Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN

KAWASAN TANPA ROKOK


PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN

RUMAH SAKIT UMUM


Jl. Raya Pajajaran No.101 Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan

Telepon Pelayanan 021-74718440 (CS)/ 021-7492398 (UGD)

Managemen Telepon/Fax (021) 298722561

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

Nomor : 188.4/Kep.0063.e-TU/2022

TENTANG

PEDOMAN KAWASAN TANPA ROKOK

RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Umum Kota Tangerang Selatan, maka diperlukan
Kebijakan tentang Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan;

b. Bahwa agar pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum


Kota Tangerang Selatan dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, b, dan c perlu menetapkan Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan
tentang Kebijakan Nomor : 188.4/Kep.0035.a-TU/2022
tentang Penetapan Standar Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);

2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43


Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;

4. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2016


tentang fasilitas pelayanan kesehatan;

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);

6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

7. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan Nomor 8 Tahun


2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang
Selatan);

8. Keputusan Walikota Tangerang Selatan Nomor


445/Kep.0006-DPMPTSP/2019 tentang Izin Operasional
Penuh Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM KOTA


TANGERANG SELATAN TENTANG KEBIJAKAN NOMOR :
188.4/KEP.0035.A-TU/2022 TENTANG PENETAPAN STANDAR
PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG
SELATAN.
KEDUA : Pedoman Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

KETIGA : Direktur Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan berpartisipasi


dalam perencanaan, monitoring, dan pengawasan terhadap
prosedur Kawasan Tanpa Rokok di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila


dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan

Pada Tanggal : 18 Januari 2022

Ditetapkan Oleh
Direktur Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan,

Dr. Umi Kulsum


NIP. 19821215 201001 2 011

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS...........................................................................2
C. SASARAN.............................................................................................................2
D. MAKSUD DAN TUJUAN......................................................................................3
E. RUANG LINGKUP DAN TATA URUTAN.............................................................3
F. LANDASAN..........................................................................................................3
G. PENGERTIAN......................................................................................................3

BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT KOTA TANGERANG SELATAN..............6

A. SEJARAH PENDIRIAN RUMAH SAKIT KOTA TANGERANG SELATAN..........6


B. SEJARAH KEPEMIMPINAN................................................................................7
C. RSU KOTA TANGERANG SELATAN SAAT INI..................................................7

BAB III VISI, MUTU, MOTTO TUJUAN, TATA NILAI/BRANDING.................................9

BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RSU KOTA TANGERANG SELATAN....................10

BAB V VISI, MISI, DAN TUJUAN UNIT KERJA..............................................................11

BAB VI STUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA.............................................................12

BAB VII MASALAH, FAKTA DAN DATA TENTANG ROKOK........................................13

BAB VIII PENGELOLAAN KAWASAN TANPA ROKOK.................................................17

BAB IX TATA LAKSANA KEGIATAN..............................................................................18

BAB X LANGLAH LANGKAH PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ROKOK DI RSU


KOTA TANGERANG SELATAN.....................................................................................20

BAB XI INDIKATOR KAWASAN TANPA ROKOK..........................................................22

BAB XII PEMANTAUAN DAN EVALUASI KAWASAN TANPA ROKOK........................23

BAB XIII PENUTUP.........................................................................................................25


PEDOMAN KAWASAN TANPA ROKOK
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan


Nomor : 188.4/Kep.0063.e-TU/2022
Tanggal : 18 Januari 2022
Perihal : Pedoman Kawasan Tanpa Rokok Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah
menjadi perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan
rokok akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa
yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok.
Dari data terakhir WHO di tahun 2004 ditemuai sudah mencapai 5 juta kasus
kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di Negara berkembang, termasuk di
dalamnya di Asia dan Indonesia. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia
sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.

Indonesia menduduki peringkat ke – 3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia


setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki
peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar stelah China, Amerika Serikat, Rusia
dan Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan
bahwa penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan
angka tersebut meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok
umur di atas 15 tahun.

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah sakit umum kota tangerang


selatan sebenarnya telah lama direncanakan dan telah diupayakan dengan
menggunakan media promosi kesehatan untuk larangan merokok dan melarang
pegawai dan pengunjung untuk merokok di lingkungan rumah sakit

Kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok


masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak
dan remaja sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai media massa.
Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius,
mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan
kesehatan yang dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di
sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif). Oleh karena itu perlu dilakukan
langkah-langkah pengamanan rokok bagi kesehatan, diantaranya melalui
penetapan Kawasan Tanpa Rokok.

B. Tujuan Umum Dan Khusus

1
1. Tujuan Umum.

Agar rumah sakit bebas dari asap rokok sebagaimana mestinya untuk
memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pasien, keluarga, petugas,
pengunjung dan lingkungan Rumah Sakit

2. Tujuan Khusus

Tujuan penetapan kawasan dilarang merokok, adalah:


a. Menurunkan angka kesakitan dan/atau angka kematian dengan cara
merubah perilaku masyarakat Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan (pasien, keluarga,petugas, dan pengunjung ) untuk hidup sehat.

b. Meningkatkan produktivitas kerja yang optimal;

c. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok;

d. Menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula;

e. Mewujudkan masyarakat Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan


yang sehat.

C. Sasaran
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan
(UndangUndang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).

1. Sasaran di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


a. Pimpinan/penanggung jawab/ pengelola fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Pasien.
c. Pengunjung
d. Tenaga medis dan non medis
2. Sasaran di Tempat Kerja
a. Pimpinan atau penanggung jawab atau pengelola sarana penunjang di
tempat kerja (kantin, toko, dsb).
b. Staf atau pegawai atau karyawan
c. Tamu.

D. Maksud dan Tujuan


1. Maksud

2
Penyusunan pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan aturan dalam
menciptakan udara bersih dari asap rokok di lingkungan rumah sakit yang
memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah agar dapat dijadikan acuan
dalam pengelolaan dilarang merokok di lingkungan rumah sakit yang meliputi :
tujuan dan sasaran, pimpinan dan atau penanggung jawab, kawasan dilarang
merokok, tempat khusus / kawasan merokok, peran serta masyarakat Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan, pembinaan dan pengawasan, sanksi
dan penutup.

E. Ruang Lingkup dan Tata Urutan

Ruang lingkup buku ini terbatas pada dilarang merokok di lingkungan


rumah sakit yang berkaitan dengan keamanan, keselamatan pasien, keluarga,
pengunjung dan karyawan,

F. Landasan

1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

4. Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan No 4 Tahun 2016 Tentang


Kawasan Tanpa Rokok

G. Pengertian

1. Pimpinan atau penanggung jawab adalah orang dan/atau badan hukum


yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas
kegiatan dan/atau usaha di tempat atau kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan dilarang merokok baik milik pemerintah maupun swasta;

2. Masyarakat adalah orang perorangan dan/atau kelompok orang;

3. Pencemaran udara di ruang tertutup adalah pencemaran udara yang terjadi


di dalam ruang dan/atau angkutan umum akibat paparan sumber
pencemaran yang memiliki dampak kesehatan kepada manusia;

3
4. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis;.

5. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi


kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai pada suatu saat sesuai
dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang
atau masyarakat dan harus selalu diusahakan peningkatannya secara terus
menerus;

6. Tempat kerja adalah ruang tertutup yang bergerak atau tetap di mana
tenaga kerja bekerja atau tempat yang sering dimasuki tenaga kerja dan
tempat sumber-sumber bahaya termasuk kawasan pabrik, perkantoran,
ruang rapat, ruang sidang/seminar, dan sejenisnya;

7. Tempat atau ruangan adalah bagian dari suatu bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan dan atau usah;

8. Tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh Pemerintah,


swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat
termasuk tempat umum milik Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat,
gedung perkantoran umum, tempat pelayanan umum antara lain terminal
termasuk terminal busway, bandara, stasiun, mall, pusat perbelanjaan, pasar
serba ada, hotel, restoran, dan sejenisnya;

9. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau


bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman nicotiana tobacum, nicotiana rustica dan spesies
lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin, dan zat adiktif dengan
atau tanpa bahan tambahan;

10. Kawasan dilarang merokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk merokok;.

11. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendata kondisi larangan merokok

12. Pemeliharaan preventif, suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencegah


kerusakan dan mempertahankan agar peralatan medis dapat berfungsi
sebagaimana mestinya;

4
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

A. SEJARAH PENDIRIAN RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN


Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada
tanggal 26 November 2008, berdasarkan Undang-undang nomor 51 tahun 2008
tentang pembentukan Kota Tangerang Selatan. Pembentukan daerah otonom
tersebut yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang.

5
Kota Tangerang Selatan memiliki 7 Kecamatan, Luas wilayah 147,19 km2
yang merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut
44m.  Kota Tangerang Selatan adalah kota yang batas wilayah sebelah timur
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta, batas
wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk,
Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang dan
sebelah utara dengan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.
Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Kota Tangerang Selatan, yaitu dengan memperbanyak
fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Kota
Tangerang Selatan memiliki 31 Puskesmas (Sumber : Kepwal no. 440/kep.122-
HUK/2018) yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya masyarakat Kota
Tangerang Selatan. Namun belum sepenuhnya dirasakan dan belum memadai
untuk masyarakat Kota Tangerang Selatan, dimana kasus rujukan ke Rumah
Sakit cukup tinggi, sementara jarak Rumah Sakit rujukan dari Kota Tangerang
Selatan relatif jauh (Seperti : RSUP Fatmawati, RSCM, dll).
Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada
awal beroperasi 07 April 2010 sampai dengan Maret 2012, RSU Kota Tangerang
Selatan menggunakan bangunan sementara di wilayah Puskesmas Pamulang
Jalan Surya Kencana No 01 Pamulang yang diresmikan oleh Gubernur Banten,
Hj.Ratu Atut Chosiyah pada tanggal 07 April 2010 yang bertepatan dengan Hari
Kesehatan Sedunia dengan nama RSUD As-Sholihin.
RSU Kota Tangerang Selatan telah menjadi SKPD dengan
Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan. Yang kemudian dengan
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah, berdampak terhadap kedudukan, susunan
organisasi, tugas, fungsi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.

B. SEJARAH KEPEMIMPINAN
Para personil yang pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :
1. drg. Hj. Ida Lidia 7 April 2010 – Januari 2011
2. drg. Yantie Sari 14 Januari 2011 – Januari 2012
3. Hj. Neng Ulfah, S.Sos, M.Si 6 Februari 2012 – Agustus 2013

6
4. drg. Hj. Ida Lidia Oktober 2013 – November 2013
5. drg. Hj. Maya Mardiana, MARS Desember 2014 – Desember 2016
6. dr. Suhara Manullang, M.Kes Januari 2017 – September 2018
7. dr. Allin Hendalin Mahdaniar, 23 September 2018 s/d 01 Oktober
selaku Plt. Direktur 2019
8. dr. Umi Kulsum, selaku Plt Direktur November 2019 s/d April 2020
9. dr. Umi Kulsum Mei 2020 s/d Sekarang

C. RSU KOTA TANGERANG SELATAN SAAT INI


1. Tanggal 7 April Tahun 2010 melalui Dinas Kesehatan mendirikan Rumah
Sakit Umum di Jalan Surya Kencana No.1 Pamulang diresmikan oleh Hj.
Ratu Atut Chosiyah dengan nama RSUD As-Sholihin;
2. Tanggal 30 Desember 2010 berdasarkan Peraturan Daerah SOTK No: 06
Tahun 2010 menjadi SKPD dengan nama RSU Kota Tangerang Selatan;
3. Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan menjadi Unit Organisasi Yang
Bersifat Khusus, sesuai dengan Peraturan Walikota Tangerang Selatan
Nomor 60 Tahun 2019 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan;
4. Pada tanggal 29 maret 2012 pindah dari Puskesmas Pamulang dan
menempati gedung baru di JL. Pajajaran No. 101 Pamulang;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 Tentang Badan
Layanan Umum Daerah;
6. Keputusan Walikota Tangerang Selatan Nomor 445.1/ Kep.112-Huk/2015
Tentang Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah Pada Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan;
7. Tanggal 25 Juni 2015 merluncurkan Sistem SMS Gateway Tangsel
(SIMRASEL), dengan tujuan agar masyarakat dapat melakukan booking
pendaftaran rawat jalan melalui SMS Gateway;
8. Tahun 2017 diluncurkan Sistem Antrian Apotik, Sistem untuk pemanggil
antrian apotik untuk resep racik dan non racik;
9. Tanggal 25 Juli 2017 meluncurkan Sistem Pendaftaran Online (SIPOLIN)
yaitu Sistem untuk melakukan Booking Online yang dapat diakses pada
Wibsite RSU Kota Tangerang Selatan’
10. Tanggal 27 November 2017 Meluncurkan Sistem Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) yaitu Sistem yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur
proses pelayanan Rumah Sakit;

7
11. Tanggal 4 Oktober 2019 meluncurkan Informasi Antrian Live Pendaftaran
yaitu Informasi digital untuk menampilkan suara pemanggil dan data nomor
urut antrian yang sedang berlangsung pada Pendaftaran Rawat Jalan RSU
Kota Tangerang Selatan secara Live / online melalui website serta telah
terintegrasi dengan modul pemanggil pendaftaran pada SIMRS RSU Kota
Tangerang Selatan;
12. Tanggal 23 Juni 2020 meluncurkan Aplikasi Daftar Perjanjian (ADA JANJI)
yaitu Aplikasi untuk melakukan booking pendaftaran rawat jalan melalui
perjanjian (local);
13. Pada Tanggal 25 September 2020 Meluncurkan Pendaftaran melalui
WhatsApp yaitu Aplikasi untuk melakukan booking Pendaftaran Rawat jalan
melalui Whatsapp.;
14. Pada Tanggal 8 Desember 2020 meluncurkan Sistem Informasi Badan
Layanan Umum Daerah (SIBLUD) yaitu Sistem untuk pengelolaan data
perencanaan anggaran BLUD, proses pengajuan belanja BLUD, proses
Berita Acara Pemeriksaan, proses pengadan BLUD, proses pencairan
hingga pelaporan Akuntansi BLUD RSU Kota Tangerang Selatan yang
saling terintegrasi;
15. Tanggal 1 Maret 2021 meluncurkan LIS (Laboratorium Information System)
yaitu Aplikasi yang menangani penerimaan, pemrosesan dan penyimpanan
informasi yang dihasilkan oleh proses hasil pemerikasaan dari alat
kesehatan laboratorium dan telah terintegrasi dengan sistem informasi
Menajemen Rumah Sakit;
16. Tanggal 1 Oktober 2021 meluncurkan SIMPEG NON PNS (Sistem Informasi
Kepegawaian Non PNS) yaitu Aplikasi untuk mengelola absensi pegawai
dan juga data pegawai Non PNS di RSU Kota Tangerang Selatan.
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, TUJUAN, TATA NILAI/BRANDING

A. Visi BLUD RSU


Rumah Sakit modern pilihan utama masarakat.

B. Misi BLUD RSU


1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten,
berkarakter dan berdaya saing;
2. Memberikan pelayanan paripurna yang berorientasi pada
kepuasan masyarakat;
3. Menyediakan sarana dan prasarana tepat guna, terpadu dan
terintegrasi;

8
4. Menciptakan suasana kerja yang ramah, nyaman dan peduli;
dan;
5. Meningkatkan hubungan Kerjasama yang dinamis dan harmonis
dengan pihak terkait.
C. MOTTO BLUD RSU
Melayani Sepenuh Hati
D. BRANDING
Ramah, Nyaman, Peduli,
E. Nilai-Nilai dasar BLUD RSU meliputi:
1. Professional;
2. Integritas;
3. Empati;
4. Kerjasama; dan
5. Inovatif.

9
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

10
BAB V
VISI, MISI, DAN TUJUAN UNIT KERJA

A. VISI
Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan akibat
kerja juga penyakit akibat kerja.

B. MISI
1. Pelaksanaan kesehatan kerja bagi karyawanb ( prakerja, berkala, khusus )
2. Upaya pengamanan pasien, pengunjung dan petugas 
3. Peningkatan kesehatan lingkungan 
4. Sanitasi lingkungan RS
5. Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair, gas
6. Pencegahan dan penanggulangan bencana (Disaster program)
7. Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya
8. Pendidikan dan pelatihan K3
9. Sertifikasi dan kalibrasi sarana, prasarana, dan peralatan RS
10. Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan K3
C. MOTTO
Menjadikan budaya K3 sebagai tajuk utama sebelum memulai bekerja di Rumah
Sakit.

D. TUJUAN
1. UMUM

Maksud dari adanya buku pedoman ini terselenggaranya pengelolaan


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di RSU Kota Tangerang Selatan dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang benar.
2. KHUSUS

a. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS

b. Meningkatnya profesionalisme dalam K3 bagi manajemen, pelaksana dan


pendukung program.

c. Terpenuhi syarat-syarat K3RS di setiap unit kerja.


d. Terselenggaranya pengelolaan K3RS secara optimal dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan K3RS yang berlaku.
e. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas RSU Kota Tangerang Selatan.

11
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

DIRUT

PJ KOMITE

KETUA
KOMITE

SEKERTARIS
1 & 2 KOMITE

KOOR KOOR KOOR KOOR KOOR


KESELAMATAN KESEHATAN KESEHATAN KEWASPADAAN MANAJEMEN
DAN KERJA LINGKUNGAN BENCANA RISIKO KERJA
KEAMANAN

12
13
BAB VII
MASALAH, FAKTA DAN DATA TENTANG ROKOK

A. Masalah
Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang
perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya karena
menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek
ekonomi, social, politik dan terutama aspek kesehatan.

Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok
dan terpapar asap rokok di lingkungannya dan disebut sebagai perokok pasif.
Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami
peningkatan resiko terkena bronchitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma,
serta kelambatan pertumbuhan paru-paru. Kerusakan kesehatan dini ini dapat
menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan
perokok pun yang terus menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan
resiko kanker paru atau jenis kanker lainnya.

Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang


berbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang
bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang
ditimbulkan karena kebiasaan merokok, seperti Emfisema, Kanker Paru,
Bronkitis Kronis dan penyakit paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya
penyakit Jantung Koroner, peningkatan kolesterol darah, berat bayi lahir rendah
(BBLR) pada bayi ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati.

B. Fakta
Fakta membuktikan bahwa bahaya tembakau bagi kesehatan sangat
besar, jauh lebih dari yang disadari oleh sebagian besar masyarakat. Kebiasaan
merokok berhubungan dengan kejadian berbagai penyakit, sebagian besar
berakibat kematian. Uraian berikut ini memaparkan resiko kesehatan bagi
perokok, rokok dan Indonesia sebagai perspektif dan data yang antara lain berisi
hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
C. Resiko Kesehatan bagi Perokok
Indonesia menempati urutan ke 7 terbesar dalam jumlah kematian yang
disebabkan oleh kanker, yakni sebanyak 188.100 orang. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit system pembuluh darah di Indonesia berjumlah
468.700 orang atau menempati urutan ke-6 terbesar dari seluruh Negara-negara
kelompok WHO. Kematian yang disebabkan oleh penyakit system pernafasan
adalah penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) yakni sebesar

14
73.100 orang (66,6%) sedangkan asma sebesar 13.690 orang (13,7%).
Kematian akibat penyakit Tuberculosis sebesar 127.000 orang yang merupakan
terbesar ke- 3 setelah Negara India dan China.

- Berbagai evidence based menyatakan bahwa mengonsumsi tembakau dapat


menimbulkan penyakit kanker mulut (mulut, pharynx, larynx, oesophagus,
Paru, pancreas dan kandung kemih), penyakit system pembuluh darah
(jantung koroner, aneurisme aorta, pembuluh darah perifer, arteriosklerosis,
gangguan pembuluh darah otak) dan system pernafasan (Bronchitis chronis,
Emfisema, Paru obstruktif kronis, Tuberculosis paru, Asma, Radang paru dan
penyakit saluran nafas lainnya).
- Akibat rokok di Indonesia menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru
kronik dan Emfisema pada tahun 2001.
- Rokok merupakan penyebab dari sekitar 5% kasus stroke di Indonesia.
- Wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau penundaan
kemampuan hamil. Pada pria meningkatkan resiko impotensi sebesar 50%.
- Ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan atau terpapar asap rokok di
rumahnya atau di lingkungannya beresiko mengalami proses melahirkan
yang bermasalah, termasuk berat bayi lahir rendah, bayi cacat atau kematian
bayi.
- Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan
perokok dan terpapar asap rokok di lingkungannya. Anak yang terpapar asap
rokok di lingkungannya mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih
mudah terkena infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga dan asma.

D. Rokok dan Indonesia sebagai Perspektif


- Sekitar 40,3 juta anak 0-14 tahun terpapar asap rokok
- 40,5% populasi semua umur terpapar asap rokok di dalam rumah
- 4,2% perempuan umur di atas 15 tahun merokok
- 65,9% laki-laki umur di atas 15 tahun merokok
- 69% rumah tangga memiliki pengeluaran untuk rokok
- Rata-rata individu perokok menghabiskan Rp. 216.000 perbulan untuk
membeli tembakau
- Rata-rata satu perokok membutuhkan biaya Rp. 2.592.000 pertahun untuk
membeli tembakau
- Rumah tangga perokok terkaya menghabiskan 7% pendapatannya untuk
rokok sementara rumah tangga perokok termiskin menghabiskan 12%
- Minimal 1 orang anggota rumah tangga yang mengonsumsi tembakau 50%
dari perokok jangka panjang akan meninggal karena penyakit akibat rokok

15
E. Data
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 :

 Prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7% :


- Lebih dari separuh perokok (52,3%) menghisap 1-10 batang rokok
setiap hari.
- 2 dari 5 perokok saat ini merokok rata-rata 11-20 batang setiap hari.
- 4,7% perokok merokok 21-30 batang setiap hari.
- 2,1% perokok merokok lebih dari 30 batang setiap hari.
 76,6% perokok merokok di dalam rumah ketika bersama anggota keluarga
lain.
- 1,7% perokok mulai merokok pada usia 5-9 tahun dan tertinggi mulai
merokok pada kelompok umur 15-19 tahun (43,3%).
 Persentase nasional penduduk berumur 15 tahun keatas yang merokok
setiap hari sebesar 28,2%.
 Persentase merokok penduduk merokok tiap hari tampak tinggi pada
kelompok umur produktif (25-64 tahun) dengan rentang 30,7% - 32,2%.
 Terjadi peningkatan prevalensi perokok yang merokok setiap hari untuk
umur 25–34 tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1 % (2010). Peningkatan
terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun dari 17,3% (2007) menjadi 18,6%
(2010).
 Lebih dari separuh (54,1%) penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas
merupakan perokok tiap hari.
 Rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.
Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan
mencapai 10 juta per tahunnya dan di Negara-negara berkembang
diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok.
 Dari setiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya
meninggal karena disebabkan asap rokok. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah
perokok dunia sekitar650 juta orang maka aka nada 10 juta kematian per
tahun.
 Tahun 2007 di Indonesia, usia perokok makin muda, jumlah perokok usia
15-19 tahun di Indonesia mencapai 18,8% atau meningkat dari tahun 2001
(12,7%). Begitu juga perokok wanita jumlahnya meningkat terus tiap waktu.
 Dan yang lebih berbahaya adalah dampak ekonominya. Merokok
cenderung menyebabkan merosotnya daya kerja penduduk, yang berakibat
pada menurunnya produktivitas perusahaan dan produktivitas nasional.
Tiap batang rokok berarti hilangnya waktu kerja produktif sebanyak 10

16
menit. Pekerja perokok pun jadi cenderung malas dan suka mangkir.
Pendek kata, merokok merupakan pemborosan nasional.

BAB VIII
PENGELOLAAN KAWASAN TANPA ROKOK

A. Pengertian

17
1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, atau mempromosikan produk tembakau.
2. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap, atau dihirup, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu
atau bentuk lain yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana
rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya menganduk
Nikotin dan Tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Merokok adalah kegiatan membakar rokok dan/atau menghisap asap rokok.
4. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa menghisap
atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah atau masyarakat.
6. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok.

B. Sasaran Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan :


1. Pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan
2. Pasien
3. Pengunjung
4. Tenaga Medis dan non medis.
C. Manfaat
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok.

BAB IX
TATALAKSANA KEGIATAN

A. Kawasan Tanpa Rokok di Rawat Jalan


Begitu pasien/pengunjung masuk ke gedung rumah sakit, maka
pengunjung langsung dapat melihat baliho yang ada di gerbang pintu masuk
dengan tulisan “Anda Memasuki Kawasan Tanpa Rokok”. Pengunjung yang

18
sedang merokok akan segera mematikan rokoknya sebelum memasuki gerbang
rumah sakit. Di dalam ruangan rawat jalan juga sudah ada media berupa yang
bergambar dan bertuliskan dilarang merokok. Beberapa media menggunakan
pegawai rumah sakit sebagai role model. Hal ini diharapkan wajah pegawai
menjadi familiar bagi pengunjung untuk mengingat bahwa rumah sakit
merupakan kawasan yang tidak boleh merokok.

Di dalam ruang pendaftaran rawat jalan juga ada, larangan merokok di


wilayah rumah sakit dan bahaya merokok bagi kesehatan. Public speaker ini
akan terdengar oleh pengunjung yang ada di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.

Selain itu diharapkan kepada semua petugas, pegawai rumah sakit yang
pada saat itu berada di wilayah rawat jalan dapat menegur dan melarang
pengunjung yang pada saat itu terlihat merokok. Lakukan larangan tersebut
dengan bahasa yang santun dan dapat dimengerti oleh pengunjung tersebut,
seperti : “Selamat pagi, siang atau sore. Bapak saat ini berada di rumah sakit,
dimana rumah sakit melarang pengunjung untuk merokok. Apabila Bapak ingin
merokok, silahkan berada di luar pagar rumah sakit”. Bila pengunjung tersebut
belum mematikan rokoknya maka petugas dengan sopan untuk meminta
pengunjung tersebut mematikan rokok dan membuangnya ke tempat sampah.
Atau apabila yang mengetahui ada orang yang merokok di lingkungan rumah
sakit

B. Kawasan Tanpa Rokok di Rawat Inap


Rawat Inap, baik Mawar, Anyelir dan Tulip yang akan dioperasikan
adalah tempat pasien sakit yang sedang dirawat. Tetapi tak jarang ditemukan
penjaga pasien ataupun orang yang datang membesuk sedang merokok di area
rawat inap. Menjadi tugas dan tanggung jawab dari seluruh staf rumah sakit
untuk mengawasi ini, bukan hanya tugas perawat dan satpam yang bertugas di
rawat inap. Apabila staf sedang berada di lokasi tersebut dan melihat orang
yang sedang merokok agar ditegur dan dilarang untuk merokok.

Karena perawat di rawat inap senantiasa berada di area tersebut,


diharapkan juga telah dibekali dengan asbak, sehingga mereka dapat menegur
dan pengunjung yang merokok dapat langsung mematikan rokoknya dan tidak
membuang puntung rokok di sembarang tempat.

Tegurlah perokok tersebut dengan sopan dan jelaskan bahaya rokok


tersebut apabila asapnya terhirup oleh pasien yang sedang dirawat.

19
Pada tempat tertentu juga ditempel poster-poster larangan merokok, antara lain
di dinding rumah sakit dan di dekat pintu lift, sehingga mudah terlihat. Poster ini
menggunakan model yang berasal dari pegawai rumah sakit, baik dokter
ataupun perawat, yang wajahnya sudah familiar, sehingga diharapkan dapat
lebih menyentuh kepada perokok.

C. Kawasan Tanpa Rokok di Gedung Administrasi


Gedung administrasi dan gedung lainnya yang ada di rumah sakit juga
merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dengan adanya peraturan dan Surat
Keputusan Direktur Utama tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan, maka semua orang harus mematuhi peraturan
tersebut.

Untuk terlaksananya Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di semua unit, maka


diharapkan tanggungjawab kepala unit masing-masing untuk menjaga unitnya
agar tidak ada staf atau tamu yang datang merokok di unit tersebut. Semua
orang berhak menegur orang yang merokok di wilayah rumah sakit, tegurlah
dengan bahasa yang sopan dan minta kepada staf atau pengunjung untuk tidak
merokok di area rumah sakit dan persilahkan apabila ingin merokok agar keluar
dari area rumah sakit.

Punishment dalam bentuk lain belum dapat diterapkan di lingkungan


Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan, sehingga langkah yang diambil
adalah secara persuasif dengan cara menegur si perokok. Selain itu juga dibuat
poster-poster dengan model yang berasal dari pegawai, sehingga dengan wajah
yang cukup familiar diharapkan pesan-pesan larangan merokok dapat lebih
mengenal.

20
BAB X
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ROKOK

DI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

Petugas PKRS melaksanakan advokasi kepada pimpinan rumah sakit dengan


menjelaskan perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan keuntungannya jika dikembangan di
area tersebut.

Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan rumah sakit setuju untuk


mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok.

Hal-hal yang perlu dilakukan pimpinan rumah sakit untuk mengembangkan kawasan
Tanpa Rokok adalah sebagai berikut :

a. Analisis Situasi
Pimpinan rumah sakit melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan bagaimana sikap dan perilaku
sasaran (karyawan/pasien/pengunjung) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.

b. Penyusunan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


Pimpinan rumah sakit mengajak berbicara para karyawan yang mewakili
perokok dan bukan perokok untuk :

- Menyampaikan maksud, tujuan dan manfaat Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


- Membahas rencana kebijakan tentang pemberlakuan Kawasan Tanpa Rokok
- Meminta masukan tentang penerapan Kawasan Tanpa Rokok, antisipasi
kendala dan sekaligus alternative solusi
- Menetapkan penanggung jawab Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan
mekanisme pengawasannya.
- Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi karyawan atau pasien atau
pengunjung.
- Kemudian pihak pimpinan membentuk Komite atau kelompok kerja
penyusunan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
c. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
- Komite atau kelompok kerja membuat kebijakan yang jelas tujuan dan cara
melaksanakannya

d. Penyiapan Infrastruktur, antara lain :

21
- Membuat surat keputusan dari Direktur Utama tentang penanggung jawab
dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
- Instrument pengawasan.
- Materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
- Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan
- Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
- Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan tentang cara berhenti merokok.
e. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) antara lain :
- Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan internal
bagi karyawan.
- Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR).
f. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
- Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pasien atau pengunjung
melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan
lain sebagainya.
- Penyediaan tempat bertanya.
- Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
g. Pemantauan dan Evaluasi
- Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang
telah dilaksanakan.
- Minta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang
ditemukan.
- Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.

22
BAB XI
INDIKATOR KAWASAN TANPA ROKOK

Indikator sangat diperlukan baik oleh petugas kesehatan maupun pengelola


Kawasan Tanpa Rokok sebagai alat ukur dalam pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok di rumah sakit. Secara umum indikator yang dilihat adalah indikator input,
proses dan output.

A. Indikator Input :
1. Adanya kebijakan tertulis tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
2. Adanya tenaga yang ditugaskan untuk memantau Kawasan Tanpa Rokok
(KTR).
3. Adanya media promosi tentang larangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
B. Indikator Proses :
1. Terlaksananya sosialisasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) baik
secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media cetak,
elektronik)
2. Adanya pengaturan tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Terpasangnya pengumuman kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
melalui poster, tanda larangan merokok, madding, surat edaran, pengeras
suara.
4. Terpasangnya tanda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Terlaksananya penyuluhan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), bahaya merokok,
etika merokok dan tidak merokok di area RSUP H. Adam Malik.
C. Indikator Output :
1. Lingkungan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR)
2. Petugas kesehatan dan seluruh pegawai yang tidak merokok dapat menegur
perokok di area RSUP H. Adam Malik untuk mematuhi ketentuan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR).
3. Perokok diminta untuk merokok di luar area Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
4. Adanya sanksi berupa teguran bagi yang melanggar Kawasan Tanpa Rokok
(KTR).

BAB XII

23
PEMANTAUAN DAN EVALUASI KAWASAN TANPA ROKOK

Pemantauan dan Evaluasi merupakan upaya yang dilaksanakan secara terus


menerus baik oleh petugas kesehatan maupun pihak manajemen di Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan untuk melihat apakah Kawasan Tanpa Rokok yang
dikembangkan telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

A. Pemantauan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


Pemantauan dilakukan untuk mengetahui perkembangan maupun
permasalahan serta menemukan pemecahan dalam pengelolaan Kawasan Tanpa
Rokok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan kegiatan
dilakukan selama perjalanan Program Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) secara berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun.

Beberapa hal yang perlu diperhatian dalam pemantauan adalah :

1. Apa yang perlu dipantau?


a. Kebijakan yang dilaksanakan
b. Kajian terhadap masalah yang ditemukan
c. Penyesuaian terhadap kebijakan
2. Bagaimana cara memantau?
a. Menganalisis kajian kebijakan dan perilaku sasaran
b. Melakukan supervisiatau kunjungan lapangan untuk mengetahui secara
langsung perkembangan serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi di
lapangan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.
c. Wawancara mendalam dengan penentu kebijakan
d. Diskusi kelompok terarah dengan masyarakat khalayak sasaran
3. Siapa yang memantau?
a. Petugas kesehatan
b. Pengelola program Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
4. Kapan mengadakan pertemuan?
a. Selama pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) berlangsung
b. Setiap saat diperlukan
B. Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Evaluasi atau penilaian adalah proses penentuan nilai atau keberhasilan
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan pada
waktu jangka pendek maupunjangka panjang sebagai berikut :

1. Evaluasi 4-6 bulan :


a. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang dipasang
b. Adanya media promosi Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

24
2. Evaluasi Jangka Panjang 1 -3 tahun :
a. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) diterima dan dilaksanakan oleh
pimpinan/karyawan/pasien dan pengunjung.
b. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas yang mendukung Kawasan Tanpa
Rokok.
c. Tidak ada yang merokok di sekitar Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan.
d. Tidak ada penjuan rokok di area fasiliatas pelayanan kesehatan Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.

BAB XIII

PENUTUP

Pelaksanaan penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) bertujuan untuk


mempersempit area bagi perokok sehingga generasi sekarang maupun akan dating

25
dapat terlindungi dari bahaya rokok. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab
seluruh komponen bangsa, baik individu, masyarakat maupun pemerintah. Komitmen
bersama sangat dibutuhkan dalam keberhasilan penerapan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR). Oleh sebab itu, pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) perlu diwujudkan
bersama.

Dengan adanya buku Pedoman Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan bagi
unit-unit di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan untuk menerapkan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR), sehingga Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan benar-
benar menjadi kawasan yang bebas dari asap rokok, dan memiliki udara segar yang
menjadi hak setiap individu untuk menghirupnya utnuk mempercepat kesembuhan
pasien dan mencegah pengunjung yang sehat dari penyakit yang diakibatkan oleh
asap rokok.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada Tanggal : 18 Januari 2022
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM
KOTA TANGERANG SELATAN,

Dr. Umi Kulsum


NIP 19821215 201001 2 011

26

Anda mungkin juga menyukai