SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR
Nomor : 188.4/Kep.0063.d-TU/2022
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Ditetapkan Oleh
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................2
A. LATAR BELAKANG.........................................................................2
B. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS.......................................................2
C. RUANG LINGKUP...........................................................................2
D. PRINSIP..........................................................................................3
E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...................................................3
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk
juga untuk rumah sakit. Keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu terkait
dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900
Institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu pada tiga
elemen yaitu struktur, proses, dan outcome dengan berbagai
macam program regulasi yang berwenang misalnya antara lain
penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis
dan lain sebagainya. Namun harus diakui, pada pelayanan yang
berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD) (Dep Kes
R.I 2006).
Walaupun patient safety adalah prioritas utama untuk
dilaksanakan di rumah sakit, keselamatan petugas pelayanan
kesehatan pun sangatlah penting dalam menjamin semua
petugas kesehatan terhindar dari bahaya penyakit akibat kerja.
Dengan kondisi seperti ini layaklah petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien juga
memerlukan perlindungan terhadap infeksi/ mikroorganisme
dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Alat Pelindung
Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada
tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan
yang membahayakan. Kini, resiko pekerjaan yang umum dihadapi
oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah
dan duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan
2
terhadap patogen ini meningkatkan resiko mereka terhadap
infeksi yang serius dan kemungkinan kematian. Petugas
kesehatan yang bekerja di kamar bedah dan kamar bersalin
dihadapkan kepada resiko pemaparan terhadap patogen yang
lebih tinggi daripada bagian – bagian lainnya (Gershon dan
Vlavov 1992). Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik
perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk melindungi
staf yang bekerja di area ini. Lagi pula, anggota staf yang tahu
cara melindungi diri mereka dari pemaparan darah dan duh tubuh
dan secara konsisten menggunakan tindakan–tindakan ini akan
membantu melindungi pasien – pasiennya juga. Sementara
kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat,
dan bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak
petugas kesehatan tidak merasakan diri mereka dalam resiko.
Terlebih lagi, mereka yang beresiko tidak secara teratur
menggunakan perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan,
atau paraktik–praktik lain (cuci tangan) yang disediakan untuk
mereka. Agar menjadi efektif, APD harus digunakan secara
benar. Misalnya, gaun dan duk telah terbukti dapat mencegah
infeksi luka hanya bila dalam keadaan yang kering. Sedangkan
dalam keadaan basah, kain beraksi sebagai spons yang menarik
bakteri dari kulit atau peralatan melalui bahan kain sehingga
dapat mengkontaminasi luka operasi. Sebagai konsekuensinya,
pengelola rumah sakit, penyedia dan para petugas kesehatan
harus mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari
APD tertentu, tetapi juga peran APD sesungguhnya dalam
mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara
efektif dan efisien. Sebagai konsekuensinya, pengelola rumah
sakit, penyedia dan para petugas kesehatan harus mengetahui
tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi
juga peran APD sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi
sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien.
B. Tujuan
3
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi petugas medis Rumah Sakit Umum Kota
Tangerang Selatan untuk menggunakan APD.
2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai panduan penggunaan APD di Rumah Sakit ;
b. Agar Penggunaan APD efektif dan sesuai dengan kritertia
yang ditetapkan RS;
c. Menghindari terjadinya kejadian yang tidak diharapkan yang
disebabkan kesalahan penggunaan APD
C. Ruang Lingkup
a. Panduan ini diterapkan kepada seluruh kegiatan yang
memerlukan penggunaan APD di RSU Tangerang Selatan
b. Pelaksana Pedoman ini adalah seluruh Pegawai dan
Pengunjung RSU Tangerang Selatan
D. Prinsip
a. Setiap pegawai RSU Tangerang Selatan harus dapat
menggunakan APD dengan baik dan benar;
b. Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan
potensi bahaya di rumah sakit harus dilakukan dengan
menggunakan Alat Perlindungan Diri (APD);
c. Penggunaan APD disesuaikan dengan jenis tindakan dan
kegiatan disetiap instalasi RSU Tangerang Selatan
d. Kejadian tidak diharapkan yang disebabkan oleh kelalaian
dalam mengganakan APD di rumah sakit, bukan merupakan
tanggung jawab rumah sakit.
D. Tugas dan Tanggung Jawab
1. Perawat/ Bidan/ koordinator APD di Instalasi :
1) Menyiapkan kelengkapan Alat Perlindungan Diri di instalasi;
2) Memberikan penyuluhan tentang hal–hal yang berkaitan
penggunaan APD kepada Pengunjung
3) Mencegah terjadinya Kejadian yang tidak diharapkan yang
disebabkan kesalahan penggunaan APD
2. Kepala Instalasi/ Kepala Ruangan
4
1) Memastikan Penggunaan APD sesuai dengan prosedur yang
telah ditentukan;
2) Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam
pelaksanaan penggunaan APD dan memastikan
terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah terulangnya
kembali insiden tersebut.
3) Direktur
Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau
mengatasi setiap masalah yang mungkin terjadi dalam
pelaksanaan Kegiatan Penggunaan APD di Rumah Sakit.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG
SELATAN
6
Berdasarkan kondisi tersebut Pemerintah Kota Tangerang
Selatan pada awal beroperasi 07 April 2010 sampai dengan Maret
2012, RSU Kota Tangerang Selatan menggunakan bangunan
sementara di wilayah Puskesmas Pamulang Jalan Surya Kencana
No 01 Pamulang yang diresmikan oleh Gubernur Banten, Hj.Ratu
Atut Chosiyah pada tanggal 07 April 2010 yang bertepatan dengan
Hari Kesehatan Sedunia dengan nama RSUD As-Sholihin.
RSU Kota Tangerang Selatan telah menjadi SKPD
dengan Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2010 tentang
Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan.
Yang kemudian dengan berlakunya Peraturan Pemerintah
Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah, berdampak terhadap kedudukan, susunan
organisasi, tugas, fungsi dan tata kerja Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan
B. SEJARAH KEPEMIMPINAN
Para personil yang pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit
Umum Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :
7
8. dr. Umi Kulsum, selaku Plt November 2019 s/d April
Direktur 2020
9. dr. Umi Kulsum Mei 2020 s/d Sekarang
8
9. Tanggal 25 Juli 2017 meluncurkan Sistem Pendaftaran
Online (SIPOLIN) yaitu Sistem untuk melakukan Booking
Online yang dapat diakses pada Wibsite RSU Kota Tangerang
Selatan’
10. Tanggal 27 November 2017 Meluncurkan Sistem Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS) yaitu Sistem yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah
Sakit;
11. Tanggal 4 Oktober 2019 meluncurkan Informasi Antrian Live
Pendaftaran yaitu Informasi digital untuk menampilkan suara
pemanggil dan data nomor urut antrian yang sedang
berlangsung pada Pendaftaran Rawat Jalan RSU Kota
Tangerang Selatan secara Live / online melalui website serta
telah terintegrasi dengan modul pemanggil pendaftaran pada
SIMRS RSU Kota Tangerang Selatan;
12. Tanggal 23 Juni 2020 meluncurkan Aplikasi Daftar Perjanjian
(ADA JANJI) yaitu Aplikasi untuk melakukan booking
pendaftaran rawat jalan melalui perjanjian (local);
13. Pada Tanggal 25 September 2020 Meluncurkan Pendaftaran
melalui WhatsApp yaitu Aplikasi untuk melakukan booking
Pendaftaran Rawat jalan melalui Whatsapp.;
14. Pada Tanggal 8 Desember 2020 meluncurkan Sistem
Informasi Badan Layanan Umum Daerah (SIBLUD) yaitu
Sistem untuk pengelolaan data perencanaan anggaran BLUD,
proses pengajuan belanja BLUD, proses Berita Acara
Pemeriksaan, proses pengadan BLUD, proses pencairan
hingga pelaporan Akuntansi BLUD RSU Kota Tangerang
Selatan yang saling terintegrasi;
15. Tanggal 1 Maret 2021 meluncurkan LIS (Laboratorium
Information System) yaitu Aplikasi yang menangani
penerimaan, pemrosesan dan penyimpanan informasi yang
dihasilkan oleh proses hasil pemerikasaan dari alat
kesehatan laboratorium dan telah terintegrasi dengan sistem
informasi Menajemen Rumah Sakit;
9
16. Tanggal 1 Oktober 2021 meluncurkan SIMPEG NON PNS
(Sistem Informasi Kepegawaian Non PNS) yaitu Aplikasi
untuk mengelola absensi pegawai dan juga data pegawai Non
PNS di RSU Kota Tangerang Selatan.
BAB III
VISI, MISI, MOTTO, TUJUAN, TATA NILAI/BRANDING
D. BRANDING
Ramah, Nyaman, Peduli,
a. Professional;
b. Integritas;
c. Empati;
d. Kerjasama; dan
e. Inovatif.
10
11
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
12
BAB V
VISI, MISI, DAN TUJUAN UNIT KERJA
A. VISI
Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan akibat
kerja juga penyakit akibat kerja.
B. MISI
1. Pelaksanaan kesehatan kerja bagi karyawanb ( prakerja, berkala, khusus )
2. Upaya pengamanan pasien, pengunjung dan petugas
3. Peningkatan kesehatan lingkungan
4. Sanitasi lingkungan RS
5. Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair, gas
6. Pencegahan dan penanggulangan bencana (Disaster program)
7. Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya
8. Pendidikan dan pelatihan K3
9. Sertifikasi dan kalibrasi sarana, prasarana, dan peralatan RS
10. Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan K3
C. MOTTO
Menjadikan budaya K3 sebagai tajuk utama sebelum memulai bekerja di Rumah
Sakit.
D. TUJUAN
1. UMUM
2. KHUSUS
13
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
KETUA
KOMITE
SEKERTARIS
1 & 2 KOMITE
14
15
BAB VII
RUANG LINGKUP
16
fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat
kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dari
cara kerja yang aman.
Kelemahan penggunaan APD:
Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna
Sarung APD tidak di pakai karena kurang nyaman
Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker/
respirator, pelindung mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun,
apron, dan barang lainnya. Di banyak Negara kap, masker, gaun
dan duk terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat
efektif, terbuat dari kain yang di olah atau bahan sintetis yang
dapat menahan air atau caran lain (darah atau duh tubuh) untuk
menembusnya. Bahan–bahan tahan cairan ini, tidak tersedia
secara luas karena mahal. Di banyak Negara, kain katun yang
enteng (dengan hitungan benang 140/ inci²) adalah bahan yang
sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan gaun) dan
duk. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan
efektif, karena basah dapat menembusnya dengan mudah, yang
membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat,
sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap (tidak dapat
disterilkan), sangat sukar di cuci dan makan waktu untuk
dikeringkan. Kalau dipakai kain, warnanya harus putih atau terang
agar kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.
17
BAB VIII
TATA LAKSANA
GAMBAR
18
2. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga ada 2 jenis:
a. Sumbatan telinga (ear plug)
Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi
tertentu saja. Sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya
tidak terganggu.
b. Tutup telinga (ear muff )
Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga
mempunyai daya pelindung (Attenuasi) berkisar antara 25 –
30 DB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara
tutup telinga dengan sumbat telinga, sehingga dapat
mempunyai daya lindung yang lebih besar.
GAMBAR
3. Sarung Tangan
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan
melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas.
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah
penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan
satu pasien ke pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi
silang. Umpamanya, sarung tangan pemeriksaan harus dipakai
kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi
(kecuali keringat), alat atau permukaan yang terkontaminasi
dan kalau menyentuh kulit nonintak atau selaput lendir.
19
merupakan komponen kunci dalam meminimalkan
penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan
bebas infeksi (Garner dan Favero 1986). Selain itu,
pemahaman mengenai kapan sarung tangan steril atau
disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan sarung tangan
tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar dapat
menghemat biaya dengan tetap menjaga keamanan pasien
dan petugas.
20
fleksibel dan sensitive, dan dapat memberi perlindungan
maksimum sebagai pelindung pembatas.
b. Kapan Pemakaian Sarung Tangan Diperlukan
Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam
mencegah kontaminasi dari petugas kesehatan telah
terbukti berulang kali (Tenorio et al. 2001) tetapi
pemakaian sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan
untuk mencuci tangan. Sebab sarung tangan bedah lateks
dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami
kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin
robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi
pada saat melepas sarung tangan ( Bagg. Jenkins dan
Barker 1990; Davis 2001)
21
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan
dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis
alkohol.
Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap
pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi silang
( CDC 1987 ). Pemakaian sepasang sarung tangan yang
sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan,
ketika berpindah dari satu pasien ke pasien yang lain atau
ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor
kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan
merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues
(1988) menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada
tangan petugas yang hanya mencuci tangan dalam keadaan
masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti sarung
tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lainnya.
22
Jangan memproses ulang sarung tangan yang retak,
mengelupas atau memiliki lubang atau robekan yang
dapat terdeteksi ( Bagg, Jenkins dan Barker 1990 )
23
rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan
sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung.
e. Reaksi Alergi Terhadap Sarung Tangan
Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin
banyak dilaporkan oleh berbagai petugas di fasilitas
kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung
tangan bebas lateks (nitril) atau sarung tangan lateks
rendah allergen harus digunakan, jika dicurigai terjadi
alergi (reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi, tetapi lebih
jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak
juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat
menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada
sarung tangan membawa partikel leteks ke udara. Jika hal
ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain
atau vinil di bawah sarung tangan lateks dapat membantu
mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan
ini tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada membran
mukosa mata dan hidung. (Garner dan HICPAC 1996).
Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang
muncul adalah warna merah pada kulit, hidung berair dan
gatal – gatal pada mata, yang mungkin berulang atau
semakin parah misalnya menyebabkan gangguan
pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks
dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada
umumnya reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang lebih
lama, sekitar 3 – 5 tahun., bahkan sampai 15 tahun
(Baumann 1992), meskipun pada orang yang rentan. Belum
ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi
lateks, satu – satunya pilihan adalah menghindari kontak.
GAMBAR
24
3. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mul ut,
bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker
dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin
serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh
lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila
masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker
tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun
ringan, kain kassa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa di
antaranya tahan cairan. Masker yang di buat dari katun atau
kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau
efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik
dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel
berukuran besar ( > 5 µm ) yang tersebar melalui batuk atau
bersin ke orang yang berada di dekat pasien ( kurang dari 1
meter ). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak
dirancang untuk benar – benar menutup pas secara erat
(menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga mencegah
kebocoran udara pada bagian tepinya. Dengan demikian,
masker tidak dapat secara efektif menyaring udara yang
dihisap (Chen dan Welleke 1992) dan tidak dapat
direkomendasikan untuk tujuan tersebut.
GAMBAR
25
Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular melalui udara atau droplet,
masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel
mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.
a. Masker Dengan Efisiensi Tinggi
Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis
masker khusus yang direkomendasikan, bila penyaringan
udara dianggap penting misalnya pada perawatan
seseorang yang telah diketahui atau dicurigai menderita flu
burung atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi misalnya
N95 melindungi dari partikel dengan ukuran ≤ 5 mikron
yang di bawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak
lapisan bahan penyaring dan harus dapat menempel dengan
erat pada wajah tanpa ada kebocoran. Dilain pihak
pelindung ini juga lebih mengganggu pernafasan dan lebih
mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai
masker N95 perlu diadakan fit test pada setiap
pemakaiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui
atau dicurigai menderita penyakit menular melalui airborne
maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau SARS,
petugas kesehatan harus menggunakan masker efisiensi
tinggi. Pelindung ini merupakan perangkat N-95 yang telah
disertifikasi oleh US National Institute for Occupational
Safety dan Health (NIOSH), disetujui oleh European CE,
atau standard nasional/ regional yang sebanding dengan
standar tersebut dari Negara yang memproduksinya.
Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi lebih tinggi
dapat juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti
khususnya N-95, harus di uji pengepasannya (fit test) untuk
menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar
pada wajah pemakainya.
GAMBAR
26
b. Pemakaian Masker Efisiensi Tinggi
Petugas Kesehatan harus:
1) Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah
untuk melihat apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika
bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker
tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan,
terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi dalam masker,
juga tidak dapat digunakan.
2) Memeriksa tali – tali masker untuk memastikan tidak
terpotong atau rusak. Tali harus menempel dengan baik
di semua titik sambungan.
3) Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam
(jika ada) berada pada tempatnya dan berfungsi dengan
baik.
c. Fit Test untuk Masker Efisiensi Tinggi
Fungsi masker akan terganggu / tidak efektif, jika masker
tidak dapat melekat secara sempurna pada wajah, seperti
pada keadaan di bawah ini :
1) Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh
pada wajah bagian bawah atau adanya gagang
kacamata.
2) Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat
mempengaruhi perlekatan bagian wajah masker.
3) Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena
akan menyebabkan kebocoran. Ratakan klip tersebut di
atas hidung setelah anda memasang masker,
menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan
menyusuri bagian atas masker.
27
4) Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat
sebelum memakai masker efisiensi tinggi.
KEWASPADAAN
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan
tidak bisa digunakan oleh individu yang alergi terhadap
lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk
menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik
sebelum bertemu dengan pasien.
4. Alat Pelindung Mata
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh
lain dengan cara melindungi Mata. Pelindung mata mencakup
kacamata ( goggles ) plastik bening, kaca mata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata
dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya jika
ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas
kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata
atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang
memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja
ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas
kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau
kacamata biasa serta masker.
Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :
a. Kaca Mata Biasa (Spectacle Goggles)
Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah
atau tanpa pelindung samping.
Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak
memberikan perlindungan.
b. Goggles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat
karena memakai ikat kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang
amat membahayakan bagi mata.
GAMBAR
28
5. Alat Pelindung Pernafasan
Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan:
a. Respirator yang Sifatnya Memurnikan Udara
29
6. Topi
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka
selam pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah
untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh
yang terpercik atau menyemprot.
7. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti
pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien
yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui droplet / airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama
adalah untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari
sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas
kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap
memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada
kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh,
sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi
ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum
meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan
bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang
potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah
berpindahnya organisme. Gaun pelindung harus dianggap
sebagai alat pelindung diri. Gaun pelindung khusus untuk
pekerjaan dengan sumber – sumber bahaya tertentu seperti :
a. Terhadap Radiasi Panas
Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi
bahan yang bisa merefleksikan panas, biasanya Alumunium
dan berkilau. Bahan – bahan pakaian lain yang bersifat
30
isolasi terhadap panas adalah : 1000⁰ C, katun, asbes
(kalau sampai 500 ⁰C).
b. Terhadap Radiasi Mengion
Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya
berupa apron. Pakaian ini sering digunakan di bagian
radiologi.
c. Terhadap cairan dan bahan – bahan kimia.
Biasanya terbuat dari bahan plastic atau karet
8. Apron
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan
penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh
petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan
langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan
prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh
atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan
air. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju
dan kulit petugas kesehatan.
GAMBAR
9. Pelindung Kaki
Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari
cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin
jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu,
sandal. “ sandal jepit “ aau sepatu yang terbuat dari bahan
lunak ( kain ) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet atau
sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan.,
tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah
31
atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak
diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap
benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari
kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena
memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan seringkali
digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian dilepas
tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran. (Summers
et.al. 1992)
GAMBAR
32
Mempunyai lobang yang bundar di tengahnya yang
ditempatkan pada medan operasi yang dipersiapkan. Duk
ini terutama digunakan untuk prosedur – prosedur bedah
minor (sayatan kecil).
d. Duk Pembungkus
Duk luas yang menjadi penutup meja sewaktu
bungkus instrumen dibuka. Duk penutup ini harus cukup
luas untuk menampung isi suatu bungkusan sewaktu di
buka, dan dapat menutupi seluruh permukaan meja.
e. Pemakaian Duk Untuk Prosedur Bedah
Duk kecil yang steril terbuat dari kain dapat
ditempatkan di sekeliling sayatan bedah yang ditempatkan
di sekeliling sayatan bedah yang dipersiapkan, untuk
menciptakan suatu area kerja. Walaupun area ini sering
disebut “medan steril“, sesungguhnya tidak steril.
Sebagaimana dipertunjukkan pada gambar, duk kain
membiarkan kebasahan merembes dan membantu
menyebarkan organisme dari kulit ke dalam sayatan walau
setelah pembersihan area bedah dengan antiseptik. Jadi,
baik tangan yang bersarung tangan ( steril atau didisinfeksi
tingkat tinggi ) maupun instrumen steril atau yang
didisinfeksi tingkat tinggi dan barang – barang lainnya
hanya menyentuh duk setelah ia diletakkan di tempatnya.
Karena duk kain tidak efektif sebagai pembatas, duk kecil
yang kering dan bersih dapat digunakan jika duk kecil steril
tidak tersedia.
GAMBAR
33
ini panduan cara memasang duk untuk menghindari
pemborosan duk steril dan penggunaan yang tidak perlu:
2) Semua duk harus ditempatkan di sekeliling area yang
kering sama sekali, dan dipreparasi secara luas.
3) Kalau dipakai duk yang steril, sarung tangan steril atau
didisinfeksi tingkat tinggi harus dipakai sewaktu
menempatkan duk di tempatnya, (hati – hati jangan
sampai menyentuh tubuh pasien dengan tangan yang
bersarung tangan)
4) Duk harus ditangani sesedikit mungkin dan jangan
sekali – sekali digosok atau dilipat. Selalu memegang
duk di atas area yang harus dipasang duk, dan buang
duk itu kalau jatuh ke bawah.
34
2) Setelah membersihkan kulit dengan antiseptik,
tempatkan duk kecil untuk mempersegikan tempat
insisi (biarkan sekurang–kurangnya 5 cm dari kulit
terbuka di sekeliling sayatan).
3) Mulai dengan menempatkan duk kecil yang terdekat
dengan anda untuk mengurangi kontaminasi. Dengan
memegang satu sisi dari duk, biarkan sisi yang lain
menyentuh kulit abdomen kira – kira 5 cm di luar tempat
sayatan. Perlahan – lahan letakkan sisa duk pada
abdomen. Setelah terletak pada tempatnya, jangan
sekali – kali memindahkannya mendeteksi insisi. Boleh,
kalau ditarik menjauhi insisi.
4) Pasang tiga duk lainnya untuk menjadikan area kerja
menjadi persegi empat, seperti dipertunjukkan pada
gambar.
5) Pakai duk klip untuk menguatkan sudut – sudut duk
kecil
35
tidak terbukti efektif untuk menciptakan pembatas ( OR
Manager 1990b )
36
kepatuhan petugas dan keamanan kerja petugas kesehatan
lebih baik. Akhirnya, karena perawatan kesehatan
merupakan profesi yang penting dan berguna, merupakan
tanggung jawab dari semua profesi perawatan kesehatan
untuk membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman
untuk pasien dan para pekerjanya.
37
b. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
MASKER
a. Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah
kepala dan leher
b. Pastikan klip hidung dari logam fleksibel pada batang
hidung
c. Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu
sehingga melekat dengan baik
d. Periksa ulang pengepasan masker
KACAMATA ATAU PELINDUNG WAJAH
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas
SARUNG TANGAN
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi
38
URUTAN MELEPASKAN APD
1. Sarung tangan
2. Cuci tangan
3. Kacamata atau pelindung wajah/googles
4. Topi
5. Apron, gaun pelindung
6. Masker
7. Pelindung kaki
8. Cuci tangan
SARUNG TANGAN
a. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah
terkontaminasi
b. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung
tangan lainnya, lepaskan
c. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung
tangan
d. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung
tangan di bawah sarung tangan yang belum di lepas di
pergelangan tangan
e. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
f. Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius
39
c. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian
dalam gaun pelindung saja
d. Balik gaun pelindung
e. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di
wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau
buang di tempat sampah infeksius
MASKER
a. Ingatlah bahwa bagian depan masker telah
terkontaminasi – JANGAN SENTUH !
b. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau
karet bagian atas
c. Buang ke tempat sampah infeksius
40
berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk
mencegah kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri
harus di simpan dengan baik sesuai dengan ketentuan.
41
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Rumah Sakit
1. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
Ketaatan Pemakaian APD di masing-masing bagian gugus tugas
2. Pencatatan dan pelaporan ketaatan pemakaian APD mengacu
pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komite K3 dan Komite PPI
RSU Kota Tangerang Selatan
3. Pencatatan dan Pelaporan ketaatan pemakaian APD dilakukan
oleh masing-masing penanggung jawab ruangan dan dilaporkan
pada ketua komite K3 dan PPI
4. Panitia Mutu dan ketua komite K3 dan PPI RSU Tangerang Selatan
melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan
membuat laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara
berkala.
42
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
43
BAB XI
DAFTAR APD RSU KOTA TANGERANG SELATAN
N RUANG APD
O
1 IPSRS 1. Masker
2. Sarung Tangan
3. Helem & Helem
Panjat
4. Sepatu
5. Safety Belt / Full
Body Harness
6. Kaca Mata Las
2 Gizi 1. Haircover
2. Masker
3. Scoret
4. Sarung Tangan
5. Sepatu
6. Gaun
3 Rawat Inap & Jalan 1. Masker
2. Handschoen
3. Appron Scoret
4. Topi
5. Googles
4 Linen 1. Topi
2. Scoret
3. Gaun
4. Sarung tangan
5. Sepatu
5 Kamar Operasi 1. Masker
2. Topi
3. Gaun/Appron
4. Sarung Tangan
5. Googles
6. Sepatu
6 Fisioterapi 1. Sarung tangan
2. Masker
7 Farmasi 1. Masker
2. Gaun
3. Topi
4. Sarung Tangan
5. Googles
8 UGD 1. Masker
44
2. Handschoen
3. Gaun
4. Appron
5. Sepatu
6. Googles
9 cssd 1. Masker
2. Handschoen
45
KOTA TANGERANG SELATAN,
46