Anda di halaman 1dari 1

Gender dan kekerasan seksual, dua hal yang hingga saat ini masih dipahami setengah hati

oleh sebagian kelompok masyarakat terkhusus di Indonesia. Sebagaimana yang kita tahu bersama
bahwa gender dan seksual mengandung pengertian yang berbeda, jika gender diartikan sebagai
peran sosial masyarakat berdasarkan status jenis kelaminnya, maka seksual merupakan hal yang
mengarah pada karakteristik biologis sebagai laki-laki maupun perempuan. Karena pengertian atau
penggambaran dua hala in berbdda, maka tindakan kriminalitas atas nama kedua hal tersebut juga
berbeda. Kekerasan seksual merupakan suatu bentuk kekerasan yang mengarah atau terpusat pada
seseorang atas dasar jenis kelamin atau seks. Kekerasan atau pelecahan seksual ada yang bersifat
verbal adapula non-verbal, maknanya tindakan semacam ini ada yang dilakukan langsung dengan
aksi sentuh-menyentuh-pemerkosaan misalnya- dapat juga dilakukan dengan lisan. Di indonesia
sendiri, kasus kekerasan seksual tidak lagi dapat dihitung jari. Pelakunyapun tercatat dari kalangan
dewasa hingga anak-anak yang notabenenya masih usia menengah. Sama halnya dengan korban,
tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak bawah umur.
Ketika gelap mata sudah mengerayangi, maka tidak ada lagi hal apapun yang dapat membendung
hasrat untuk melakukan tindakan tidak terpuji tersebut, entah berada di tempat ramai maupun di
tempat yang sepi.

Kemudian beralih ke kekerasan gender, kekerasan gender adalah kekerasan sosial dalam
lapisan masyarakat dimana kontrol kedudukan perempuan selalu berada di bawah laki-laki. Sehingga
menimbulkan ketidakseimbangan fasilitas yang diterima oleh kedua gender. Pada kasus Kartini
misalnya, hanya laki-laki yang berhak menerima pendidikan sedang perempuan dikurung di dalam
rumah mengerjakan seluruh perintah tanpa mendapat hak yang sama dengan laki-laki. Alhasil,
banyak perempuan pada masa itu yang tidak menerima pendidikan sama sekali dikarenakan adanya
kedudukan sosial dalam masyarakat yang memberi perlakuan berbeda atas nama gender.

Penyebab merajalelanya kekerasan ini antara lain sajian tontonan yang menampilkan konten
pornografi dan pornoaksi; kurangnya pendidikan yang diberikan oleh orang tua di rumah;
pemerintah yang tidak menindak tegas secara objektif pelaku kekerasan dan pelaku yang
menyajikan konten tidak wajar tersebut. Alhasil jadilah individu dengan tidak merasa takut
melakukan kekerasan seksual. Padahal, ketika ketiga komponen tersebut menjalankan perannya
masing-masing maka tingkat kriminalitas atas nama kekerasan gender dan seksual dapat
diminimalisir.

Remaja yang memahami perannya di masyarakat, orang tua yang menanamkan pendidikan
moral sejak dini, dan pemerintah yang menindak tegas pelaku dan perilaku kejahatan di masyarakat.
Tentu kita semua harus menyadari bagaimana pentingnya kedudukan kita di masyarakat, sebab
segala tindakan baik tindakan yang memiliki pengaruh besar ataupun pengaruh yang tidak terlalu
besar pasti akan berefek pada kondisi dan situasi dalam kehidupan bermasayarakat. Sebab untuk
menciptakan suasana yang kondusif bagi keberlangsungan hidup, tentulah memerlukan kesadaran
diri yang tinggi bagi setiap elemen yang membangun masyarakat

Anda mungkin juga menyukai