2019). Sedangkan menurut kasus yang

ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan

Anak (UPTD PPA) Sumbar dari bulan Januari hingga bulan September

terdapat 50 korban kekerasan seksual pada anak, 27 diantaranya adalah anak

laki-laki dan 23 anak perempuan (UPTD PPA Sumbar, 2019).


3

Menurut data Ditreskrimum Polda Sumbar tahun 2018, kota Padang

merupakan kota dengan angka kejadian kekerasan seksual pada anak yang

tertinggi pada tahun 2018 sebanyak 53 kasus, diikuti dengan kota Padang

Pariaman sebanyak 34 kasus, dan kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 33 kasus.

Pada tahun 2019 korban kekerasan di kota Padang terhitung dari bulan Januari

hingga Agustus jumlah 34 kasus (SIMFONI PPA, 2019). Data yang diperoleh

dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (Unit PPA) Polresta Padang, pada

tahun 2018 terdapat 4 kasus sodomi pada anak laki-laki dan pada tahun 2019

(Januari-September) terdapat 3 kasus sodomi pada anak laki-laki (Unit PPA

Polresta Padang, 2019). Kecamatan kuranji menurut Sistem Informasi Layanan

Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak (SI LARAS) Kota Padang,

merupakan kecamatan yang memiliki angka kekerasan tertinggi dengan 4

kasus (SI LARAS Kota Padang, 2019).

Tingginya angka kekerasan seksual pada anak laki-laki menurut Wakil

Komisi Perlindungan Anak Indonesia dikarenakan anak laki-laki dianggap

tidak beresiko menjadi korban kekerasan seksual sehingga kurangnya

sosialisasi pendidikan seksual (KPAI, 2017). WHO menjelaskan terdapat

beberapa faktor yang memicu terjadinya kekerasan seksual pada anak

diantaranya adalah umur anak yang masih muda, orang tua atau pengasuh,

hubungan anak dengan pelaku, faktor komunitas, dan sosial (WHO, 2016).

Dampak kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan yang besar diantaranya cedera fisik,

gangguan seksual (infeksi HIV dan penyakit reproduksi lainnya), gangguan


4

psikologis, gangguan kesehatan jangka panjang (Kurniasar, 2017). Menurut

hasil penelitian Sari, et al., (2018) dampak psikologis yang dialami oleh korban

kekerasan seksual diantaranya adalah depresi, mimpi buruk, fobia, mudah

curiga terhadap orang lain dalam waktu yang tidak singkat, bahkan dapat

berakibat terganggunya hubungan dengan orang lain. Sedangkan menurut hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sofian (2018) di Panti Sosial Mardi Putra

(PSMP) dan Panti Rehabilitasi Sosial AnaK (PRSA) milik Kemensos yang

berlokasi di Jakarta Timur, Magelang, Makasar, dan Mataram. Didapatkan

sebanyak 22% pelaku kekerasan seksual mengaku pernah menjadi korban

kekerasan seksual dalam bentuk diperlihatkan gambar/film pronografi oleh

orang lain, diminta untuk melakukan aktivitas dan berhubungan seksual 28%,

selebihnya memiliki pengalaman disentuh/diraba-raba organ vitalnya,

diperlihatkan alat kelamin oleh orang lain, dan diajak untuk membuat film/foto

pornografi.

DPPPA Sumatera Barat terus melakukan upaya pencegahan kekerasan

pada anak dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat maupun instansi

terkait, salah satunya yaitu peluncuran program Sekolah Ramah Anak (SRA)

dan pengeluaran Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang perlindungan

perempuan dan anak (DPPPA Sumatera Barat, 2018). Selain dari pembuatan

peraturan untuk menghukum para pelaku, dibutuhkan pemberian pendidikan

seksual sedini mungkin untuk membekali anak agar tidak menjadi korban

kekerasan seksual. Menurut Koordinator Divisi Layanan Nurani Perempuan

pencegahan kekerasan seksual pada anak dapat dilakukan dengan memberikan


5

pemahaman pendidikan seks kepada masyarakat terutama anak-anak mengenai

bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain (Nasution &

Wahyudi, 2018).

Pengetahuan merupakan tingkat ranah kognitif yang paling dasar,

meliputi tahu, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi (Evelyn,

Mawarni, & Dharminto, 2016). Pengetahuan diperoleh melalui proses

pengindraan panca indra, akan tetapi sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh dari penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan

erat hubungannya dengan pendidikan, dimana semakin tinggi pendidikan maka

semakin luas pengetahuan (Wawan & Dewi, 2010).

Sikap adalah umpan balik atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu rangsangan atau stimulus (Notoatmodjo, 2012). Sikap terdiri

dari tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan, keyakinan), afektif (perasaan

emosional), dan konatif (kecenderungan untuk berperilaku sesuai dengan sikap

seseorang) (Azwar, 2000 dalam Wawan & Dewi, 2010). Menurut Rosenberg

(1964) dalam Wawan & Dewi (2010) dalam proses pengubahan sikap yang

harus diubah terlebih dahulu adalah komponen kognitif sehingga komponen

afektifnya juga berubah.

Pada anak usia sekolah (6-12) tahun mengalami perkembangan

psikososial, personalitas, dan motorik yang sangat pesat, seperti anak mulai

membina hubungan dengan teman sebaya, anak ingin punya pencapaian dan

terlibat dalam suatu tugas, dan pola berfikir mulai mempertimbangkan

lingkungannya (Wong, et.al., 2009). Pada tahap ini dibutuhkan stimulasi yang
6

sesuai agar anak dapat mendayagunakan emosional dan sosialnya secara

maksimal (Setiyaningrum, 2017).

Metode pendidikan kesehatan yang dapat digunakan untuk anak usia

sekolah ada beberapa macam diantaranya curah pendapat (brain storming),

diskusi kelompok, bola salju (snow balling), kelompok kecil (bruzz group),

bermain peran (role play), permainan simulasi (simulation game)

(Notoatmodjo, 2012). Salah satu media yang dapat digunakan sebagai media

pendidikan pada anak adalah permainan (Setiyaningrum, 2017). Menurut hasil

penelitan yang dilakukan oleh Sara, Nurfitriyanti, & Adriana (2016)

didapatkan bahwa permainan simulasi efektif dalam media pendidikan

kesehatan pada anak sekolah.

Permainan simulasi (simulation game) merupakan perpaduan roleplay

dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan dikemas dalam bentuk

permainan seperti ular tangga, ludo, monopoli, dll (Notoatmodjo, 2012).

Monopoli merupakan sebuah permaian yang menggunakan papan berisikan

petak-petak yang dimainkan dengan tujuan untuk menguasai seluruh petak-

petak sebagai kekayaan (Ulfaeni, 2017). Monopoli yang digunakan dalam

penelitian ini adalah monopoli hasil modifikasi oleh peneliti yang diberi nama

MONOBANI (Monopoli Anak Berani). Monobani berisi materi tetang

pencegahan kekerasan seksual yang sesuai untuk anak usia sekolah.

Diharapkan monobani dapat menjadi salah satu pilihan media permainan

simulasi yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan seksual pada

anak.
7

Permainan monopoli memiliki beberapa kelebihan, antaralain, siswa

lebih mudah memahami pelajaran dikarenakan menyenangkan, siswa lebih

diberikan kebebasan dalam mengeksplor pengetahuan, dapat menuntun secara

aktif untuk berpartisipasi, memberikan suasana belajar yang menyenangkan

tanpa mengeyampingkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan ilmiah

(Rosdiana, Hidayat, & P, 2017). Menurut Rakhmayanti & Subagio (2019)

permainan dan simulasi memiliki beberapa kelebihan antara lain, permainan

sangat menyenangkan untuk dilakukan, permainan menimbulkan partisipasi

siswa dalam belajar, permainan mampu melatih interaksi sosial antara siswa,

permainan bersifat luwes sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung

siswa tidak merasa tegang atau monoton.

Berdasarkan hasil penelitian Davidi (2018) bahwa penggunaan media

permainan monopoli berbasis PBL (Problem Based Learning) dengan tema

upaya pelestarian lingkungan pada siswa kelas 5 SD dinyatakan layak untuk

pembelajaran didalam kelas dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

berfikir kritis. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriana & Siti (2019)

yang membandingkan efektivitas antara metode permainan monopoli dan

dongeng sebagai media dalam memberikan penyuluhan menyikat gigi pada

anak usia 9-10 tahun, setelah diintervensi didapatkan nilai rata-rata anak yang

mendapatkan penyuluhan dengan metode monopoli lebih tinggi dibandingkan

anak yang mendapatkan penyuluhan dengan metode dongeng.

Monopoli juga sudah digunakan dalam pendidikan kesehatan terhadap

anak salah satunya penelitian oleh (Hutami, et al., 2019) yang menerapkan
8

permainan Molegi (Monopoli Puzzle Kesehatan Gigi) sebagai media

pendidikan kesehatan gigi dan mulut siswa SD Negeri 1 Bumi kelas IV.

Setelah dilakukan intervensi terjadi peningkatan nilai siswa sebanyak 29,4%,

kemudian dilakukan uji statistic penggunakan paired independent t-test

didapatkan nilai p>0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara

Pendidikan Molegi terhadap peningkatan pengetahuan siswa.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di 4 sekolah

dasar negeri kecamatan Kuranji yang memiliki jumlah siswa terbanyak,

didapatkan SDN 43 Sungai Sapih dengan peringkat pengetahuan dan sikap

tentang kekerasan seksual terendah. Hasil yang didapatkan pada 10 anak laki-

laki kelas 3 dan 4; 8 siswa tidak tahu bagian tubuh yang tidak boleh disentuh

orang lain. Sedangkan 7 dari 10 siswa tidak setuju untuk melaporkan pada

orang tua jika ada lawan jenis atau orang lain yang memegang tubuhnya,

Kekerasan seksual memliki dampak yang buruk terhadap anak baik

jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga dibutuhkan pencegahan yang

serius untuk mencegah kekerasan seksual pada anak. Berdasarkan uraian

tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian “ Pengaruh

Permainan Monopoli Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Anak Laki-Laki

Tentang Pencegahan Kekerasan Seksual Di SD 43 Kecamatan Kuranji Tahun

2019”.
9

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah ada pengaruh

permainan monopoli terhadap pengetahuan dan sikap anak laki-laki tentang

pencegahan kekerasan seksual di SD 43 kecamatan kuranji tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya pengaruh permainan

monopoli terhadap pengetahuan dan sikap anak laki-laki tentang

pencegahan kekerasan seksual di SD 43 kecamatan kuranji tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pengetahuan anak laki-laki tentang pencegahan

kekerasan seksual sebelum dan seseduah diberikan pendidikan seksual

melalui permainan monopoli.

b. Diketahui gambaran sikap anak laki-laki tentang pencegahan kekerasan

seksual sebelum dan sesudah diberikan pendidikan seksual melalui

permainan monopoli.

c. Diketahui pengaruh pendidikan seksual terhadap pengetahuan anak

laki-laki tentang pencegahan kekerasan seksual setelah diberikan

pendidikan seksual menggunakan permainan monopoli.

d. Diketahui pengaruh pendidikan seksual terhadap sikap anak laki-laki

tentang pencegahan kekerasan seksual setelah diberikan pendidikan

seksual menggunakan permainan monopoli.


10

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti mengenai

media edukasi yang baik mengenai pencegahan kekerasan seksual serta

mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan

perkuliahan.

2. Bagi keperawatan

Dapat dijadikan sebagai dasar penerapan media informasi dalam

memberikan pendidikan pencegahan kekerasan seksual pada anak sekolah

dengan metode bermain monobani.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai data dasar pencegahan kekerasan seksual dalam

mengembangan media permainan pendidikan kesehatan kekerasan seksual

yang sesuai dengan perkembangan anak sekolah.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kekerasan Seksual

1. Pengertian

Kekerasan seksual adalah sebuah bentuk ancaman dan pemaksaan

seksual atau kontak seksual yang tidak dikehendaki oleh salah satu pihak

(Yuwono, 2015). Kekerasan terhadap anak menurut Undang-Undang No 35

Tahun 2014 merupakan tindakan terhadap anak yang dapat mengakibatkan

timbulnya penderitaan atau kesengsaraan baik secara fisik, psikis, seksual,

dan/atau penelantaran terhadap anak, termasuk ancaman untuk melakukan

perbuatan, pemaksaan, maupun perampasan hak kemerdekaan yang

melawan hukum (PUSDATIN RI, 2019). Menurut Sugijokanto (2014)

kekerasan seksual pada anak adalah keadaan merampas atas hak anak yang

membahayakan nyawanya yang umumnya dilakukan oleh orang terdekatnya

atau orang yang telah dikenal anak.

2. Faktor-faktor penyebab kekerasan seksual

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekerasan seksual pada

anak menurut Madani (2014) dibagi menjadi faktor genetik dan faktor

lingkungan.

Faktor genetik diantarnaya adalah :

a. Perilaku orang tua yang membawa sifat-sifat yang berkaitan dengan

akhlak dan tempramen yang turun-temurun.

11
12

b. Hubungan seksual orangtua.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian kekerasan

seksual pada anak antara lain :

a. Ketidaktahuan orangtua akan pendidikan seks pada anak.

b. Rangsang seksual pada keluarga yang dapat memberikan stimulus-

stimulus secara tidak sengaja yang dapat merusak pandangan perilaku

seksual anak.

c. Anak tidak terlatih untuk meminta izin saat akan memasuki kamar

orangtuanya, sehingga apabila anak melihat hubungan seksual orangtua

akan membekas pada ingatan anak.

d. Anak tidur satu ranjang dengan orangtua atau tempat tidur anak yang

berdekatan dengan orangtua.

e. Mencontoh perilaku seks.

f. Melarang anak bertanya masalah seks.

g. Berciuman dan memegang atau menyentuh bagian organ seksual.

h. Terabaikannya pengawasan terhadap media informasi.

i. Teman yang memiliki perilaku buruk.

j. Pendidikan dan pemahaman seks yang keliru pada anak.


13

Selain faktor-faktor diatas, menurut Ibrahim (2017) faktor resiko

terjadinya kekerasan seksual dibagi menjadi 4:

a. Usia

Usia yang paling beresiko mengamai kekerasan seksual adalah

7-13 tahun, lebih dari 20% anak mengakami kekerasan seksual sebelum

usia 8 tahun.

b. Tempat

Umumnya kekerasan seksual terjadi di rumah, sekolah, dan

tempat umum.

c. Pelaku

Pelaku kekerasan yang banyak terjadi adalah orang terdekat

korban atau orang yang dikenal korban. Kekerasan seksual yang

dilakukan oleh orang terkekat akan lebih membekas dan bisa

menimbulkan trauma yang mendalam.

d. Status Ekonomi

Anak yang berasal dari social ekonomi rendah akan lebih

beresiko 3 kali lipat menjadi korban kekerasn seksual.

3. Bentuk kekerasan seksual

Beberapa bentuk kekerasan seksual yang bisa dilakukan pada anak

laki-laki antara lain sodomi, oral genital, memperlihatkan alat kelamin,

foto pornografi, berkata “jorok’pada anak, menyuruh anak tidak memakai

baju, mengintip anak mandi/tidur, membujuk anak menonton porno

(Sari, 2018). Menurut pendapat lain bentuk kekerasan yang dapat


14

dilakukan pada anak-anak adalah meraba-raba alat kelamin, mencolek

bokong, memaksa melakukan oral sex, melakukan sodomi, menggunakan

anak dalam promosi dan distribusi pornografi (KEMENSOS RI, 2018).

Menurut pendapat lain kekerasan seksual pada anak-anak adalah sentuhan

atau meraba bagian pribadi anak, pemaksaan anak agar memperlihatkan

bagian pribadinya, memaksa melakukan hubungan seksual dengan anak,

memperlihatkan alat kelamin/bagian pribadi pada anak (Sukimah, 2017).

4. Dampak kekerasan seksual

Kekerasan seksual memiliki banyak dampak yang buruk terhadap

pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa yang akan datang. Menurut

Huraerah (2012) dalam Oktavianda (2019) dampak yang di timbulkan dari

kekerasan seksual terhadap anak dapat dikelompokkan menjadi:

a. Dampak fisik

Dampak kekerasan dapat berupa luka lecet, lebam pada organ

kelamin, dan patah tulang.

b. Dampak psikologis

Akibat kekerasan seksual pada anak yaitu depresi, hilangnya

kepercayaan diri, stress akibat trauma, gangguan pola makan,

gangguan sosial.

c. Dampak seksual

Dampak seksual akibat kekerasan seksual diantaranya adalah

penyebaran infeksi penyakir seperti HIV, Infeksi menular seksual,

aborsi, hamil tidak diinginkan, dan ganguan reproduksi lainnya.


15

Dampak kekerasan seksual pada anak menurut (Sukimah, 2017)

dibagi menjadi tiga antara lain:

a. Fisik

Dampak pada fisik anak yang mengalami kekerasan seksual

adalah mengantuk, pucat, lesu, dan kesehatan menurun.

b. Emosi

Pada emosi dampaknya adalah mudah tersinggung, merasa

takut, rendah diri, dan merasa bersalah.

c. Hubungan

Selain fisik dan emosi dampak yang bisa terjadi pada anak

yang mengalami kekerasan seksual adalah malas berinteraksi dan sulit

mempercayai orang lain.

Dampak jangka Panjang yang ditimbulkan pada korban kekerasan

seksual pada anak menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sofian, 2018)

di Panti Sosial Mardi Putra (PSMP) dan Panti Rehabilitasi Sosial Anak

(PRSA) milik kemensos yang berlokasi di Jakarta Timur, Magelang,

Makasar, dan Mataram. Dari hasil penelitian pada sebanyak 22% pelaku

kekerasan seksual mengaku pernah menjadi korban kekersan seksual

dalam bentuk diperlihatkan gambar/film pronografi oleh orang lain,

diminta untuk melakukan aktivitas dan berhubungan seksual 28%,

selebihnya memiliki pengalaman disentuh/diraba-raba organ vitalnya,

diperlihatkan alat kelamin oleh orang lain, dan diajak untuk membuat

film/foto pornografi.
16

5. Pencegahan kekerasan seksual

Pencegahan kekerasan seksual dapat dikategorikan menjadi tiga

menurut National Sexual Violence Resource Center (NSVRC) (2018)

antaralain:

a. Pencegahan Primer

Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya

kekerasan seksual. Pencegahan ini ditujukan kepada anak-anak yang

memiliki resiko menjadi objek kekerasan seksual. Pencegahan dapat

dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap anak melalui

pendidikan kesehatan reproduksi sesuai umur maupun pengenalan

pendidikan seksual.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan ini memiliki tujuan diantaranya memperkecil

dampak yang diakibatkan kekerasan seksual. Bentuk tindakannya

berupa membawa anak ke pelayanan kesehatan dan melaporkan

tindakan kekerasan seksual.

c. Pencegahan tersier

Upaya pencegahan tersier dapat diartikan sebagai tinda lanjut

untuk mengembalikan anak kondisi semula. Upaya ini dapat berupa

mengajak anak untuk berinteraksi dengan lingkungan dengan

pendampingan.
17

Pencegahan kekerasan seksual juga membutuhkan peran serta

orangtua, menurut Sukimah (2017) ada beberapa hal yang dapat dilakukan

orangtua untuk mencegah kekerasn seksual pada anak antaralain:

a. Mengikutsertakan anak dalam membuat rencana kegiatan keluarga,

membuat keputusan, dan memecahkan masalah dalam keluarga.

b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak tentang Pendidikan

seksual sesuai dengan usia.

c. Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama.

d. Mendampingi anak saat ada masalah.

e. Berkomunikasi dan berdialog dengan anak secara rutin,

f. Mengingatkan anak untuk waspada terhadap kekerasan seksual saat

sendiri.

g. Menjalin hubungan erat dengan keluarga dan menanamkan nilai moral

serta agama.

h. Mengenal teman-teman anak termasuk dalam lingkungan sekolah.

B. Konsep Tumbuh Kembang

Menurut Andriana (2011) pertumbuhan adalah proses dimana

bertambahanya ukuran dan jumlah sel baik sebagian maupun keseluruhan.

Sedangkan perkembangan adalah proses perluasan dan perubahan menuju

kopleksitas serta kematangan emosional, intelektual, dan tingkah laku sebagai

hasil interaksi dengan lingkungan sekitar (Wong, 2012).


18

1. Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun dimana pada

periode ini anak mengalami kemajuan yang sangat pesat terhadap

intelektualnya sehingga sangat baik digunakan dalam proses pembelajaran

kepada anak (Setiyaningrum, 2017). Pada tahap ini anak mulai bertanggung

jawab atas tanggung jawab terhadap dirinya dalam berinteraksi dengan

orang tua, teman, dan lingkungan sekitarnya (Wong, 2009). Pada akhir

masa anak-anak menuju remaja terdapat beberapa perubahan yang terjadi

pada diri sang anak baik fisik maupun psikologisnya (Wong, 2012).

2. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Motorik pada anak usia sekolah mengalami peningkatan

ketangkasan, meningkatnya minat dalam menggambar, menulis, mewarnai,

koordinasi ototnya semakin bagus (melompat, berlari), anak mulai dapat

menggunakan pakaian sendiri (Andriana, 2011). Perkembangan kognitif

anak mulai memiliki minat untuk membaca, mengeksplorasi konsep dasar,

jumlah dan, waktu serta pada tahap ini anak mulai memecahkan masalah

dengan logis (Wong, 2012). Perkembangan psikososial anak pada tahap ini

yaitu anak mulai tertarik terhadap lingkungan sosialnya, sehingga anak

ingin terlibat untuk berkontribusi dalam tugas sosialnya. Kemandirian yang

muncul pada anak harus difasilitasi agar tumbuhnya rasa percaya diri pada

anak dengan mulai memberi kepercayaan pada anak seperti

mengikutsertakan dalam kegiatan dalam keluarga, sehingga tugas

perkembangan ini dapat dipenuhi (Wong, Hockenberry, & Wilson, 2011).


19

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan menurut Andriana (2011) ada 2 yaitu:

a. Faktor internal yang mempengaruhi tumbuh kembang antaralain ras

(etnik) atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik, dan

kelainan kromosom.

b. Faktor eksternal yang mempengaruhi tumbuh kembang antara lain

faktor prenatal, faktor persalinan, dan faktor pasca persalinan.

1) Faktor prenatal antaralain gizi ibu hamil, riwayat penyakit diabetes,

paparan radiasi, infeksi virus, kelainan imunologi, dan psikologi

ibu.

2) Faktor persalinan antara lain trauma kepala sewaktu persalinan dan

asfiksia.

3) Faktor pasca persalinan antaralain gizi bayi, pemberian ASI,

penyakit atau kelainan konginetal, lingkungan pengasuhan, dan

obat-obatan, serta stimulasi.

C. Pendidikan Seksual Dengan Metode Monopoli

1. Pendidikan kesehatan

a. Pengertian

Menurut WHO pendidikan kesehatan merupakan upaya yang

dilakukan dengan menitik beratkan pada perilaku sehat dengan tujuan

berubahnya perilaku masyarakat dari yang tidak sehat menjadi perilaku


20

yang sehat (WHO, 2019). Pendidikan kesehatan menurut DEPKES

merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri untuk menolong

dirinya sendiri dan mengembangkan kegiatan sesuai dengan

kebudayaan setempat (Subaris, 2016).

b. Media pendidikan kesehatan

Media Pendidikan kesehatan merupakan alat bantu yang

digunakan dalam penyampaian pesan-pesan pada sasaran yang

bertujuan agar membuat penyampaian pesan-pesan kesehatan menjadi

lebih menarik, efektif, mudah diingat, serta agar memperjelas prosedur

atau tindakan dari materi pendidikan kesehatan (Akbar, 2019).

Beberapa media pendidikan kesehatan yang dapat digunakan

menurut (Notoatmodjo, 2012) di kategorikan menjadi tiga yaitu:

1) Berdasarkan stimulasi indera

Alat bantu yang memudahkan penerima menangkap pesan

yang disampaikan melalui indera penglihatan berupa visual.

Kemudian alat bantu dengar berupa audio yang membantu

penerima menangkap pesan melalui pendengaran. Selanjutnya

perpaduan antara alat bantu dengar dan visual yang memungkinkan

pendengar menangkap pesan melalui penglihatan dan pendengaran.

2) Berdasarkan pembuatan dan penggunaan

Alat peraga elektronik berupa video, slide prsentasi,

projector, atau media lain yang menggunakan daya listrik.


21

Berdasarkan pembuatannya alat bantu yang dapat dibuat dan

dirancang berdasarkan kebutuhan dari bahan-bahan yang tersedia.

3) Berdasarkan sasaran

a) Berbagai media cetak seperti koran, booklet, flyer, poster, flip

chart, foto, dan lain-lain.

b) Berbagai media elektronik seperti film pendek, animasi, game,

dan papan kesehatan.

c. Metode Pendidikan kesehatan pada anak

Beberapa metode yang bisa digunakan dalam memberikan

pendidikan kepada anak menurut Notoatmodjo (2012):

1) Curah pendapat (brain storming). Metode ini hampir sama dengan

metode diskusi kelompok, prinsipnya sama dengan diskusi.

Perbedaanya adalah pemimpin kelompok memberikan pertanyaan

atau statement kemudian anggota diminta untuk menjawab atau

memberikan pandangan.

2) Diskusi kelompok. Pada metode ini semua peserta ikut serta dan

duduk saling bertatap muka dalam bentuk lingkaran atau segi

empat. Ada pimpinan diskusi untuk memulai diskusi yang harus

memberikan pertanyaan atau kasus sehubungan dengan masalah

yang akan dipecahkan.

3) Bola salju (snow balling). Kelompok di bagi secara berpasang-

pasangan (1 pasang terdiri dari 2 orang) kemudian diberikan

pernyataan untuk didiskusikan, setelah 5 menit tiap 2 pasang


22

berkumpul menjadi satu. Kemudian membahas hasil diskusi dan

menyimpulkannya. Setelah itu 2 kelompok berkumpul kembali

menjadi satu dan seterusnya hingga menjadi satu bagian besar.

4) Kelompok kecil (bruzz group). Kelompok dibagi menjadi

kelompok-kelompok kecil yang kemudian diberi permasalahan

yang sama atau berbeda antar kelompok kecil untuk di pecahkan.

Setelah itu barulah dicari kesimpulan dari masing-masing

kelompok.

5) Bermain peran (role play). Permainan ini melibatkan beberapa

orang untuk memainkan peran/ berperan sesuai dengan peran tokoh

yang diberikan, untuk memperagakan cara berinteraksi antar

sesama tokoh.

6) Permainan simulasi (simulation game). Metode ini merupakan

perpaduan roleplay dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan

kesehatan dikemas dalam bentuk permainan seperti ular tangga,

ludo, monopoli, dll. Beberapa anggota kelompok menjadi pemain

dan ada yang menjadi pemberi informasi.

2. Pendidikan seksual anak usia sekolah

a. Pengertian pendidikan seksual

Pendidikan seksual merupakan sebuah proses panjang harus

dilalui mulai dari usia bayi hingga akhir hayat. pada masa kanak-kanak

pendidikan kesehatan seksual sangat diperlukan karena setelah tahap ini

anak akan memasuki masa transisi yaitu masa pubertas dimana organ
23

reproduksi yang semula belum berfungsi dengan sempurna mulai

berfungsi. Pemberian informasi akan kematangan seksual ini sangat di

butuhkan untuk merendahkan perasaan malu, ragu, dan perilaku isolasi

saat pubertas (Wong, et.all, 2012).

b. Materi Pendidikan seksual pada anak usia sekolah

Menurut Neherta (2017) pendidikan seksual untuk anak dapat

berupa upaya pencegahan primer kekerasan seksual diantaranya:

1) Bagian tubuh penting yang boleh dan tidak boleh dipegang oleh

orang lain.

2) Memberitahu tindakan pelaku yang mungkin melakukan tindakan

kekerasan seksual pada anak.

3) Memberitahu modus atau rayuan yang digunakan oleh pelaku untuk

melakukan kekerasan seksual.

4) Mengajarkan usaha untuk menghindar dari resiko terjadinya

kekerasan seksual.

5) Sikap ketika anak ketika ada yang orang lain yang menyentuh organ

tubuh miliknya yang terlarang.

3. Metode permainan monopoli

a. Pengertian permainan

Adanya kontak antar satu orang pemain dengan pemain yang

lainnya untuk saling berinteraksi yang mengikuti aturan-aturan yang

berlaku demi mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Ningsih,

2018). Permainan merupakan cara atau alat yang bersifat mendidik


24

yang berupa suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan bermanfaat

serta meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya.

Ada beberapa komponen yang harus dimiliki dalam suatu permainan,

yaitu; memiliki pemain yang akan bermain, adanya interaksi antar

pemain dan antar lingkungan, memiliki aturan-aturan main, memiliki

tujuan yang akan dicapai (Cahyo, 2011).

Permainan sebagai salah satu media untuk pembelajaran

mempunyai beberapa kelebihan antaranya:

1) Dapat menjadi sarana hiburan yang menyenangkan.

2) Dapat melihat umpan balik dari permainan.

3) Dapat menerapkan bagaimana kehidupan yang sebenarnya di

masyarakat.

4) Memiliki sifat yang luwes.

5) Lebih mudah untuk memasukkan unsur pendidikan kedalamnya

(Ningsih, 2018).

b. Pengertian permainan monopoli

Monopoli merupakan sebuah permaian yang menggunakan

papan berisikan petak-petak yang dimainkan dengan tujuan untuk

menguasai seluruh petak-petak sebagai kekayaan dengan cara

pembelian, penyewaan, dan tukar menukar properti dalam sistem yang

sederhana. Untuk memenangkan permainan, pemain harus paham

dengan sistem ekonomi sederhana yang digunakan seperti pembelian,


25

penjualan maupun menukar properti sehingga seseorang bisa keluar

menjadi seorang pemenang (Ulfaeni, 2017).

Desain permainan yang peneliti buat yaitu monopoli yang sudah

dimodifikasi dengan materi pencegahan kekerasan yang diberi nama

“MONOBANI” yaitu (Monopoli Aku Berani). Permainan ini

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap

pencegahan kekerasan seksual. Komponen permainan ini terdiri dari:

1) Sebuah papan permainan yang berukuran 35cm x 35cm yang

dilengkapi dengan petak strart 1 buah, petak informasi 8 buah, petak

kesempatan 4 buah, petak aku berani 4 buah, petak lapor orang tua 1

buah, petak lapor guru 1 buah, petak tidak berani melapor 1buah,

petak kartu aku berani 1 buah, petak kartu aku peduli 1 buah, dan

petak kartu kesempatan 1buah.

2) 1 buah dadu.

3) Satu set kartu kesempatan 8 buah, satu set kartu aku berani 8 buah,

satu set kartu aku peduli 7 buah.

4) 8 buah kartu kepemilikan informasi.

5) Uang mainan nominal Rp.5.000 – Rp.50.000

c. Kelebihan permainan monopoli

Monopoli memliki beberapa kelebihan antaralain:

1) Siswa lebih mudah memahami pelajaran dikarenakan materi

disampaikan melalui permainan sehingga menyenangkan.

2) Siswa lebih diberikan kebebasan dalam mengeksplor pengetahuan.


26

3) Monopoli dapat menuntun secara aktif siswa untuk berpartisipasi

dalam pembelajaran.

4) Memberikan suasana belajar yang menyenangkan tanpa

mengeyampingkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan ilmiah

(Rosdiana, et al., 2017).

Menurut Rakhmayanti & Subagio (2019) permainan dan

simulasi memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) Permainan sangat menyenangkan untuk dilakukan oleh anak.

2) Permainan menimbulkan partisipasi siswa dalam belajar.

3) Permainan mampu melatih interaksi sosial antara siswa.

4) Permainan bersifat luwes sehingga ketika proses pembelajaran

berlangsung siswa tidak merasa tegang atau monoton.

d. Peraturan permainan monopoli

1) Permainan monobani ini dimainkan oleh 5 pemain.

2) Dibutuhkan 1 pejabat bank selain dari pemain sebagai pemegang

dana bank.

3) Setelah mempersiapkan alat-alat permainan, pejabat bank

membagikan uang mainan pada masing-masing pemain sebanyak

50.000.

4) Setelah semua perlengkapan telah siap, terlebih dahulu peserta

diberikan kartu aku peduli yang berisi materi pencegahan kekerasan

seksual.

5) Lama permainan disesuaikan dengan kesepakan para pemain.


27

6) Untuk menentukan siapa yang dahulu bermain, masing-masing

pemain melempar dadu terlebih dahulu nilai yang besar berhak untuk

bermain terlebih dahulu.

7) Permainan dimulai dari petak start.

8) Pemain berjalan berdasarkan dengan giliran sesuai dengan arah

panah.

9) Pemain yang berhenti di petak “aku pedui” wajib mengambil kartu

“aku peduli’ dan membacakannya, setelah itu pemain berhak untuk

membeli petak dari bank sesuai ketetapan. Namun, jika sudah

dimiliki orang lain maka harus membayar denda.

10) Pemain yang berhenti pada petak “aku berani” maka waiib

mengambil kartu aku berani dan wajib untuk mempraktekkan

instruksi di kartu dan berhak menadapat bonus.

11) Pemain yang berhenti pada petak kesempatan maka wajib

mengambil kartu “kesempatan” dan harus menjawab pertanyaan.

Jika jawaban benar maka berhak menadapat bonus Rp.10.000 dan

apabila salah denda Rp.5.000.

12) Pemain yang berhenti di petak lapor pada guru dan lapor orang tua

maka berhak mendapat bonus.

13) Pemain yang berhenti pada petak aku tidak berani melapor mendapat

hukuman mundur 6 langkah.

14) Pemain yang kehabisan uang dapat menjual petak informasi

miliknya pada bank.


28

15) Pemain yang kehabisan uang maka dinyatakan kalah.

16) Pemain yang memiliki uang terbanyak dan harga petak informasi

maka menjadi pemenang.

D. Pengetahuan dan Sikap Anak Dalam Mencegah Kekerasan Seksual

1. Pengetahuan anak

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang didapatkan seseorang

setelah melakukan pengindraan pada sebuah objek tertentu (Notoatmodjo,

2012). Pengetahuan adalah sesala sesuatu yang dimiliki manusia tentang

segala sesuatu yang ada didunia termasuk manusia dan kehidupannya

(Lubis, 2014).

Tingkat pengetahuan pada setiap individu memiliki beberapa tingkatan

menurut Notoatmodjo (2012) antaralain:

a. Tahu (know) keadaan dimana individu dapat mengingat materi yang

dipelajarinya.

b. Memahami (comprehension) kemampuan individu yang mamapu untuk

menjelaskan dan menginterpretasikan sehingga dapat menjelaskan

dengan baik dan menyebutkan contohnya.

c. Aplikasi (aplication) kemampuan individu untuk menerapkan

pengetahuan yang sudah di terima dalam kehidupan.

d. Analisis (analysis) kemapuan individu dalam menguraikan masalah dan

mencari hubungan antar beberapa komponen yang ada dalam masalah

tersebut.
29

e. Sintesis (synthesis) keaadaan individu yang mampu untuk meringkas

suatu hubugan antar komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation) kemampuan individu dalam melakukan penilaian

terhadap suatu objek berdaasarkan standar-standar yang sudah dibuat

sebelumnya.

Pengetahuan setiap individu berbeda-beda antara satu dengan yang

lainya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, pendidikan, sumber

informasi (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Bujuri (2018) tingkatan pengetahuan pada anak sekolah

dasar terdiri dari:

a. Usia 7 tahun (Kelas 1 SD)

Perkembangan anak pada usia ini berada pada tahap

pengetahuan dan pemahaman yang terbatas. Jika berdasarkan teori

bloom berada pada level C1 (mengingat) dan tahap awal C2

(memahami). Pada umur ini anak mampu fokus dalam belajar di

sekolah selama 2-3 jam perhari.

b. Usia 8 tahun (Kelas 2 SD)

Perkembangan kognitif pada usia ini anak sudah memasuki

tahap C2 (memahami) dan masuk tahap C3 (menerapkan). Pada usia ini

anak mampu fokus untuk belajar disekolah selama 2-3 jam perhari.

c. Usia 9 tahun (Kelas 3 SD)

Kemampuan kognitif anak pada usia ini lebih baik dimana anak

berada pada tahap C3 (menerapkan). Dengan kata lain anak sudah


30

mampu untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ia pahami dalam

kegiatannya. Pada tahap ini anak mampu fokus selama 3-4 jam per hari.

d. Usia 10 tahun (Kelas 4 SD)

Pada usia 10 tahun, kemampuan anak dalam menerapkan (C3)

pengetahuan lebih baik dari pada tahap sebelumnya dan mulai

memasuki tahap C4 (menganalisis).

e. Usia 11-12 tahun (Kelas 4 dan 5 SD)

Pada usia ini anak anak tidak lagi berada pada fase operasional

konkret melainkan pada fase operasional formal. Pada usian 11 tahun

anak berada pada tahap C5 (mengevaluasi/menilai) dan C6 mencipta

dengan baik. Sedangkan pada usia 12 tahun kemampuan anak pada

tahap C5 (mengevaluasi/menilai) lebih baik dan C6 (mencipta) juga

lebih baik dari pada usia sebelumnya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek

penelitian atau responden. Selanjutnya Wawan & Dewi (2010)

menjelaskan tingkat pengetahuan secara umum dibagi atas 3 bagian :

a. Baik

Pengetahuan baik diartikan seseorang sudah mampu

mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisa, dan

menghubungkan antara sutu materi dengan materi lainnya (sintesis)

serta kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu objek

(evaluasi). Pengetahuan dikatakan baik apabila nilai : 76 – 100 %.


31

b. Cukup

Pengetahuan sedang diartikan apabila individu kurang

mampu untuk mengetahui, memahami, mengaplikasikan,

menganalisa, dan menghubungkan antara suatu materi dengan materi

lainnya (sintesis) serta kemampuan untuk melakukan penelitian

terhadap suatu objek (evaluasi). Pengetahuan dikatakan cukup

apabila nilai : 56 – 75%.

c. Kurang

Pengetahuan kurang diartikan apabila individu kurang

mampu untuk mengetahui, memahami, mengaplikasikan,

mengevaluasi dan menghubungkan antara suatu materi dengan

dengan materi lainnya atau objek. Pengetahuan kurang diartikan

apabila nilai : < 56%.

Sebagai upaya untuk mencegah kekerasan seksual pada anak adalah

pemberian bekal pengetahuan tentang seksualitas yang disesuaikan dengan

tahap perkembangan anak (Jatmikowati, 2015). Pengetahuan yang harus

dimiliki oleh anak-anak tentang pencegahan kekerasan seksual antaralain:

Gambar 2.1 Bagian tubuh yang tidak boleh disentuh

Sumber : Pencegahan Kekerasan seksual (KPAI, 2017)


32

Beritahu anak tentang sentuhan yang boleh dilakukan orang lain

ialah bagian kepala, tangan, dan kaki, dan bagian yang tidak boleh dilihat

dan dipegang orang lain adalah penis, mulut, dan bokong. Jelaskan pada

anak tentang cara menjaga privasi saat mandi, tidur, dan berpakaian.

Orangtua juga perlu memberitahukan bahwa ada saatnya orang lain

diperbolehkan melihat bagian pribadi tubuh dengan izin orangtua seperti

saat dokter/perawat/bidan memeriksa (Justica, 2016).

Beritahu anak contoh tindakan yang mungkin dilakukan oleh pelaku

kekerasan pada anak seperti:

a. Orang lain yang membuka pakaianmu atau menyuruh membuka

pakaianmu tanpa izin orangtua.

b. Orang lain yang melakukan sentuhan buruk seperti menyentuh, meremas,

dan mempermainkan bagian pribadimu yang membuatmu tidak nyaman

atau memasukkan sesuatu ke anus anak.

c. Memperlihatkan bagian tubuh pribadinya atau menyuruh anak untuk

memegang maupun memasukkan penis kemulut.

d. Orang asing yang memeluk, mencium, atau menyuruh anak duduk

dipangkuannya.

e. Orang yang mengikuti atau membujuk anak untuk ke tempat yang sepi

sendirian (Hemdi, 2010).


33

Menurut (Neherta, 2017) ada beberapa usaha yang bisa dilakukan

untuk mengurangi resiko tindakan kekerasan seksual pada anak:

a. Menutup dan mengunci kamar tidur dan kamar mandi saat berada

didalam.

b. Mengajarkan untuk menolak pemberian dari orang lain tanpa seizin

orangtua.

c. Tidak sendirian dan selalu bersama-sama teman-teman.

d. Tidak berada pada tempat yang sepi terutama saat sendiri.

e. Mengajarkan kepada anak agar bertingkah laku baik dan santun

f. Menggunakan pakaian yang sopan dan rapi.

2. Sikap anak

Sikap menurut Notoatmodjo (2012) umpan balik berupa respon

terhadap suatu stimulus atau rangsangan yang masih bersifat tertutup. Pendapat

lain sikap merupakan sebuah respon seseorang sebagai umpan balik terhadap

suatu kondisi (positif /negatif) yang dituangkan dalam bentuk emosional afektif,

mimik, dan tindakan (Sari, 2018).

Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan,

keyakinan), afektif (perasaan emosional), dan konatif (kecenderungan untuk

berperilaku sesuai dengan sikap seseorang) (Azwar, 2000 dalam Wawan &

Dewi, 2010). Menurut Rosenberg (1964) dalam Wawan & Dewi (2010) dalam

proses pengubahan sikap yang harus diubah terlebih dahulu adalah komponen

koognitif sehingga komponen afektifnya juga berubah. Sehingga diharapkan

dengan meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan diharapkan sikap


34

seseorang dapat berubah seiring meningktanya pengetahuan. Hasil ukur sikap

menurut Azwar (2010) dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu positif dan

negative. Positif apabila nilai ≥ median, dan negatif apabila nilai <median.

Sikap seseorang terhadap suatu stimulus juga dikategorikan menjadi

empat tingkatan menurut Notoatmodjo, (2012):

a. Menerima (Receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa dalam menerima stimulus

seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b. Merespons (Responding)

Merespon merupakan respon dari stimulus yang diberikan

berupa memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

mengegerjakan tugas yang diberikan apabila diberikan tugas.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai bisa diindikasikan seperti mengajak orang lain

untuk mengerjakan ataupun mendiskusikan stimulus yang diberikan.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab merupakan tingkatan sikap yang paling

tinggi, dimana seseorang akan menerima semua resiko atas sesuatu

yang telah dipilihnya.


35

Menurut Wawan (2010) sikap dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai

berikut:

a. Pengalaman Pribadi

Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antra lain dimotivasi oleh keinginan untuk

nerafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menambahkan garis pengarah

sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya, karena kebudayanlah yang memberi corak

pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya aktual disampaikan secara

objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya

berpengaruh terhadap sikap konsumennya.


36

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan

jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

Menurut (KPAI, 2014) sikap yang harus diketahui oleh anak dalam

upaya pencegahan kekerasan sesukal adalah:

a. Berkata “ Tidak mau” dan lari apabila anak mendapatkan pelakuan dari

orang dewasa ataupun dari keluarga korban memaksa.

b. Berani teriak” Tolong” dan lari saat anak dalam kondisi bahaya.

c. Berani “Lapor” ketika anak mendapatkan tindakan kekerasan seksual

ataupun tindakan yang menurut anak menganggu kenyamanan pada

orang tua ataupun pihak berwajib.

Menurut (Hemdi, 2010) sikap dan tindakan yang dapat diajarkan

pada anak-anak :

a. Anak harus melawan dan lari jika ada orang yang memaksa untuk

melakukan tindakan yang tidak boleh dilakukan padanya.

b. Menjauh dan cari pertolongan jika ada orang yang muncurigakan

mengikuti ditempat yang sepi.


37

c. Jika ada yang mendekati atau mendesak ditempat yang sepi maka anak

harus teriak “Tolong” dan lari.

d. Jika ada orang yang meringkus maka anak bisa memukul bagian

matanya, lehernya, ataupun tendang kemaluannya.

e. Jika ada orang yang memeluk dengan paksa maka gigit sekeras

mungkin.

Gambar 2.2 Sikap terhadap pelaku kekerasan seksual

Sumber : Preventing Child Abuse (UNICEF, 2014)


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Kekerasan seksual merupakan bentuk ancaman dan pemaksaan

sesksual maupun kontak seksual yang dilakukan dengan keinginan satu pihak

(Yuwono, 2015). Anak usia sekolah merupakan anak berusia 6-12 tahun yang

sedang mengalami perkembangan intelektual yang sangat pesat sehingga

sangat baik untuk proses pembelajaran (Setiyaningrum, 2017).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadianya kekerasan seksual

antara lain usia, tempat, pelaku, status ekonomi (Ibrahim, 2017). Selain itu

menurut Agustina & Ratri (2018) faktor penyebab kekerasan seksual pada anak

diantaranya adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak, kurangnya

kedekatan dan perhatian terhadap anak, pengasuhan orang tua yang tidak

seimbang, pengetahuan anak tentang seks sangat terbatas.

Menurut Huraerah (2012) dalam Oktavianda (2019) kekerasan seksual

dapat menimbulkan dampak yang cukup serius bagi korbannya seperti dampak

fisik (lebam, lecet organ kelamin, dan patah tulang), dampak psikologis (stres,

gangguan pola makan, dan sosial), seksual (infeksi penyakit kelamin, HIV).

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain pencegahan primer

(memberikan pendidikan seksual), pencegahan sekunder (mengurangi dampak

akibat kekerasan seksual), dan pencegahan tersier ( mengembalikan korban

kekerasan ke lingkungannya) (NSVRC, 2018).

38
39

Upaya pencegahan primer yang dapat dilakukan melalui memberikan

pendidikan seksual yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap

dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual.

Menurut Notoatmodjo (2012) metode pemberian Pendidikan kesehatan

dapat menggunakan metode curah pendapat (brain storming), diskusi

kelompok, bola salju (snow balling), kelompok kecil (bruzz group), bermain

peran (role play), dan permainan simulasi (simulation game).

Permainan simulasi (simulation game) merupakan perpaduan roleplay

dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan dikemas dalam bentuk

permainan seperti ular tangga, ludo, monopoli, dll (Notoatmodjo, 2012).

Permainan yang digunakan merupakan monopoli yang sudah

dimodifikasi dengan materi pencegahan kekerasan yang diberi nama

“MONOBANI” yaitu (Monopoli Aku Berani).

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh anak laki-laki;

1. Mengetahui 3 organ tubuh tidak boleh dipegang orang lain.

2. Mengetahui sentuhan yang buruk.

3. Mengetahui pelaku kekerasan seksual pada anak.

4. Pencegahan untuk mengurangi resiko menjadi korban kekerasan seksual

(Justica, 2016); (Neherta, 2017);(Hemdi, 2010).

Menurut (KPAI, 2014);(Hemdi, 2010) sikap yang harus diketahui oleh

anak dalam upaya pencegahan kekerasan seskual adalah:

1. Berkata “ Tidak mau” apabila anak mendapatkan pelakuan dari orang

dewasa memaksa.
40

2. Berani teriak” Tolong” dan lari saat anak dalam kondisi bahaya

3. Berani “Lapor” ketika anak mendapatkan tindakan kekerasan seksual

ataupun tindakan yang menurut anak menganggu kenyamanan pada orang

tua ataupun pihak berwajib.

4. Jika ada orang yang meringkus maka anak bisa memukul bagian matanya,

lehernya, ataupun tendang kemaluannya.

5. Jika ada orang yang memeluk dengan paksa maka gigit sekeras mungkin.
41

Bagan 3.1 Kerangka Teori

Faktor-faktor penyebab kekerasan seksual pada anak: Kekerasan Seksual (Yuwono, 2015)
1. Usia
2. tempat,
3. pelaku Dampak Kekerasan seksual:
4. status ekonomi
5. Kurangnya pengawasan orang tua 1. Dampak fisik
6. Kurangnya kedekatan dan perhatian orang tua 2. Dampak psikologis
7. Pola asuh yang tidak seimbang 3. Dampak seksual (Huraerah 2012
8. Pengetahuan seks anak yang sangat rendah
dalam Oktavianda, 2019)
(Ibrahim, 2017) (Agustina & Ratri, 2018).

Pencegahan Kekerasan Seksual


1. Primer
2. Sekunder
3. Tersier (NSVRC, 2018)

Pendidikan kesehatan kekerasan seksual


1. Curah pendapat (brain storming)
2. Diskusi kelompok
3. Bola salju (snow balling)
4. Kelompok kecil (bruzz group)
5. Bermain peran (role play)
6. Permainan simulasi (simulation game). (Notoatmodjo, 2012)

Jenis permainan simulasi


1. Ular tangga
2. Ludo
3. Monopoli (Notoatmodjo, 2012)
Pengetahuan dan sikap dalam mencegah 4.
kekerasan seksual pada anak (Neherta, MONOBANI (Monopoli Anak Berani)
2017: Hemdi, 2010;Justica, 2016)

Ket : = Tidak diteliti


= Diteliti

(Yuwono, 2015; Setiyaningrum, 2017; Ibrahim, 2017; Huraerah 2012 dalam


Oktavianda, 2019; (Notoatmodjo, 2012);(NSVRC, 2018);Justica, 2016; Neherta,
2017;Hemdi, 2010;KPAI, 2014)
42

B. Kerangka Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2014) kerangka konsep penelitian merupakan

hubungan antara suatu konsep atau variabel-variabel yang diamati (diukur)

melalui sebuah proses penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu

dependen dan independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Pendidikan kesehatan dengan media permainan monopoli. Sedangkan variabel

dependen pada penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap tentang pencegahan

kekerasan seksual pada anak sekolah.

Bagan 3.2 Kerangka Penelitian

Pendidikan kesehatan dengan


permainan monopoli

Pengetahuan dan sikap anak Pengetahuan dan sikap anak


sebelum diberikan Pendidikan sesudah diberikan Pendidikan
kesehatan kesehatan

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dari rumusan maslah yang

disusun dalam penelitian (Notoatmodjo, 2014). Sesuai dengan teori yang

sudah dijelaskan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ada pengaruh permainan monopoli terhadap pengetahuan dan sikap anak

laki-laki tentang pecegahan kekerasan seksual di SD 43 kecamatan

Kuranji.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan quasi experiment dengan rancangan one

group pretest-posttest yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan

keadaan yang terjadi setelah adanya eksperimen dengan sebelumnya telah

dilakukan observasi pertama (Notoatmodjo, 2014). Dalam penelitian ini

peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan kekerasan

seksual sebagai perlakuan. Pengukuran pengetahuan dan sikap siswa tentang

pencegahan kekerasan seksual dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.

Bentuk rancangan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Desain Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest


01 X 02
Pengukuran Pertama Perlakuan atau Pengukuran Kedua
(pre test) Eksperimen (posttest)

Keterangan :

01 : Pengetahuan dan Sikap tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak.

X : Pendidikan Kesehatan tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak.

02 : Pengetahuan dan Sikap tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak.

43
44

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria yang telah di

tetapkan dalam penelitian (Nursalam, 2011). Berdasarkan data yang

diperoleh pada tahun 2019-2020 populasi penelitian ini adalah siswa laki-

laki kelas 3 dan 4 SD 43 kecamatan kuranji berjumlah 97 (52 kelas 3 dan

45 kelas 4).

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2001 dalam Siswanto, et.al.,

2014). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-

probability sampling yaitu pusposive sampling yang memungkinkan

peneliti membuat kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian (Notoatmodjo,

2014). Jumlah sampel ditentukan menggunaknan rumus Riyanto (2011)

sebagai berikut:

NZ(1-a/2)2σ2
n=
(N-1)d2+ Z(1-a/2)2 σ 2

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

Z(1-a/2)2 : Nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat

kepercayaan (TK), jika TK 90% =1,64 , jika TK 95%=1,96, dan

TK 99%=2,75.

σ : Nilai varian populasi.


45

D : Besar penyimpangan (absolut);(10),(5),dan (1).

Standar deviasi ditentukan berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Gumilang (2019). Bersarkan hasil penelitian tersebut

standar deviasi sebesar 16.

(97)(1,64)2(16)2
n=
(97-1)(5)2+ (1,64)21(16) 2

n= 66788,15
3088,538

n = 21,62452, dibulatkan menjadi n= 22 responden.

Untuk menghindari drop out, maka sampel ditambahkan 10% dari

jumlah minimal sampel, yaitu 2 orang. Sehinggan total sampel menjadi 24

responden. Untuk menentukan pengambilan sampel setiap bagian

menggunakan rumus:

Porporsi tiap kelas


Proporsi kelas = x Total sampel
Total populasi

Tabel 4.2 Jumlah sampel tiap kelas


Jumlah
Perhitungan Jumlah sampel
No Kelas Populasi
sampel (orang)
(orang)
52
1 III 52 X 24 13
97
45
2 IV 45 X 24 11
97
Jumlah 97 24
46

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi

1) Siswa laki-laki pada kelas 3 dan 4 SD

2) Mampu membaca, berhitung, dan menulis

3) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

Siswa yang sakit saat penelitian

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD 43 kecamatan Kuranji kota Padang pada

bulan Agustus 2019 – Januari 2020.


47

D. Variable Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 4.3 Variabel penelitian dan Definisi operasional

Variabel Definisi operasional Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur ukur
Independen Pemberian informasi Intervensi Pendidikan
Pendidikan terkait pendidikan kesehatan
kesehatan kesehatan tentang
tentang pencegahan kekerasan
pencegahan
seksual pada anak
kekerasan
seksual sekolah dasar
menggunakan media
permainan monopoli

Dependen 1. Pengetahuan anak Angket Kuesioner (Bagian Dinyatakan Rasio


1. Pengetahua tentang: I) Dengan skala dalam skor 0-
n anak a.3 bagian tubuh Guttman 10
tentang yang tidak boleh
dipegang orang Pernyataan positif:
pencegahan
lain. Benar=1 Salah=0
kekerasan
b.Sentuhan yang
seksual buruk. Pernyataan negatif:
c.Pelaku pelecehan Benar=0 Salah=1
seksual.
d.Pencegahan untuk
mengurangi resiko
menjadi korban
pelecehan seksual
2. Sikap anak 2. Sikap anak ketika Angket Kuesioner (Bagian Dinyatakan Rasio
dalam mendapat kekerasan II) Dengan skala dalam skor 0-
mencegah seksual: Guttman 10
a. Teriak “tidak mau”
kekerasan
b. Lari dan meminta Pernyataan positif:
seksua tolong Setuju=1
c. Memukul mata,
Tidak setuju=0
leher, dan tendang
alat kelamin
Pernyataan negatif:
pelaku.
d. Melaporkan ke Setuju=0
orangtua atau pihak Tidak setuju=1
yang berwajib
48

E. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam

penelitan. Intrumen penelitan yang digunakann adalah lembar kuesioner dan

permainan monopoli sebagai media pendidikan kesehatan tentang seksualitas.

Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner pengetahuan dan sikap tentang

mencegah kekerasan seksual pada anak sekolah dasar yang diadopsi dari

(Neherta, 2015) yang sudah diakukan uji validitas dan reabilitas dengan nilai

Cronbach Alpha variabel pengetahuan 0,889 dan sikap 0,781 yang

menunjukkan angka lebih dari >0,60. Koesioner ini terdiri dari 2 bagian yang

pertama kuesioner pengetahuan dan bagian yang kedua kuesioner sikap yang

menggunakan skala Guttman. Skala Guttman adalah skala yang digunakan

untuk mendapatkan jawaban yang tegas (Sugiyono, 2013). Dalam kuesioner ini

apabila pernyataan positif maka nilai benar = 1, salah=0, setuju=1, dan tidak

setuju=0. Sedangkan untuk pernyataan negatif nilai jika pertanyaan benar=0,

salah=1, setuju=0, dan tidak setuju=1.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut (Supardi & Rustika, 2013) yang harus

dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian adalah:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for humandignity)

Setelah subjek mendapatkan penjelasan yang lengkap dan diberikan

kesempatan untuk mempertimbangkan dengan baik, subjek kemudian

menentukan apakah akan ikut serta atau menolak sebagai sunjek penelitian.
49

Prinsip ini tertuang dalam pelaksanaan inforned consent yaitu persetujuan

untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian setelah mendapatkan

penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan

pelaksanaan penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and

convidentiality)

Prinsip ini diterapkan dengan meniadakan identitas seperti nama dan

alamat subjek kemudian di ganti dengan kode tertentu.Dengan demikian

segala informasi yang menyangkut identitas subjek tidak terekspos secara

luas.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice inclusiveness)

Penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm

and benefits)

Peneliti harus mempertimbangkan rasio antara manfaat dan kerugian

dari penelitian.

G. Metode Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer didapatkan langsung dari responden berupa data tentang

pengetahuan dan sikap siswa tentang pencegahan kekerasan seksual pada

anak laki-laki di SD 43 Kecamatan Kuranji menggunakan lembar kuesioner.


50

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dibantu oleh fasilitator pada

masing-masing kelompok. Adapun tahapan dalam pengumpulan data dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Mengurus surat izin pengambilan data dan penelitian dari kampus

untuk kemudian diajukan ke Dinas Pendidikan Kota Padang.

2) Mengajukan surat ke SDN 43 Sungai Sapih untuk mendaptkan data

dan izin melakukan survey awal.

3) Melakukan survey awal kepada siswa laki-laki 5 orang kelas 3 dan

5 orang kelas 4.

4) Setelah mendapatkan data siswa, selanjutnya menentukan jumlah

sampel dengan teknik sampel yang sudah dipilih.

5) Mengumpulkan data siswa yang akan menjadi sampel dalam


penelitian.
6) Memberikan lembar informed consent pada wali kelas untuk
menyatakan persetujuan penelitian.
7) Mempersiapkan media permainan monobani.

8) Memberikan penjelasan dan simulasi tentang peraturan permainan

monobani kepada 5 orang fasilitator yang akan terlibat dalam

penelitian.
51

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Pengambilan sampel

Peneliti melakukan pengambilan sampel sebanyak 24 siswa

kelas 3 dan 4 dengan bantuan wali kelas sesuai dengan kriteria

inklusi. Setelah itu membagi siswa mejadi 6 kelompok, masing-

masing 4 orang.

2) Mempersiapkan perlengkapan permainan dan setting tempat.

3) Pembukaan

Peneliti membuka dengan salam, kemudian

memperkenalkan diri serta memperkenalkan 5 orang fasilitator,

setelah itu dilanjutkan menjelaskan tujuan kegiatan dan melakukan

kontrak waktu.

4) Inti

Fasilitator membagikan kuesioner pretest kepada siswa dan

membimbing dalam pengisian. Setelah itu menjelaskan permainan

pada siswa yang dilanjutkan dengan pembagian kartu aku peduli

untuk dibaca oleh siswa sebelum permainan dimulai. Fasilitator

memandu jalannya permainan.

5) Penutup

Fasilitator mengulas materi tentang materi penyuluhan dan

menyimpulkan materi. Selanjutnya membagikan kuesioner posttest


52

pada siswa dan membimbing dalam pengisian. Menutup kegiatan

dan mengucapkan salam.

2. Data sekunder

Data sekunder diperolah peneliti dari wawancara, KPAI, DPPP

Sumbar, Ditreskrimum Polda Sumbar, SIMFONI PPA, UPTD PPA

Sumbar, Unit PPA Polresta Padang, DP3AP2KB kota Padang, Silaras

Kota Padang, dan Surat Kabar.

H. Tekhnik Pengolahan Data

Pengolahan data adalah proses penting dalam suatu penelitian,

sehingga perlu dilakukan dengan benar. Setelah data dikumpulkan, tahap

pengolahan data berikutnya adalah:

1. Pemeriksaan data (editing)

Editing dalam penelitian ini dilakukan untuk memastikan

kelengkapan data dari setiap pertanyaan meliputi kelengkapan jawaban,

kesalahan pengisian, konsistensi. Sehingga didapatkan semua data terisi

dengan lengkap dan benar

2. Koding data (Coding)

Koding dalam penelitian ini dilakukan dengan mengganti jawaban

responden dengan menggunakan angka. Untuk jawaban peryataan positif

apabila jawaban benar diberi kode 1 dan salah 0. Sedangkan untuk jawaban

negatif jika jawaban benar diberi kode 0 dan salah 1.


53

3. Memasukkan data (Entry)

Entry adalah memasukkan data yang sudah di-coding kedalam tabel

kerja dikomputer untuk memudahkan dalam membaca dan mengurangi

kesalahan dalam pemasukan data melalui program analisis data.

4. Membersihkan data (Cleaning)

Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dimasukkan

untuk melihat ada kesalahan atau tidak. Cleaning dilakukan dengan cara

memeriksa masing-masing variabel dengan menyesuaikan dengan

klasifikasi yang dimiliki oleh peneliti.

I. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoadmojo, 2014). Analisa univariat pada penelitian

ini digunakan untuk melihat umur, data median (sebagai ukuran

pemusatan) dan mix, max (sebagai ukuran penyebaran) tiap-tiap variabel,

baik variabel dependen maupun variabel independen untuk melihat

distribusi frekwensi karakteristik sampel (Nursalam, 2011).

2. Analisa Bivariat

Data diolah secara komputerisasi dengan aplikasi SPSS 16 untuk

mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pencegahan kekerasan

seksual (metode bermain). Hasil uji normalitas menggunakan Shapiro-

Wilk didapatkan data tidak berdistribusi normal sehingga data dianalisis


54

dengan uji Wilcoxon dan didapatkan nilai p=0,000. Karena nilai (p<0,05)

maka data tersebut dapat dikatakan berpengaruh (Notoatmodjo, 2014).

J. Penyajian data

Data yang disajikan dalam penelitian ini dalam bentuk distribusi

frekuensi dan persentase. Interpretasi data yang ditampilkan menggunakan

penafsiran data menurut Arikunto (2009) dengan perincian sebagai berikut :

1. 0% : tidak satupun responden

2. 1-26% : sebagian kecil

3. 27-49% : hampir setengah responden

4. 50% : setengahnya

5. 51-75% : sebagian besar

6. 76-99% : hampir seluruh responden

7. 100% : seluruhnya
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Pengambilan data primer penelitian ini dilakukan di SDN 43 Sungai Sapih

kecamatan Kuranji kota Padang pada hari Selasa dan Rabu, tanggal 15 dan 16

Oktober 2019. Sampel dalam penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi

sebnayak 24 orang.

B. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur (n=24)

Umur Responden N Persentase (%)


9 Tahun 17 70,8 %
10 Tahun 7 29.2 %

Berdasarkan tabel 5.0 diatas diketahui bahwa dari 24 responden setelah

dilakukan analisis diapatkan sebagian besar responden berumur 9 tahun

sebanyak 17 anak atau sekitar (70,8%), sedangkan responden yang berumur 10

tahun sebanyak 7 anak dengan persentase (29,2%).

C. Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap anak tentang

pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-laki SDN 43 Sungai Sapih

55
56

sebelum dan sesudah diberikan pendidikan seksual dengan media permainan

monobani.

Gambaran hasil dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

1. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Tabel 5.2 Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan


Kesehatan tentang Pencegahan Kekerasan Seksual pada
Anak Laki-laki SD 43 Sungai Sapih Menggunakan Media
Permainan Monobani

Pengetahuan n Min Max Median SD 95%CI

Pretest 24 4 8 6,00 1,274 5,13-6,20


Post test 24 6 10 8,50 1,176 8,09-9.08

Berdasarkan dari tabel 5.1 nilai tengah pengetahuan anak sebelum

mendapatkan intervensi adalah 6.00, dengan nilai terendah 4 dan tertinggi 8.

Sedangkan setelah mendapatkan intervensi nilai tengah anak menjadi 8,50,

dengan nilai terendah 6 dan tertinggi 10.

2. Sikap Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan


Tabel 5.3 Sikap Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan
tentang Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki
SD 43 Sungai Sapih Menggunakan Media Permainan
Monobani

Sikap n Min Max Median SD 95%CI


Pretest 24 3 7 5,00 1,204 4,32-5,34
Post test 24 6 10 8,00 1,152 7,76-8,74

Berdasarkan dari tabel 5.2 nilai tengah sikap anak sebelum

mendapatkan diberikan intervensi adalah 5,00, dengan nilai terendah 3 dan

tertinggi 7. Sedangkan setelah mendapatkan intervensi nilai tengahnya

menjadi 8.00, dengan nilai terendah 6 dan tertinggi 10.


57

D. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu

apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media permainan monobani

terhadap pengetahuan dan sikap anak laki-laki tentang pecegahan kekerasan

seksual di SD 43 kecamatan Kuranji. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menguji skor pengetahuan dan sikap anak sebelum dan sesudah diberikan

intervensi. Analisa bivariat diawali dengan melakukan uji normalitas untuk

mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk

digunakan jika sampel penelitian kurang dari 50 (Dahlan, 2013). Jika data

distribusi normal maka dilakukan uji T-test, apabila distribusi tidak normal maka

dilakukan uji Wilcoxon.

1. Uji Normalitas

Tabel 5.4 Uji Normalitas Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah
dilakukan Pendidikan Kesehatan tentang Pencegahan
Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki SD 43 Sungai Sapih
Menggunakan Media Permainan Monobani

Shapiro-Wilk
Variabel
Df Sig.
Skor pretest pengetahuan 24 0,010
Skor posttest pengetahuan 24 0,013
Skor pretest sikap 24 0,037
Skor posttest sikap 24 0,048

Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan didapatkan

bahwa nilai pretest pengetahuan p=0,010 (p<0,05), nilai posttest

pengetahuan p=0,013 (p<0,05), nilai pretest sikap p=0,37 (p<0,05), dan nilai

posttest sikap p=0,048 (p<0,05). Dari hasil uji normalitas diatas, dapat
58

disimpulkan bahwa data pengetahuan (pretest dan posttets) dan sikap

(pretest dan posttest) tidak terdistribusi normal. Maka uji yang dilakukan

adalah menggunakan Uji Wilcoxon.

2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Anak tentang


Pencegahan Kekerasan Seksual

Tabel 5.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan


tentang Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Laki-
laki SD 43 Sungai Sapih Menggunakan Media Permainan
Monobani

Variabel n Median SD Selisih P value


Pengetahuan pretest 24 6.00 1,274
2,50 0,000
Pengetahuan posttest 24 8,50 1,176

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa selisih antara nilai

tengah pengetahuan sebelum dan pengetahuan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan adalah 2,50. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan Uji

Wilcoxon didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) maka hipotesis dalam

penelitian ini diterima, yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan

menggunakan media permainan monobani terhadap pengetahuan tentang

pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-laki SD 43 Sungai Sapih.

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap Anak tentang


Pencegahan Kekerasan Seksual

Tabel 5.6 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap tentang


Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki SD 43
Sungai Sapih Menggunakan Media Permainan Monobani

Variabel n Median SD Selisih Median P value


Sikap pretest 24 5,00 1,204
3,00 0,000
Sikap posttest 24 8,00 1,152
59

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa selisih antara nilai

tengah sikap sebelum dan sikap sesudah diberikan pendidikan kesehatan

adalah 3,00. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan Uji Wilcoxon

didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) maka hipotesis dalam penelitian ini

diterima, yang berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan

media permainan monobani terhadap sikap tentang pencegahan kekerasan

seksual pada anak laki-laki SD 43 Sungai Sapih.


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan menganai hasil penelitian yang telah

dilaksanakan tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan menggunakan

media permainan monobani terhadap pengetahuan dan sikap siswa tentang

pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-laki di SD 43 Sungai Sapih

kecamatan Kuranji kota Padang. Hasil penelitian ini akan dibandingkan dengan

teori dan penelitian yang sebelumnya sudah pernah dilakukan serta keterbatasan

dalam penelitian ini.

A. Pengetahuan Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan


Menggunakan Media Permainan Monobani
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan analisis univariat

didapatkan bahwa nilai tengah pengetahuan siswa sebelum diberikan

pendidikan kesehatan adalah 6,00. Sedangkan nilai tertinggi sebelum

diberikan intervensi adalah 8 sebanyak 1 anak dan nilai terendahnya adalah 4

sebanyak 6 anak.

Penyataan pengetahuan tentang pencegahan kekerasan seksual yang

banyak terjawab dengan benar oleh siswa sebelum diberikan pendidikan

kesehatan adalah penyataan nomor 9 sebanyak 19 anak yaitu jika ada

seseorang memegang tubuhmu (mulut, alat kelamin, bokong) kamu harus

segera memberi tahu orang tua/guru. Sedangkan pernyataan yang paling

sedikit terjawab oleh siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah

60
61

pernyataan nomor 5 sebanyak 6 anak, yaitu tidak boleh orang lain

memperlihatkan bagian tubuhnya (mulut/alat kelamin/bokong) kepadamu.

Hal ini menunjukkan bahwa anak banyak tidak mengetahui bahwa orang

yang memperlihatkan organ pribadi kepadanya merupakan bentuk kekerasan

seksual pada anak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sukimah (2017)

bahwa bentuk-bentuk kekerasan seksual pada anak diantaranya adalah

menyentuh/meraba bagian pribadi anak, memaksa anak untuk

memperlihatkan bagian pribadi padanya, melakukan hubungan seksual

dengan anak, dan memperlihatkan bagian pribadinya pada anak. Minimnya

pengetahuan ini menjadikan alasan untuk memberikan pendidikan kepada

anak mengenai pencegahan kekerasan seksual.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, nilai tengah pengetahuan

siswa meningkat menjadi 8,50 dibandingkan dengan nilai sebelum diberikan

pendidikan kesehatan 6,00. Nilai tertinggi siswa setelah diberikan pendidikan

kesehatan adalah 10 sebanyak 7 anak, sedangkan nilai terendah adalah 6

sebanyak 1 anak. Meningkatnya nilai tengah pengetahuan siswa setelah

diberikan pendidikan kesehatan tentang kekerasan seksual, menunjukkan

bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini sesuai

dengan pendapat Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan dipengaruhi

beberapa faktor salah satunya antaralain pendidikan. Pendapat ini diperkuat

dengan penelitian Sari, Ulfiana, & Dian (2012) yang hasilnya terjadi

peningkatan pengetahuan siswa setelah diberikan pendidikan kesehatan

dengan media ular tangga dalam menggosok gigi.


62

Setelah diberikan pendidikan seksual menggunakan media monobani

pada umumnya semua anak mengalami peningkatan pengetahuan. Akan

tetapi, tidak semuanya mengalami peningkatan secara signifikan. Terdapat 5

orang anak yang hanya mengalami peningkatan 1 point saja. Hal ini dapat

disebabkan saat diberikan pendidikan suasana kelas sedikit tidak kondusif

sehingga mempengaruhi konsentrasi anak dalam menerima materi. Hal ini

sesuai dengan teori Wawan & Dewi (2010) yang mengungkapkan seluruh

kondisi yang ada dilingkungan manusia dan pengaruhnya yang dilingkungan

akan mempengaruhi perilaku orang atau kelompok. Lingkungan secara tidak

langsung akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas, baik

pengaruh yang positif maupun yang negatif. Sehingga penting dalam

melakukan Pendidikan kesehatan untuk dapat mengkondisikan lingkungan

agar mendukung proses pemberian materi.

Peningkatan pengetahuan anak terjadi pada semua peryataan yang

diberikan oleh peneliti setelah diberikan pendidikan kesehatan, pernyataan

terbanyak yang dapat dijawab oleh siswa terdapat pada nomor 1,2,7,8, dan 9.

Pada peryataan nomor 1 anak harus berani mengatakan tidak dan segera

menjauh jika ada orang lain yang memaksa melakukan hal yang tidak disukai

meningkat dari 17 orang menjadi 23 anak. Pernyataan nomor 2 tidak boleh

ada orang lain memegang bagian tubuhmu (mulut/alat kelamin/bokong) yang

membuatmu tidak nyaman meningkat dari 15 menjadi 23 anak . Pernyataan

nomor 7 bagian tubuh yang tidak boleh dipegang orang lain selain orang tua

adalah mulut, alat kelamin, bokong meningkat dari 11 menjadi 23 anak.


63

Selanjutnya peryataan nomor 8 orang lain yang boleh memegang tubuhku

selain orang tua adalah dokter, perawat atau bidan saat aku sakit meningkat

dari 16 menjadi 23 anak. Terakhir peryataan nomor 9 jika ada seseorang

memegang tubuhmu (mulut, alat kelamin, bokong) kamu harus segera

memberi tahu orang tua/guru meningkat dari 19 menjadi 23 anak.

Peningkatan pengetahuan pada siswa bisa menjadi salah satu indikator

bahwa media permainan simulasi merupakan media yang efektif untuk anak.

Hal ini dikarenakan permainan memiliki beberapa kelabihan diantaranya

dapat menjadi sarana hiburan yang menyenangkan dan mudah memasukkan

unsur pendidikan kedalamnya (Ningsih, 2018). Sehingga dalam permainan

anak tidak merasa tegang dan lebih santai bersama temanya, sehingga materi

yang diberikan lebih mudah di tangkap oleh anak. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sanderson (2018) bahwa karakteristik metode pencegahan

kekerasan seksual untuk anak yang efektif memiliki kriteria salah satunya

melibatkan pertisipasi aktif peserta (seperti role play, simulation game), dan

dilakukan secara berkelompok.

Dari 10 penyataan yang diberikan pada siswa terdapat 2 penyataan

yang mengalami peningkatan terbanyak, yaitu penyataan nomor 7 tentang

bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain selain orang tua dan

penyataan nomor 9 tentang melaporkan orang yang menyentuh bagian pribadi

pada orang tua dan guru. Pengetahuan diatas merupakan materi dasar yang

harus diketahui oleh anak, sehingga apabila anak disentuh bagian pribadinya

anak tau dan mau melapor pada orang tua maupun guru disekolah.
64

Banyak dari anak yang tidak mengetahui tentang materi dasar dalam

pencegahan kekerasan seksual sehingga rentan menjadi korban kekerasan

seksual. Menurut (Ibrahim, 2017) usia yang paling beresiko mengalami

kekerasan seksual adalah 7-13 tahun. Orangtua sebagai orang terdekat

memliki peran yang sangat penting dalam mencegah terjadinya kekersan

seksual pada anak. Menurut Sukimah (2017) orang tua sebagai orang yang

terdekat dengan anak memiliki beberapa peran anataralain, memberikan

pengetahuan seksual sesuai usia, menjalain hubungan dan berkomunikasi

dengan rutin dengan anak, serta selalu mengigatkan anak untuk waspada

terhadap kekerasan seksual saat anak sendiri. Komunikasi yang terjalin

dengan baik antara anak dan orang tua diharapkan membuat anak lebih

terbuka dalam menceritakan masalah yang dialaminya. Dengan demikian

apabila anak telah mengetahui tentang pencegahan kekerasan seksual,

diharapkan anak dapat menghindar dari tindakan kekerasan seksual dan mau

melaporkan kepada orang tua maupun guru apabila mendapat tindakan

kekerasan seksual.

Pengetahuan tentang kekersan seksual sangat penting didapatkan oleh

anak dalam mencegah terjadinya kekerasan seksual pada dirinya sedini

mungkin. Pendidikan kekerasan seksual sebaiknya diberikan sesuai dengan

tahap perkembangan anak dan diberikan dengan berbagai cara yang

menyenangkan untuk anak sehingga anak tidak mudah bosan. Dengan

demikian semua materi yang diberikan dapat sepenuhnya diserap dengan baik

oleh anak.
65

B. Sikap Sebelum dan Sesudah diberikan Pendidikan Kesehatan


Menggunakan Media Permainan Monobani
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis univariat didapatkan

nilai tengah sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 5,00. Nilai

tertinggi sikap siswa yaitu 7 sebanyak 2 anak, sedangkan nilai terendah yaitu 3

sebanyak 3 anak.

Penyataan yang paling banyak terjawab dengan benar oleh anak adalah

pernyataan nomor 4 yaitu aku melawan (memukul dan mengigit) ketika ada

orang yang memaksa memegang tubuhku (mulut/bokong/alat kelamin) dan

membuatku tidak nyaman, sebanyak 15 anak menjawab dengan benar.

Sedangkan penyataan yang sedikit terjawab oleh anak adalah nomor 3 yaitu

aku menerima makanan/uang/mainan dari orang lain tanpa izin orang tua,

hanya 8 anak menjawab dengan benar dari 24 anak. Hasil ini memberikan

gambaran bahwa masih banyak anak memliki sikap negatif terhadap modus

dari kekerasan seksual. Penyebab negatifnya sikap anak dapat dikarenakan

masih minimnya pendidikan tentang kekerasan seksual yang anak dapatkan

baik dari sekolah maupun orang tua.

Hasil diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Muflihah (2019) yang menyatakan penyebab rendahnya sikap anak dalam

pencegahan kekerasan seksual, bisa disebabkan karena anak belum pernah

mendapatkan pendidikan tentang pencegahan kekerasan seksual. Jika dilihat

dari faktor yang mempengaruhi sikap menurut Hemdi (2010) sikap dipengaruhi

oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting, dan lembaga

pendidikan/lembaga agama. Pengalaman pribadi dapat diperoleh seseorang


66

salah satunya melalui pendidikan baik dari lembaga pendidikan maupun

lembaga agama. Semakin banyak anak mendapatkan pendidikan maka maka

akan meningkatkan pengalaman anak yang akan berdampak pada responnya

terhadap stimulus. Hal ini membuat pendidikan seksual sangat penting

diberikan pada anak untuk meningkatkan sikap anak dalam mencegah

kekerasan seksual sesuai dengan tahap perkembangannya.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai tengah sikap anak

mengalami peningkatan menjadi 8,00 dibandingkan sebelum diberikan

pendidikan kesehatan yaitu 5,00. Nilai tertinggi sikap anak setelah diberikan

pendidikan kesehatan yaitu 10 sebanyak 3 orang, sedangkan nilai terendah

sikap anak adalah 6 sebanyak 2 orang. Pernyataan yang mengalami

peningkatan jawaban benar terbanyak setelah diberikan pendidikan kesehatan

terdapat pada nomor 6 sebanyak 12 anak. Peningkatan terjadi dari yang semula

hanya 11 anak meningkat menjadi 23 anak jawaban yang benar berisi tentang

sikap menolak “tidak mau diajak masuk mobil orang yang tidak dikenal tanpa

orang tua”.

Peningkatan sikap anak dalam penelitian ini dapat dipengaruhi oleh

pengetahuan anak yang meningkat setelah diberikan pendidikan seksual. Hal

ini sesuai dengan teori Allport yang menyatakan bahwa sikap terdiri dari tiga

komponen dasar salah satunya adalah pengetahuan yang memegang peranan

penting dalam pembentukan sikap (Notoatmodjo, 2013). Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumboyono, et.al (2014) yang hasilnya

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode simulasi berpengaruh


67

terhadap peningkatan sikap remaja dalam pencegahan penyimpangan prilaku

seks. Selain itu, hasil penelitian ini juga selaras dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Neherta (2015) bahwa penerapan model intervensi promosi

kesehatan perawat komunitas dapat meningkatkan sikap anak. Dalam metode

permainan simulasi anak dituntut untuk secara aktif berpartisipasi dalam

permainan yang melibatkan emosional dalam menaggapi materi permainan

(Rosdiana et al., 2017). Sehingga pendidikan tersebut dapat menjadi

pengalaman yang dapat diingat oleh anak.

Peningkatan sikap pada anak setelah diberikan pendidikan kesehatan

tidak semuanya mengalami peningkatan yang signifikan. Terdapat 2 anak yang

mengalami peningkatan nilai sikap setelah diberikan pendidikan kesehatan

hanya 1 poin. Sedangkan ada 1 anak yang mengalami peningkatan yang sangat

signifikan sebanyak 7 poin. Hal ini dapat terjadi dikarenakan salah satu yang

mempengaruhi sikap adalah pengetahuan seseorang. Berdasarkan hasil

penelitian peningkatan nilai pengetahuan anak yang mengalami peningkatan

sikap yang sigfikan adalah 4 poin, sedangkan untuk peningkatan nilai

pengetahuan anak yang mengalami peningkatan nilai sikap yang tidak

signifikan adalah 1 poin dan 3 poin. Hal ini sesuai dengan pendapat Wawan

(2010) yang menyakatan bahwa sikap dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya pengetahuan seseorang. Peningkatan pengetahuan diharapkan

dapat memberikan pengaruh terhadap sikap seseorang.

Pembentukan sikap diawali dari stimulus yang diterima oleh anak yang

kemudian memberikan umpan balik baik positif mapun negatif. Agar stimulus
68

tersebut direspon anak menjadi positif, hendaknya dalam pemberian stimulus

menggunakan cara yang disenangi anak yang tidak bersifat menekan ataupun

membuat anak bosan yang dapat memberikan kesan buruk oleh anak sehingga

memberikan respon negatif. Salah satu stimulus yang dapat berikan dalam

pencegahan kekerasan seksual adalah melalui pendidikan yang dikemas

melalui permainan simulasi. Dalam permainan simulasi anak lebih diberikan

keleluasaan dalam mengungkapkan perasaannya tanpa perasaan tertekan,

dengan demikian materi yang diberikan akan mudah diterima. Selian itu dalam

permainan simulasi monobani anak diberikan stimulus dalam berntuk

pertanyaan dan tantangan tentang sikap yang seharusnya dimiliki oleh anak,

hal ini secara tidak langsung akan merangsang anak untuk menanamkan sikap

tersebut dalam dirinya.

C. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media


Monobani Terhadap Pengetahuan Anak Laki-laki tentang di SD 43
Sungai Sapih
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai tengah pengetahuan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 6,00, sedangkan setelah

diberikan pendidikan kesehatan nilai tengah pengetahuan anak menjadi 8,50.

Dari nilai tengah anak sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan nilai

tengah anak sesudah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan selisih nilai

tengah pengetahuan anak sebesar 2,50. Hasil uji statistic dengan Wilcoxon

diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), sehiingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media permainan monobani


69

terhadap pengetahuan tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-

laki SD 43 Sungai Sapih.

Peningkatan pengetahuan anak memberikan gambaran bahwa materi

yang diberikan dapat diterima oleh anak melaui media permainan monobani.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hutami, et al., 2019)

yang menggunakan media permainan monopoli dalam memberikan pendidikan

kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 1 Bumi. Hasilnya terdapat peningkatan

nilai anak setelah diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 29,4% dan hasil uji

statistik menggunakan paired independent t-test didapatkan p=0,000 (p>0,05)

hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pemberian pendidikan

kesehatan gigi dengan media monopoli terhadap peningkatan pengetahuan

anak. Selain itu, menurut hasil penelitian Ulfaeni, et al (2017) bahwa

permainan monopoli dapat dikembangkan sebagai media pembelajaran yang

menyenangkan dan menarik perhatian anak sehingga dapat menumbuhkan

kemampuan pemahaman anak tentang konsep IPA.

Peningkatan pengetahuan anak dalam penelitian ini dapat terjadi

dikarenakan dalam satu kali permainan monobani anak mendapatkan materi

yang berulang-ulang baik melalui membaca dan mendengar. Materi dalam

permainan monobani didapatkan sebelum permainan dimulai, anak diberikan

kesempatan untuk membaca materi terlebih dahulu sehingga saat bermain anak

sudah punya bekal dalam bermain. Selanjutnya materi diperoleh dalam

permainan monobani melalui kartu aku berani, aku peduli dan kartu

kesempatan. Setiap anak berhenti pada kotak aku peduli anak diharuskan
70

mengambil kartu aku peduli yang berisi tentang materi dan membacakannya

agara teman-teman yang lain dapat mendegarkan materi. Pada kotak aku berani

anak harus mengambil kartu aku berani yang berisi tantangan yang harus anak

lakukan, dengan demikian materi yang diperoleh akan membekas pada ingatan

anak dan teman yang lain melalui melihat. Sedangkan pada kotak kesempatan

anak diharuskan mengambil kartu kesempatan yang berisi pertanyaan tentang

materi yang diberikan, apabila anak dapat menjawab maka akan mendapat

bonus dan apabila salah maka akan denda. Pemberian denda dan bonus

bertujuan agar anak tidak bosan akan materi yang diberikan berulang. Hal

tersebut justru akan memotivasi dan merangsang memori anak untuk dapat

lebih banyak mengingat materi yang diberikan agar dapat menjawab

pertanyaan dengan benar. Kemudian banyaknya indera yang menangkap

informasi dalam permainan monobani dapat membuat ingatan anak semakin

kuat akan materi yang telah diberikan.

Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa permainan monobani dapat

memberikan pengalaman bermain serta belajar yang menyenangkan bagi anak

yang membuat materi mudah diterima, ditambah materi yang diberikan dengan

berulang-ulang akan sangat membekas diingatan anak. Hal ini membuat

permainan ini dapat dijadikan salah satu alternaitf media yang dapat digunakan

orang tua maupun sekolah dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada

anak yang efektif.


71

D. Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media


Monobani Terhadap Sikap Anak Laki-laki tentang di SD 43 Sungai Sapih
Nilai tengah sikap anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan mengalami peningkatan dari 5,00 menjadi 8,00, dari nilai tengah

sikap sebelum diberikan pendidikan kesehatan dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan didaptkan selisih nilai tengah tersebut sebesar 3,00.

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan dengan Uji Wilcoxon didapatkan

nilai p=0,000 (p<0,05) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan media permainan monobani

terhadap sikap tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-laki SD

43 Sungai Sapih.

Perubahan sikap anak dalam penelitian ini terjadi dikarenakan

meningkatkan pengetahuan anak setelah diberikan kesehatan. Perubahan ini

sesuai dengan teori Rosenberg (1964) yang menyatakan bahwa seseorang yang

mengalami peningkatan pengetahuan maka diharapkan sikapnya akan berubah

juga (Wawan & Dewi, 2010). Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh (Muflihah et al., 2019) bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan sikap anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan seksual

menggunakan media puzzle.

Pemberian pendidikan kesehatan yang efektif akan berdampak pada

peningkatan pengetahuan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Sehingga

dalam pemberian pendidikan media sangat penting untk dipertimbangkan agar

materi yang diberikan dapat sepenuhnya diterima dengan baik., terlebih pada

usia anak-anak yang masih dalam fase bermain. Pemberian pendidikan


72

kesehatan dengan media permainan simulasi akan memberikan anak suasana

yang menyenangkan serta terlibat aktif dalam pemberian materi, sehingga anak

lebih mudah menerima materi yang diberikan. Hal ini akan berdampak

timbulnya respon sikap yang positif terhadap materi yang diberikan, dalam

penelitian ini respon yang dimaksud adalah respon positif terhadap pencegahan

kekerasan seksual.

E. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan tidak melibatkan guru secara aktif.

2. Permainan ini membutuhkan waktu khusus dikarenakan waktu permainan

yang cukup lama sehingga dibutuhkan peran sekolah agar tidak menganggu

jam belajar.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang pengaruh

pendidikan kesehatan dengan media permainan monobani terhadap

pengetahuan dan sikap anak laki-laki dalam mencegah kekerasan seksual pada

anak di SD 43 Sungai Sapih kecamatan Kuranji, maka hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terjadi peningkatan pengetahuan anak setelah diberikan pendidikan

seksual terlihat dari nilai tengahnya sebelum diberikan pendidikan adalah

6,00 kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai tengah

pengetahuan anak menjadi 8,50.

2. Terjadi peningkatan sikap anak setelah diberikan pendidikan seksual

terlihat dari nilai tengahnya sebelum diberikan pendidikan adalah 5,0

kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai tengahnya menjadi

8,00.

3. Terdapat pengaruh yang bermakna pendidikan kesehatan dengan media

monobani tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-laki

terhadap peningkatan pengetahuan anak dengan nilai p=0,000.

4. Terdapat pengaruh yang bermakna pendidikan kesehatan dengan media

monobani tentang pencegahan kekerasan seksual pada anak laki-laki

terhadap peningkatan sikap anak dengan nilai p=0,000.

73
74

B. Saran

1. Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan oleh perawat dalam

memberikan pendidikan kesehatan pada anak laki-laki sebagai upaya

promotive dalam melakukan pencegahan kekerasan seksual pada anak.

2. Intitusi Pendidikan

Pendidikan kesehatan ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

materi tambahan disekolah, sebagai alternatif bentuk peran serta sekolah

dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak.

3. Peneliti selanjutnya

Hasil pelitian ini dapat diteruskan dengan menambah populasi,

jumlah sampel, karakteristik sampel dan memodifikasi media permainan

yang digunakan dalam penelitian. Pendidikan kesehatan dapat melibatkan

guru, sehingga dapat diberikan secara berkelanjutan.


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, P. W., & Ratri, A. kusumaning. (2018). Analisis Tindak Kekerasan


Seksual Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Kajian Teori Dan Praktik
Kependidikan, 3(2), 151–155. Retrieved from
http://journal2.um.ac.id/index.php/jktpk/article/download/4993/3540
Akbar, M. A. (2019). Asuhan Keperawatan Komunitas Melalui Pendidikan
Kesehatan dengan Penerapan metode Game Based Learning Dalam Upaya
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Kekerasan Seksual Di SD
Negeri 16 Anduring Kota Padang. universitas Andalas.
Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori dan Pengembangannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI, IX(1), 37–50.
Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/328460960_Analisis_Perkembanga
n_Kognitif_Anak_Usia_Dasar_dan_Implikasinya_dalam_Kegiatan_Belajar_
Mengajar
Cahyo, A. N. (2011). Game Khusus Penyeimbang Otak Kanan dan Otak Kiri
Anak. Jogjakarta: FlashBooks.
Dahlan, M. S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Dengan Menggunakan SPSS
(5th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Davidi, E. I. N. (2018). PERMAINAN MONOPOLI BERBASIS PROBLEM-
BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan MISSIO, 10(1),
59–69. Retrieved from
http://ejournal.stkipsantupaulus.ac.id/index.php/jpkm/article/view/165/123
Ditreskrimum Polda Sumbar. (2018). Rekap Korban Tindak Kekerasan Menurut
Jenis Kekerasan se Sumatera Barat Tahun 2018.
DPPPA Sumatera Barat. (2018). Gubernur Menadatangani Deklarasi Model
Sekolah Ramah Anak. Retrieved from
http://dpppa.sumbarprov.go.id/details/news/31

75
76

Evelyn, T., Mawarni, A., & Dharminto. (2016). Gambaran Pengetahuan, Sikap,
dan Praktik Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap Anak Pada
Keterpaparan Program Yayasan Setara Dengan Media Video (Studi Kasus di
2 SD di Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(4), 255–264.
Fitriana, R. J., & Salamah, S. (2019). Perbedaan Penyuluhan Metode Dongeng
Dan Permainan Monopoli Terhadap Pengetahuan Menyikat Gigi Pada
Kelompok Usia 9-10 Tahun Di Sdn 1 Palam Banjarbaru. Poltiteknik
Kesehatan Banjarmasin, 10(2), 82–90. Retrieved from
http://www.ejurnalskalakesehatan-
poltekkesbjm.com/index.php/JSK/article/view/219/169
Gumilang, J. R. (2019). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Monopoli
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SD Negeri 1 Gondang. Jurnal
Ilmiah Pendidikan IPA, 1(2). Retrieved from
http://jurnal.stkippgritulungagung.ac.id/index.php/eduproxima/article/view/1
112
Hemdi, K. Y. (2010). Terhindar Dari Pelecehan Seksual : Saved From Sexual
Harrasment. Jakarta Timur.
Hutami, A. R., Dewi, N. M., Setiawan, N. R., Putri, A. P., & Kaswindarti, S.
(2019). Penerapan Permainan Molegi ( Monopoli Puzzle Kesehatan Gigi )
Sebagai Media Edukasi Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa SD Negeri 1 Bumi.
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Universitas Al Azhar Indonesia, 01(2).
Retrieved from https://jurnal.uai.ac.id/index.php/JPM/article/view/341/330
Ibrahim, N. . (2017). Risk Factors for Child Sexual Abuse and Perpetrator Related
Risk Factors at Adama Hospital Medical College, 3(3), 23–30.
https://doi.org/doi:10.11648/20170303.12
Jatmikowati. (2015). A Model and Material of Sex Education for Early-Aged-
Children (No.03, 434). Cakrawala Pendidikan.
Justica, R. (2016). Program Underwear Rules untuk Mencegah Kekerasan Seksual
Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(2), 217–232.
https://doi.org/doi:10.21009/JPUD.092.0
KEMENSOS RI. (2018). Buku Pintar Perlindungan Anak: Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan
(PKH). Retrieved from
https://pkh.kemsos.go.id/dokumen/DOCS20181010110255.pdf
KPAI. (2014). Indonesia Darurat Kejahatan Seksual Anak. Retrieved from
http://www.kpai.go.id/berita/indonesia-darurat-kejahatan-seksual-anak

KPAI. (2017). Kekerasan Seksual pada Anak Laki-laki Lebih Tinggi dari
77

Perempuan. Retrieved from http://www.kpai.go.id/berita/kekerasan-seksual-


pada-anak-laki-laki-lebih-tinggi-dari-perempuan
KPAI. (2018). KPAI: Korban Kekerasan Seksual Anak Didominasi Laki-Laki.
Retrieved from
https://www.idntimes.com/news/indonesia/indianamalia/kpai-korban-
kekerasan-seksual-anak-didominasi-laki-laki/full
Kumboyono, Hanafi, M., & Lestari, E. P. (2014). Perbedaan Pengaruh Pendidikan
Seks Metode Simulasi Dan Diskusi Kelompok Terhadap Sikap Remaja Pada
Upaya Pencegahan Perilaku Seks Menyimpang. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, XX(1), 46–49.
Kurniasar, A. (2017). Prevalensi kekerasan terhadap anak laki-laki dan anak
perempuan di indonesia. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, 6(3). Retrieved from
https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/SosioKonsepsia/article/view/740/621
#
LPSK. (2018). Kesaksian Media Informasi Perlindungan Saksi dan Korban :
Kekerasan Seksual pada Anak Dominan Edisi 1 Tahun 2018. Retrieved from
https://www.lpsk.go.id/assets/uploads/files/de8b1f08815e343ba790192b863
2f0c2.pdf
LPSK. (2019). Lindungi Anak Indonesia dari Kekerasan Seksual di Keluarga.
Retrieved from https://www.lpsk.go.id/berita/berita_detail/3030
Lubis, A. . (2014). Filsafat Ilmu Klasik Hingga Komputer. Depok: Rajawali Pers.
Madani, Y. (2014). Pendididkan Seks Usia Dini Bagi Anak Muslim. Jakarta:
Zahra Publishing House.
Muflihah, H. F., Shaluhiyah, Z., & P, P. N. (2019). Pengaruh Permainan Puzzle
Dan Metode Diskusi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Anak Usia Dini (5-6
Tahun) Mengenai Seksualitas (Studi Di Tk Kelurahan Bugangan, Semarang
Timur, Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), 483–490.
Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/23071/21083
Nasution, M. S., & Wahyudi, I. (2018, April 7). Upaya Melindungi Perempuan
Minang dari Ancaman Kekerasan. Antaranews. Retrieved from
https://sumbar.antaranews.com/berita/223703/upaya-melindungi-perempuan-
minang-dari-ancaman-kekerasan
National Sexual Violence Resource Center (NSVRC). (2018). Sexual Assult In
The United States.
78

Neherta, M. (2015). Model Intervensi Promosi dan Pencegahan Kekerasan


Seksual Oleh Perawat Komunitas Terhadap Anak Sekolah Dasar Di Kota
Padang. Universitas Andalas.
Neherta, M. (2017). Modul Intervensi Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap
Anak. Padang: Fakultas Kesehatan Masyarakat. Retrieved from
file:///D:/jurnal/,,,/New folder/PENGARUH PERMAINAN LUDO “AKU
BISA JAGA DIRI”.pdf
Ningsih, M. W. (2018). Pengembangan Media Permainan Monopoli Trut And
Dare Untuk Meningkatkan Self Confidence Pada Siswa-Siswi SMP Negeri 1
Balongbendo. Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan : Edisi
Revisi 2012. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2013). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan (3rd ed.). Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keprawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Oktavianda, R. (2019). Pengaruh Permainan Ludo “Aku Bisa Jaga Diri” Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Pencegahan Kekerasan
Seksual Pada Anak Di Kabupaten Tanah Datar Tahun 2019. Universitas
Andalas.
PUSDATIN RI. (2019). Infodatin Kekerasan Seksual Pada Anak dan Remaja.
Rakhmayanti, E., & Subagio, F. M. (2019). Efektivitas Penggunaan Media
Monopoli Tematik Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas IV Di SD Negeri Sumput Sidoarjo. JPGSD, 07(03), 2975–2984.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan Dilengkapi Contoh
Kuesioner Dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rosdiana, M., Hidayat, J. N., & P, R. F. N. (2017). Pengembangan Media
Pembelajaran Permainan Monopoli Sains Pada Siswa Kelas IV SDN Pragaan
Laok I. ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar, 1(2).
Sanderson, D. J. (2018). Child-focused Sexual Abuse Prevention Programs. How
Effective Are They In Preventing Child Abuse?, (April).
Sara, P., Nurfitriyanti, A., & Adriana. (2016). Efektifitas Pendidikan Kesehatan
Dengan Simulasi Permainan Ular Tangga Terhadap Perubahan Sikap
Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Usia Sekolah di SDN 03
Singkawang Tengah. Kedokteran Universitas Tanjungpura.
79

Sari, E. K., Ulfiana, E., & Dian, P. (2012). The Effect Of Health Education Using
Modified Snake Ladders Simulation Game Methods Towards
Toothbrushing’s Knowledge, Attitude, And Action Application Changes For
School Age Children. Indonesian Jurnal of Community Health Nursing, 1(1),
1–11. Retrieved from https://e-
journal.unair.ac.id/IJCHN/article/view/11902/6824
Sari, E., Ningsih, B., & Hennyati, S. (2018). Kekerasan Seksual Pada Anak DI
Kabupaten Karawang. Jurnal Bidan “Midwife Journal,” 4(02), 56–65.
Retrieved from http://jurnal.ibijabar.org/wp-
content/uploads/2018/08/KEKERASAN-SEKSUAL-PADA-ANAK-DI-
KABUPATEN-KARAWANG.pdf
Sari, S. (2018). Pengaruh Media Permainan Ular Tangga Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Anak Tentang Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Anak.
Universitas Andalas.
Setiyaningrum, E. (2017). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak 0-12 tahun.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
SI LARAS Kota Padang. (2019). SI LARAS Kota Padang (Sistem Informasi
Layanan Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan dan Anak Kota Padang).
Retrieved from http://silaras.padang.go.id/grafik.php
Silvia, N. (2019). Sumbar Darurat Kekerasan Seksual. Padang. Retrieved from
https://padek.co/koran/padangekspres.co.id/read/detail/124615/Sumbar-
Darurat-Kekerasan-Seksual
SIMFONI PPA. (2019). Rasio Anak Korban Kekerasan. Retrieved from
https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan
Siswanto, Susilo, & Suyanto. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Sofian, A. (2018). Kekerasan Seksual oleh Anak Terhadap Anak : Child on Child
Sexual Abuse. PKS, Vol 17(1), 1–20. Retrieved from
file:///C:/Users/WINDOWS 10/Downloads/1223-4219-1-PB.pdf
Subaris, H. (2016). Promosi Kesehtan, Pemberdayaan Masyarakat, Dan Modal
Sosial. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sugijokanto, S. (2014). Cegah Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT.Elek Media
Komputindo.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
80

Sukimah. (2017). Seri Pendidikan Orang Tua:Melindungi Anak Dari Kekerasan


Seksual. KEMENDIKBUD. Retrieved from
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/uploads/Dokumen/5502_201
8-01-08/MELINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN SEKSUAL.pdf
Supardi, S., & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: TIM.
Ulfaeni, S., Wakhyudin, H., & Saputra, H. J. (2017). Pengembangan Media
MONERGI (Monopoli Energi) Untuk Menumbuhkan Kemampuan
Pemahaman Konsep IPA Siswa SD. Profesi Pendidikan Dasar, 4(2), 136–
144. Retrieved from
journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/4990/3618%0D
UNICEF. (2017). A familiar face Violence in the lives of children and adolescents.
New York. Retrieved from
https://www.unicef.org/publications/files/Violence_in_the_lives_of_children
_and_adolescents.pdf
Unit PPA Polresta Padang. (2019). Laporan Kasus Kekerasan Perempuan dan
Anak Unit PPA Polresta Padang.
UPTD PPA Sumbar. (2019). Data Korban Kekerasan Seksual pada Anak UPTD
PPA Tahun 2019.
Wawan, A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia, Yogyakarta. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan
Perilaku Manusia : Dilengkapi Contoh Kuesioner. Yogyakarta: Nuha
Medika.
WHO. (2016). Child Maltreatment. Retrieved from https://www.who.int/en/news-
room/fact-sheets/detail/child-maltreatment
WHO. (2017a). A Look At Child Abuse On The Global Level. Retrieved
September 29, 1BC, from https://www.pbc2019.org/protection-of-
minors/child-abuse-on-the-global-level
WHO. (2017b). Sexual Violence. Retrieved from http://apps.who.int/violence-
info/sexual-violence
WHO. (2019). Child Sexual Abuse Statistics.
Wong, D. L. (2012). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta:
EGC.
Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schuartz,
P. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol.1. Jakarta:
EGC.
81

Wong, D. L., Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2011). Wong’s Nursing Cre Of
Infants And Children Edition 9 (9th ed.). America: ELSEVIER.
Wong, & Et.all. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. (Edisi 6 Vo).
Jakarta: EGC.
Yuwono, I. D. (2015). Penerapan Hukum dalam Kasus Kekerasan Terhadap
Anak. Yogyakarta: Medpress Digital. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=SuyBDwAAQBAJ&oi=fnd
&pg=PA1&dq=+kekerasan+seksual+pada+anak+sd&ots=boIK4lJaAv&sig=
NDkmj0oHfJ4AKmWzSXAdE5P3B3U&redir_esc=y#v=onepage&q=kekera
san seksual pada anak sd&f=false
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
Pengaruh Permainan Monobani (Monopoli Anak Berani) Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Anak Laki-laki Tentang Pencegahan Kekerasan Seksual di SDN 43
Kecamatan Kuranji Tahun 2019
Bulan / Minggu
No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mengajukan Judul
2 Acc Judul
3 Konsultasi Proposal
4 Seminar Proposal
5 Perbaikan Proposal
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan Data
8 Penyusunan Skripsi
9 Konsultasi Skripsi
10 Ujian Sidang Skripsi
11 Perbaikan Skripsi
12 Pengumpulan Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II Padang, Januari 2019

Dr. Ns. Meri Neherta, S,Kep., M.Biomed Ns. Feri Fernandes, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J Muhammad Roni
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Anggaran Dana Penelitian

RENCANA ANGGARAN BIAYA

Judul : Pengaruh Permainan Monobani (Monopoli Anak Berani) Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Anak Laki-Laki Tentang Pencegahan
Kekerasan Seksual Di Sd 43 Kecamatan Kuranji Tahun 2019
Peneliti : Muhammad Roni
No. BP : 1811316032
No Kegiatan Biaya

1 Biaya administrasi dan studi awal Rp. 50.000,-

2 Penyusunan proposal penelitian Rp. 150.000,-

3 Penggandaan proposal dan ujian proposal Rp. 400.000,-

4 Instrumen penelitian dan pelaksanaan penelitian Rp. 450.000,-


5 Penyusunan skripsi Rp. 150.000,-

6 Perbaikan setelah ujian skripsi Rp. 100.000,-

7 Penggandaan skripsi Rp. 350.000,-

8 Transportasi Rp. 50.000,-

9 Biaya lain-lain Rp. 50.000,-

Total Rp.1.750.000,-
Lampiran 4 Kartu Bimbingan
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 7 Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
Pengaruh Permainan Monopoli Terhadap Pengetahuan dan Sikap

Anak Laki-Laki Tentang Pencegahan Kekerasan Seksual

di SDN 43 Kecamatan Kuranji Tahun 2019

Petunjuk pengisian:

Isilah pertanyaan dibawah ini dengan benar. Data yang disampaikan pada

kuesioner ini akan dijamin kerahasiannya.

I. Identitas responden:

1. Nama : ……………………….
No.Responden:
2. Umur : …… Tahun

3. Jenis kelamin : L

4. Alamat : ………………………

5. Kelas : ………………………
II. Pengetahuan

Jawablah pernyataan di bawah ini dengan cara memberi tanda centang

(√) pada kolom benar jika jawaban benar dan kolom salah bila jawaban

salah.

No Pernyataan Benar Salah


Kamu harus berani mengatakan tidak dan segera
1 menjauh jika ada orang lain yang memaksamu √
melakukan hal yang tidak kamu sukai
Tidak boleh ada orang lain memegang bagian
2 tubuhmu (mulut/alat kelamin/bokong) yang √
membuatmu tidak nyaman
Boleh menerima permen/makanan/mainan/ uang
3 dari orang yang tidak kita kenal tanpa izin orang √
tua
Kamu boleh melihat dan memegang alat kelamin
4 √
orang lain
Tidak boleh orang lain memperlihatkan bagian
5 √
tubuhnya (mulut/alat kelamin/bokong) kepadamu
Tidak boleh ada orang lain yang memaksamu
6 √
membuka pakaianmu di tempat sepi
Bagian tubuh yang tidak boleh dipegang orang
7 lain selain orang tua adalah mulut, alat kelamin, √
bokong
Orang lain yang boleh memegang tubuhku selain
8 orang tua adalah dokter, perawat atau bidan saat √
aku sakit
Jika ada seseorang memegang tubuhmu (mulut,
9 alat kelamin, bokong) kamu harus segera √
memberi tahu orang tua/guru
Jika ada orang yang memegang tubuhmu
(mulut/alat kelamin/bokong) membuatmu
10 √
merasa tidak nyaman, gelisah, murung, dan takut
bertemu orang lain.
III. Sikap

Isilah pertanyaan di bawah ini yang di anggap sesuai dengan cara

memberi tanda centang (√) pada kolom berikut:

Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju
Katakan “tidak” dan segera menjauh jika
seseorang memegang tubuhku (mulut/alat
1 √
kelamin/bokong) dengan cara yang tidak aku
sukai
Aku berteriak “tidak” dan menghindar ketika
orang lain memegang tubuhku (mulut/alat
2 √
kelamin/bokong) dan membuatku merasa
terganggu
Aku menerima makanan/uang/mainan dari
3 √
orang lain tanpa izin orang tua
Aku tidak melawan (memukul dan mengigit)
ketika ada orang yang memaksa memegang
4 √
tubuhku (mulut/bokong/alat kelamin) dan
membuatku tidak nyaman
Aku tidak berteriak dan menghindar ketika
orang lain yang lebih tua memintaku memegang
5 √
bagian tubuh (mulut/bokong/alat kelamin)
orang tersebut
Aku tidak mau diajak masuk mobil orang yang
6 √
tidak dikenal tanpa orang tua
Aku mengusir orang lain yang masuk kamar
7 √
mandi saat aku didalamnya
Aku melaporkan kepada orang tua jika ada
lawan jenis memegang tubuhku
8 √
(mulut/bokong/alat kelamin) yang membuatku
tidak nyaman
Aku menolak ajakan orang yang mengajakku
9 √
bermain di tempat yang sepi
Aku selalu berhati-hati dan menjauh apabila ada
10 orang asing yang mengikutiku di tempat yang √
sepi
Lampiran 8 Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Bahasan : Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak Laki-Laki

Sub Topik Bahasan : Pengaruh Permainan Monobani(Monopoli Anak Berani)

Sasaran : Siswa Laki-Laki Sekolah Dasar Kelas 3 dan 4.

Tempat : SDN 43 Kecamatan Kuranji Kota Padang

Hari/Tanggal : Oktober 2019

Waktu : 70 menit

A. Latar Belakang

Kekerasan seksual merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan

untuk memperoleh tindakan seksual atau tindakan lainnya yang mengarah

pada kepuasan seksualnya dengan cara paksaan tanpa memandang setatus

hubungan sosial dengan korban (WHO, 2017). Fenomena kekerasan seksual

pada anak merupakan salah satu permasalahan yang saat ini menjadi salah

satu pusat perhatian. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka kekerasan

seksual pada anak. Pada tahun 2018 angka kekerasan seksual pada anak

tercatat sebanyak 177 kasus dengan 135 kasus pada anak laki-laki dan 42

kasus pada anak perempuan (KPAI, 2018). Hal ini menjadi perhatian baru

dikarenakan anak laki-laki yang semula dianggap memiliki potensi yang

rendah dibandingkan dengan anak perempuan, tenyata banyak mengalami

kekerasan seksual. Menurut Wakil KPAI tingginya kejadian kekerasn seksual

pada anak laki-laki dikarenakan kurangnya sosialisai Pendidikan seksual pada


anak laki-laki, sehingga dibutuhkan Pendidikan seksual pada anak laki-laki

juga (KPAI, 2017).

B. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan siswa diharapkan mampu mengetahui dan

memahami cara pencegahan kekerasan seksual pada anak.

C. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan siswa diharapkan dapat:

1. Menyebutkan bagian tubuh pribadi yang tidak boleh dilihat dan disentuh

oleh orang lain.

2. Menyebutkan orang boleh menyentuh bagian pribadi.

3. Menyebutkan cara mencegah kekerasan seksual.

4. Menyebutkan sikap dalam pencegahan kekerasan seksual.

D. Materi (terlampir)

E. Metode

1. Game Monobani

2. Tanya jawab

F. Media

1. Papan permainan Monobani dan perlengkapannya

2. Kuesioner
G. Setting Tempat

Keterangan:

: Papan Permainan Monobani

: Siswa

: Fasilitator/Penyuluh

H. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Kegiatan Fasilitator/Penyuluh Siswa


1. Menjawab salam
1. Salam Teraupetik
2. Mendengarkan
Pembukaan 2. Memperkenalkan diri
1 3. Memperkenalkan diri
(10 menit) 3. Menjelaskan tujuan
4. Menyepakati kontrak
4. Melakukan kontrak waktu
waktu
1. Memberikan kuesioner
1. Mengisi koesioner
(sebelum)
2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan permainan
memperhatikan
Inti 3. Memberikan kartu aku peduli
2 3. Melakukan permainan
(60 menit) 4. Memandu permainan
4. Menanyakan materi
5. Memberikan kesempatan
yang belum jelas
siswa bertanya
1. Mengulas kembali tentang
1. Ikut serta mengulas
materi penyuluhan
materi
2. Menyimpulkan materi
Penutup 2. Menyimak
3 3. Membagikan Kuesioner
(10 menit) kesimpulan
(setelah)
3. Mengisi kuesioner
4. Menutup dan Mengucapkan
4. Menjawab salam
salam

I. Kriteria Evaluasi

1. Evalausi struktur

a. Siswa laki-laki yang hadir di kelas

b. Sarana dan prasarana penyuluhan

c. Setting tempat sesuai rencana

2. Evaluasi proses

a. Siswa aktif dan mengikuti jalannya permainan.

b. Siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan

3. Evaluasi hasil

a. Siswa mampu menyebutkan 3 bagian tubuh yang tidak boleh

disentuh dan dilihat oleh orang lain.

b. Siswa mampu menyebutkan orang yang boleh melihat dan

menyentuh bagian pribadinya.

c. Siswa mampu menyebutkan bentuk-bentuk kekerasan seksual


d. Siswa mampu menyebutkan sikap dalam mencegah kekerasan
seksual
Materi Pendidikan Seksual

A. Pengertian Pendidikan Seksual

Sebagai upaya untuk mencegah kekerasan seksual pada anak adalah

pemberian bekal pengetahuan tentang seksualitas yang disesuaikan dengan

tahap perkembangan anak (Jatmikowati, 2015). Pengetahuan yang harus

dimiliki oleh anak-anak tentang pencegahan kekerasan seksual antaralain:

Gambar 1 Bagian tubuh yang tidak boleh disentuh

Sumber : Pencegahan Kekerasan seksual (KPAI, 2017)

Beritahu anak tentang sentuhan yang boleh dilakukan orang lain

ialah bagian kepala, tangan, dan kaki, dan bagian yang tidak boleh dilihat

dan dipegang orang lain adalah penis, mulut, dan bokong. Jelaskan pada

anak tentang cara menjaga privasi saat mandi, tidur, dan berpakaian. Orang

tua juga perlu memberitahukan bahwa ada saatnya orang lain diperbolehkan

melihat bagian pribadi tubuh dengan izin orang tua seperti saat

dokter/perawat/bidan memeriksa (Justica, 2016).

Beritahu anak contoh tindakan yang mungkin dilakukan oleh pelaku

kekerasan pada anak seperti:


a. Orang lain yang membuka pakaianmu atau menyuruh membuka

pakaianmu tanpa izin orang tua.

b. Orang lain yang melakukan sentuhan buruk seperti menyentuh,

meremas, dan mempermainkan bagian pribadimu yang membuatmu

tidak nyaman atau memasukkan sesuatu ke anus anak.

c. Memperlihatkan bagian tubuh pribadinya atau menyuruh anak untuk

memegang maupun memasukkan penis kemulut.

d. Orang asing yang memeluk, mencium, atau menyuruh anak duduk

dipangkuannya.

e. Orang yang mengikuti atau membujuk anak untuk ke tempat yang sepi

sendirian (Hemdi, 2010).

Menurut (Neherta, 2017) ada beberapa usaha yang bisa dilakukan

untuk mengurangi resiko tindakan kekerasan seksual pada anak:

a. Menutup dan mengunci kamar tidur dan kamar mandi saat berada

didalam.

b. Mengajarkan untuk menolak pemberian dari orang lain tanpa seizin

orang tua.

c. Tidak sendirian dan selalu bersama-sama teman-teman.

d. Tidak berada pada tempat yang sepi terutama saat sendiri.

e. Mengajarkan kepada anak agar bertingkah laku baik dan santun

f. Menggunakan pakaian yang sopan dan rapi.


B. Sikap anak

Sikap merupakan sebuah respon seseorang sebagai umpan balik

terhadap suatu kondisi (positif /negatif) yang dituangkan dalam bentuk

emosional afektif, mimik, dan tindakan (S. Sari, 2018).

Menurut (KPAI, 2014) sikap yang harus diketahui oleh anak dalam

upaya pencegahan kekerasan sesukal adalah:

a. Berkata “ Tidak mau” dan lari apabila anak mendapatkan pelakuan dari

orang dewasa ataupun dari keluarga korban memaksa.

b. Berani teriak” Tolong” dan lari saat anak dalam kondisi bahaya.

c. Berani “Lapor” ketika anak mendapatkan tindakan kekerasan seksual

ataupun tindakan yang menurut anak menganggu kenyamanan pada

orang tua ataupun pihak berwajib.

Menurut (Hemdi, 2010) sikap dan tindakan yang dapat diajarkan

pada anak-anak :

a. Anak harus melawan dan lari jika ada orang yang memaksa untuk

melakukan tindakan yang tidak boleh dilakukan padanya.

b. Menjauh dan cari pertolongan jika ada orang yang muncurigakan

mengikuti ditempat yang sepi.

c. Jika ada yang mendekati atau mendesak ditempat yang sepi maka anak

harus teriak “Tolong” dan lari.

d. Jika ada orang yang meringkus maka anak bisa memukul bagian

matanya, lehernya, ataupun tendang kemaluannya.


e. Jika ada orang yang memeluk dengan paksa maka gigit sekeras

mungkin.

Gambar 2 Sikap terhadap pelaku kekerasan seksual

Sumber : Preventing Child Abuse (UNICEF, 2014)


Lampiran 9 Permainan Monobani
Lampiran 10 Master Tabel

MASTER TABEL
PENGARUH PERMAIANAN MONOBANI (MONOPOLI ANAK BERANI) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK LAKI-LAKI TENTANG PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL DI SD 43 KECAMATAN KURANJI

PENGETAHUAN SEBELUM PENGETAHUAN SESUDAH SIKAP SEBELUM SIKAP SESUDAH


UMUR
NO INISIAL Kelas
(Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TOTAL

1 RH 4 9 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7
2 MR 4 10 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 5 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 4 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7
3 RI 4 9 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 4 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
4 GP 4 10 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 4 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
5 DP 3 9 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 4 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 5 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 6
6 DA 3 9 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 5 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8
7 AD 3 9 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 4 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 6 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 4 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 6
8 RA 3 9 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 6 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8
9 WA 4 10 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 7 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8
10 MA 3 9 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
11 HL 3 9 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
12 HR 3 9 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 4 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 8 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 4 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8
13 MF 3 9 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 5 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7
14 JD 3 9 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8
15 AY 4 10 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 7 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 8 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
16 DN 3 9 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
17 AF 3 9 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 4 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8
18 AZ 3 9 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 6 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 7 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 5 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 7
19 IL 3 9 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 7 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 8 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
20 FR 4 10 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8
21 MC 4 9 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 5 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
22 MI 4 9 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 7 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
23 YF 4 10 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
24 MZ 4 10 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
JUMLAH 17 15 17 18 6 8 11 16 19 9 23 23 19 22 16 12 23 23 24 21 12 11 8 15 12 11 12 9 10 10 20 20 13 22 20 23 22 19 21 18

Keterangan Tabel Pengetahuan dan Sikap Negatif : Benar = 0


Positif : Benar = 1 Salah = 1
Salah = 0
Lampiran 12 Hasil Uji Statistik

Statistics

kelas umur PTotpre PTotPost STotPre STotPost

N Valid 24 24 24 24 24 24

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 3.46 9.29 5.67 8.58 4.83 8.25

Median 3.00 9.00 6.00 8.50 5.00 8.00

Std. Deviation .509 .464 1.274 1.176 1.204 1.152

Variance .259 .216 1.623 1.384 1.449 1.326

Minimum 3 9 4 6 3 6

Maximum 4 10 8 10 7 10

Sum 83 223 136 206 116 198

Kelas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 13 54.2 54.2 54.2

4 11 45.8 45.8 100.0

Total 24 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 9 17 70.8 70.8 70.8

10 7 29.2 29.2 100.0

Total 24 100.0 100.0


PTotpre

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 4 6 25.0 25.0 25.0

5 5 20.8 20.8 45.8

6 5 20.8 20.8 66.7

7 7 29.2 29.2 95.8

8 1 4.2 4.2 100.0

Total 24 100.0 100.0

PTotPost

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 1 4.2 4.2 4.2

7 3 12.5 12.5 16.7

8 8 33.3 33.3 50.0

9 5 20.8 20.8 70.8

10 7 29.2 29.2 100.0

Total 24 100.0 100.0

STotPre

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 3 12.5 12.5 12.5

4 8 33.3 33.3 45.8

5 5 20.8 20.8 66.7

6 6 25.0 25.0 91.7

7 2 8.3 8.3 100.0

Total 24 100.0 100.0


STotPost

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 2 8.3 8.3 8.3

7 4 16.7 16.7 25.0

8 7 29.2 29.2 54.2

9 8 33.3 33.3 87.5

10 3 12.5 12.5 100.0

Total 24 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PTotpre 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%

PTotPost 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%

STotPre 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%

STotPost 24 100.0% 0 .0% 24 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

PTotpre Mean 5.67 .260

95% Confidence Interval for Lower Bound 5.13


Mean
Upper Bound 6.20

5% Trimmed Mean 5.64

Median 6.00

Variance 1.623

Std. Deviation 1.274

Minimum 4
Maximum 8

Range 4

Interquartile Range 3

Skewness .005 .472

Kurtosis -1.311 .918

PTotPost Mean 8.58 .240

95% Confidence Interval for Lower Bound 8.09


Mean Upper Bound 9.08

5% Trimmed Mean 8.64

Median 8.50

Variance 1.384

Std. Deviation 1.176

Minimum 6

Maximum 10

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness -.305 .472

Kurtosis -.704 .918

STotPre Mean 4.83 .246

95% Confidence Interval for Lower Bound 4.32


Mean Upper Bound 5.34

5% Trimmed Mean 4.81

Median 5.00

Variance 1.449

Std. Deviation 1.204

Minimum 3

Maximum 7

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness .184 .472

Kurtosis -.936 .918

STotPost Mean 8.25 .235

95% Confidence Interval for Lower Bound 7.76


Mean Upper Bound 8.74

5% Trimmed Mean 8.28


Median 8.00

Variance 1.326

Std. Deviation 1.152

Minimum 6

Maximum 10

Range 4

Interquartile Range 2

Skewness -.349 .472

Kurtosis -.490 .918

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PTotpre .186 24 .032 .883 24 .010

PTotPost .190 24 .025 .890 24 .013

STotPre .214 24 .006 .911 24 .037

STotPost .201 24 .013 .916 24 .048

a. Lilliefors Significance Correction

Pengetahuan Pretest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 11 45.8 45.8 45.8

Cukup 12 50.0 50.0 95.8

Baik 1 4.2 4.2 100.0

Total 24 100.0 100.0

Pengetahuan posttest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cukup 4 16.7 16.7 16.7

Baik 20 83.3 83.3 100.0

Total 24 100.0 100.0


Sikap Pretest

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 11 45.8 45.8 45.8

Positif 13 54.2 54.2 100.0

Total 24 100.0 100.0

Sikap Post test

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Negatif 6 25.0 25.0 25.0

Positif 18 75.0 75.0 100.0

Total 24 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PTotpre 24 5.67 1.274 4 8

PTotPost 24 8.58 1.176 6 10

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

PTotPost - PTotpre Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 24b 12.50 300.00

Ties 0c

Total 24

a. PTotPost < PTotpre

b. PTotPost > PTotpre

c. PTotPost = PTotpre
Test Statisticsb

PTotPost -
PTotpre

Z -4.328a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

STotPre 24 4.83 1.204 3 7

STotPost 24 8.25 1.152 6 10

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

STotPost - STotPre Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 24b 12.50 300.00

Ties 0c

Total 24

a. STotPost < STotPre

b. STotPost > STotPre

c. STotPost = STotPre

Test Statisticsb

STotPost -
STotPre

Z -4.315a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 13 Curiculum Vitae

Curiculum Vitae
A. Biodata Pribadi

Nama : Muhammad Roni

Tempat/Tanggal Lahir : Tumijaya/04 Maret 1997

Agama : Islam

Daerah Asal : Sukajadi Rt.003 Rw.001 Desa Tumi Jaya


Kecamatan Jayapura Kabupaten OKU
Timur

Pekerjaan : Mahasiswa

Nama Ayah : Ashari

Nama Ibu : Sri Rahayu

Email : ronimuhammad999@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 04 Jayapura : 2003-2009

2. SMP Negeri 1 Jayapura : 2009-2012

3. SMA Negeri 3 Martapura : 2012-2015

4. Poltekkes Kemenkes Palembang : 2015-2018

5. Fakultas Keperawatan UNAND : 2018-sekarang


Lampiran 14 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai