Kuliah pengabdian masyarakat adalah salah satu dari tiga hal penting yang ada pada tri
dharma perguruan tinggi yang harus dilaksanakan serta dikembangkan guna meningkatkan
jiwa social mahasiswa dalam lingkup masyarakat. Ditahun 2022 ini IAIN Ponorogo
melaksanakan program KPM ini serentak di 5 kecamatan yang ada di Ponorogo. Begitupun
dengan kecamatan Bungkal yang menjadi salah satu lokasi pelaksanaan KPM, tepatnya
berada di desa Munggu Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo yang dilaksanakan pada
tanggal 4 juli 2022 sampai tanggal 12 agustus 2022. Desa Munggu itu sendiri sebenarnya
terbagi menjadi beberapa dusun dengan kondisi geografis yang berbeda beda, dusun
sumberejo dan bungur menjadi lokasi yang berada paling atas dari desa ini dengan askses
jalan yang cukup sulit pula. Namun, pada pelaksanaan KPM ini peneliti memilih dusun
munung dan ngemplak sebagai target pengabdian. Lokasi ini dipilih sebagai tempat
pelaksanaan KPM karena ada beberapa hal di desa yang memiliki potensi untuk
dikembangkan namun belum terlaksana karena ada kendala dalam proses pelaksanaannya.
Kendala tersebut kebanyakan berkaitan dengan Sumber Daya Manusia yang ada di desa
Munggu ini.
Masa awal sebelum kami menjalankan kegiatan KPM ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan. Setelah pembagian kelompok, penulis dan teman teman satu kelompok tersebut
sempat beberapa kali melakukan pertemuan. Pada pertemuan itu kami membahas mengenai
apa saja yang perlu kami lakukan terlebih dahulu sebelum kami berangkat menuju lokasi
KPM yaitu desa munggu. Kami juga membahas mengenai perkiraan awal proker yang akan
dibuat didesa itu, kemudian rincian anggaran yang akan dibutuhkan pada kegiatan KPM, serta
peralatan dan juga perlengkapan yang akan dibawa menuju desa munggu.
Di awal kedatangan anggota KPM, kami diarahkan oleh bapak kamituwo menuju
salah satu rumah warga yang bisa dijadikan sebagai tempat bermukim atau posko untuk
peserta KPM. Namun, lokasi pertama yang dituju merupakan rumah tua dengan kondisi fisik
yang tidak terawatt karena sudah ditinggalkan oleh pemilik rumah hampir selama 10 tahun.
Beberapa teman merasa bahwa rumah tersebut tidak layak untuk ditinggali sehingga anggota
kelompok memutuskan untuk meminta tempat tinggal yang lain kepada bapak kamituwo.
Akhirnya kami mencari tempat bermukim lain yang ternyata lokasinya tidak jauh dari lokasi
awal. Rumah tersebut dirasa masih sangat layak untuk dihuni karena tersedianya berbagai
fasilitas seperti, kamar, kasur, kipas, kulkas serta ada 2 lantai sehingga cukup luas untuk
menampung 21 anggota kelompok 39.
Minggu pertama, seluruh anggota kpm mulai menempati posko yang telah dibersihkan
di hari sebelumnya, disini sebagian peserta juga mewakili anggota kelompok untuk
menghadiri pembukaan di kampus dan juga di kecamatan. Disini penulis mendapat tugas
untuk mnghadiri pembukaan di kecamatan. Selain itu anggota kelompok 39 juga mulai
melakukan observasi terkait potensi potensi yang ada di Desa Munggu, kami melakukan
observasi dengan cara bertanya kepada warga sekitar serta melakukan pengamatan secara
langsung keberadaan potensi yang telah dijelaskan oleh masyarakat sekitar.
Menurut data yang dipaparkan oleh salah satu warga yang ada di Munggu, ada
beberapa hal yang bisa dikembangkan agar lebih tertata dan terstruktur. Salah satu asset yang
menjanjikan adalah Pendidikan. Populasi SDM yang ada di Munggu khususnya anak anak
jumlahnya cukup banyak, sehingga sebagai Langkah pertama dari mahasiswa untuk mengabdi
adalah dengan melakukan pemetaan asset khususnya Pendidikan yang potensial untuk
dikembangkan. Setelah itu masih di minggu yang sama, anggota KPM mulai mendatangi
lokasi lokasi yang dimaksud, diantaranya SDN Munggu 1, TK Dharma Wanita, TPA An-
Ni’mah, TPA Lansia Al- Maniatul Mubarak, TPA Munung.
Seminggu kami mengajar disana, kami sedikit kesulitan karena anak anak tidak
menerima materi yang kami berikan dengan baik. Mungkin salah satu faktornya karena
kedekatan antara teman teman anggota KPM dengan anak anak yang belum terjalin dengan
akrab. Sehingga kami memutuskan untuk membuat strategi baru agar pembelajaran kami
dapat diterima oleh anak anak. Salah satu strateginya adalah membangun hubungan kami
dengan anak anak lebih dekat lagi dengan cara mengajak bermain di posko dan sedikit
berbagi cerita sehingga mereka bisa lebih nyaman dengan keberadaan teman teman KPM.
Minggu kedua kami berada disini kebetulan bertepatan dengan hari raya Idul adha,
sehingga agenda dari kelompok 39 berfokus untuk membantu memeriahkan hari tersebut. Di
malam takbir kami membagi kelompok untuk hadir di mushola – mushola sekitar dan
melakukan takbiran disana. Penulis melakukan takbiran di mushola sebelah barat dari posko
39. Namun sayangnya antusias warga dan anak anak disana di malam takbir kurang begitu
besar hanya sedikit saja yang hadir dan melakukan takbiran bersama disana. Keesokan
harinya, kami dari kelompok 39 melakukan sholat Ied bersama dan salah satu dari anggota
kelompok diminta warga untuk mengisi khotbah sholat idul adha disana. Selepas sholat jumat
hanya sebagian dari anggota kelompok yang ikut membantu pemotongan hewan kurban, hal
ini dikarenakan jumlah hewan yang dikurbankan cukup sedikit yaitu hanya 2 ekor kambing.
Minggu ketiga, di minggu ini kegiatan dari kelompok 39 mulai padat diantaranya pada
bidang sosial penulis dan beberapa perwakilan anggota kelompok ikut berpartisipasi
membantu kegiatan posyandu. Kami mendatangkan bu lutfiana selaku dosen pembimbing
lapangan dari kelompok 39 untuk mengisi materi pada kegiatan posyandu tersebut. Kemudian
di bidang pendidikan, seluruh tempat yang dituju mulai aktif dan berjalan semuanya, seperti
sekolah SD dan TK yang sudah mulai masuk kembali setelah beberapa minggu libur.
Kemudian untuk TPA berdasarkan hasil dari perencanaan awal, penulis menambah materi
berupa latihan hadroh untuk anak anak di mushola tersebut. Di minggu ini pula, bimbingan
belajar untuk anak anak SD mulai berjalan, walaupun antusias dari anak anak di awal les
belum begitu banyak.
Pada beberapa kesempatan teman teman sesekali sharing pengalaman dan juga cerita
cerita yang ada di desa munggu, menurut salah satu warga yang bernama Pak Wito, beliau
menceritakan banyak hal tentang desa munggu ini, beliau juga menyarankan teman teman
untuk membuatkan ornamen kaligrafi di mushola – mushola yang ada di desa munggu.
dengan adanya saran – saran yang didapat dari paparan warga munggu biasanya akan dibahas
lagi dan didiskusikan lagi pada rapat evaluasi kelompok yang biasanya di laksanakan setiap
malam hari setelah semua kegiatan harian telah dilaksanakan. Di rapat evaluasi tersebut
berbagai kegiatan yang telah dilakukan dilaporkan serta jika ada kendala maupun saran disana
akan dibahas dan dicari solusi terbaik atas permasalahan yang ada.
Minggu keempat kelompok 39 di munggu diisi dengan kegiatan yang tak jauh berbeda
dengan minggu sebelumnya. Kegiatan TPA tetap betrjalan seperti biasanya namun dengan
tembahan beberapa perubahan. Salah satu perubahannya terletak dari pembuatan buku
prestasi untuk TPA lansia yang ada di Mushola Al-Maniatul Mubarak. Dengan adanya buku
prestasi tersebut diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam belajar mengaji.
Masyarakat juga merasa senang karena keberadaan buku prestasi tersebut. Di minggu ini pula
terjadi beberapa perubahan tugas, penulis yang awalnya hanya bertanggung jawab terhadap
pengajaran di mushola munung mendapat tambahan tugas untuk mengajar di TK karena
kekurangan tenaga pengajar. Faktor lain yang menyebabkan perubahan formasi pengajaran ini
adalah karena kegiatan SD berupa lomba di kecamatan yang akhirnya perlu tambahan
personil untuk melatih anak – anak SD yang akan lomba tersebut.
Di minggu – minggu akhir kami berada disini, kami mulai memikirkan untuk
membuat suatu acara yang dapat diterima masyarakat dan juga sebagai bentuk perpisahan dari
mahasiswa kepada masyarakat di desa munggu. awalnya kami berdiskusi dengan kelompok
mono disiplin yang berada satu desa dengan kelompok kami, tujuannnya adalah untuk
berkoordinasi maslah kegiatan penutupan serta mengajak membuat suatu acara secara
bersama agar acara menjadi meriah. Namun, koordinasi kami tidak berjalan dengan baik
sehingga memutuskan untuk membuat acara sendiri – sendiri.
Minggu keenam atau minggu terakhir kami disini, kami memutuskan untuk membuat
suatu acara yaitu perlombaan dan juga pengajian akbar. Awalnya kami juga berkoordinasi
dengan pejabat desa untuk bekerja sama dalam membuat lomba 17 agustus di desa munggu
sehingga anggaran pembuatan lomba bisa lebih besar dan csakupan peserta juga besar pula.
Namun, pemerintah desa tidak bisa banyak membantu di acara tersebut. Menurut salah satu
pejabat desa mengatakan bahwa kegiatan perlombaan dan pengajiaan dibuat sederhana saja
karena tidak ada anggaran dari pemerintah desa. Akhirnya kami tetap menjalankan kegiatan
terakhir kami disini yaitu perlombaan dengan beberapa jenis perlombaan yaitu lomba
kelereng, lomba memasukan paku ke dalam botol, lomba mencari karet, dan yang terakhir
lomba estafet air. Walaupun lomba yang kami buat cukup sederhana namun tidak mengurangi
antusias masyarakat khususnya anak anak untuk mengikuti lomba ini.
Setelah pengajian berakhir juga menjadi penanda bahwa kegiatan kami disana juga
berakhir. Ada beberapa perubahan selama kami di sana diantaranya metode belajar di
berbagai TPA yang tidak lagi sesederhana dulu. Kini lebih terstruktur dan terkonsep karena
kurikulum yang kami buat. Sebenarnya kami juga ingin mengadakan kaderisasi tenaga
pengajar untuk TPA tersebut namun renacana tersebut belum bisa terealisasi karena waktu
yang tersisa tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Di akhir cerita KPM ini ada banyak sekali pengalaman dan juga cerita mulai dari
cerita suka maupun duka. Salah satu pengalaman berharga yang didapat oleh penulis adalah
ketika mengajar di TK dan juga di TPA yang ternyata tidak segampang yang dibayangkan.
Menghadapi murid yang sangat aktif membuat tenaga terkuras banyak sekali serta juga
mempengaruhi mood kita dalam melakukan sesuatu. Dari sini saya sangat salut kepada para
tenaga pengajar TK yang walau dihadapkan dengan kebisingan dan kenakalan anak anak TK
namun masih tetap profesional dan menjalankan tugasnya sebagai tenaga pengajar. Hal ini
juga mengingatkan penulis terhadap guru TK nya dulu, ternyata seperti ini yang dirasakan
beliau dulu ketika mengajar.
Terlepas dari itu semua, ada satu hal yang sangat berat untuk ditinggalkan dari
kegiatan KPM ini. Hal tersebut adalah kekeluargaan yang sudah sangat baik terjalin antar
sesama anggota, kami sudah sangat dekat bahkan terlihat seperti sudah kenal betrtahun tahun
padahal kebanyakan dari kami baru kenal kurang dari 2 bulan. Kebersamaan ketika
menyelesaikan segala sesuatu memiliki cerita yang sangat berkesan di hati kami semua.
Bahkan, saat hari terakhir kami berada disana banyak teman teman yang manngis bersedih
karena sebentar lagi akan berpisah. Keluarga ini mungkin akan menjadi salah satu keluarga
yang akan selalu berkesan sampai kapanpun. Segala drama telah termaafkan di akhir
pertemuan, kami semua saling bersalam salaman pertanda perpisahan semakin dekat. Semoga
kami dipertemukan lagi di kesempatan berikutnya. Amiiin.