Anda di halaman 1dari 72

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG MENGGUNAKAN

METODE SHARED STORAGE DI GUDANG PT PUPUK INDONESIA


PANGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Pendidikan Studi Administrasi Logistik

OLEH :
MUHAMMAD MILZAM MUJAHID
5203097

PROGRAM STUDI DIII ADMINISTRASI LOGISTIK


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS LOGISTIK DAN BISNIS INTERNATIONAL
BANDUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini diajukan oleh:


Nama : Muhammad Milzam Mujahid
NPM : 5203097
Program Studi : D3 Manajemen Logistik
Judul Laporan :USULAN PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG MENGGUNAKAN
METODE SHARED STORAGE DI GUDANG PT PUPUK INDONESIA
PANGAN

Laporan Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disidangkan di Bandung pada hari Senin, 21
Agustus 2023 dan dinyatakan LULUS.

Oleh:
Pembimbing Utama, Ketua Penguji,

Eduard Sondakh,Ssi.,MT Dr. Ali Mohamad Rezza, ST.,MM


NIK. 114.74.023 NIK. 118.82.240
Menyetujui,
Ketua Program Studi DIII Manajemen Logistik

Achmad Andriyanto, S.T., M.T.


NIK. 116.86.204

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Milzam Mujahid


NPM : 5203097
Program Studi : D3 Administrasi Logistik
Perguruan Tinggi : Universitas Logistik dan Bisnis Internasional

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang telah saya buat dengan judul: “USULAN
PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG MENGGUNAKAN METODE SHARED
STORAGE DI GUDANG PT PUPUK INDONESIA PANGAN” adalah asli(orisinil) dan belum
pernah diterbitkan/dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun. Demikianlah surat
pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga.
Apabila dikemudian hari ternyata saya memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang
mengklaim bahwa tugas akhir yang telah saya buat adalah hasilkarya milik seseorang atau badan
tertentu, saya bersedia diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari
Universitas Logistik dan Bisnis Internasional dicabutkan/dibatalkan.

Dibuat di: Bandung

Pada tanggal: 20,Agustus 2023

Yang menyatakan

Materai RP. 10.000

Muhammad Milzam Mujahid

iii
ABSTRAK

Mujahid, Muhammad, Milzam 5203097. 2023. Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang
Menggunakan Metode Shared Storage di Gudang PT Pupuk Indonesia Pangan. Tugas
Akhir, Program Studi DIII Administrasi Logistik Universitas Logistik dan Bisnis
Internasional. Pembimbing Utama: Eduard Sondakh,S,Si.,M.T. dan Pembimbing
Pendamping: Noneng Nurjanah,S.P.,M.T.

Kata Kunci: Shared Storage, Tata Letak, allowance

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas tata letak gudang PT Pupuk
Indonesia Pangan dengan menerapkan metode shared storage. Perusahaan saat ini
menghadapi masalah ketidakteraturan dalam penyusunan produk di gudang, yang
menyebabkan ketidakefektifan waktu dalam pengambilan produk dan kesulitan dalam
pengecekan barang yang akan dikirim ke pelanggan. Penelitian ini melibatkan langkah-
langkah perancangan ulang tata letak, termasuk mengumpulkan data luas area gudang,
kapasitas, kebutuhan ruang, dan penentuan allowance ruang.
Metode shared storage digunakan untuk mengatur penyimpanan produk dan
meningkatkan efektivitas jarak antara pintu masuk dengan area penyimpanan. Penggunaan
Euclidean Distance digunakan untuk menghitung jarak antara lokasi pintu masuk dengan
area penyimpanan. Dengan menerapkan metode shared storage, pengolahan data jarak
menjadi teratur, dan setiap jarak antara pintu masuk dengan area penyimpanan dapat
diketahui.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode shared
storage, proses bongkar muat di gudang menjadi lebih baik dan efektif. Selain itu,
penempatan produk yang kurang tepat di suatu area juga diidentifikasi, dan rekomendasi
diberikan untuk mendekatkan barang yang memiliki frekuensi pengiriman terbanyak dengan
pintu keluar. Dengan demikian, penelitian ini menyajikan solusi untuk mengatasi masalah
ketidakteraturan dalam penyusunan produk di gudang PT Pupuk Indonesia Pangan dan
meningkatkan efektivitas tata letak gudang menggunakan metode shared storage.
Implementasi rekomendasi penelitian diharapkan akan membantu perusahaan dalam
mengoptimalkan proses pengiriman dan meningkatkan efisiensi operasional gudang.
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir. Penulisan
laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Ahli Madya Logistik, Prodi DIII Administrasi Logistik Politeknik Pos
Indonesia. Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
bantuan danbimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Eduard Sondakh, S.Si.,MT selaku dosen pembimbing utama yang telah


menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
menyusun laporan tugas akhir ini.
2. Noneng Nurjanah, S.P.,M.T selaku pembimbing pendamping yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
menyusun laporan tugas akhir ini.
3. Ali Mohamd Rezza. S.T.,M.M selaku dosen penguji yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran dalam menguji dan mengarahkan penulis dalam
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
4. Achmad Andriyanto,ST.,MT selaku ketua Prodi DIII Administrasi Logistik.
5. Seluruh Dosen dan Staff DIII Administrasi Logistik.
6. Pak Dafi Tianto Sentosa selaku Staff Pemasaran dan Pergudangan di PT Pupuk
Indonesia Pangan yang telah membantu penulis dalam proses penerimaan,
training dan laporan tentang kegiatan selama melakukan masa praktik kerja
lapangan.
7. PT Pupuk Indonesia Pangan yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data – penulis yang diperlukan untuk proses penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini.
8. Orangtua Muhammad Milzam Mujahid, Selamet Sugiharto dan Imas Tohiroh,
Adik, dan Keluarga Besar Bapak Memed, Keluarga Besar Bapak Mamad yang
telah memberikan semangat dalam melaksanakan penulisan laporan ini.

v
9. Adella Firsty Gunawan (5203095) selaku teman hidup yang telah memberikan
support yang luar biasa dalam melaksanakan penulisan laporan ini.

Akhir kata, Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Laporan Tugas Akhir ini
membawa manfaat bagi Penulis, perusahaan, perguruan tingggi dan pengembangan
ilmu pengetahuan.

Bandung, 31 Juli 2023

Muhammad Milzam Mujahid

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Logistik dan Bisnis


Internasional (ULBI),saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Milzam Mujahid


NPM : 5203097
Program Studi : D3 Administrasi Logistik
Jenis karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, memberikan kepada ULBI Hak Bebas


Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya
yang berjudul: USULAN PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG
MENGGUNAKAN METODE SHARED STORAGE DI GUDANG PT
PUPUK INDONESIA PANGAN
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Logistik dan Bisnis Internasional berhak menyimpan,
mengalihmedia/format- kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bandung
Pada tanggal : 20 Agustus 2023

Yang menyatakan

Muhammad Milzam Mujahid

vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
1.3.1 Tujuan .................................................................................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8
I.4 Batasan Masalah dan Asumsi .................................................................................. 9
1.4.1 Batasan Masalah .................................................................................................... 9
1.4.3 Asumsi ................................................................................................................... 9
1.4.3 Lokasi Praktek Kerja Lapangan ............................................................................. 9
I.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 10
BAB I PEDAHULUAN ................................................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................................... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 10
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ....................................................... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 10
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................................. 11
II.1 Pergudangan............................................................................................................... 11
II.1.1 Pengertian Pergudangan ...................................................................................... 11
II.1.2 Fungsi Gudang .................................................................................................... 12
II.2 Tata Letak Gudang ................................................................................................. 14
II.2.1 Metode Tata Letak Gudang ................................................................................. 21
II.3 Shared Storage ........................................................................................................... 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 30
III.1 Proses Pengambilan Data ......................................................................................... 30
III.1.1 Teknik Pengumpulan Data................................................................................. 30
III.1.2 Jenis Sumber Data ............................................................................................. 30
viii
III.2 Flowchart Penelitian ................................................................................................ 31
III.3 Flowchart Metode Shared Storage ........................................................................... 35
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS......................................................... 37
IV.1 Pengolahan Data ....................................................................................................... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 50
V.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 50
V.2 Saran .......................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 52
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 54

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Kondisi Penyimpanan gudang ............................................................................ 4


Gambar III.1 Flowchart Penelitian ...................................................................................... 34
Gambar III.2 Flowchart Shared Storage ............................................................................. 37
Gambar IV.1 Bentuk Produk Beras SIP ............................................................................... 41
Gambar IV.2 Tata Letak Area Penyimpanan Gudang Lama ............................................... 47
Gambar IV.2 Tata Letak Area Penyimpanan Gudang Usulan ............................................. 48

x
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Waktu Proses Pengambilan Barang ........................................................................ 5


Tabel I.2 Kerusakan dan Ketidakcocokan Barang ................................................................. 5
Tabel II.1 10 Jurnal Acuan ................................................................................................... 26
Tabel IV.1 Data Area Gudang ............................................................................................. 40
Tabel IV.2 Data Jumlah dan rata-rata Permintaan ............................................................... 41
Tabel IV.3 Frekuensi Pemesanan Tiap Produk .................................................................... 42
Tabel IV.4 Jarak Tempuh Antar Area ke Tempat Penyimpanan ......................................... 45

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Data Stok Beras ............................................................................................... 53


Lampiran B Sertifikat........................................................................................................... 54
Lampiran C Surat Serah Terima Barang .............................................................................. 55
Lampiran D Dokumentasi .................................................................................................... 56
Lampiran E Kondisi Gudang ............................................................................................... 57

xii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peran strategis
dalam pembangunan suatu negara. Selain menyediakan pangan yang cukup bagi
para penduduk, pertanian juga berperan dalam berbagai aspek kehidupan
masyarakat, termasuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan petani, menciptakan lapangan kerja, serta memberikan sumbangan
pada pengembangan wilayah secara keseluruhan. Pertama-tama, peran penting
pertanian dalam penyediaan pangan mencakup produksi dan distribusi berbagai
jenis produk pertanian, seperti padi, jagung, gandum, sayuran, dan buah-buahan.
Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, penting bagi sektor pertanian
untuk terus berinovasi dalam teknologi pertanian, metode bercocok tanam, dan
pemupukan guna meningkatkan hasil pertanian. Upaya ini tidak hanya untuk
mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri tetapi juga memungkinkan negara
untuk menjadi eksportir pangan yang dapat meningkatkan pendapatan devisa
negara.
PT Pupuk Indonesia Pangan merupakan perusahaan produksi yang bergerak
di bidang pangan di Indonesia. Dengan berfokus pada sektor industri dan
perdagangan pertanian, perusahaan ini berperan penting dalam menyediakan dan
memastikan ketersediaan pasokan pangan yang mencukupi bagi penduduk
Indonesia. Selain itu, sebagai bagian dari Pupuk Indonesia Holding Company,
Dalam konteks ini, PT Pupuk Indonesia Pangan berperan sebagai produsen utama
beras, yang menghasilkan dan memasarkan produk beras dengan merek dagang
"SIP". Selain itu, perusahaan juga melakukan upaya pemanfaatan bahan baku hasil
samping dari proses pengolahan gabah, seperti sekam, dedak, dan menir, dengan
cara mengolahnya menjadi pakan ternak yang bernilai ekonomis. PT Pupuk
Indonesia Pangan juga menjadi bagian integral dari upaya pemerintah dalam
mencapai kedaulatan pangan dan meningkatkan kemandirian negara dalam
produksi dan distribusi pangan. Salah satu tujuan utama PT Pupuk Indonesia
Pangan adalah meningkatkan produksi pangan secara berkelanjutan. Hal ini dapat

1
dilakukan melalui berbagai inisiatif, seperti memberikan dukungan teknis dan
bantuan kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
pertanian. Sebagai bagian dari PT Pupuk Indonesia, perusahaan ini juga memiliki
akses dan jaringan yang luas ke pasar global. PT Pupuk Indonesia Pangan dapat
mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam produksi
dan operasionalnya. Hal ini melibatkan penggunaan teknologi hijau, pengelolaan
limbah yang baik, dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.
Saat ini masih ada tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam sistem
pergudangan di PT Pupuk Indonesia Pangan. Meskipun perusahaan ini memiliki
peran strategis dalam menyediakan pangan bagi masyarakat dan mendukung
ketahanan pangan nasional, masalah dalam manajemen pergudangan dapat
menghambat kemampuan perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan efektif.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah tata letak dan organisasi gudang yang
belum optimal, barang dan stok beras disimpan secara acak atau tidak terstruktur,
dapat menyulitkan proses pencarian dan pemindahan barang. Hal ini dapat
berdampak negatif pada efisiensi operasional dan meningkatkan risiko kesalahan
dalam pengelolaan gudang (Heizer dan Render 2009). Jika tata letak gudang tidak
diperbaiki, hal ini dapat mengakibatkan pemborosan waktu, tenaga kerja, dan
sumber daya perusahaan. Penyimpanan barang secara acak dapat menyebabkan
berbagai masalah, termasuk kesulitan dalam mengidentifikasi dan menemukan stok
bahan baku atau produk jadi. Selain itu, pengelolaan inventaris yang tidak efisien
dapat mengakibatkan pemborosan waktu dan sumber daya dalam proses
pemindahan dan pengambilan barang. Kondisi ini dapat berdampak negatif pada
efisiensi operasional dan akurasi pengiriman produk. Selain penyimpanan barang
secara acak, potensi overload barang di gudang juga merupakan permasalahan
serius dalam manajemen pergudangan di PT Pupuk Indonesia Pangan. Kelebihan
stok beras yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan kualitas produk
menurun, penumpukan yang berlebihan, dan bahkan risiko terhadap keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja. Selain itu, overload barang juga dapat menyebabkan
gangguan dalam proses distribusi dan menyebabkan kesulitan dalam memantau
masa kedaluwarsa produk, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian
finansial dan reputasi perusahaan.

2
Untuk mengatasi masalah ini, PT Pupuk Indonesia Pangan perlu melakukan
perbaikan dalam sistem pergudangan mereka. Pertama-tama, diperlukan
perencanaan yang matang dalam penyimpanan barang. Pengelolaan inventaris yang
baik harus dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan ruang gudang dan
menghindari adanya stok berlebihan. Dengan melakukan peramalan permintaan
yang akurat dan memonitor tingkat persediaan dengan cermat, perusahaan dapat
memastikan bahwa stok beras yang disimpan selalu sesuai dengan kebutuhan
produksi dan permintaan pasar.

Gambar I. 1 Kondisi Penyimpanan Gudang


Sumber : PT Pupuk Indonesia Pangan
Pada gambar I.1 dapat dilihat bahwa sistem penyimpanan barang di gudang PT
Pupuk Indonesia Pangan masih belum optimal dan perlu diperbaiki. Kondisi gudangnya
pun masih belum teratur atau masih kurang rapi dalam melakukan penyusunan produk,
Penentuan tempat barang yang tepat Penentuan tempat untuk barang-barang
secara tepat oleh staff gudang yang bertugas. Sudah tentu harus ada kriteria untuk
menentukannya. Jika tidak ada kriteria dan pola tertentu, tidak mungkin seseorang
mengetahui di mana tempat yang tepat, dan ini berarti akan diperlukan waktu lebih

3
banyak untuk menyimpan atau mengambilnya. Ada berbagai kemungkinan dan
memilih salah satu yang terbaik memerlukan penelitian. Penentuan cara
menyimpan barang yang tepat (Osada,2000). Hal ini penting sekali untuk
penyimpanan fungsional. Barang harus disimpan supaya mudah ditemukan dan
mudah diambil. Penyimpanan harus dilakukan dengan memperhatikan tempat
penyimpanan atau ruangan yang tersedia dan produk yang akan disimpan supaya
mudah ditemukan kembali. Barang diletakan berdasarkan ukuran barang. agar
barang yang berukuran besar mudah dalam pengangkutan hindari peletakan
barang jauh dari alat transportasi (Osada,2000). Sehingga hal seperti ini
menyebabkan ketidakefektifan kerja dalam proses perpindahan produk.
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan saat ini adalah ketidakteraturan
dalam penyusunan produk, hal ini akan menghambat waktu proses pengiriman,
tidak adanya allowance forklift sehingga pemanfaatan ruang menjadi kurang
efektif dan ada beberapa gang yang tidak sesuai dengan ukuran material handling
sehingga menyulitkan operator forklift dalam melakukan proses pengambilan
produk jadi dalam gudang. Kondisi lain juga terdapat pada penempatan produk
dalam suatu area yang kurang tepat, dimana seharusnya barang yang memiliki
frekuensi pengiriman terbanyak dan yang sering keluar-masuk di dekatkan dengan
pintu keluar. Hal seperti ini yang sering menyebabkan material handling lebih jauh
dan kurang efektif. Maka dari Permasalahan yang dialami gudang FPWH (Finish
Product Warehouse) saat ini adalah penyusunan produk dalam satu area yang
kurang teratur, dan penempatan produk per area yang msih kurang tepat, dimana
produk yang sering keluar masuk diletakkan pada bagian yang jauh dari pintu
keluarmasuk dan allowance forklift yang melebar sehingga terjadi
ketidakefisienan ruang gang. Penyimpanan barang yang dilakukan secara acak
dan proses penyimpanan yang rapat dan padat mengakibatkan beberapa masalah
yang perlu segera diatasi. Masalah utama yang terlihat adalah tata letak gudang
yang tidak terorganisir dengan baik. Penyimpanan barang seperti gambar diatas
mengakibatkan sulitnya mengidentifikasi dan menemukan stok bahan baku atau
produk jadi dengan cepat. Hal ini menyebabkan waktu yang terbuang untuk
mencari dan mengambil barang yang diperlukan. Seperti pada data tabel dibawah
ini yang menunjukan data waktu pengambilan barang.

4
Tabel I. 1 Waktu Proses Pengambilan Barang
Sumber : Data Olahan Penulis
Pada Tabel I.1 dapat dilihat bahwa pengeluaran material pada gudang PT
Pupuk Indonesia Pangan memiliki waktu tempuh yang melebihi dari waktu
seharusnya yang ditetapkan oleh peraturan standar durasi pengambilan barang dari
PT Pupuk Indonesia Pangan. Hal ini di sebabkan karena beberapa faktor yaitu,
tidak adanya layout yang memberikan petunjuk letak barang beserta barang yang
diperlukan, penempatan barang tidak berdasarkan lokasi yang telah ditetapkan,
penataan barang yang kurang baik sehingga hal ini menyebabkan staf gudang
membutuhkan waktu yang lama dalam proses pencarian barang.
Selain masalah pada tabel I.1, ada beberapa masalah lain dari kurang
baiknya proses penyimpanan pada gudang PT Pupuk Indonesia Pangan ini yang
mengakibatkan kerusakan dan kehilangan beberapa barang yang dimana sangat
jelas hal itu merugikan perusahaan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel I. 2 Data Kerusakan dan Ketidakcocokan Barang

Barang Kedatangan Mulai Berakhir Total Waktu


Waktu seharusnya
BERAS SIP A 14.00 14.05 15.00 45 menit 15 Menit
BERAS SIP C 12.50 13.00 14.40 50 menit 15 Menit
BERAS SIP B 11.00 11.05 11.30 25 menit 15 menit
BERAS SIP A 10.50 10.55 11.15 20 menit 15 menit
Barang Waktu Quantity Keterangan
(Pcs)
BERAS SIP A 15/03/2022 2 Rusak akibat tertumpuk
beban berat
BERAS SIP A 17/04/2022 1 Barang hilang akibat
tidak tercatat sistem
BERAS SIP B 18/06/2022 2 Rusak terkena garpu
forklift

5
BERAS SIP C 14/08/2022 5 Hilang akibat kesalahan
pencatatan
BERAS SIP C 13/09/2022 4 Kesalahan pencatatan
saat pengiriman jadi
barang tersebut hilang
Sumber : PT Pupuk Indonesia Pangan
Dapat dilihat pada table I.2 menunjukan bahwa ada beberapa barang yang
mengalami kerusakan dan bahkan ada juga barang yang hilang akibat kurang
baiknya proses pergudangan yang ada di PT Pupuk Indonesia Pangan. Dari
kejadian tersebut sangat berkaitan dengan permasalahan pada perusahaan ini yaitu
kurang baiknya tata letak gudang,barang-barang tersebut rusak dan hilang karena
belum adanya jalan untuk material handling, sehingga adanya benturan dari forklift
ke barang tersebut. Pada tabel I.2 menunjukan kerusakan barang dikarenakan
tertumpuk beban berat karena tidak adanya aturan pasti dalam melakukan proses
penumpukan barang. Selain barang rusak, di gudang pun mengalami kehilangan
barang akibat kurang disiplinnya staff gudang dalam melakukan pendataan barang,
semua ini terjadi akibat kurangnya optimalisasi dari seluruh proses pergudangan di
gudang PT Pupuk Indonesia Pangan. Dari mulai tata letak gudang yang dilakukan
secara acak, karyawan yang belum menerapkan SOP dan kedisiplinan, sehingga
membuat seluruh proses pergudangan menjadi sangat lambat dari waktu yang
seharusnya. Pengelolaan gudang yang baik akan memungkinkan staff gudang
dengan mudah mengidentifikasi dan mengambil stok barang yang diperlukan,
tanpa harus melakukan pencarian yang rumit.penyimpanan barang pada gudang di
perusahaan ini masih kurang optimal dikarenakan penyimpanan barang dilakukan
secara acak dan proses penyimpanannya dilakukan secara rapat dan padat sehingga
jika staff gudang ingin melakukan pengambilan barang yang berada di belakang
sehingga harus mengeluarkan barang yang depan terlebih dahulu, sehingga akan
membuat waktu pengambilan yang lama dan tidak efektif. Melalui perbaikan yang
sistematis dan berkelanjutan, PT Pupuk Indonesia Pangan dapat mengatasi masalah
dalam manajemen pergudangan mereka. Dengan tata letak gudang yang
terorganisir, penggunaan teknologi yang tepat, serta peningkatan keterampilan
karyawan, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi
waktu pengambilan barang.

6
Berdasarkan pengamatan penulis saat melakukan Praktek Kerja Lapangan di
PT Pupuk Indonesia Pangan divisi Pergudangan, cara yang digunakan dalam sistem
pergudangan masih belum optimal dan efisien. Masalah utama yang terlihat adalah
tata letak gudang yang tidak terorganisir dengan baik. Penyimpanan barang secara
acak mengakibatkan sulitnya mengidentifikasi dan menemukan stok bahan baku
atau produk jadi dengan cepat. Hal ini menyebabkan waktu yang terbuang untuk
mencari dan mengambil barang yang diperlukan, yang pada akhirnya akan
mengurangi efisiensi operasional dan meningkatkan risiko kesalahan dalam
pengelolaan gudang.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membuat suatu pemecahan
masalah tata letak ulang gudang menggunakan metode Shared Storage. Mengapa
metode ini yang dipakai karena metode shared storage adalah suatu penyusunan
area-area penyimpanan berdasarkan kondisi luas lantai gudang, dari beberapa jurnal
acuan yang say abaca, terlebih untuk penyimpanan produk beras memang
menggunakan metode shared storage karena dalam prinsip metode ini adalah
menyimpan barang sesuai dengan frekuensi pemasukan dan pengeluaran barang,
yang dimana tempat penyimpanan akan selalu terisi dengan barang. Jika
menggunakan metode yang lain seperti Dedicated Storage jika barang yang
ditentukan sedang dalam keadaan kosong,maka tempat penyimpanan diarea
tersebut akan dikosongkan juga karena pada prinsip metode ini sudah ada ketentuan
barang yang tidak bisa diubah-ubah. kemudian metode shared storage diurutkan
area yang paling dekat sampai area yang terjauh dari pintu keluar masuk I/O
sehingga penempatan barang yang akan segera dikirim diletakkan pada area yang
paling dekat dan begitu seterusnya. Shared storage dianggap sebagai sistem
pemindahan barang yang cepat terhadap suatu produk, jika masing-masing palet
diisi di dalam area gudang yang berbeda dari waktu ke waktu. Tergantung pada
jumlah dari produk di dalam gudang pada waktu pengiriman tiba, akan mungkin
bahwa 5 palet yang terisi akan berada di ruang simpan hanya 1 hari. Sedangkan 5
palet yang lain di dalam pengiriman yang sama akan berada di gudang untuk 20
hari (Richard L. Francis, Leon F McGinnis Jr, and White, John A. White 1992).
Pada penggunaan metode Shared Storage digunakan untuk melakukan relayout
gudang dengan cara mengetahui frekuensi keluar-masuknya barang digudang dan

7
menerapkan prinsip (FIFO) First in First Out sehingga barang yang lebih sering
keluar akan ditempatkan di tempat yang paling berdekatan dengan pintu masuk.
Berdasarkan data dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam dan menuangkan dalam bentuk sebuah Tugas Akhir dengan judul:
“USULAN PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG PADA PT PUPUK
INDONESIA PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARED
STORAGE”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan pokok permasalahan dari


penelitian ini yaitu:
1. Berapa total okupansi luas area penyimpanan pada PT Pupuk Indonesia
Pangan?
2. Bagaimana hasil perencanaan usulan tata letak gudang menggunakan metode
shared storage di PT Pupuk Indonesia Pangan?

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah


1. Menghitung total okupansi total area penyimpanan.

2. Merancang usulan tata letak gudang menggunakan metode shared


storage di PT Pupuk Indonesia Pangan.
1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan
a. Untuk membantu mencari solusi tata letak gudang yang optimal bagi
perusahaan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman dan gambaran nyata bekerja di perusahaan.
b. Membuat mahasiswa lebih kreatif dalam membuat laporan.
3. Bagi Universitas Logistik dan Bisnis Internasional
a. Sebagai tambahan literasi bagi mahasiswa ULBI dalam melakukan
penelitian selanjutnya.

8
I.4 Batasan Masalah dan Asumsi

1.4.1 Batasan Masalah

Untuk membantu pemahaman permasalah yang diteliti dan agar penelitian tidak
terlalu meluas dalam penyusunan TA (Tugas Akhir) ini, maka penulis membatasi
permasalahan pada:
1. Masalah yang akan dibahas Penulis berdasarkan data-data yang didapat
dan
pengamatan di PT Pupuk Indonesia Pangan
2. Data produksi dan penjualan yang digunakan dalam kurun waktu 6 bulan
terakhir
yaitu Maret 2023 – Mei 2023
3. Perubahan tata letak hanya dilakukan di gudang penyimpanan produk
pada PT Pupuk Indonesia Pangan
4. Usulan perancangan tata letak tidak memperhitungkan biaya perencanaan
tata letak gudang yang baru
1.4.3 Asumsi

Berikut merupakan asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Kondisi perusahaan tidak mengalami perubahan selama


proses penelitian.
2. Tidak ada perubahan jenis material handling yang digunakan
3. Kecepatan pemakaian material handling tetap

1.4.3 Lokasi Praktek Kerja Lapangan

PT Pupuk Indonesia Pangan. Berikut ini rincian lokasi Kantor:


Nama perusahaan : PT Pupuk Indonesia Pangan
Alamat perusahaan : Jl. Raya Rawamerta, Dusun Sukamanah RT/RW
06/03 Desa Kutawargi, kecamatan Rawamerta
Kabupaten Karawang Jawa Barat 41382.
Website : https://pi-pangan.com/
Nama Pembimbing : Dafi Tianto Sentosa

9
I.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan TA
(Tugas Akhir) ini adalah sebagai berikut:

BAB I PEDAHULUAN

Pendahuluan berisi penjelasan tentang Latar Belakang


Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Pemecahan Masalah, Pembatan dan Asumsi, Lokasi,
dan Sistematika Penulisan Laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan teori berisi penjelasan tentang teori yang


relevan dan menjadi referensi dalam penulisan Tugas
Akhir dengan model yang digunakan untuk pemecahan
masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab Metodologi Penelitian akan diuraikan metode


yang akan digunakan dalam penyelesaian permasalahan
pada laporan Tugas Akhir.

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Pada Bab Pengolahan Data dan Analisis akan diuraikan


data-data yang didapat selama melakukan penelitian,
kemudian mengolah dan menganalisis untuk
memecahkan permasalahan yang diangkat pada laporan
Tugas Akhir.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dan saran berisi tentang kesimpulan yang


bersifat konseptual yang merupakan jawaban dan
rumusan masalah dan tujuan penelitian serta saran
kepada perusahaan berdasarkan temuan penelitian dan
pembahasan.

10
BAB II

LANDASAN TEORI
II.1 Pergudangan
II.1.1 Pengertian Pergudangan
Manajemen pergudangan dirancang untuk mengontrol seluruh kegiatan yang
ada di gudang. Syarat penggunaan manajemen pergudangan adalah memiliki
lokasi yang fleksibel, menggunakan dokumen untuk informasi gudang serta
memiliki bangunan yang berintegrasi langsung dengan data yang ada di dalam
gudang (Hill, 2006).
Tujuan dari manajemen pergudangan adalah untuk menyediakan prosedur
yang menangani permintaan dan pengembalian dalam suatu model fasilitas
perusahaan dalam mengelola storage, stok barang dan barang yang akan keluar
dari gudang (Hill, 2006).
Gudang adalah fasilitas khusus yang bersifat tetap, yang dirancang untuk
mencapai target tingkat pelayanan dengan total biaya yang paling rendah.
Gudang dibutuhkan dalam proses koordinasi penyaluran barang, yang muncul
sebagai akibat kurang seimbangnya proses penawaran dan permintaan. Kurang
seimbangnya antara proses permintaan dan penawaran mendorong munculnya
persediaan (inventory), persediaan membutuhkan ruang sebagai tempat
penyimpanan sementara yang disebut sebagai gudang (Lambert, 2001).
Manajemen gudang adalah salah satu aspek penting dalam rantai pasok
suatu perusahaan atau organisasi. Efisiensi dan efektivitas dalam mengelola
gudang berdampak langsung pada kinerja keseluruhan perusahaan. Lebih lanjut,
perlu dipahami bahwa manajemen gudang tidak hanya melibatkan aspek fisik
seperti pengaturan layout, tetapi juga mencakup sistem, teknologi, dan prosedur
yang mendukung operasionalnya. Pengaturan proses dalam manajemen gudang
merujuk pada serangkaian langkah-langkah yang harus diikuti untuk
mengoptimalkan aliran barang dan inventarisasi. Proses ini meliputi penerimaan
barang dari pemasok, penempatan barang di lokasi penyimpanan yang tepat,
pemeliharaan dan pemantauan stok, hingga proses pengambilan dan pengiriman

11
barang ke pelanggan atau departemen lain dalam perusahaan. Proses-proses ini
harus diatur dengan baik agar meminimalkan kesalahan, kerugian, dan waktu
tunggu.
II.1.2 Fungsi Gudang
Gudang sebagai tempat penyimpanan produk untuk memenuhi permintaan
pelanggan secara cepat mempunyai beberapa fungsi di antara penerimaan dan
pengiriman produk. (Hadiguna & Setiawan, 2008)
Fungsi-fungsi pokok gudang sebagai berikut :
1. Receiving (penerimaan) dan shipping (pengiriman)
2. Identifying sorting (pengidentifikasian dan penyaringan)
3. Dispatching ke penyimpanan
4. Picking the order (pemilihan pesanan)
5. Storing (penyimpanan)
6. Assembling the order (perakitan pesanan)
7. Packaging (pengepakan)
8. Dispatching the shipment
9. Maintaining record (perawatan produk)
Menurut Martono (2015) dalam bukunya menyebutkan beberapa fungsi
gudang berikut ini:
1. Menyimpan barang untuk sementara waktu sambil menunggu giliran untuk
diproses.
2. Memantau pergerakan dan status barang.
3. Meminimumkan biaya pergerakan barang, peralatan, dan karyawan.
4. Menyediakan media komunikasi dengan konsumen mengenai barang.
5. Titik penyeimbang aliran inventory dan barang.
Menurut Farahani, Rezapour dan Kardoe (2011) pergudangan memainkan
peran yang penting dalam sistem logistik, menjadi penyedia apa yang konsumen
inginkan, ada tiga fungsi dari gudang yaitu :
1. Movement (material handling)
2. Storage
3. Information Transfer
Menurut Heragu (2015) mengadaptasi dari Kulwiec (1980), untuk sementara

12
mungkin fungsi pergudangan satu-satunya adalah sebagai tempat penyimpanan
sementara barang, namun dalam kenyataannya banyak fungsi lain yang dapat
dimanfaatkan, diantaranya adalah :
1. Tempat penyimpanan barang untuk sementara
Untuk dapat mencapai skala ekonomi dalam produksi, transportasi, dan
penanganan barang, barang yang baru saja selesai diproduksi disimpan langsung
pada gudang yang kemudian diberikan kepada konsumen atau pelanggan ketika
permintaan terjadi.
2. Mengumpulkan pesanan pelanggan
Gudang ini pada umumnya berfungsi pada perusahaan yang merupakan pusat
distribusi dari beberapa sumber dan menggunakan penanganan sistem yang
otomatis ataupun manual untuk mengumpulkan pesanan pelanggan individu.
3. Sebagai fasilitas untuk pelanggan
Gudang dapat berfungsi sebagai pusat layanan pelanggan, menangani
penggantian barang yang rusak, melakukan survei pasar, dan bahkan
menyediakan layanan purna jual.
4. Melindungi barang
Gudang biasanya dilengkapi pula dengan keamanan yang canggih serta system
keamanan, jadi alasan cukup logis jika menyimpan barangbarang manufaktur di
gudang
5. Memisahkan bahan berbahaya atau terkontaminasi
Gudang menjadi tempat yang ideal untuk memisahkan dan menyimpan barang
yang berbahaya atau yang mudah tercemar.
6. Melakukan layanan nilai tambah
Banyak gudang yang rutin melakukan beberapa layanan nilai tambah contohnya
seperti mengemas barang, menyiapkan pesanan pelanggan sesuai dengan
spesifikasi permintaan pelanggan, pengujian pada produk, hingga melakukan
perakitan pada produkproduk tertentu.
7. Persediaan
Karena sulit untuk meramalkan permintaan suatu produk secara akurat. Gudang
disini berfungsi sebagai penyimpanan persediaan barang untuk memenuhi
kebutuhan ketika permintaan mengalami lonjakan tak terduga.

13
II.2 Tata Letak Gudang
Tata letak gudang atau warehouse layout merupakan suatu cara untuk
mengatur penempatan barang dengan metode tertentu untuk mendukung
aktivitas pergudangan yang efektif dan efisien. Tujuan utama pengaturan tata
letak warehouse yaitu menemukan metode paling tepat agar pergerakan barang
di dalam gudang berjalan lancar.
Menurut Heizer dan Render (2006) Tata letak pergudangan merupakan suatu
sistem yang didesain untuk meminimalisir biaya total yang ada, dengan cara
mencari panduan terbaik antara luas ruang dengan penanganan bahan. Tujuan
tata letak pergudangan (warehouse layout) adalah untuk dapat menemukan titik
optimal di antara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya lainnya. Sehingga,
manajemen bertugas untuk memanfaatkan volume penuh gudang, dengan tetap
mempertahankan biaya penanganan bahan di angka yang rendah. Biaya
penanganan bahan merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan pergudangan,
seperti transportasi barang masuk, penyimpanan, sampai transportasi barang
keluar. Oleh karena itu, gudang sebaiknya dirancang dengan tetap
memperhitungkan kecepatan gerak barang.
II.3 Tolak Ukur Pergudangan Yang Baik
Gudang dapat didefinisikan sebagai tempat yang dibebani tugas untuk
menyimpan barang yang akan dipergunakan dalam produksi sampai barang diminta
sesuai dengan jadwal produksi. Gudang berfungsi sebagai penyeimbang atau buffer
dan untuk menentukan langkah selanjutnya suatu perusahaan, apakah perusahaan
akan menggunakan gudang untuk komersial atau lebih baik digunakan untuk
sendiri. Gudang digunakan untuk pelayanan beberapa konsumen yang berbedabeda
dan secara umum, mempunyai tenaga kerja yang cukup serta perlengkapan,
kemudian dengan jarak penyimpanan untuk tujuan kepuasan konsumen atau
pengguna, penyimpanan dilakukan dalam batas waktu yang lama maupun batas
waktu yang pendek sesuai kebutuhan konsumen. Keuntungan yang diperoleh dari
komersial gudang adalah keluwesan (flexibility) dan menejemenn yang
professional. Gudang sebagai penyimpanan produk jadi mempunyai beberapa misi
atau tugas dalam jaringan distribusi pemasaran gudang mempunyai misi, yaitu;

14
a. Menjaga persediaan yang digunakan sebagi penyeimbang dan penyangga
(buffer) variasi antara penjadwalan produksi dan permintaan.
b. Gudang sebagai penyaluran dalam sebuah daerah pesanan dengna jarak
transportasi terpendek dan untuk memberikan jadwal cepat akan permintaan
pelanggan.
c. Gudang digunakan sebagai tempat akumulasi dan menguatkan produk dalam
kegiatan produksi dan pendistribusian.
II.3.1 Jenis Gudang
Berdsarkan jenis barangnya, terdapat beberapa jenis gudang menurut (Purnomo,
2004), yaitu:
1. Gudang bahan baku
2. Gudang komponen/suku cadang/barang dalam proses
3. Gudang finisihed goods
4. Gudang pemasok kantor
5. Gudang peralatan Macam-macam gudang di atas, gudang bahan bahan baku,
gudang komponen dan gudang jadi memerlukan ruangan dan perhatian yang
lebih dominan.
II.3.2 Pentingnya Gudang
Lambert dalam Sutarman (2017) menyatakan alasan perusahaan menyimpan
persediaan di gudang, maka secara tradisional aktivitas pergudangan dilakukan
karena salah satu atau lebih dari alasan berikut:
1. Memperoleh kegiatan transportasi dan produksi dengan konsumen.
2. Mengambil manfaat dari diskon pembelian dan memelihara sumber pasokan.
3. Untuk mendukung kebijakan costumer service perusahaan.
4. Untuk menyesuaikan terhadap kondisi perubahan pasar.
5. Menyesuaikan beda ruang dan waktu antara produsen dengan konsumen.
6. Memenuhi ongkos logistik kecil pada tingkat pelayanan yang diharapkan.
7. Mendukung program just in time untuk pemasok dan pelanggan.
8. Melayani pelanggan dengan produk majemuk bukan hanya produk tunggal.
9. Menyimpan sementara dari material yang diatur ulang atau dibuang.

15
II.3.3 Peraturan pergudangan
Perangkat lunak dari pendirian gudang merupakan peraturan berdasarkan ketentuan
pemerintah dan peraturan yang distandarkan dalam manajemen perusahaan
gudang. Peraturan ini menjadi acuan dalam pengelolaan pergudangan peraturan
pemerintah tertuang dalam (Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia,
2014) menciptakan kepastian berusaha dan mendorong kelancaran pergudangan.
Peraturan yang diperdagangkan di dalam negeri dan keluar negeri, dalam
peraturan ini memuat, antara lain:
1. Ruang lingkup gudang dari beberapa jenis gudang.
2. Setiap gudang diwajibkan memiliki tanda daftar gudang.
3. Pemilik gudang adalah perorangan atau badan usaha yang dikelola sendiri atau
disewakan.
4. Pengelompokan gudangan tertutup dibagi atas 4 golongan yaitu; golongan A luas
gudang 100 – 1.000 m² dengan kapasitas 360 – 3.000 m², golongan B luas gudang
1.000 – 2.500 m² dengan kapasitas. keputusn manajemen perusahaan dalam
persediaan.
II.3.4 Tata Letak Gudang
Tata letak gudang adalah suatu rancangan penempatan fasilitas, menganalisis,
membentuk konsep dan mewujudkannya dalam suatu system penerimaan sampai
dengan pengiriman barang kepada pelanggan dengan meminimalkan total biaya
yang mungkin terjadi (Warman,2005). Rancangan ini pada umumnya digambarkan
sebagai rancangan denah dan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan
sarana lain) untuk mengoptimalkan interaksi atau hubungan antar
petugas/pelaksana, aliran barang, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan
untuk mencapai tujuan usaha secara ekonomis dan aman saat bekerja. Penyusunan
tata letak yang baik dapat memperlihatkan suatu keteraturan dan kenyamanan area
kerja. Tata letak yang baik dapat juga meningkatkan prestasi kerja dan motivasi
kerja. Tata letak menghasilkan beberapa dampak strategis antara lain;
mengoptimalkan kapasitas, proses, fleksibilitas dan biaya. Tata letak yang baik
dapat membantu menejemen mencapai sebuah stategi yang menunjang biaya
rendah atau respon cepat menyelesaikan pekerjaan dalam gudang (Pandiangan,
2017).

16
II.3.5 Prinsip dasar dalam perancangan tata letak
Pandiangan (2017) menyatakan setiap unsur dalam aktivitas gudang mulai dari
penerimaan sampai dengan pengiriman barang kepada pelanggan mempunyai
aliran kerja spesifik, untuk itu perlu dijaga agar operasinya tidak saling
berbenturan satu yang lainnya. Setiap barang mempunyai spesifikasi ukuran
maupun berat dan sifat yang berbeda-beda. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
untuk mempermudah penyimpanan barang adalah sebagai berikut:
1. Barang dengan frekuensi pengeluaran yang sering, dapat diletakkan pada lokasi
yang mudah dicapai dan barang yang lambat pendistribusiannya ditempatkan ke
lokasi yang ke dalam gudang.
2. Penempatan barang dapat dilakukan dengan memberikan identitas, yaitu nomor
bagian, lokasi, jenis dll. Pengidentifikasian ini dilakukan untuk penyimpanan
barang yang bervariasi dengan menggunakan sistem data base untuk penginderaan
dengan menggunakan identification radio frequency..
3. Akes ke gudang dibatasi kepada karyawan dengan memahami peraturan
pergudangan.
4. Transaksi dokumen harus dilakukan secara teliti dengan memakai manual atau
data base.
5. Mempersiapkan jalur pergerkan orang, barang maupun peralatan yang digunakan
dalam penyimpanan dan pengambilan barang, jarak pemindah antar barang
diupayakan seminimal mungkin.
6. Membuat informasi yang membantu karyawan dapat melakukan instruksi dalam
bentuk gambar seperti dilarang merokok, rak, petunjuk arah atau tanda larangan
lainnya. Hal yang perlu diperhatikan juga tentang kebersihan, keteraturan
pelabelan dan penyimpanan barang yang kadaluarsa. Apabila terdapat barang
yang harus dikemas kembali perlu diperiapkan lokasi untuk pengemasan kembali.
7. Semua area dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
II.3.6 Langkah perancangan tata letak
Pandiangan (2017) menyatakan bahwa hal utama yang harus diperhatikan ketika
merencanakan tata letak gudang adalah tempat penerimaan barang (termasuk
tempat pemeriksaan barang sebelum diterima), serta area untuk menyimpan,
pemilihan, pengiriman barang dan gang yang digunakan dalam pemindahan

17
barang. Beberapa area utama yang harus diperhatikan dalam membuat
perencanaan tata letak, yaitu:
1. Penerimaan barang Area penerimaan barang adalah tempat membongkar barang
dari truk angkut pemeriksaan barang oleh quality control dan persiapan
pengangkutan ke penyimpanan. Tempat untuk pemilahan, pemeriksaan kualitas
barang dan persiapan penyusunan untuk handling juga harus diperhitungkan
berdasarkan jumlah barang yang akan diterima/dikirim atau yang harus ditangani
setiap hari. Area khusus untuk barang yang diperiksa rekomendasi penerimaan.
Peralatan yang dibutuhkan untuk penanganan barang tetapi disimpan beberapa
saat menunggu hasil pemeriksaan keluar, sebagai rekomendasi penerimaan.
2. Ukuran tempat penyimpanan barang Barang yang akan disimpan mempunyai
karakteristik yang berbeda dari tiap jenis barang dan jenis perlakuan yang wajib
dipenuhi agar barang tersebut terjamin tidak terjadi perubahan atau kerusakan.
Ada tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Tempat yang akan dipakai untuk penyimpanan barang dan peralatan.
b. Lorong atau gang antar barang untuk akses langsung ke barang.
c. Jarak dinding ke barang.
d. Tempat sarana keamanan (smisalnya alat pemadam kebakaran dll).
3. Area pemilihan/sortir barang Barang yang akan diterima harus dipilah atau disortir
terlebih dahulu ebelum disimpan maka area pemilahan ini dimasukan ke dalam
perhitungan kebutuhan area. Luas ruangan yang diperlukan tergantung kepada
jumlah dan frekuensi barang yang akan dipilah. Proses pemilahan juga
mempengaruhi luas area yang diperlukan, menggunakan cara
manual/menggunakan perlatan, aktivitas lain yang dipertimbangkan adalah area
untuk proses pengemasan kembali barang dan pembuatan bahan kemasan.
4. Area pengiriman barang Area pengiriman barang dipengarhui oleh jenis dan
ukuran kendaraan yang melakukan loading akan menentukan perlunya tempat
khusus yang memungkinkan kendaraan tersebut dapat masuk ke dalam gudang
untuk melakukan proses pemuatan. Area khusus juga harus diperhitungkan jika
ada barang yang harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dimuat ke dalam
kendaraan pengangkut.

18
5. Aliran barang Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan aliran
barang dalam gudang antara lain:
a. Tata letak ruang untuk semua kegiatan.
b. Lokasi fisik barang di area penyimpanan.
c. Bagaimana barang akan mengalir ke dalam dan ke luar gudang. Dengan demikian
akan dicapai aliran dan tata letak fasilitas gudang yang dapat mengoptimalkan dan
efesiensi arus barang.
II.3.7 Kelengkapan Gudang
Gudang yang baik harus memiliki beberapa kelengkapan. Standar Nasional
Indonesia (2007) persyaratan teknis gudang yaitu terdiri dari kontruksi bangunan
gudang, fasiltas gudang dan peralatan gudang. Konstruksi bangunan gudang harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Kerangka bangunan gudang harus kokoh guna menjaga mutu barang dan
keselamatanmanusia.
2. Atap gudang yang dapat dilengkapi dengan atap pencahayaan, terbuat dari bahan
yang cukup kuat dan tidakbocor.
3. Dinding bangunan gudang haruskokoh.
4. Lantai gudang terbuat dari beton atau bahan lain yang kuat untuk menahan berat
barang yang disimpan sesuai dengan kapasitas maksimal gudang dan bebas dari
resapan airtanah.
5. Talang air terbuat dari bahan yang kuat dan menjamin air mengalir dengan lancar.
6. Pintu harus terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan dilengkapi dengan kunci
yang kuat, serta berkanopi guna menjamin kelancaran pemasukan dan
pengeluaran barang.
7. Ventilasi harus ditutup dengan jaring kawat penghalang untukmenghindari
gangguan burung, tikus dan gangguan lainnya.
8. Bangunan gudang mempunyai teritis dengan lebar yang memadai sehingga air
hujan tidak mengenai dindinggudang.
9. Bangunan gudang disarankan membujur dari timur ke barat, sehingga sedikit
mungkin terkena sinar matahari secaralangsung. Fasilitas gudang harus
mempunyai sebagai berikut :

19
a. Identitas pengaturan lorong yang memadai guna menunjang kelancaran
penyimpanan barang maupun akses keluar masukbarang.
b. Instalasi air dan listrik dengan pasokan terjamin sehingga menunjang
operasionalgudang.
c. Instalasi hydrant dan alat penangkal petir.Kantor atau ruang administrasi yang
dilengkapi dengan jaringankomunikasi.
d. Saluran air yang terpelihara sehingga air dapat mengalir dengan baik untuk
menghindari genanganair.
e. Sistem keamanan, ruang jaga dan pagar kokoh disekelilingnya.
f. Kamar mandi dan WC.
g. Halaman atau area parkir dengan luas yang memadai.
h. Fasilitas sandar dan bongkar muat yang memadai bagi gudang yang berlokasi di
dekat atau di pinggir akses lain melalui perairan
Gudang harus mempunyai peralatan sebagai berikut:
a. Alat timbang yang ditera sah untuk mengukur beratbarang.
b. Palet yang kuat untuk menopang tumpukan barang sehingga mutu barang yang
disimpanterjaga.
c. Higrometer dan termometer untuk mengukur kelembaban dan suhu udara
dalamgudang.
d. Tangga stapel untuk memudahkan penumpukan barang digudang.
Alat pemadam kebakaran yang tidak kadaluarsa sebagai penanggulangan pertama
apabila terjadi kebakaran.
a. Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) yang dilengkapi dengan obat
dan peralatan secukupnya.
b. Alat kebersihan agar kebersihan gudang terjaga.
II.3.8 Penataan Produk
Penyimpanan erat sekali kaitannya dengan penataan, karena pada dasarnya
penyimpanan yang baik harus didukung penataan barang yang baik. Osada (2000),
penataan berarti menyimpan barang dengan memperhatikan efisiensi, mutu dan
keamanan serta mencari cara penyimpanan optimal. Ada beberapa langkah
melaksanakan penataan baik seperti yang diutarakan Osada (2000), langkah-
langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

20
1. Penentuan tempat barang yang tepat Penentuan tempat untuk barang-barang secara
tepat oleh staff gudang yang bertugas. Sudah tentu harus ada kriteria untuk
menentukannya. Jika tidak ada kriteria dan pola tertentu, tidak mungkin seseorang
mengetahui di mana tempat yang tepat, dan ini berarti akan diperlukan waktu lebih
banyak untuk menyimpan atau mengambilnya. Ada berbagai kemungkinan dan
memilih salah satu yang terbaik memerlukan penelitian.
2. Penentuan cara menyimpan barang yang tepat. Hal ini penting sekali untuk
penyimpanan fungsional. Barang harus disimpan supaya mudah ditemukan dan
mudah diambil. Penyimpanan harus dilakukan dengan memperhatikan tempat
penyimpanan atau ruangan yang tersedia dan produk yang akan disimpan supaya
mudah ditemukan kembali. Barang diletakan berdasarkan ukuran barang. agar
barang yang berukuran besar mudah dalam pengangkutan hindari peletakan
barang jauh dari alat transportasi.
3. Aturan penyimpanan Aturan penyimpanan berarti selalu menyimpan kembali
barang ketempat semula. Kedengarannya mudah, dan memang mudah apabila
dibuat mudah. Namun dari pelaksanaan cukup sulit. Tetapi hal ini akan sangat
penting dalam keberhasilanpenataan. Penerapan sistem FIFO (first in first out)
dalam penyimpanan barang sangat mempengaruhi kondisi barang, agar barang
lama mudah dicari dan tidak kadaluarsa
II.3.9 Metode Tata Letak Gudang
Menurut Francis (1992), ada empat metode yang dapat digunakan untuk mengatur
lokasi penyimpanan suatu barang, yaitu:
Metode-metode dalam tata letak gudang :
1. Dedicated Storage
Pada model ini setiap produk ditempatkan pada suatu lokasi penyimpanan yang tetap.
Jika suatu produk akan disimpan atau diambil, maka dapat dengan mudah
tempatnya diketahui. Kekurangan dari model ini adalah utilisasi ruang yang
rendah, dikarenakan tempat yang disediakan untuk setiap produk tidak dapat
digunakan untuk penyediaan produk yang lain. Penyediaan tempat untuk setiap
produknya dapat diketahui dari persediaan maksimumnya.

21
2. Randomized Storage
Model ini mengatasi kekurangan dari metode Dedicated Storage, yaitu utilisasi ruang
yang rendah. Pada model ini tidak ada penempatan lokasi yang harus untuk suatu
produk, sehingga barang yang akan datang ditempatkan ditempat sembarang yang
terdekat dengan pintu masuk dan pintu keluarnya. Kekurangannya adalah jika
jumlah produk yang dialokasikan banyak dan bermacam‐macam jenisnya maka
waktu pencarian dan pengambilan produk menjadi lama.
3. Class Based Storage
Model ini merupakan gabungan dari model Dedicated Storage dan Randomized
Storage. Pada model ini produk dibagi menjadi beberapa kelas. Jika
pembagiannya sama dengan produk, maka akan menjadi model Dedicated
Storage. Tetapi jika hanya dibagi ke dalam satu kelas, maka akan menjadi metode
Randomized storage. Pembagian kelas berdasarkan nilai rasio antara Throughput
(T) dengan Storage (S).
4. Shared Storage
Model ini digunakan untuk mengatasi Dedicated Storage dan Randomized Storage
dengan mengenali dan memanfaatkan perbedaan lama waktu penyimpanan pada
pallet tertentu yang menetap di gudang. Untuk menerapkan model ini, sebelumnya
harus mengetahui kapan produk akan masuk dan kapan akan keluar, sehingga
lokasi produk dapat disesuaikan tempatnya.

II.4 Shared Storage

Menurut Francis (1992) metode shared storage adalah suatu penyusunan area-area
penyimpanan berdasarkan kondisi luas lantai gudang, kemudian diurutkan area
yang paling dekat sampai area yang terjauh dari pintu keluar masuk I/O sehingga
penempatan barang yang akan segera dikirim diletakkan pada area yang paling
dekat dan begitu seterusnya. Shared storage bisa dmianggap sebagai sistem
pemindahan barang yang cepat terhadap suatu produk, jika masing-masing pallet
diisi dalam area gudang yang berbeda dari waktu ke waktu.

22
Proses penempatan produk pada metode shared storage adalah dengan menyusun
area-area penyimpanan berdasarkan kondisi luas lantai gudang, kemudian
diurutkan area yang paling dekat sampai area yang terjauh dari pintu keluar masuk
IO sehingga penempatan barang yang akan segera dikirim diletakkan pada area
yang paling dekat dan begitu seterusnya.
Metode pengolahan data yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan rancangan
area penyimpanan produk ini menjadi lebih efektif, yaitu :
a. Menghitung Jumlah Rata-rata Barang Keluar Gudang

∑𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 1,2,3


Rata-rata pengeluaran perbulan =
3

b. Menghitung Jumlah Rata-rata Barang Masuk ke Gudang

∑𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 1,2,3


Rata-rata pemasukan perbulan = 3

c. Menentukan Kebutuhan Ruang Area Penyimpanan


jumlah produk
Kebutuhan area penyimpanan =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖 1 𝑎𝑟𝑒𝑎

d. Menentukan Lebar Aisle/Gang

Aisle Space = √𝑝 + 𝑙 Forklift


f. Merancang usulan tata letak gudang

23
TABEL II.1 10 Jurnal Acuan

Metode
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian

Paper Acuan 1
PERENCANAAN Shared 1. Jumlah kebutuhan area
TATA LETAK Storage penyimpanan adalah sebanyak 16
GUDANG area, dengan rincian 8 area untuk
MENGGUNAKAN pallet penyimpanan bahan baku dan 8
METODE SHARED area untuk pallet penyimpanan bahan
STORAGE DI PABRIK baku.
PLASTIK KOTA 2. Luas total untuk kebutuhan ruang
untuk pallet penyimpanan bahan baku
SEMARANG
dan produk jadi adalah 64 m².
(YA Wedana,2012) 3. Satu area pallet dilakukan
1 penumpulan 2 tingkat dengan
penyusunan 2 x 2, maka setiap pallet
terdiri 8 karung produk atau 8 karung
bahan baku.
4. Lebar gang atau aisle adalah 2 m,
sehingga total kebutuhan ruang
untuk gang atau aisle adalah sebesar
96 m ². 5. Hasil metode shared
storage akan lebih maksimal jika
digunakan pada gudang pabrik
plastik yang memiliki 2 jenis produk.
Paper Acuan 2
EVALUASI Shared Setelah dilakukan pengumpulan data
PERANCANGAN Storage dan pengolahan data dengan
TATA LETAK menggunakan metode shared storage
GUDANG pada gudang produk jadi di
MENGGUNAKAN PT.International Premium Pratama
METODE SHARED Surabaya, maka dapat diambil
STORAGE DI PT. kesimpulan, yaitu Tata letak usulan
2 INTERNATIONAL pertama memiliki total jarak tempuh
PREMIUM PRATAMA yang lebih kecil daripada tata letak
SURABAYA usulan ke 2 dan tata letak awal
dengan perbaikan susunan dan tata
(M Zaenuri,2018)
letak penyimpanan. Total jarak
tempuh tata letak awal adalah
sebesar 11.868 meter. Total jarak
tempuh tata letak usulan pertama
adalah sebesar 4833,8 meter. Terjadi

24
selisih nilai total jarak tempuh
sebesar 7034,2 meter dari total jarak
tempuh awal. Hal ini berarti tata
letak usulan dapat memperpendek
jarak tempuh yang dilalui oleh
karyawan gudang dalam mengambil
barang.
Paper Acuan 3
Perbaikan Tata Letak Shared 1. Perubahan tata letak fungsi pintu
Gudang Dengan Storage usulan mampu meningkatkan
Menggunakan Metode fungsional pada 2 fungsi yang
Shared Storage Pada berbeda, sehingga mengoptimalkan
Perum Bulog Subdivre aktifitas bongkar muat produk agar
Karawang lebih teratur. Aliran proses akan
menjadi lebih cepat dan tertata
(J Arifin,2019)
sehingga alur antara penempatan
produk ke pintu menjadi lebih
efektif.
2. Analisa hasil pada tata letak
3 penempatan produk usulan
menunjukan lebih baik dibanding
cara penempatan yang sebelumnya.
Hal ini dapat dilihat dari efektifitas
jarak antar pintu ke area
penyimpanan, yakni dari sistem
proses penempatan produk dimana
produk yang disimpan pada setiap
staple sudah teratur. 13 Sehingga
ketika proses bongkar muat tidak lagi
mengakibatkan antrian pada saat
penyimpanan maupun pengiriman
produk.
Paper Acuan 4
Analisis Penyimpanan Shared Setelah mengusulkan rancangan
Produk Menggunakan Storage
layout baru pada gudang maka dapat
Metode Shared Storage
(Studi Kasus di PT. X) perhitungan yang dilakukan yaitu
4 (C Candrianto,2020) jumlah rak ditambah dan rak diberi
nomor sesuai dengan jenis produk,
serta posisi rak harus sejajar dan
penambahan 2 rak penyimpanan.

25
Penyimpanan kapasitas
penyimpanan awalnya hanya 1210
pallet. Setelah dilakukan
penyimpanan rak baru
menjadi 3234 pallet
Paper Acuan 5
Perbaikan Tata Letak Shared Perubahan tata letak fungsi pintu
Gudang Dengan Storage
usulan mampu meningkatkan
Menggunakan Metode
Shared fungsional pada 2 fungsi yang
Storage Pada Perum
berbeda, sehingga mengoptimalkan
Bulog Subdivre
Karawang aktifitas bongkar muat produk agar
5
(J Arifin,2019) lebih teratur. Aliran proses akan
menjadi lebih cepat dan tertata
sehingga alur antara penempatan
produk ke pintu menjadi lebih
efektif
Paper Acuan 6
Perancangan Model Shared Berdasarkan pengolahan data dan
Simulasi Tata Letak Storage
analisa data yang telah dilakukan,
Gudang Bahan Baku
dengan didapatkan tiga usulan model
Menggunakan Metode
simulasi. Model usulan pertama
Shared Storage pada PT.
Braja Mukti Cakra adalah penambahan jumlah material

(N A Fabiani,2019) handling pada gudang bahan baku


dikarenakan didapatkan informasi
6 dari hasil checksheet berupa jumlah
material. handling yang memadai
tidak seimbang untuk operasi yang
ada.Untuk model usulan kedua yaitu
perbaikan penempatan bahan baku
dan tata letak gudang bahan baku
menggunakan metode shared
storage, sehingga didapatkan jumlah

26
kebutuhan rak atau pallet, perbaikan
penempatan tata letak bahan baku,
minimasi jarak pengambilan bahan
baku, waktu pengambilan bahan
baku dan waktu perpindahan bahan
baku. usulan ke 3 dimana usulan
tersebut memiliki simulation time
tercepat
dengan rata-rata sebesar 71.18 jam
dalam sebulan
Paper Acuan 7
Penentuan Tata Letak Shared Penataan lokasi penyimpanan dalam
Gudang Sparepart Non Storage
gudang non genuine yang
Genuine Pada Bengkel
Mobil di Surabaya sebelumnya memiliki 8 lokasi
dengan Metode Shared
penyimpanan, diubah menjadi 6
Storage.
lokasi penyimpanan yang terdiri dari
(PE Yuliana,2020)
5 rak untuk jenis produk basah dan 1
rak untuk jenis produk kering. Hasil
7
penentuan lokasi peletakan untuk
masing-masing produk berdasarkan
metode dedicated diketahui dapat
menghemat jarak perpindahan total
per bulan yang sebelumnya 17.057,6
meter menjadi 12.942,2 meter atau
mengurangi jarak sebesar 24%.
Paper Acuan 8
PERENCANAAN Shared Nilai total momen perpindahan
Storage
ULANG TATA LETAK layout usulan lebih kecil
GUDANG MATERIAL dibandingkan dengan layout awal,
8
BAHAN BAKU dimana nilai total momen
DENGAN perpindahan pada layout usulan
MENGGUNAKAN sebesar 44229.36 m/tahun

27
METODE SHARED sedangkan pada layout awal sebesar
STORAGE DAN 69229.44 m/tahun, artinya terjadi
PENDEKATAN penurunan perpindahan sebesar 36%
SIMULASI PADA PT. dari layout awal terhadap layout
AINI usulan. Selisih perbandingan waktu
SEJAHTERA simulasi pada layout awal dan layout
(A Amri,2021) usulan yaitu sebesar 12.35
jam/bulan, dimana waktu simulasi
yang didapatkan pada layout awal
yaitu sebesar 34.06 jam/bulan
sedangkan usulan terpilih yaitu
21.71 jam/ bulan artinya waktu
layout usulan terpilih lebih kecil
dibandingkan dengan
layout awal.

Paper Acuan 9
Re-Layout Gudang Cat Bedasarkan layout awal dari jarak
Jadi Menggunakan total awal sebanyak 25.967 m
Metode Slp dan menjadi
Shared
10.452 m setelah dilakukannya
Storage Untuk
Meminimalkan Ongkos layout usulan perbaikan mengalami
Material Handling
efisiensi sebanyak 59,74% dan itu
(R Hidayatullah,2021)
juga berpengaruh terhadap ongkos
material handling dalam

9 pekerjaan satu bulan untul layout


awal
ongkos,material hanling sebanyak
Rp. 5.959.909,12 per bulan
sedangkan setelah layout usulan
menjadi Rp. 2.817.056,32 per bulan
ini bisa menghemat biaya sebanyak
52,27%. Bedasarkan layout awal
kapasitas penyimpana pallet

28
sebanyak 24 pallet tetapi setelah
perbaikan usulan layout kapasitas
gudang bisa menampung 39 pallet
itu berarti bisa lebih
banyak menyimpan barang digudang
sebanyak 62,50%
Paper Acuan 10
PERANCANGAN Shared Jarak tempuh rata-rata bahan masuk
TATA LETAK Storage
per bulan pada tata letak sebelumnya
GUDANG DENGAN
MENGGUNAKAN adalah 1393,92 m. Sedangkan
METODE SHARED
alternatif dua dengan jarak 1159,2 m.
STORAGE
(G Ihsan,2019) Jarak tempuh rata-rata bahan keluar
10 per bulan pada tata letak sebelumnya
adalah 1896,68 m. Sedangkan
alternatif dua dengan jarak 1582,4
m. Sehingga
jarak tempuh rata-rata bahan masuk
per bulan tata letak alternatif dua
lebih

Hasil Review Jurnal :

Dari kumpulan review penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa tata letak
gudang yang belum menerapkan metode dalam penempatannya menyebabkan beberapa
masalah di dalam gudang, seperti jarak tempuh forklift yang jauh dan biaya material
handling yang tinggi sehingga kegiatan penyimpanan di dalam gudang belum berjalan
secara efektif. Dengan menerapkan metode Shared Storage, didapatkan penurunan jarak
tempuh dan ongkos material handling.

29
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Proses Pengambilan Data


Dalam menentukan identifikasi masalah dan motivasi tentunya penulis
mengacu pada data-data terkait penelitian. Data-data dan informasi dapat
diperoleh melalui wawancara dan kuisioner yang dilakukan langsung dengan
pihak yang terkait serta pihak-pihak yang berwenang, selain itu juga penulis
melakukan pengamatan langsung terhadap proses yang sedang berjalan. Dalam
proses pengambilan data penulis menggunakan beberapa jenis dan teknik
pengambilan data dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

III.1.1 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data untuk memeroleh informasi atau data
yang diperlukan, sehingga data menjadi sempurna dan dapat dipertanggung
jawabkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian di PT Pupuk Indonesia
Pangan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara
Penelitian ini mewawancarai Narasumber yang dianggap ahli dibidangnya,
narasumber mengetahui baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai
proses kerja, narasumber berhubungan langsung dengan staff gudang di PT
Pupuk Indonesia Pangan data yang digunakan untuk analisis yaitu data dari
bulan Maret sampai dengan Mei 2023.
III.1.2 Jenis Sumber Data
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama, sehingga
data ini harus dicari melalui narasumber baik wawancara maupun melalui
observasi langsung di gudang PT Pupuk Indonesia Pangan.

30
2. Data Sekunder
Data Sekunder dalam penelitian ini merupakan data yang meliputi dokumen-
dokumen mengenai gudang PT Pupuk Indonesia Pangan. Data-data tersebut
nantinya akan dikumpulkan kemudian dianalisis dan dipilih sesuai kebutuhan
dan ruang lingkup masalah yang diteliti oleh penulis.
Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan 2 metode
pengumpulan data yaitu dengan metode studi pustaka dan metode studi
lapangan, berikut merupakan penjelasannya:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap berbagai buku, literature, catatan, serta berbagai
laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan. Teori-teori
tersebut didapat melalui sumber-sumber yang telah dicari oleh penulis.
Sumber tersebut di antaranya yaitu mencari dan membaca jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan masalah yang terdapat dalam penelitian, materi-materi dari
internet.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah metode pengumpulan data dengan datang secara
langsung ke lapangan atau tempat peneltian. Dalam studi lapangan ini
penulis akan mendapatkan data primer yang menjadi objek di dalam
penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
studi lapangan ini adalah melakukan penyebaran kuesioner.

III.2 Flowchart Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan berbagai langkah kerja yang sistematis
sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Langkah kerja penelitian merupakan
serangkaian prosedur dan langkah – langkah dalam melakukan penelitian yang
terstruktur secara sistematis dan terarah agar tujuan dari penelitian bisa tercapai
dengan baik. Adapun langkah – langkah yang digunakan dalam penelitian ini
dilihat dalam flowchart penelitian adalah sebagai berikut :

31
Mulai

Studi pendahuluan

Identifikasi Masalah Menentukan Metode

Penetapan Tujuan

Pengambilan Data :
1. Jumlah Barang Masuk Per
Bulan
2. Jumlah Barang Keluar Per
Bulan
3. Jumlah dan Ukuran Produk
4. Ukuran Material Handling

Pengolahan Data Menggunakan


Metode Shared Storage

Analisis Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar III 1 Flowchart Penelitian

32
Keterangan :

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan bertujuan untuk memperoleh masukan mengenai


objek yang diteliti. Studi pendahuluan ini diharapkan dapat memperoleh informasi
mengenai permasalahan yang diangkat dalam penelitian dan variable-variabel
yang terkait dalam permasalahan yang ada di PT Pupuk Indonesia Pangan. Pada
tahap ini, dilakukan studi pustaka dan studi lapangan.

2. Identifikasi Masalah

Penulis melakukan pengamatan dan penelitian terlebih dahulu terhadap


permasalahan-permasalahan yang ada di PT Pupuk Indonesia Pangan sebelum
akhirnya menentukan masalah yang akan diangkat pada Tugas Akhir (TA).
Pengamatan masalah-masalah bertujuan untuk lebih memahami, meneliti, dan
membedakan berbagai masalah yang layak untuk diangkat menjadi sebuah kajian
penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini.

3. Menentukan Metode

Menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini sangat penting
untuk membantu memecahkan perumusan masalah. Metode yang akan digunakan
yaitu Metode Shared Storage.
4. Mengumpulkan Data

Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara dengan pihak


perusahaan/Narasumber yang di anggap ahli di bidangnya, mengenai objek
penelitian yang sedang dilakukan agar data yang diperoleh lebih relevan.
Narasumber mengetahui baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai
proses kerja, narasumber berhubungan langsung dengan divisi pergudangan. Data
yang di dapat dari perusahaan adalah data keluar masuk barang di gudang dari
bulan Maret – Mei 2023.

5. Pengolahan Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahan data untuk menyelesaikan masalah tersebut

33
6. Analisis dan Pembahasan

Analisis hasil pengolahan data memiliki pembahasan terhadap hasil yang


diperoleh selama penelitian. Dengan tujuan dari pengolahan data maka dalam
melakukan pemecahan masalahnya dapat memperoleh hasil yang tepat dan
akurat, dimana data akan menunjukkan kebijakan yang seharusnya dilakukan
oleh PT Pupuk Indonesia Pangan dalam meningkatkan performa perusahaan.

7. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang dibuat berisikan hasil dari pengolahan data yang mengacu pada
rumusan permasalahan dalam penelitian. Selanjutnya penulis memberikan saran
atas hasil dari kesimpulan yang telah dibuat. Dari hasil kesimpulan tersebut
penulis dapat memberikan saran kepada perusahaan yang bersangkutan yang
didasari oleh hasil penelitian yang telah dibuat.

34
III.3 Flowchart Metode Shared Storage

MULAI

Pengambilan Data :
1. Jumlah Barang Masuk Per Bulan
2. Jumlah Barang Keluar Per Bulan
3. Jumlah dan Ukuran Produk
4. Ukuran Material Handling

Francis (1992)
Pengolahan Data :
1. Menghitung Jumlah Rata-rata Barang Keluar Gudang
2. Penentuan Luas Area Penyimpanan Yang Dibutuhkan
3. Menentukan Lebar Allowance
4. Menghitung Jarak Dari Pintu Masuk ke Area

Analisis Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar III 2 Flowchart Metode Shared Storage

35
Keterangan Gambar :

Proses penelitian metode Shared Storage pada PT Pupuk Indonesia Pangan.


1. Dilakukan pengambilan data di PT Pupuk Indonesia Pangan untuk metode
Shared Storage meliputi data jumlah pengeluaran produk, jumlah
pemasukan produk, jumlah dan ukuran produk, ukuran dari material
handling yang ada di gudang.
2. Setelah data didapat dilanjutkan dengan pengolahan data yaitu :
1. Menghitung Jumlah Rata-rata Barang Keluar Gudang

∑𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 1,2,3


Rata-rata pengeluaran perbulan = 3

2. Menghitung Jumlah Rata-rata Barang Masuk ke Gudang

∑𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 1,2,3


Rata-rata pemasukan perbulan = 3

3. Menentukan Kebutuhan Ruang Area Penyimpanan


jumlah produk
Kebutuhan area penyimpanan =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖 1 𝑎𝑟𝑒𝑎

4. Menentukan Lebar Aisle/Gang

Aisle Space = √𝑝 + 𝑙 Forklift

Proses Layouting :
Proses layout dilakukan dengan menghitung pengeluaran dan pemasukan
barang sehingga mendapatkan hasil untuk menentukan barang tersebut disimpan
diarea mana. Hasil perhitungan dengan barang yang frekuensi pengeluaran dan
pemasukannya lebih sering akan ditempatkan ditempat paling dekat dengan pintu
masuk. Selanjutnya melakukan analisis metode Shared Storage dan membuat
kesimpulan dari analisis tersebut.

36
BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS


IV.1 Pengolahan Data
Penulis melakukan pengolahan data yang di dapat selama melakukan Praktek Lapangan
Kerja (PKL) di PT Pupuk Indonesia Pangan yang akan menjadi acuan untuk melakukan
pembahasan terhadap permasalahan yang akan dibahas dan dianalisis, Dilakukan
pengambilan data di PT Pupuk Indonesia Pangan, data yang diambil merupakan data
permasalahan di unit bagian Divisi Gudang. Dari data ini diketahui bahwa keterlambatan
dalam menangani proses gudang dan jumlah keterlambatan pengambilan barang sangat
mendominasi kerugian perusahaan, jika proses gudang lambat maka proses akan
menghambat proses yang lainnya.

Data Area Gudang PT Pupuk Indonesia Pangan


Luas Gudang 3200 M2
Luas Gudang Yang digunakan 1.440 M2
Panjang 70 M
Lebar 23 M
Tinggi 15 m
A. Ukuran Karung Beras (10Kg)
Beras SIP A 35x55 cm
Beras SIP B 35x55 cm
Beras SIP C 35x55 cm
B. Ukuran Material Handling
Forklift beban 3 ton 280 cm x 130 cm
Total barang yang di simpan 2000 Ton
TABEL IV.1 Data Area Gudang PT Pupuk Indonesia Pangan
Sumber : Pupuk Indonesia Pangan
Dapat dilihat pada tabel IV.1, Luas gudang adalah 3200 M2 dan luas gudang yang digunakan
adalah 1440 M2. Ukuran karung beras SIP A,B,C 10KG adalah 35x55 cm. Lalu ukuran
Forklift dengan beban 3 ton adalah 250 cm x 120 cm. Yang terakhir adalah total barang yang
di simpan di gudang adalah 2000 Ton.

37
Berikut adalah gambar dari produk beras SIP :

Gambar IV.1 Data Bentuk Produk Beras SIP


Sumber : PT Pupuk Indonesia Pangan
Berikut adalah tabel jumlah dan rata-rata permintaan perbulan :
TABEL IV. 2 Data Jumlah dan Rata-Rata Permintaan Perbulan
No Jenis Produk Jumlah Permintaan Jumlah Rata – rata
Perbulan (Kg) Permintaan Per bulan (Kg)
1 SIP A 235.000 78.000
2 SIP B 195.000 65.000
3 SIP C 150.000 50.000
TOTAL 580.000 193.000
Sumber : Olahan Penulis 2023
Dari data tabel IV.2 dapat dilihat bahwa produk SIP A jumlah permintaan perbulannya
adalah 235.000 Kg, sedangkan jumlah rata-rata per bulan adalah 78.000 Kg. SIP B
jumlahnya adalah 195.000 Kg dan 65.000 Kg. SIP C adalah 150.000 Kg dan rata-ratanya
adalah 50.000 Kg. Total dari keseluruhan jumlahnya adalah 580.000 Kg dan Total dari rata-
ratanya adalah 193.000 Kg,
38
Penentuan rata-rata frekuensi pemesanan beras per bulan digunakan untuk mengetuhi berapa
banyak pemesanan untuk tiap-tiap produk dalam 1 bulannya. Rata-rata frekuensi permintaan
per bulan, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini :

TABEL IV.3 Data Frekuensi Pemesana Tiap Jenis Produk Perbulan


No Jenis Produk Frekuensi Permintaan Jumlah Permintaan Per
Perbulan Pesanan
1 SIP A 5 45.500
2 SIP B 4 37.400
3 SIP C 3 31.250
Sumber : Olahan Penulis 2023
IV.I.1 Penjelasan Kondisi Gudang
Pada gudang di perusahaan ini adalah gudang bahan produk jadi yang dimana tempat area
penyimpanannya menyatu dengan proses produksi,sehingga proses penyimpananya harus
sangat baik guna untuk mencapai efektivitas dalam gudang penyimpanan.
Berikut adalah gambar kasar layout pada gudang PT Pupuk Indonesia Pangan :

Gambar IV.2 Layout Gudang PT Pupuk Indonesia Pangan

39
Peraturan pergudangan
Perangkat lunak dari pendirian gudang merupakan peraturan berdasarkan ketentuan
pemerintah dan peraturan yang distandarkan dalam manajemen perusahaan gudang.
Peraturan ini menjadi acuan dalam pengelolaan pergudangan peraturan pemerintah tertuang
dalam (Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia, 2014) menciptakan kepastian
berusaha dan mendorong kelancaran pergudangan. Peraturan yang diperdagangkan di
dalam negeri dan keluar negeri, dalam peraturan ini memuat, antara lain:
1. Ruang lingkup gudang dari beberapa jenis gudang.
2. Setiap gudang diwajibkan memiliki tanda daftar gudang.
3. Pemilik gudang adalah perorangan atau badan usaha yang dikelola sendiri atau disewakan.
4. Pengelompokan gudangan tertutup dibagi atas 4 golongan yaitu; golongan A luas gudang
100 – 1.000 m² dengan kapasitas 360 – 3.000 m², golongan B luas gudang 1.000 – 2.500
m² dengan kapasitas. keputusn manajemen perusahaan dalam persediaan.
Prinsip dasar dalam perancangan tata letak
Pandiangan (2017) menyatakan setiap unsur dalam aktivitas gudang mulai dari penerimaan
sampai dengan pengiriman barang kepada pelanggan mempunyai aliran kerja spesifik,
untuk itu perlu dijaga agar operasinya tidak saling berbenturan satu yang lainnya. Setiap
barang mempunyai spesifikasi ukuran maupun berat dan sifat yang berbeda-beda. Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan untuk mempermudah penyimpanan barang adalah sebagai
berikut:
1. Barang dengan frekuensi pengeluaran yang sering, dapat diletakkan pada lokasi yang mudah
dicapai dan barang yang lambat pendistribusiannya ditempatkan ke lokasi yang ke dalam
gudang.
2. Penempatan barang dapat dilakukan dengan memberikan identitas, yaitu nomor bagian,
lokasi, jenis dll. Pengidentifikasian ini dilakukan untuk penyimpanan barang yang
bervariasi dengan menggunakan sistem data base untuk penginderaan dengan
menggunakan identification radio frequency..
3. Akes ke gudang dibatasi kepada karyawan dengan memahami peraturan pergudangan.
4. Transaksi dokumen harus dilakukan secara teliti dengan memakai manual atau data base.

40
5. Mempersiapkan jalur pergerkan orang, barang maupun peralatan yang digunakan dalam
penyimpanan dan pengambilan barang, jarak pemindah antar barang diupayakan seminimal
mungkin.
6. Membuat informasi yang membantu karyawan dapat melakukan instruksi dalam bentuk
gambar seperti dilarang merokok, rak, petunjuk arah atau tanda larangan lainnya. Hal yang
perlu diperhatikan juga tentang kebersihan, keteraturan pelabelan dan penyimpanan barang
yang kadaluarsa. Apabila terdapat barang yang harus dikemas kembali perlu diperiapkan
lokasi untuk pengemasan kembali.
7. Semua area dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Penentuan Luas Area Penyimpanan Yang Dibutuhkan


Menghitung jumlah ruang penyimpanan yang dibutuhkan dan media penyimpanan
tergantung pada sejumlah besar faktor. Setiap item perlu dievaluasi dan sebagai hasilnya
untuk memutuskan media penyimpanan yang potensial. Setelah menghitung jumlah barang
yang disimpan per lini produk dan mengubahnya menjadi jumlah palet yang perlu disimpan,
berdasarkan lini produk. Juga tergantung pada sifat produk dalam hal berat, mudah rusak
atau tidak dan lain-lain.
Untuk menghemat pemakaian area maka dilakukan penumpukan dengan penyusunan
6x6, dikarenakan dimensi pada produk ini sama hanya nama dan tipe dari produk saja yang
berbeda. Tumpukan di dalam gudang tidak dibuat secara menyatu, melainkan dibuat
perkelompok/blok, dalam satu gudang terdiri 12 blok degan ukuran 9 meter x 6 meter.
Dengan luas area gudang 1440 meter2 . Dilakukan untuk mempermudah dalam menyusun
produk ke area penyimpanan juga untuk menghemat pemanfaatan ruang. Jadi luas 1 area
penyimpanan adalah:

Luas Area Penyimpanan = (5) panjang produk x (5) lebar produk

41
Karung Beras SIP A,B,C
Luas Area Penyimpanan = (5)0,35 m x (5)0,55 m = 4,81 m

Banyaknya area penyimpanan yang dibutuhkan


adalah:
jumlah produk
Kebutuhan area penyimpanan =
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑖 1 𝑎𝑟𝑒𝑎

1. SIP A
2350 pcs
Kebutuhan Area Penyimpanan = = 65 𝑎𝑟𝑒𝑎
36 𝑝𝑐𝑠

Kebutuhan ruang untuk 65 area = 4,81 m2 x 65 area = 312 m2

2. SIP B
1950 pcs
Kebutuhan Area Penyimpanan = = 55 𝑎𝑟𝑒𝑎
36 𝑝𝑐𝑠

Kebutuhan ruang untuk 55 area = 4,81 m2 x 55 area = 265 m2

3. SIP C
1500 pcs
Kebutuhan Area Penyimpanan = = 42 𝑎𝑟𝑒𝑎
36 𝑝𝑐𝑠

Kebutuhan ruang untuk 42 area = 4,81 m2 x 42 area = 202 m2

Total kebutuhan ruang untuk semua produk:


65 + 55 + 42 = 162 Area = 6 Blok
312 m2 + 265 m2 + 202 m2 = 779 m2
Maka daridata produk, membutuhkan ruang untuk 162 area dengan luas
ukuran dimensinya 1440 m2, memenuhi
kebutuhan ruang 779 m2

42
Penentuan Allowance Ruang
Pemanfaatan ruang gang atau allowance untuk menggerakkan material handling
menggunakan forklift sebagai alat angkut produknya.Jadi allowance yang
dibutuhkan berdasarkan kebutuhan untuk jalur sesuai dengan ukuran dimensi
forklift Penentuan luas gang yang ada pada forklift saat membawa produk.

Ukuran Material handling yaitu Forklift adalah dengan Panjang (p) 2,80 m, dan
lebar (l ) 1,30 m.

Diagonal = √2,80 + 1,302 =3,6 m

Dengan mengetahui allowance yang diperlukan maka dapat ditentukan lebar gang
adalah 3,6m.

Jarak dari Pintu Masuk ke Area


Penyimpanan Penempatan area berdasarkan jenis produk yang memiliki rata-rata
frekuensi tertinggi atau produk yang sering keluar didekatkan dengan pintu masuk-
keluar. Jarak tempuh antara produk adalah mulai dari pintu masuk (Input) ke area
penyimpanan lalu ke pintu keluarnya barang untuk pengiriman (output) dengan
perhitungan jarak menggunakan metode euclidean distance. Jarak diukur antara dua
titik. Jarak euclidean dapat diilustrasikan sebagai conveyor lurus yang memotong dua
buah titik dari masing-masing area penyimpanan hingga pintu keluar dengan rumus:

Dij = √(𝑥 − 𝑎)2 + (𝑦 − 𝑏)2 =

Keterangan:
Dij = Jarak slot ij ke titik I/0
x = Titik awal perhitungan I/0 pada sumbu x (horizontal)
a = Jarak titik tengah tujuan terhadap sumbu x
y = Titik awal perhitungan I/0 pada sumbu y (vertical)
b = Jarak titik tengah tujuan terhadap sumbu y

43
SIP A
D1 = √(0 − 15,50)2 + (0 − 3,6)2

= √(240,25) + (12,96)

= √253,21
= 15,9 m

SIP B
D2 = √(0 − 20,50)2 + (0 − 3,6)2

= √(420,25) + (12,96)
= √433,21
= 20,1 m

SIP C
D3 = √(0 − 30,50)2 + (0 − 3,6)2

= √(930,25 + (12.96)
= √943,21
= 30,8 m

TABEL IV.4 Jarak Tempuh Antara Area ke Tempat Penyimpanan


N0 Kode Area Jarak ke Area Penyimpanan
1 A1 15,9 m
2 A2 15,9 m
3 A3 15,9 m
4 B1 20,1 m
5 B2 20,1 m
6 C1 30,8 m
Sumber : Olahan Penulis 2023

44
Dilihat pada tabel II di atas diketahui bahwa keseluruhan jarak antara pintu ke area
penyimpanan produk dan jarak area penyimpanan ke pintu pengiriman sudah dapat
ditentukan, sehingga diketahui tiap-tiap jarak untuk aktifitas bongkar muat agar lebih
efektif dan tidak terjadinya antrian pada saat penyimpanan maupun pengiriman jika
waktu yang bersamaan, sehingga penggunaan pintu dan area penempatan produk
menjadi lebih baik dan teratur. Data diatas menunjukan jarak tempuh antar area ke
tempat penyimpanan yang dimana pada kode area A1,A2,A3 jarak tempuhnya adalah
15,9 m. Pada kode area B1 dan B2 adalah 20,1 m. Yang terakhir adalah kode area C1
adalah 30,8 m. Dalam metode shared storage pengisian area penyimpanan dilakukan
berdasarkan urutan area kosong yang paling dekat dengan pintu masuk. Untuk
mempermudah penempatan maka dilakukan juga pengkodean. Penetapan area yang dari
paling dekat hingga terjauh. Setelah melakukan peletakan area, pengukuran jarak dan
pengkodean berdasarkan jarak terdekat dengan pintu maka tata letak gudang usulan
telah selesai.
Peletakan Area Penyimpanan
Setelah mengetaui kebutuhan ruang yang dibutuhkan maka didapat jumlah area
yang diperoleh luas gudang 1440 m 2 . Maka dapat diatur dengan sedemikian rupa
susunan peletakan area penyimpanan pada gudang berdasarkan data kebutuhan ruang
(lebar gudang dan luas penyimpanan).
Desain peletakan area penyimpanan lama dan area penyimpanan usulan, tergambar
sebagai berikut:

45
Tata Letak Area Penyimpanan lama 1
3200 M2

300m

3m

5m

Gambar IV.2 Gambar Tata Letak Area Penyimpanan Lama


Dapat dilihat pada gambar IV.2, menunjukan bahwa tata letak penyimpanan yang masih
belum optimal,dikarenakan tempat penyimpanan pada gambar layout diatas belum
memaksimalkan ruang dan tempat yang ada,sedangkan luas dari gudang itu sendiri cukup
luas yaitu sebesar 1.440m2. Namun pada gudang PT Pupuk Indonesia Pangan belum
melakukan layouting gudang sehingga tempat penyimpanannya disimpan disembarang
tempat yang dipastikan akan menyulitkan staff gudang dalam mencari barang. Dari gambar
diatas pun menunjukan bahwa belum adanya alur keluar masuk di gudang tersebut,
sedangkan pada gudang tersebut hanya ada satu pintu masuk dan keluar yang dimana jika
tidak adanya petunjuk alur keluar masuk memungkinkan adanya terjadi kecelakaan kerja.

46
Tata Letak Area Penyimpanan Usulan

15m 20m 20m 20m

Gambar IV.3 Gambar Tata Letak Area Penyimpanan Usulan


Hasil dari dua gambar diatas menunjukan bahwa layout gudang usulan terlihat lebih
rapih dan tertata,sehingga saat keluar masuk barang tidak akan terganggu akibat adanya
penumpukan barang, proses produksi pun akan lancar ketika tidak ada hambatan antara ruang
produksi dan ruang penyimpanan. Hasil tersebut dapat meghasilkan tata letak gudang yang
efektif sehingga saat terjadinya banyak permintaan barang tidak terjadi lagi penumpukan
barang secara acak dan menyimpan barang dimana saja, yang dimana sudah ada tempat
tempat yang di sediakan khusus untuk tempat penyimpanan barang.

V.2 Analisis dan Pembahasan


1. Penentuan Luas Area Penyimpanan
Total kebutuhan ruang untuk semua produk:
65 + 55 + 42 = 162 Area = 6 Blok
312 m2 + 265 m2 + 202 m2 = 779 m2
Maka daridata produk, membutuhkan ruang untuk 162 area dengan luas
ukuran dimensinya 1440 m2, memenuhi
kebutuhan ruang 779 m2.Yang dimana Luas area penyimpanan gudang sebelumnya
yaitu hanya sebesar 500m2

47
2. Allowance Ruang
Dengan mengetahui allowance yang diperlukan maka dapat ditentukan lebar gang
adalah 3,6m. Sebelum menggunakan metode shared storage, di area penyimpanan
belum ada lebar Allowance untuk material handling.
3. Jarak Dari Pintu Masuk
SIP A : 15,9m
SIP B : 20,1m
SIP C : 30,8m
Sebelum menghitung menggunakan metode Shared Storage jarak dari pintu masuk ke
barang yang ditempuh masih belum teratur,karena sistem penyimpanannya belum tertata
yang mengharuskan barang tersebut disimpan ditempat yang seharusnya.
Penerapan Metode Shared Storage :
1.Produk yang pertama kali tiba dan yang terlebih dahulu dikirim diletakkan pada area
penyimpanan kosong terdekat dengan pintu (dengan tingkatan dari yang paling dekat
sampai terjauh adalah A, B, kemudian C ).
2. Untuk memudahkan identifikasi produk digudang tidak boleh ada 2 jenis produk atau
lebih terdapat pada 1 area penyimpanan.
3. Standart penumpukan produk maksimal 6 tingkat, dimana pada saat penempatan produk
diletakkan pada slot kosong pada area yang paling dekat kemudian ditumpuk
selanjutnya baru slot yang lain diisi dengan ketentuan yang sama.
Penerapan penyusunan tata letak gudang dengan metode shared storage :
diatur dengan sedemikian rupa susunan tata letak area penyimpanan,gambar tata letak
gudang usulan Berikut ini adalah prosedur penempatan produk,prosedur ini bertujuan agar
penyusunan produk teratur dan proses bongkar muat menjadi mudah sebagai berikut:
1.Produk yang pertama kali tiba dan yang terlebih dahulu dikirim diletakkan pada area
penyimpanan kosong terdekat dengan pintu (dengan tingkatan dari yang paling dekat
sampai terjauh adalah A, B, C,).
2. Untuk memudahkan identifikasi produk digudang tidak boleh ada 2 jenis produk atau
lebih terdapat pada 1 area penyimpanan.

48
3. Standart penumpukan produk maksimal 5 tingkat, dimana pada saat penempatan
produk diletakkan pada slot kosong pada area yang paling dekat kemudian ditumpuk
selanjutnya baru slot yang lain diisi dengan ketentuan yang sama.
Perbandingan hasil dari tata letak usulan dengan yang sebelumnya :
1.Jarak tempuh material handeling untuk tata letak gudang usulan adalah 242,25 m
sedangkan untuk tata letak gudang awal adalah 1242,95 m.
2. Setelah melakukan perhitungan jarak aisle. Jarak Allowance yang sebelumnya tidak
ada,setelah melakukan tata letak ulang menjadi 3,6m
3. Dengan pengaturan mengunakan tata letak ugudang usulan maka akan memperoleh
kemudahan dalam pengecekan barang yang berada di gudang, maka pengaturan
bongkar muat akan lebih mudah karna dapat mengetahui area mana saja yang kosung
untuk di tempati oleh produk dan letak produk yang akan di kirim mudah di
identifikasi.

49
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan pada PT Pupuk Indonesia Pangan dalam program Praktek
Kerja Lapangan/Internship selama 3 bulan pada Divisi Gudang, terdapat beberapa masalah
yang dapat mempengaruhi kinerja gudang, yaitu terjadinya keterlambatan dalam proses
pengambilan barang di gudang.
Penelitian yang di lakukan di PT Pupuk Indonesia pangan pada permasalahan di gudang
ini menggunakan metode Shared Storage. Berdasarkan rumusan masalah yang di gunakan
dalam penelitian ini dapat di Tarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil dari perencanaan usulan tata letak gudang di PT Pupuk Indonesia Pangan
menemukan hasil yang dapat membantu proses usulan tata letak gudang yaitu, Dari
perhitungan menggunakan metode Shared Storage yaitu Satu area blok dilakukan
tingkat pada setiap pallet dengan penyusunan 6 x 6, maka setiap pallet terdiri 36
produk kebutuhan area penyimpanan sebanyak 8 blok, total luas area penyimpanan
sebesar 779𝑚2 , lebar allowence sebesar 3,6𝑚2 ,
2. Analisa hasil pada tata letak penempatan produk usulan menunjukan lebih baik
dibanding cara penempatan yang sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari efektifitas
jarak antar pintu ke area penyimpanan, yakni dari sistem proses penempatan produk
dimana produk yang disimpan pada setiap blok sudah teratur. Sehingga ketika proses
bongkar muat tidak lagi mengakibatkan antrian pada saat penyimpanan maupun
pengiriman produk.

50
V.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh pada pengolahan data serta pembahasan pada bab-
bab sebelumnya, maka saran yang diberikan sebagai bahan pertimbangan bagi PT Pupuk
Indonesia Pangan adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan shared storage sangat baik bila diterapkan di perusahaan bagian gudang,
karena meminimalisasi jarak tempuh forklift dan menghemat biaya operasional material
handling.
2. Luas gudang sudah cukup hanya saja perlu prosedur yang baik saat proses penyimpanan
produk. Perlunya penataan layout untuk setiap ruangan.
3. Perusahaan dapat membuat suatu sistem berbasis aplikasi yang membantu operator
gudang mengetahui secara system berapa barang yang masuk dan keluar. Sehingga saat
barang di simpan di tempat penyimpanan, staff gudang hanya tinggal melihat di system
ada berapa stok barang yang tersedia.

51
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Jauhari, and Tri Pamungkas. 2019. “Perbaikan Tata Letak Gudang Dengan
Menggunakan Metode Shared Storage Pada Perum Bulog Subdivre Karawang.” Jurnal
Media Teknik dan Sistem Industri 3(1): 7.

Helena Sitorus, R. M. (2020). Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Univeritas
Bhayangkara Jakarta Raya. Perbaikan Tata Letak Gudang dengan Metode Dedicated
Storage dan Class Based Storage serta Optimasi Alokasi Pekerjaan Material
Handling di PT. Dua Kuda Indonesia, 87-98.

Husin, S. (2020). Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Maarif Hasyim Latif,
Sidoarjo, Indonesia. PERBAIKAN TATA LETAK GUDANG PRODUK JADIDENGAN
METODE DEDICATED STORAGE, 8-15.

Imelda Agustina, R. V. (2021). Program Studi Manajemen Logistik, Institut Ilmu Sosial dan
Manajemen STIAMI. Analisis Pengaturan Layout Gudang Sparepart Menggunakan
Metode Dedicated Storage di Gudang Bengkel Yamaha Era Motor,53-64.

Delia Meldra, H. M. (2018). Progam Studi Teknik Industri Universitas Putera Batam.
RELAYOUT TATA LETAK GUDANG BARANG DENGAN MENGGUNAKAN
METODE DEDICATED STORAGE, 32-39

Olivia Audrey, W. S. (2019). Program Studi Teknik Industri, Universitas Tarumanagara.


ANALISIS TATA LETAK GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE
DEDICATED STORAGE, 43-48.

Mulyati, Erna, Irpan Numang, and Muchamad Aditya Nurdiansyah. 2020. “Usulan Tata Letak
Gudang Dengan Metode Shared Storage Di PT Agility International Customer PT
Herbalife Indonesia.” Jurnal Logistik Bisnis 10(02): 36–41.

R. Erik Hidayat, B. I. (2019). Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo. Re-Layout Tata Letak Gudang Material Menggunakan
Metode Dedicated Storage Pada Gudang PT ABC, 55-61.

Sugeng, U. M. (2016). Program Studi Teknik Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional
. PERANCANGAN TATA LETAK WAREHOUSE BARU UNTUK MENINGKATKAN
KAPASITAS PENYIMPANAN MATERIAL DENGAN METODE DEDICATED
STORAGE DI PT.XX, 23-28.

Tb Muhamad Arif Aliudin, M. A. (2015). Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng

52
Tirtayasa. Usulan Perbaikan Tata Letak Gudang Produk Drum Oli Menggunakan
Metode Dedicated Storage Di PT XYZ, 1-7.

Noor, Irawan. 2018. “Peningkatan Kapasitas Gudang Dengan Redesign Layout Menggunakan
Metode Shared Storage.” Jurnal JIEOM 1(1): 1. https://ojs.uniska-
bjm.ac.id/index.php/jieom/article/viewFile/1312/1105.

53
LAMPIRAN A

54
LAMPIRAN B

LAMPIRAN C

LAMPIRAN B

55
LAMPIRAN C

56
57
LAMPIRAN D

58
59
60

Anda mungkin juga menyukai