Anda di halaman 1dari 3

Perlindungan hukum di Indonesia terhadap perempuan korban kekerasan

seksual

Pendahuluan
Setiap manusia yang lahir di muka bumi diberikan kekuatan yang
sama besarnya, tidak ada yang lebih kuat ataupun lemah satu sama lain.
Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama besarnya dan sama-sama
berhak untuk dijamin dan dilindungi haknya dari perbuatan kejahatan
manusia manapun. Namun, dalam kehidupan saat ini kekerasan terhadap
perempuan sering terjadi di mana-mana. Kekerasan terhadap perempuan
merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi karena melanggar hak
yang dimiliki oleh perempuaan untuk menikmati dan memperoleh
perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan asasi di segala bidang.
Kekerasan terhadap perempuan terjadi disebabkan oleh adanya sistem tata
nilai di masyarakat yang mendudukkan perempuan sebagai makhluk yang
derajatnya lebih rendah dari laki-laki. Selain itu, perempuan di masyarakat
dipandang sebagai second class citizens. Second class citizens adalah situasi
dimana perempuan dianggap lebih rendah kedudukannya dibandingan laki-
laki. Perempuan dipandang sebagai makhluk lemah yang tidak bisa berdiri
dikakinnya sendiri dan membutuhkan perlindungan dari laki-laki. Hal
tersebut membuat perempuan sangat rentan menjadi korban kejahatan
(victim of crime). Adanya stigmatisasi tersebut terhadap perempuan,
membuat perempuan melakukan pergerakan untuk memperjuangkan hak-
hak mereka agar setara dengan laki-laki. Namun, meskipun terdapat
perbedaan dari dekade yang lalu, diskriminasi terhadap perempuan belum
bisa sepenuhnya disingkirkan di kehidupan masyarakat Indonesia karena
adanya sistem patriarki di masyarakat. Dengan masih adanya diskriminasi
terhadap perempuan dengan kasus kekerasan terhadap perempuan yang
masih banyak hingga saat ini, hak yang ingin diperjuangkan oleh para
perempuan terutama para korban kekerasan perempuan adalah menuntut
penegakkan hukum pidana yang adil dan berjalan sesuai dengan fungsinya.
Istilah kekerasan terhadap perempuan tidak dikenal dalam hukum
Indonesia karena sampai saat ini di Indonesia belum memiliki Undang-
Undang yang secara khusus mengatur tentang penghapusan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan dalam
sistem hukum pidana Indonesia termasuk dalam kejatahan kesusilaan yang
berhubungan dengan masalah seksual. Hal tersebut diatur dalam Buku III
KUHP mulai dari Pasal 281 sampai Pasal 299, seperti: kejahatan dengan
melanggar kesusilaan, kejahatan pornografi, kejahatan pornografi terhadap
orang yang belum dewasa, kejahatan perzinahan, kejahatan perkosaan untuk
bersetubuh dengan perempuan di luar kawin yang umurnya belum 15 tahun,
dan lainnya. Selain itu diatur juga dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
tentang KDRT dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 khususnya dalam
Pasal 5, Pasal 8, dan Pasal 9 yang merupakan hak dari perempuan yang
menjadi korban. Adanya kepastian hukum tersebut bagi korban kekerasan
seksual dianggap masih belum cukup untuk memberikan perlindungan
hukum bagi perempuan. Undang-Undang yang ada masih dianggap belum
sepenuhnya memberikan keadilan bagi korban, karena pelaku dianggap
tidak merasakan dampak trauma mental berkepanjangan seperti yang
dirasakan oleh korban kekerasan. Dalam artikel ini membahas mengenai
perlindungan hukum bagi korban kekerasan seksual di Indonesia.

Kekerasan terhadap perempuan dalam klasifikasinya meliputi


kekerasan fisik, psikis atau secara verbal, dan seksual.

METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
REFERENSI
Ttg perempuan
Kekerasan terhadap perempuan
Perlindungan hukum
Overview perlindungan hukum terhadap perempuan

Anda mungkin juga menyukai