Anda di halaman 1dari 14

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM)


PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I

PENGARUH PUPUK MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN


VEGETATIF TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis jacq)
KERDIL PADA FASE TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM I) DI
AFDELING I KEBUN BARU PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I

NAMA LEMBAGA : PT PERKEBUNAN NUSANTARA I


KECAMATAN : LANGSA BARO
KABUPATEN/KOTA : KOTA LANGSA

OLEH :

NAMA : AMINA FATIYAH HARAHAP


NPM : 2005101050025
JURUSAN/PRODI : AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS : PERTANIAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


NOVEMBER 2022
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................i


DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Tujuan.................................................................................................................2
1.3. Manfaat...............................................................................................................2
1.3. Struktur Organisasi Lokasi Magang ....................................................................3
BAB II. LANDASAN TEORI ...............................................................................................4
2.1. Landasan Teoritis ...............................................................................................4
2.2. Inisiatif Strategi Penyelesaian Masalah ..............................................................5
2.3. Hasil yang Diperoleh dari Pelaksanaan Strategi Inisiatif.....................................6
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................8
3.1. Kesimpulan .........................................................................................................8
3.2. Saran ..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9
LAMPIRAN ........................................................................................................................10
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengaplikasian Pupuk Mikoriza Pada Tanaman Sisipan ...............................10


Lampiran 2. Penimbangan dan Pengaplikasian Pupuk Mikoriza .......................................10
Lampiran 3. Pengukuran Vegetatif Minggu I......................................................................11
Lampiran 4. Pengukuran Vegetatif Minggu II.....................................................................11
Lampiran 5. Pengukuran Vegetatif Minggu III....................................................................11
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jaqc.) adalah tumbuhan daerah tropis yang
tergolong dalam famili palmae. Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas utama
perkebunan Indonesia, kelapa sawit memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hasil
minyak nabati yang dihasikan terbanyak diantara tanaman penghasil minyak nabati
lainnya seperti kedelai, zaitun, kelapa, dan bunga matahari. Kelapa sawit dapat
menghasilkan minyak nabati sebanyak 6 ton/ha, sedangkan tanaman yang lainnya hanya
menghasilkan minyak nabati sebanyak 4 - 4,5 ton/ha (Sunarko (2007).
Elaeis berasal dari kata elaion yang berarti minyak sedangkan nama spesies
guineensis menunjukkan bahwa Jacquin menemukannya di Pantai Guinea, Africa Barat.
Spesies yang merupakan turunan dari Elaeis adalah Elaeis melanococoa yang sekarang
namanya berubah menjadi Elaeis oleifera, dan Elaeis odora. Elaeis guineensis Jacq.
merupakan tanaman kelapa dengan internodus yang pendek. Terdapat duri-duri (pine)
yang pendek pada pangkal daun/pelepah serta pada tandan buah. Letak pelepah daun
yang tidak teratur menunjukkan tanaman kelapa sawit mempunyai karakteristik tersendiri.
Pada tanaman kelapa sawit normal (berumah satu) terdapat bunga jantan dan bunga
betina tetapi kadang-kadang hermaprodit sehingga melakukan penyerbukan sendiri. Buah
kelapa sawit berbentuk berondolan yang berada pada tandan yang besar dan kompak
(Pahan, 2010).
Perkembangan areal tanaman kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan
yang pesat dari tahun ke tahun. Data luas areal pertanaman kelapa sawit terus meningkat.
Luas perkebunan selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari 6,59 juta
ha pada tahun 2006 menjadi 11,3 juta ha pada 2015. Total produksi menurut Direktorat
Jenderal Perkebunan (2016) adalah 31,28 juta ton minyak sawit, atau produktivitas rata-
rata mencapai 3,68 ton ha-1. Hal tersebut menjadikan Indonesia menjadi negara
pengekspor terbesar di dunia (Direktorat Jenderal Perkebunan (2016) menjadikan
Indonesia menjadi negara pengekspor terbesar di dunia.
Melihat besarnya prospek kelapa sawit di Indonesia, maka diperlukan adanya
upaya mengoptimalkan produktivitas untuk meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit.
Sedangkan kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus- menerus bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang
masihsangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara
tersebut harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Kegiatan
pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan
kualitas produk. Sutarta et al. (2003), juga menegaskan bahwa pemupukan yang baik
mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas yang standar sesuai
dengan kelas kesesuaian lahannya.
Menurut Adiwiganda dan Siahaan (1996), pemupukan kelapa sawit bertujuan
menambah unsur-unsur hara yang kurang dipasok tanah, yang diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif yang normal dan produksi Tandan Buah Segar (TBS) yang
optimal. Kebutuhan hara antara Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman
Menghasilkan (TM) tentunya berbeda. Pemupukan pada TBM bertujuan untuk
pertumbuhanvegetatif, sedangkan pada TM bertujuan untuk memproduksi TBS yang
optimal untuk meningkatkan produksi maksimal kelapa sawit, maka dalam pelaksanaan
pemupukan harus mengacu pada lima tepat, yaitu tepat jenis, dosis, waktu, cara, tepat
tempat.
Menurut Lubis (1992), untuk menunjang pertumbuhan bibit kelapa sawit yang
berkualitas, sangat diperlukan pemupukan, salah satunya karena bibit kelapa sawit
memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dan membutuhkan cukup banyak pupuk. Dalam
pengaplikasian pupuk pada bibit kelapa sawit, ternyata memiliki hambatan yang dihadapi,
Selain jumlah pupuk majemuk yang diperlukan banyak juga sulit diperoleh dan mahal.
Penggunaan pupuk anorganik terus-menerus juga dapat merusak lingkungan.
Tanaman kelapa sawit secara umum tumbuh rata-rata 20-25 tahun dan pada tiga
tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini di karenakan kelapa sawit
tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit berbuah pada usia 4-6 tahun dan pada
usia 7-10 tahun sebagai periode matang (the mature periode), dimana pada periode
tersebut mulai mengalami buah tandan segar (Fresh fruit bunch). Tanaman kelapa sawit
pada usia 11-20 tahun mulai mengalami penurunan produksi buah tandan segar dan
terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit akan mati (Suyatno, 1994).
Hama dan penyakit pada kelapa sawit merupakan masalah yang dapat
menimbulkan dampak buruk sehingga produktifitas kelapa sawit dapat menurun secara
drastis, dan tanaman sawit tidak berbuah maksimal maka untuk menghindari hal itu harus
segera dilakukan pengendalian hama penyakit dari tanaman sawit. Metode yang
digunakan dalam pengendalian hama penyakit dari tanaman kelapa sawit adalah dengan
cara menabur pupuk diatas tanah (top dressing), pupuk diberikan dipinggir gundukan
tanah (furrow application), pupuk dibenamkan didalam tanah (sub soil
placement),menyemprotkan pupuk ke daun (nutritional spray) dan memasukkan pupuk
kedalam batang kelapa sawit (stem injection).

1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui keefektifan pupuk mikoriza dalam menunjang pertumbuhan
vegetatif pada tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit kerdil di fase
tanaman belum menghasilkan (TBM I)
2) Pemanfaatan pupuk mikoriza untuk memperkuat akar, serta penyerapan zat hara
yang baik bagi tanaman kerdil.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah untuk menunjang
pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang terserang penyakit kerdil, serta
mikoriza dapat menjadi bahan pencegahan penyakit akar dan memperkuat perakaran
tanaman.

1.4 Struktur Organisasi Lokasi Magang


Struktur Organisasi Manajemen PT. Perkebunan Nusantara 1 Kebun Baru terdapat
manager yang memberikan motivasi kepada bawahannya yang terdiri dari Kepala Tata
Usaha (KTU), Asisten Kepala, dan Asisten Afdeling. Secara lebih rinci Struktur Organisasi
dapat disajikan pada Gambar 1.

Manajer Kebun
Edi Irianto

KTU Asisten Kepala A APU


Asisten Kepala B
Ponimin Zaini Bakri M. Yacob

Asisten 1 Asisten 2 Asisten 3 Asisten 4 Asisten 5 Asisten 6


Irwansyah. N Ahmad firdaus Anton Hedisa Agoung gede Heru Walio Iskandar
Penyusunan Struktur Organisasi PT. Perkebunan I (Persero) Langsa, disesuaikan
menurut kepentingan dan kebutuhan untuk mencapai sasaran yang lebih efektif dan
efisien. Untuk mencapai sasaran tersebut setiap kegiatan yang dilakukan didasarkan
kepada Struktur Organisasi dan uraian tugas, penetapan wewenang dan tanggung jawab
serta penetapan personil. Didalam Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara I
(Persero) terdapat tingkat kegiatan yang berbeda-beda, untuk itu telah ditetapkan
pembagian tugas dan tanggung jawab agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaaan.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing personil dalam Stuktur
Organisasi PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) adalah:
1. Manager
Salah satu fungsi manager adalah memberikan motifasi kepada bawahannya.
Dengan demikian motivasi yang benar maka bawahannya akan bersemangat dalam
pencapaian prestasi memproleh hasil kerja. Tugas pokok seorang manager adalah
menggerakkan serta mengkordinasi manusia, uang, metode, mesin, dan pasar, yang
meliput perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan bertanggung jawab terhadap
kinerja suatu perusahaan.
2. Kepala Tata Usaha (KTU)
Merencanakan persiapan kegiatan pekerjaannya sedemikian rupa sehingga
penerimaan data, laporan dan informasi dari seluruh bagian terkordinasi dengan baik dan
cepat untuk menghasilkan laporan yang tepat waktu dan relevan.
A. Koordinasi
1. Koordinasi dengan Askep dan Asisten dalam administrasi dan rencana
penyusunan anggaran tahunan pabrik.
2. Koordinasi dengan departemen terkait lainnya untuk logistik dan dana.
B. Pelaksanaan.
1. Melaksanakan semua sistem dan prosedur administrasi keuangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan perusahaan.
2. Melaksanakan pemeriksaan rutin ke kantor gudang, bengkel, kamar mesin dan
laboratorium, untuk memastikan bahwa pencatatan dan pelaporan data serta
informasi mengenai produksi, tenaga kerja, persediaan dan pemakaiaan bahan
dan alat-alat, semua surat/dokumen dan bukti transaksi telah diadministrasikan
dengan baik dan benar sesuai prosedur yang berlaku.
Menyusun dan menyiapkan laporan bulanan yang mencakup:
 Laporan Permintaan Dana Operasional.
 Laporan Pertanggungjawaban Dana.
 Laporan Outstanding PP/PO.
 Laporan Rekonsiliasi Bank.
 Laporan Rekening Koran antar Kebun/Pabrik.
 Laporan Keuangan dan Management
3. Asisten Kepala
 Menyusun dan mengevaluasi rencana kerja dan budget operasional kebun.
 Melakukan dan mengawasi kegiatan opersional kebun
4. Asisten Afdeling
Asisten Afdeling bertugas membantu manager dalam mengelola Afdelingnya untuk
mengoptimalkan petensi tanaman terutama dalam mencapai produksi sesuai dengan
target perusahaan.
BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teoritis


Pemupukan pada dasarnya untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman
kelapa sawit sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dangan baik dan mampu
memproduksi buah dengan maksimal dan menghasilkan minyak yang berkualitas. Untuk
meningkatkan produksi kelapa sawit, maka dalam pelaksanaan pemupukan harus
mengacu pada 5T yaitu, tepat dosis, tepat waktu, tepat jenis tepat cara dan tepat kualitas
(Gustiawan, 2015).
Pemupukan dengan cara menyebarkan pupuk di sekitar piringan dinilai cukup
efisien akan tetapi efektifitasnya relatif rendah karena pupuk yang tersebar rentan akan
mengalami penguapan. Aplikasi pupuk dengan cara membenampaknya di daerah
perakaran akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyerapan unsur pupuk oleh
tanaman dan selanjutnya meningkatkan produktifitas tanaman, menghemat kualitas
aplikasi pupuk, dan mengurangi pencemaran lingkungan.
Hama dan penyakit pada kelapa sawit merupakan masalah yang dapat
menimbulkan dampak buruk sehingga produktifitas kelapa sawit dapat menurun secara
drastis, dan tanaman sawit tidak berbuah maksimal maka untuk menghindari hal itu harus
segera dilakukan pengendalian hama penyakit dari tanaman sawit. Metode yang
digunakan dalam pengendalian hama penyakit dari tanaman kelapa sawit adalah dengan
cara menabur pupuk diatas tanah (top dressing), pupuk diberikan dipinggir gundukan
tanah (furrow application), pupuk dibenamkan didalam tanah (sub soil
placement),menyemprotkan pupuk ke daun (nutritional spray) dan memasukkan pupuk
kedalam batang kelapa sawit (stem injection).
Tanah yang selalu diberikan pupuk kimia berkepanjangan mengakibatkan bagian
akar tanaman menjadi rusak akibat unsur hara yang tertinggal, akibat akar tanaman rusak
sehingga penyerapan unsur hara yang dibutuhkan tidak terpenuhi sehingga pertumbuhan
tanaman akan terganggu. Produktivitas akan menurun dan biaya produksi meningkat.
Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan akan mengakibatkan tanah menjadi asam
,berkembangnya Jamur, bakteri dan penyakit yang akan merusak tanaman. Oleh karena
itu pemupukan secara berimbang sangatlah dianjurkan kepada petani untuk memperoleh
hasil yan maksimal. Sehingga diperlukan penanggulangan bagi tanah yang sudah
mengalami kerusakan dengan cara pemberian pupuk organik dan pupuk-pupuk penetral
tanah lainnya (Sopianto, 2015).
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dimana tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan minyak makanan,
minyak industri, bahan farmasi, maupun bahan bakar nabati (Ebongue dan Paul, 2012).
Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit harus terus ditingkatkan tanpa merusak unsur hara
tanah dengan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan.
Produktivitas tanah sebagai daya dukung terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman di atasnya dapat menurun akibat rendahnya kesuburan tanah. Apabila kondisi
seperti ini tidak diatasi akan terjadi levelling off, yaitu kondisi dimana pertambahan input
hara tidak lagi mampu meningkatkan produksi tanaman. Peningkatan pemakaian pupuk
buatan dan pestisida terkadang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Seiring dengan
berkembangnya kesadaran tentang pertanian berkelanjutan, makin disadari pentingnya
pemanfaatan bahan organik dalam pengelolaan hara di dalam tanah (Hartoyo et al.,
2011).
2.2 Inisiatif Strategi Penyelesaian Masalah
Penggunaan pupuk Mikoriza Penggunaan pupuk hayati mikoriza merupakan salah
satu solusi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
dalam rangka meningkatkan produktivitas tanah. Pupuk hayati adalah pupuk yang
mengandung mikroba dan bermanfaat untuk membantu pertumbuhan tanaman.
Mikoriza adalah asosiasi mutualistik antara fungi dan akar tanaman yang
membentuk struktur simbiotik. Melalui simbiosis dengan tanaman, mikoriza berperan
penting dalam pertumbuhan tanaman, perlindungan penyakit, dan peningkatan kualitas
tanah. Dengan demikian, mikoriza sangat berperan dalam produktivitas tanaman. Salah
satu golongan mikoriza yang digunakan adalah Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). FMA
tergolong ke dalam ordo Glomales dan dapat ditumbuhkan pada akar tanaman hidup.
FMA adalah jenis mikroba tanah yang mempunyai kontribusi penting dalam kesuburan
tanah dengan jalan meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur hara,
seperti fosfat (P), kalsium (Ca), natrium (N), mangan (Mn), kalium (K), magnesium (Mg),
tembaga (Cu), dan air. Hal ini disebabkan karena kolonisasi FMA pada akar tanaman
dapat memperluas bidang penyerapan akar dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh
dan berkembang melalui bulu–bulu akar. Hifa yang terdapat pada tanaman inang akan
membantu mendekatkan unsur hara dari zona rhizosfer pada tanaman inang, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi lebih cepat (Talanca, 2010).
Fungsi mikoriza arbuskula (FMA) merupakan salah satu dari sekian banyak jenis
makhluk hidup yang mampu bersimbiosis dengan makhluk hidup lainnya. Simbiosis ini
berguna dan saling menguntungkan terhadap kedua makhluk hidup tersebut. FMA
merupakan salah satu tipe asosiasi mikoriza dengan akar tanaman. FMA ini dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan,
meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-
lahan marginal yang kurang subur atau bekas tambang/industri (Delvian, 2006).
Potensi yang dimiliki FMA tersebut menunjukkan bahwa kehadiran FMA pada
tanaman mampu meningkatkan serapan hara, air dan mineral lainnya dari dalam tanah.
Keterbatasan akar tanaman dalam menyerap unsur hara dibantu oleh kehadiran FMA
pada tanaman. Jenis FMA pada tiap-tiap tanaman berbeda, tergantung dari jenis
tanamannya. Hal ini menunjukkan kekhasan FMA pada tiap-tiap jenis tanaman. Seperti
halnya dengan mikroorganisme lain, FMA juga mempunyai factor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
Ketidakseimbangan penggunaan pupuk kimia dari tahun ke tahun menyebabkan
tanah pada suatu waktu meskipun dilakukan penambahan unsur hara makro, mikro dan
zat pengatur tumbuh, produksi yang dihasilkan tetap tidak seimbang, dengan pemakaian
pupuk kimia. Oleh karena itu dengan kemampuan FMA yang meningkatkan serapan hara
bagi tanaman ini dapat menjadikan FMA sebagai salah satu pupuk hayati. Mikoriza
meningkatkan pertumbuhan tanaman pada tingkat kesuburan tanah yang rendah, lahan
terdegradasi dan membantu memperluas fungsi sistem perakaran dalam memperoleh
nutrisi.
Penelitian yang dilakukan adalah mengaplikasikan pupuk mikoriza pada tanaman
kelapa sawit yang terkena penyakit kerdil di Afdeling I pada fase TBM I (Tanaman Belum
Menghasilkan) dengan mengamati pertumbuhan vegetatif pada tanaman kelapa sawit
yang kerdil tersebut. Tanaman yang diamati terdiri atas dua tanaman dengan umur yang
sama yaitu, 10 bulan. tanaman percobaannya adalah tanaman kelapa sawit normal yang
tidak diberi pupuk dengan tanaman kelapa sawit kerdil yang diberi pupuk mikoriza dengan
merek dagang Mycovir. Dengan prameter pengamatan vegetatif yaitu, tinggi tanaman,
panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun pada masing-masing tanaman percobaan.
Cara pengaplikasian pupuk hayati mikoriza ini dengan membuat lubang melingkar
yang cukup dalam pada bagian tanah dekat dengan akar tanaman, kemudian ditutup atau
ditumpukkan lagi dengan tanah tersebut. Dosis yang digunkan untuk tanaman perkebunan
kelapa sawit adalah 150 gram/pokok. Setelah itu ukur prameter pengamatan vegetatif.
Pengamatan ini dilakukan selama 3 minggu dari tanggal 21 Oktober – 7 November.
Berikut ini adalah tabel penamatan pertumbuhan vegetatif tanaman kelapa sawit normal
yang tidak diberikan pupuk mikoriza dan tanaman kelapa sawit kerdil yang diberikan
pupuk mikoriza.

Tabel 1. Pengamatan Minggu 1


Prameter pengamatan
No Tanaman percobaan
TT PD LD JD

1 Tanaman normal 192 cm 50 cm 2 cm 96 helai


2 Tanaman kerdil 81 cm 42 cm 1,8 cm 89 helai

Tabel 1. Pengamatan Minggu 2


Prameter pengamatan
No Tanaman percobaan
TT PD LD JD

1 Tanaman normal 195 cm 50 cm 2 cm 96 helai


2 Tanaman kerdil 83 cm 42 cm 1,8 cm 90 cm

Tabel 1. Pengamatan Minggu 3


Prameter pengamatan
No Tanaman percobaan
TT PD LD JD

1 Tanaman normal 195 cm 53 cm 2,5 cm 102 helai


2 Tanaman kerdil 83 cm 45 cm 2 cm 90 helai

Keterangan :
1. TT : Tinggi Tanaman
2. PD : Panjang Daun
3. LD : Lebar Daun
4. JD : Jumlah Daun

2.3 Hasil Yang Diperoleh dari Pelaksanaan Strategi Inisiatif


Penyebab tanaman kerdil salah satunya dikarenakan perolehan nutrisi yang tidak
seimbang pada tanaman dan kondisi tanah yang tidak subur diakibatkan kurangnya
pemberian hara (pupuk organik dan hayati) serta pengolahan tanah yang tidak maksimal.
Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba dan bermanfaat untuk
membantu pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman akan nutrisi hara dalam tanah itu
spesifik. Oleh karena itu, pembuatan pupuk yang terbuat dari tanaman ini sekarang
dikembangkan dengan sifat yang spesifik.
Kebutuhan utama nutrisi tanaman adalah nitrogen, fosfat, dan kalium yang mampu
memacu pertumbuhan tanaman. Kini produk pupuk hayati ada yang berbentuk tunggal
dan majemuk, yang terdiri atas dua atau lebih jenis mikroba yang umumnya disebut
sebagai konsorsia mikroba.
Pupuk hayati mikoriza adalah cendawan/jamur yang mampu bersimbiosis dengan
tumbuhan dan biasanya pada akar tanaman, untuk meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap patogen serta meningkatkan laju pertumbuhan. Istilah umum terkait dengan
mikoriza antara lain adalah spora, hifa, dan simbiosis mutualisme.
Pemberian Mikoriza pada pembibitan sangatlah penting karena Mycorrhiza hidup
bersimbiosis mutualisme (saling menguntungkan) dengan akar tanaman, dimana Mikoriza
mendapatkan energi dari eksudat yang dihasilkan akar sehingga jamur lain yang
berbahaya tidak dapat lagi hidup dan sebagai tempat melengkapi daur hidupnya.
Pentingnya penggunaan Mycorrhiza pada tanaman, karena fungsi utama Mikoriza itu
sendiri adalah meningkatkan penyerapan unsur hara. Umumnya akar hanya dapat
menyerap unsur hara dalam bentuk yang tersedia lingkungan disekitar akar (rhyzosfer).
Selain itu, Mikoriza bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan unsur hara,
terutama fosfat, dengan cara mengeluarkan enzimfosfatase dan asam-asam organik,
khususnya oksalat yang dapat membantu membebaskan fosfat yang terjerap dalam
tanah. Pada dasarnya Mikoriza dapat membantu mengatasi masalah ketersediaan fosfat
melalui dua cara, pengaruh langsung melalui jalinan hifa eksternal yang diproduksinya
secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya
dalam menyerap unsur hara dan air dan pengaruh tidak langsung, dimana mikoriza dapat
memodifikasi fisiologis akar sehingga dapat mengeksresikan asam-asam organik dan
fosfatase asam ke dalam tanah. Sehingga dapat diketahui dari penelitian ini
pengaplikasian mikoriza dapat membantu pertumbuhan tanaman kelapa sawit yang kerdil.
Jika diteliti lebih lanjut dari proses simbiosis Mikoriza dengan akar telah terjadi,
maka akan menghambat jamur lain untuk tumbuh di akar tersebut, dikarenakan Mikoriza
adalah jenis jamur antagonis. Oleh karena itu tidaklah heran jika Mikoriza banyak
digunakan oleh para pelaku perkebunan kelapa sawit. Tujuannya untuk menghambat
hingga memproteksi sawit dari serangan jamur mematikan (Ganoderma sp) yang hingga
saat ini merupakan penyakit mematikan nomor satu di perkebunan sawit.
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian pengaplikasian pupuk mikoriza pada tanaman
kelapa sawit yang kerdil, sebagai berikut :
1. Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroba dan bermanfaat untuk
membantu pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman akan nutrisi hara dalam
tanah itu spesifik.
2. Pupuk hayati mikoriza adalah cendawan/jamur yang mampu bersimbiosis
(Mutualisme)dengan tumbuhan dan biasanya pada akar tanaman, untuk
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen serta meningkatkan laju
pertumbuhan.
3. Salah satu faktor penyebab tanaman kerdil perolehan nutrisi yang tidak
seimbang pada tanaman dan kondisi tanah yang tidak subur diakibatkan
kurangnya pemberian hara.
4. Pemberian mikoriza pada tanaman dapat memperkuat akar dari hama dan
penyakit.
5. Penggunaan pupuk Mikoriza sudah banyak dianjurkan oleh para peneliti.

3.2 Saran
Adapun saran dari penulis adalah sebaiknya jika ingin mengaplikasikan pupuk
hayati Mikoriza untuk tanaman kelapa sawit pada fase bibitan saat pemindahan Pre
Nursery ke dalam polybag Main Nursery. Dan saat sisipan (Transplanting) pemindahan
bibit dari lahan pembibitan ke lahan perkebunan agar mengurangi stress pada akar.
DAFTAR PUSTAKA

Delvian. 2006. Peranan Ekologi dan Agronomi Cendawan Arbuskula Mikoriza. Karya Tulis.
Medan. Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan.
Ebongue, G.F.N, dan K. Paul. 2012. Control Approaches against Vascular Wilt Disease of
Elaeis guineensis Jacq. Caused by Fusarium oxysporum f. sp. elaeidis. Journal of
Biology and Life Science 3(1) : 160-173.
Gustiawan. 2015. Desain dan Manufaktur Mekanisme Pelubang Tanah Menggunakan
Sistem Tunggal untuk Pemupukan Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hartanto H. 2011. Sukses Besar Budidaya Kelapa Sawit. Cetakan I. Citra Media
Publishing, Yogyakarta.
Palm Oil Plantation Consultan . 2010. Pupuk Majemuk untuk Bibit Sawit di Pre Nursery.
http://www.palmplantations.com.au/palm-oil plantation.htm. Diakses tanggal 05 September
2016.
Sopianto, M. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengaplikasian Pupuk Mikoriza Pada Tanaman Sisipan

Gambar 2. Penimbangan dan Pengaplikasian Pupuk Mikoriza


Gambar 3. Pengukuran Vegetatif Minggu I

Gambar 4. Pengukuran Vegetatif Minggu II

Gambar 5. Pengukuran Vegetatif Minggu III

Anda mungkin juga menyukai