SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR
Nomor : 188.4/Kep.0063.e-TU/2022
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Ditetapkan Oleh
Direktur Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS...........................................................................2
C. SASARAN.............................................................................................................2
D. MAKSUD DAN TUJUAN......................................................................................3
E. RUANG LINGKUP DAN TATA URUTAN.............................................................3
F. LANDASAN..........................................................................................................3
G. PENGERTIAN......................................................................................................3
A. Latar Belakang
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah
menjadi perhatian dunia. WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan
rokok akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10 orang dewasa
yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok.
Dari data terakhir WHO di tahun 2004 ditemuai sudah mencapai 5 juta kasus
kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di Negara berkembang, termasuk di
dalamnya di Asia dan Indonesia. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia
sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.
1
1. Tujuan Umum.
Agar rumah sakit bebas dari asap rokok sebagaimana mestinya untuk
memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pasien, keluarga, petugas,
pengunjung dan lingkungan Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
c. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok;
C. Sasaran
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di tempat pelayanan kesehatan,
tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan
(UndangUndang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
2
Penyusunan pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan aturan dalam
menciptakan udara bersih dari asap rokok di lingkungan rumah sakit yang
memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah agar dapat dijadikan acuan
dalam pengelolaan dilarang merokok di lingkungan rumah sakit yang meliputi :
tujuan dan sasaran, pimpinan dan atau penanggung jawab, kawasan dilarang
merokok, tempat khusus / kawasan merokok, peran serta masyarakat Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan, pembinaan dan pengawasan, sanksi
dan penutup.
F. Landasan
G. Pengertian
3
4. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang produktif secara sosial dan ekonomis;.
6. Tempat kerja adalah ruang tertutup yang bergerak atau tetap di mana
tenaga kerja bekerja atau tempat yang sering dimasuki tenaga kerja dan
tempat sumber-sumber bahaya termasuk kawasan pabrik, perkantoran,
ruang rapat, ruang sidang/seminar, dan sejenisnya;
7. Tempat atau ruangan adalah bagian dari suatu bangunan gedung yang
berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan dan atau usah;
10. Kawasan dilarang merokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk merokok;.
4
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
5
Kota Tangerang Selatan memiliki 7 Kecamatan, Luas wilayah 147,19 km2
yang merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut
44m. Kota Tangerang Selatan adalah kota yang batas wilayah sebelah timur
berbatasan langsung dengan Kota Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta, batas
wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk,
Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang dan
sebelah utara dengan Kecamatan Ciledug Kota Tangerang.
Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Kota Tangerang Selatan, yaitu dengan memperbanyak
fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan. Kota
Tangerang Selatan memiliki 31 Puskesmas (Sumber : Kepwal no. 440/kep.122-
HUK/2018) yang memberikan pelayanan kesehatan khususnya masyarakat Kota
Tangerang Selatan. Namun belum sepenuhnya dirasakan dan belum memadai
untuk masyarakat Kota Tangerang Selatan, dimana kasus rujukan ke Rumah
Sakit cukup tinggi, sementara jarak Rumah Sakit rujukan dari Kota Tangerang
Selatan relatif jauh (Seperti : RSUP Fatmawati, RSCM, dll).
Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada
awal beroperasi 07 April 2010 sampai dengan Maret 2012, RSU Kota Tangerang
Selatan menggunakan bangunan sementara di wilayah Puskesmas Pamulang
Jalan Surya Kencana No 01 Pamulang yang diresmikan oleh Gubernur Banten,
Hj.Ratu Atut Chosiyah pada tanggal 07 April 2010 yang bertepatan dengan Hari
Kesehatan Sedunia dengan nama RSUD As-Sholihin.
RSU Kota Tangerang Selatan telah menjadi SKPD dengan
Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2010 tentang Organisasi
Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan. Yang kemudian dengan
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah, berdampak terhadap kedudukan, susunan
organisasi, tugas, fungsi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
B. SEJARAH KEPEMIMPINAN
Para personil yang pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :
1. drg. Hj. Ida Lidia 7 April 2010 – Januari 2011
2. drg. Yantie Sari 14 Januari 2011 – Januari 2012
3. Hj. Neng Ulfah, S.Sos, M.Si 6 Februari 2012 – Agustus 2013
6
4. drg. Hj. Ida Lidia Oktober 2013 – November 2013
5. drg. Hj. Maya Mardiana, MARS Desember 2014 – Desember 2016
6. dr. Suhara Manullang, M.Kes Januari 2017 – September 2018
7. dr. Allin Hendalin Mahdaniar, 23 September 2018 s/d 01 Oktober
selaku Plt. Direktur 2019
8. dr. Umi Kulsum, selaku Plt Direktur November 2019 s/d April 2020
9. dr. Umi Kulsum Mei 2020 s/d Sekarang
7
11. Tanggal 4 Oktober 2019 meluncurkan Informasi Antrian Live Pendaftaran
yaitu Informasi digital untuk menampilkan suara pemanggil dan data nomor
urut antrian yang sedang berlangsung pada Pendaftaran Rawat Jalan RSU
Kota Tangerang Selatan secara Live / online melalui website serta telah
terintegrasi dengan modul pemanggil pendaftaran pada SIMRS RSU Kota
Tangerang Selatan;
12. Tanggal 23 Juni 2020 meluncurkan Aplikasi Daftar Perjanjian (ADA JANJI)
yaitu Aplikasi untuk melakukan booking pendaftaran rawat jalan melalui
perjanjian (local);
13. Pada Tanggal 25 September 2020 Meluncurkan Pendaftaran melalui
WhatsApp yaitu Aplikasi untuk melakukan booking Pendaftaran Rawat jalan
melalui Whatsapp.;
14. Pada Tanggal 8 Desember 2020 meluncurkan Sistem Informasi Badan
Layanan Umum Daerah (SIBLUD) yaitu Sistem untuk pengelolaan data
perencanaan anggaran BLUD, proses pengajuan belanja BLUD, proses
Berita Acara Pemeriksaan, proses pengadan BLUD, proses pencairan
hingga pelaporan Akuntansi BLUD RSU Kota Tangerang Selatan yang
saling terintegrasi;
15. Tanggal 1 Maret 2021 meluncurkan LIS (Laboratorium Information System)
yaitu Aplikasi yang menangani penerimaan, pemrosesan dan penyimpanan
informasi yang dihasilkan oleh proses hasil pemerikasaan dari alat
kesehatan laboratorium dan telah terintegrasi dengan sistem informasi
Menajemen Rumah Sakit;
16. Tanggal 1 Oktober 2021 meluncurkan SIMPEG NON PNS (Sistem Informasi
Kepegawaian Non PNS) yaitu Aplikasi untuk mengelola absensi pegawai
dan juga data pegawai Non PNS di RSU Kota Tangerang Selatan.
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, TUJUAN, TATA NILAI/BRANDING
8
4. Menciptakan suasana kerja yang ramah, nyaman dan peduli;
dan;
5. Meningkatkan hubungan Kerjasama yang dinamis dan harmonis
dengan pihak terkait.
C. MOTTO BLUD RSU
Melayani Sepenuh Hati
D. BRANDING
Ramah, Nyaman, Peduli,
E. Nilai-Nilai dasar BLUD RSU meliputi:
1. Professional;
2. Integritas;
3. Empati;
4. Kerjasama; dan
5. Inovatif.
9
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
10
BAB V
VISI, MISI, DAN TUJUAN UNIT KERJA
A. VISI
Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan akibat
kerja juga penyakit akibat kerja.
B. MISI
1. Pelaksanaan kesehatan kerja bagi karyawanb ( prakerja, berkala, khusus )
2. Upaya pengamanan pasien, pengunjung dan petugas
3. Peningkatan kesehatan lingkungan
4. Sanitasi lingkungan RS
5. Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair, gas
6. Pencegahan dan penanggulangan bencana (Disaster program)
7. Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya
8. Pendidikan dan pelatihan K3
9. Sertifikasi dan kalibrasi sarana, prasarana, dan peralatan RS
10. Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan K3
C. MOTTO
Menjadikan budaya K3 sebagai tajuk utama sebelum memulai bekerja di Rumah
Sakit.
D. TUJUAN
1. UMUM
11
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
DIRUT
PJ KOMITE
KETUA
KOMITE
SEKERTARIS
1 & 2 KOMITE
12
13
BAB VII
MASALAH, FAKTA DAN DATA TENTANG ROKOK
A. Masalah
Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang
perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya karena
menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek
ekonomi, social, politik dan terutama aspek kesehatan.
Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok
dan terpapar asap rokok di lingkungannya dan disebut sebagai perokok pasif.
Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami
peningkatan resiko terkena bronchitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma,
serta kelambatan pertumbuhan paru-paru. Kerusakan kesehatan dini ini dapat
menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan
perokok pun yang terus menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan
resiko kanker paru atau jenis kanker lainnya.
B. Fakta
Fakta membuktikan bahwa bahaya tembakau bagi kesehatan sangat
besar, jauh lebih dari yang disadari oleh sebagian besar masyarakat. Kebiasaan
merokok berhubungan dengan kejadian berbagai penyakit, sebagian besar
berakibat kematian. Uraian berikut ini memaparkan resiko kesehatan bagi
perokok, rokok dan Indonesia sebagai perspektif dan data yang antara lain berisi
hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan.
C. Resiko Kesehatan bagi Perokok
Indonesia menempati urutan ke 7 terbesar dalam jumlah kematian yang
disebabkan oleh kanker, yakni sebanyak 188.100 orang. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit system pembuluh darah di Indonesia berjumlah
468.700 orang atau menempati urutan ke-6 terbesar dari seluruh Negara-negara
kelompok WHO. Kematian yang disebabkan oleh penyakit system pernafasan
adalah penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Diseases (COPD) yakni sebesar
14
73.100 orang (66,6%) sedangkan asma sebesar 13.690 orang (13,7%).
Kematian akibat penyakit Tuberculosis sebesar 127.000 orang yang merupakan
terbesar ke- 3 setelah Negara India dan China.
15
E. Data
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 :
16
menit. Pekerja perokok pun jadi cenderung malas dan suka mangkir.
Pendek kata, merokok merupakan pemborosan nasional.
BAB VIII
PENGELOLAAN KAWASAN TANPA ROKOK
A. Pengertian
17
1. Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual,
mengiklankan, atau mempromosikan produk tembakau.
2. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk
dibakar, dihisap, atau dihirup, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu
atau bentuk lain yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana
rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya menganduk
Nikotin dan Tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Merokok adalah kegiatan membakar rokok dan/atau menghisap asap rokok.
4. Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa menghisap
atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah atau masyarakat.
6. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena
lingkungan tercemar asap rokok.
BAB IX
TATALAKSANA KEGIATAN
18
sedang merokok akan segera mematikan rokoknya sebelum memasuki gerbang
rumah sakit. Di dalam ruangan rawat jalan juga sudah ada media berupa yang
bergambar dan bertuliskan dilarang merokok. Beberapa media menggunakan
pegawai rumah sakit sebagai role model. Hal ini diharapkan wajah pegawai
menjadi familiar bagi pengunjung untuk mengingat bahwa rumah sakit
merupakan kawasan yang tidak boleh merokok.
Selain itu diharapkan kepada semua petugas, pegawai rumah sakit yang
pada saat itu berada di wilayah rawat jalan dapat menegur dan melarang
pengunjung yang pada saat itu terlihat merokok. Lakukan larangan tersebut
dengan bahasa yang santun dan dapat dimengerti oleh pengunjung tersebut,
seperti : “Selamat pagi, siang atau sore. Bapak saat ini berada di rumah sakit,
dimana rumah sakit melarang pengunjung untuk merokok. Apabila Bapak ingin
merokok, silahkan berada di luar pagar rumah sakit”. Bila pengunjung tersebut
belum mematikan rokoknya maka petugas dengan sopan untuk meminta
pengunjung tersebut mematikan rokok dan membuangnya ke tempat sampah.
Atau apabila yang mengetahui ada orang yang merokok di lingkungan rumah
sakit
19
Pada tempat tertentu juga ditempel poster-poster larangan merokok, antara lain
di dinding rumah sakit dan di dekat pintu lift, sehingga mudah terlihat. Poster ini
menggunakan model yang berasal dari pegawai rumah sakit, baik dokter
ataupun perawat, yang wajahnya sudah familiar, sehingga diharapkan dapat
lebih menyentuh kepada perokok.
20
BAB X
LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ROKOK
Hal-hal yang perlu dilakukan pimpinan rumah sakit untuk mengembangkan kawasan
Tanpa Rokok adalah sebagai berikut :
a. Analisis Situasi
Pimpinan rumah sakit melakukan pengkajian ulang tentang ada tidaknya
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan bagaimana sikap dan perilaku
sasaran (karyawan/pasien/pengunjung) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.
21
- Membuat surat keputusan dari Direktur Utama tentang penanggung jawab
dan pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
- Instrument pengawasan.
- Materi sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
- Pembuatan dan penempatan tanda larangan merokok di Rumah Sakit Umum
Kota Tangerang Selatan
- Pelatihan bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
- Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan tentang cara berhenti merokok.
e. Sosialisasi Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) antara lain :
- Sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan internal
bagi karyawan.
- Sosialisasi tugas dan penanggung jawab dalam pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR).
f. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
- Penyampaian pesan Kawasan Tanpa Rokok kepada pasien atau pengunjung
melalui poster, tanda larangan merokok, pengumuman, pengeras suara dan
lain sebagainya.
- Penyediaan tempat bertanya.
- Pelaksanaan pengawasan Kawasan Tanpa Rokok.
g. Pemantauan dan Evaluasi
- Lakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala tentang kebijakan yang
telah dilaksanakan.
- Minta pendapat komite dan lakukan kajian terhadap masalah yang
ditemukan.
- Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap masalah kebijakan.
22
BAB XI
INDIKATOR KAWASAN TANPA ROKOK
A. Indikator Input :
1. Adanya kebijakan tertulis tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
2. Adanya tenaga yang ditugaskan untuk memantau Kawasan Tanpa Rokok
(KTR).
3. Adanya media promosi tentang larangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
B. Indikator Proses :
1. Terlaksananya sosialisasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) baik
secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media cetak,
elektronik)
2. Adanya pengaturan tugas dan tanggungjawab dalam pelaksanaan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) di fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Terpasangnya pengumuman kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
melalui poster, tanda larangan merokok, madding, surat edaran, pengeras
suara.
4. Terpasangnya tanda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan.
5. Terlaksananya penyuluhan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), bahaya merokok,
etika merokok dan tidak merokok di area RSUP H. Adam Malik.
C. Indikator Output :
1. Lingkungan Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR)
2. Petugas kesehatan dan seluruh pegawai yang tidak merokok dapat menegur
perokok di area RSUP H. Adam Malik untuk mematuhi ketentuan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR).
3. Perokok diminta untuk merokok di luar area Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan.
4. Adanya sanksi berupa teguran bagi yang melanggar Kawasan Tanpa Rokok
(KTR).
BAB XII
23
PEMANTAUAN DAN EVALUASI KAWASAN TANPA ROKOK
24
2. Evaluasi Jangka Panjang 1 -3 tahun :
a. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) diterima dan dilaksanakan oleh
pimpinan/karyawan/pasien dan pengunjung.
b. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas yang mendukung Kawasan Tanpa
Rokok.
c. Tidak ada yang merokok di sekitar Rumah Sakit Umum Kota Tangerang
Selatan.
d. Tidak ada penjuan rokok di area fasiliatas pelayanan kesehatan Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang Selatan.
BAB XIII
PENUTUP
25
dapat terlindungi dari bahaya rokok. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab
seluruh komponen bangsa, baik individu, masyarakat maupun pemerintah. Komitmen
bersama sangat dibutuhkan dalam keberhasilan penerapan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR). Oleh sebab itu, pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) perlu diwujudkan
bersama.
Dengan adanya buku Pedoman Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan bagi
unit-unit di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan untuk menerapkan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR), sehingga Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan benar-
benar menjadi kawasan yang bebas dari asap rokok, dan memiliki udara segar yang
menjadi hak setiap individu untuk menghirupnya utnuk mempercepat kesembuhan
pasien dan mencegah pengunjung yang sehat dari penyakit yang diakibatkan oleh
asap rokok.
26