Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT An.

V R UMUR 4 TAHUN
4 BULAN DENGAN MALARIA TROPIKA DAN FEBRIS DI
POLIK UMUM PUSKESMAS WARARI
KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN

Oleh;

Nama: FRICE FERONIKA RAWAR


Nim : 202006090174

PROGRAM STUDY D IV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS KADIRI
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT A . V R UMUR 4 TAHUN DENGAN


MALARIA TROPIKA DAN FEBRIS DI POLIK UMUM PUSKESMAS WARARI
KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN a a aa a a:

Nama : Frice Feronika Rawar


Nim : 202006090174

Telah disahkan pada tanggal : .

Pembimbing Intitusi Pembimbing Lahan

WENI TRI P, SST, M.Kes .


TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang balita

1. Balita

a. Pengertian

Balita adalah anak dengan usia di bawah 5 tahun dengan

karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-

1 tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2x berat badan

lahir, dan 3x berat badan lahir pada umur 1 tahun dan menjadi

4x pada umur 2 tahun (Septiari, 2012).

Anak Balita adalah anak yang berusia antara 1-5 tahun

(Sudarmoko, 2013).

Menurut Penulis, balita adalah anak yang menginjak usia 1

sampai 5 tahun dengan karekteristik pertumbuhan dan

perkembangan.

b. Tahapan Tumbuh Kembang Balita

Manggiasih (2016) mengelompokkan tahapan tumbuh kembang

balita sebagai berikut :

1) Umur 12-15 bulan

a) Berjalan naik dan turun tangga.

b) Berjalan sambil berjinjit.

c) Menangkap dan melempar bola


d) Menyebut nama bagian tubuh.

e) Melakukan pembicaraan.

2) Umur 15-18 bulan

a) Bermain di luar rumah.

b) Bermain air.

c) Menendang bola.

d) Bercerita tentang gambar di buku / majalah.

e) Permainan telepon-teleponan.

f) Menyebut berbagai barang.

3) Umur 18-24 bulan

a) Melompat.

b) Melatih keseimbangan tubuh.

c) Mendorong permainan dengan kaki.

d) Melihat acara televisi.

e) Mengerjakan perintah sederhana.

f) Berbicara tentang apa yang dilihatnya.

4) Umur 24-36 bulan

a) Latihan menghadapi rintangan.

5) Melompat jauh.

a) Melempar dan menangkap bola besar.

b) Menyebut nama lengkap anak.

c) Berbicara tentang diri anak.

d) Menyebut berbagai jenis pakaian.


6) Umur 36-48 bulan

a) Menangkap bola kecil dan melemparkan kembali.

b) Berjalan mengikuti garis lurus.

c) Melompat dengan satu kaki.

d) Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran / majalah

e) Bercerita mengenai dirinya.

f) Bercerita melalui album foto.

7) Umur 48-60 bulan

a) Lomba karung.

b) Main engklek.

c) Melompat tali.

d) Belajar mengingat-ingat

e) Mengenal angka.

f) Mengenal huruf dan simbol.

g) Mengenal musim.

h) Membaca majalah.

c. Gangguan Kesehatan Pada Balita

Menurut sudarmoko (2013), penyakit pada balita sebagai berikut :

1) Alergi/biduran

2) Asma

3) Batuk

4) Cacar air

5) Cacingan
6) Campak

7) Demam

8) Diare

9) Defisiensi Gizi

10) Influenza

11) Kejang Demam

12) Mimisan

13) Sakit Kuning

2. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite plasmodium.
Ada 4 jenis penyakit malaria yang sering terjadi, teman teman yaitu
Malaria tropika,malaria tertiana, malaria Quartana, malaria Ovale. Keempat
Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasite plasmodium yang berbeda
Beda . Salah satu penyakit malaria yang ditakuti adalah malaria tropika.
Malaria tropika disebabkan oleh parasite yang Bernama Plasmodium
Falciparum.
Salah satu species nyamuk Anopheles yang paling sering membawa parasite
Penyebab Malaria Tropika
penyebab malaria tropika adalah Anopheles gambie.
Malaria tropika biasanya menjangkit penduduk didaerah tropis dan sub tropis
Malaria tropika juga dikenal dengan sebutan malaria tertiana maligna atau
Malaria falcifarum. Parasit plasmodium falcifarum yang jadi penyebab
malaria tropika ini dibawa oleh nyamuk anopheles.
Parasit plasmodium falcifarum ini akan masuk ke sel darah merah seseorang
yang digigit nyamuk anopheles yang terinfeksi.
Secara umum ada beberapa gejala yang terjadi pada penyakit malaria adalah
Demam, mual, muntah, menggigil, sakit kepala, diare dan nyeri sendi.

3.Febris

d. Pengertian

Febris adalah meningkatnya temperatur tubuh secara


abnormal (Suriadi dan Yuliani, 2006).

Febris dapat di definisikan dengan suatu keadaan suhu

tubuh di atas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur

suhu di hipotalamus yang di pengaruhi oleh interleukin-1

(Sodikin, 2012).

Febris adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh di atas

normal, yaitu diatas 380C (Riandita, 2012).

Febris adalah salah satu keluhan yang paling sering di

kemukakan, yang terdapat pada berbagai penyakit baik infeksi

maupun non-infeksi (Matondang dkk, 2013).

Febris adalah meningkatnya suhu tubuh di atas 380C yang

terdapat pada berbagai penyakit.


e. Etiologi

Zat yang menyebabkan febris adalah pirogen. Ada dua

jenis pirogen yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pirogen eksogen

berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk merangsang

interleukin-1. Sedangkan pirogen endogen berasal dari dalam

tubuh dan memiliki kemampuan untuk merangsang febris dengan

mempengaruhi kerja pusat pengatur suhu di hipotalamus (Sodikin,

2012).

Dilihat dari faktor penyebabnya, febris bisa dibedakan

menjadi dua. Pertama, febris sebagai akibat dari suatu infeksi oleh

kuman, virus, parasit, atau mikroorganisme lain. Kedua, febris

yang di sebabkan oleh faktor non infeksi antara lain faktor alergi,

dehidrasi pada anak. Febris hanya bisa disebabkan oleh alergi

terhadap benda-benda tertentu seperti serbuk sari dari pohon,

ilalang, rumput, bulu binatang, debu rumah dan jamur (Sudarmoko,

2013).

f. Patofisiologi

Febris dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap

pirogen. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan

jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit

pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel

ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan

zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh (zat pirogen


leukosit/pirogen endogen). Mekanisme febris terlihat jelas pada

saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan

febris dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8

10 menit (Sodikin, 2012).

Febris sering kali dikaitkan dengan adanya gangguan pada

set point hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin atau

tumor (Sudarmoko, 2013). Sewaktu febris berlangsung, akan

terlihat berbagai gejala klinis tergantung dari fase febris nya. Ada 3

fase yang terjadi selama febris berlangsung, yaitu :

1) Fase I ( awitan dingin atau menggigil )

Pada fase awal ini febris akan disertai dengan :

a) Peningkatan denyut jantung.

b) Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan.

c) Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.

d) Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi.

e) Merasakan sensasi dingin.

f) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi.

g) Rambut kulit berdiri.

h) Pengeluaran keringat berlebihan.

i) Peningkatan suhu tubuh.

2) Fase II ( proses febris )

a) Proses menggigil hilang

b) Kulit terasa hangat (panas).


c) Merasa tidak panas (dingin).

d) Peningkatan nadi dan laju pernafasan.

e) Peningkatan rasa haus.

f) Dehidrasi ringan sampai berat.

g) Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf.

h) Kehilangan nafsu makan ( bila demam memanjang )

3) Fase III ( pemulihan )

Saat fase pemulihan maka akan disertai :

a) Kulit tampak merah dan hangat.

b) Berkeringat.

c) Mengigil ringan.

d) Kemungkinan mengalami dehidrasi.

4) Manifestasi klinis febris

Menurut Suriadi, Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) gejala

demam sebagai berikut :

5) Peningkatan suhu tubuh di atas rentang normal (>380C)

6) Menggigil.

7) Berkeringat.

8) Gelisah atau lethargy

9) Tidak ada nafsu makan

10) Nadi dan pernapasan cepat.

11) Kejang
g. Komplikasi febris

Komplikasi yang akan terjadi pada demam menurut Suriadi dan

Yuliani (2006), yaitu :

1) Kejang.

2) Risiko persisten bakteremia.

3) Risiko meningitis.

4) Risiko ke arah keseriusan penyakit.

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan Yuliani (2006) dan

Sodikin (2012) sebagai berikut :

1) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.

2) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

3) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang

tipis.

4) Monitor temperatur secara ketat.

5) Hindari kompres alkohol dan air es.

6) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :

a) Menyiapkan air hangat

b) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan

mengkompresnya di daerah dahi, dada, dan ketiak.

c) Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit

kering ).

7) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal


Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :

1) Beri satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang

untuk demam 38,5 0C

2) Obati penyebab lain dari demam

3) Nasihati kapan kembali segera

4) Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

5) Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian

lebih lanjut

2. Dehidrasi

a. Klasifikasi tingkat dehidrasi pada anak menurut WHO (2009),

adalah sebagai berikut :

1) Dehidrasi berat

Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini :

a) Latergis/ tidak sadar

b) Mata cekung

c) Tidak bisa minum atau malas minum

d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat ( 2 detik)

2) Dehidrasi sedang

Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini :

a) Rewel, gelisah

b) Mata cekung

c) Minum dengan lahap, haus


d) Cubitan kulit kembali lambat

3) Tanpa dehidrasi

Tidak terdapat cukup tanda utuk diklasifikasikan sebagai

dehidrasi sedang atau berat

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien (Maryunani, 2016).

2. Proses Asuhan Kebidanan

Adapun tujuh langkah proses manajemen menurut Rismalinda (2014) :

a. Langkah I : Pengkajian

Mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi

pasien. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat, pemeriksaan

fisik sesuai indikasi, meninjau kembali proses perkembangan

keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan

meninjau kembali data hasil laboratorium dan laporan penelitian

terkait secara singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua

data yanng berasal dari semua sumber informasi yang berkaitan

dengan kondisi pasien (Varney, 2007). Pengkajian balita dengan

febris antara lain :


1) Identitas

Merupakan bagian yang paling penting untuk memastikan

bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang dimaksud, dan

tidak keliru dengan anak lain (Matondang dkk, 2013). Identitas

tersebut meliputi :

a) Nama Bayi atau Balita

Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan

lengkap ( nama depan, nama tengah (bila ada), nama

keluarga, dan nama panggilan akrabnya.

b) Umur

Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat

ditanyakan ataupun dilihat dari Kartu Menuju Sehat atau

kartu pemeriksaan kesehatan lainnya. Usia anak diperlukan

untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis pada

anak tersebut normal sesuai dengan umurnya.

c) Jenis Kelamin

Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas

juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-

nilai baku, insidens seks, penyakit-penyakit terangkai seks.

d) Anak ke

Dikaji untuk mengetahui jumlah saudara pasien.


e) Nama Orangtua

Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan

jelas agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak

sekali nama yang sama. Bila ada, titel yang bersangkutan

harus disertakan.

f) Umur

Dikaji untuk mengetahui umur orang tua.

g) Suku Bangsa

Memantapkan identitas seseorang tentang kesehatan dan

penyakit.

h) Agama

Data tentang agama juga memantapkan identitas; di samping

itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering

berhubungan dengan agama. Kebiasaan, kepercayaan dan

tradisi dapat menunjang namun tidak jarang dapat

menghambat perilaku hidup sehat.

i) Pendidikan orangtua

Tingkat pendidikan orangtua juga berperan dalam pendekatan

selanjutnya, misalnya dalam pemeriksaan penunjang dan

penentuan tata laksana pasien selanjutnya.

j) Pekerjaan orangtua

Menggambarkan keakurataan data yang akan diperoleh serta

dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis.


k) Alamat

Tempat tinggal pasien harus ditulikan dengan jelas dan

lengkap, dengan nomor rumah, nama jalan, RT,RW,

kelurahan dan kecamatannya, serta bila ada nomor

teleponnya. Kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan

agar sewaktu-waktu dapat dihubungi, misalnya bila pasien

menjadi sangat gawat, atau perlu tindakan operasi segera,

atau perlu pembelian obat/alat yang tidak tersedia di rumah

sakit, dan lain sebagainya.

2) Anamnesa (Data Subjekif)

Anamnesa adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan

wawancara (Matondang dkk, 2013).

a) Keluhan Utama

Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan

pasien dibawa berobat. Perlu diperhatikan bahwa keluhan

utama tidak selalu merupakan keluhan yeng pertama

disampaikan oleh orangtua pasien, hal ini terutama pada

orangtua yang pendidikannya rendah, yang kurang dapat

mengemukakan esensi masalah (Matondang dkk, 2013). Pada

kasus febris keluhan yang dirasakan balita biasanya sedikit

rewel, cenderung emosional, susah minum, nafsu makan

berkurang (Sudarmoko, 2013).


b) Riwayat kesehatan yang lalu

Riwayat kesehatan yang lalu yang harus di periksa menurut

Matondang, dkk (2013) :

(1) Imunisasi

Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun

imunisasi ulangan (booster) harus secara rutin di

tanyakan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik

yang diperoleh mungkin dapat membantu diagnosis pada

beberapa keadaan tertentu.

(2) Riwayat kesehatan keluarga atau menurun

Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat

untuk memperoleh gambaran keadaan sosial-ekonimi-

budaya dan kesehatan keluarga pasien.

(3) Riwayat penyakit yang lalu

Mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum

terdapat keluhan sampai ia di bawa berobat .

(4) Riwayat penyakit sekarang

Perlu diketahui keadaan atau penyakit yang berkaitan

dengan penyakit sekrang. Perlu ditanyakan dengan teliti

termasuk jenis keluhan, waktu keluhan,

perkembangannya, dan responnya terhadap pengobatan

yang diberikan.
c) Riwayat sosial

(1) Siapa yang mengasuh balita

(2) Hubungan pasien dengan anggota keluarga yaitu ibu,

ayah serta anggota keluarga yang lain.

(3) Hubungan dengan teman sebaya dilingkungan sekitar

rumah.

(4) Perlu di upayakan untuk mengetahui terdapatnya

masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa

masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif, hingga di

perlukan kebijakan dan kearifan dalam pendekatannya.

(Matondang dkk, 2013).

d) Riwayat pertumbuhan

Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita dapat

ditelaah dari kurva berat badan terhadap umur dan panjang

badan terhadap umur (Matondang dkk, 2013).

e) Riwayat perkembangan

Status perkembangan pasien perlu ditelaah secara rinci untuk

mengetahui apakah semua tahapan perkembangan dilalui

dengan mulus atau terdapat penyimpangan (Matondang dkk,

2013).
f) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Pola nutrisi

Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan

dapat diperoleh keterangan tentang makanan yang

dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek

(beberapa waktu sebelum sakit), maupun jangka panjang

(sejak bayi). Kemudian dinilai apakah kualitas dan

kuantitasnya adekuat, yaitu memenuhi angka kecukupan

gizi (AKG) yang dianjurkan (Matondang dkk, 2013).

Pada kasus balita dengan febris anak susah makan dan

minum (Sudarmoko, 2013).

(2) Pola istirahat atau tidur

Untuk mengetahui berapa lama anak tidur siang dan tidur

malam (Walyani, 2015).

(3) Pola hygiene

Untuk mengetahui berapa kali anak mandi dalam sehari

karena untuk mengetahui kebersihan anak tersebut

(Walyani, 2015).

(4) Pola aktivitas

Pengkajian mengenai bagaimana pola aktivitas pasien

(Walyani, 2015).
(5) Pola eliminasi

Untuk mengetahui berapa banyak anak BAB dan

BAK dalam sehari (Walyani, 2015).

3) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi tiap tanda-tanda

keluhan balita (Walyani, 2015).

a) Status Generalis

(1) Keadaan umum bayi/balita meliputi :

Kesan keadaan sakit, kesadaran dan kesan status gizi

(Matondang dkk, 2013).

(2) Kesadaran

Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai Composmentis,

apatik, delirium,somnolen, sopor, dan koma. Pada kasus

anak dengan febris kesadaran apatis (Matondang dkk,

2013).

(3) Tanda-tanda vital meliputi :

(a) Denyut Nadi

Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat

ekstermitas, penilaian nadi harus mancakup :

frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas serta

ekualitas nadi. Pada kasus balita dengan febris

terjadi takikardia yaitu laju denyut nadi yang lebih

cepat dari normal (Matondang dkk, 2013).


(b) Pernafasan

Menilai laju pernafasan, irama atau keteraturan,

kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Pada

kasus balita dengan febris terjadi pernafasan yang

lebih cepat dari normal (Matondang dkk, 2013).

(c) Suhu

Suhu tubuh dapat sedikit meningkat apabila anak

menangis, setelah makan, setelah bermain, dan

ansietas (Matondang,dkk,2013). Pada kasus balita

febris adalah suhu tubuh di atas normal, yaitu diatas

380C (Riandita, 2012).

(4) Antropometri

(a) Lingkar Kepala

Pada anak berumur 1-5 tahun, LILA saja sudah

dapat menunjukkan status gizi (Matondang dkk,

2013).

(b) Lingkar Dada

Untuk menilai bentuk dan besar dada, kesimetrisan,

gerakan dada, deformitas penonjolan,

pembengkakan, dan kelainan lain (Muslihatun dkk,

2009).
(c) Panjang Badan

Untuk mengetahui status nutrisi dan pertumbuhan

fisik anak (Matondang dkk, 2013).

(d) Berat Badan

Untuk menilai apakah ada masalah dalam

pemenuhan nutrisi pada anak (Matondang dkk,

2013).

b) Pemeriksaan Sistematis

Menurut Muslihatun dkk (2009) meliputi :

(1) Kepala : Untuk menilai lingkar kepala dan

ubun-ubun.

(a) Muka : Untuk menilai kesimetrisan muka

dan pembengkakan.

(b) Mata : Untuk menilai conjungtiva, kornea

dan sklera.

(c) Telinga : Untuk menilai telinga bagian luar

yaitu bentuk, besar dan posisi daun

telinga.

(d) Hidung : Untuk menilai bentuk dan adanya

epistaksis.

(e) Mulut : Untuk menilai labioskisis, odema

dan keadaan guzi.


(2) Leher : Untuk menilai tekanan vena

jugularis, massa pada leher dan

pembesaran kelenjar tiroid.

(3) Dada : Untuk menilai bentuk, benjolan

dan kesimetrisan.

(4) Perut : Untuk ukuran, bentuk, peristaltik

usus dan suara bising.

(5) Ekstermitas : Kaji kesejajaran tubuh,

kesimetrisan, rentang gerak,

pembengkakan, kemerahan dan

nyeri tekan.

(6) Anogenital

(a) Perempuan : Kaji tahap perkembangan seksual

dan pengeluaran cairan.

(b) Laki-laki : Kaji ukuran, bentuk, peradangan

testis dan skrotum.

(c) Anus : Adakah haemoroid pada anus.

c) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium

dalam arti luas adalah setiap pemeriksaan yang dilakukan di

luar pemeriksaan fisik (Matondang dkk, 2013). Pada kasus

febris pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah


pemeriksaan hematologi (pemeriksaan darah) diperlukan jika

demam pada anak lebih dari tiga hari (Sodikin, 2012).

b. Langakah II : Interpretasi Data

Bermula dari data dasar menginterpretasi data untuk kemudian

diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan

perawatan kesehatan yang identifikasi khusus (Varney, 2007).

1) Diagnosis kebidanan

Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh

profesi (bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan

memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis

kebidanan (Rismalinda, 2014).

Data dasar :

a) Data Subjektif

Pengkajian data yang diperoleh dengan anamnesis,

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien

(Rismalinda, 2014).

b) Data Objektif

Data berasal dari hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostik lainnya (Rismalinda, 2014).

2) Masalah

Masalah digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan

seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.


Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian (Walyani,

2015). Kasus balita dengan febris masalah yang timbul adalah

balita susah minum dan nafsu makan berkurang (Sudarmoko,

2013).

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapat

dengan melakukan analisa data (Varney, 2007). Kebutuhan

pada balita dengan febris adalah memberikan cairan oral yang

adekuat serta peningkatan pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk

balita (Suriadi dan Yuliani, 2006).

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan

masalah dan diagnosis saat ini berkenan dengan tindakan antisipasi,

pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada

penuh, dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin

muncul (Varney, 2007). Pada kasus balita dengan febris diagnosa

potensial terjadi kejang demam (Sodikin, 2012).

d. Langkah IV : Antisipasi atau Tindakan Segera

Mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang

tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan

prenatal periodik (Varney, 2007). Pada kasus balita dengan kejang

demamkolaborasi dengan Dokter Spesialis Anak dalam pemberian


diazepam intervena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg BB, dengan dosis

maksimal 20 mg dan diazepam per rektal dengan dosis 5 mg

(<10kg), dosis 10 mg (>10 kg) diberikan perlahan-lahan dengan

kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit (Sihaloho,

2015).

e. Langkah V : Rencana Tindakan

Mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh

ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya

(Varney, 2007). Perencanaan febris menurut Suriadi dan Yuliani

(2006) dan Sodikin (2012) sebagai berikut :

1) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.

2) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

3) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang

tipis.

4) Monitor temperatur secara ketat.

5) Hindari kompres alkohol dan air es.

6) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :

a) Menyiapkan air hangat

b) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan

mengkompresnya di daerah dahi, dada, dan ketiak.

c) Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit

kering ).

7) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal


Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :

6) Beri satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam hilang

untuk demam 38,5 0C

7) Obati penyebab lain dari demam

8) Nasihati kapan kembali segera

9) Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

10) Jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK untuk penilaian

lebih lanjut

a) Langkah VI : Pelaksanaan

Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Langkah ini

dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau tim anggota

kesehatan yang lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri,

bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi

benar-benar dilakukan. Penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan

Yuliani (2006) dan Sodikin (2012) sebagai berikut :

1) Pemberian terapi antipiretik dan antibiotik sesuai program.

2) Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

3) Pakaian yang di gunakan anak baiknya dengan pakaian yang

tipis.

4) Monitor temperatur secara ketat.

5) Hindari kompres alkohol dan air es.

6) Kompres hangat ( Tepid Water Sponge ) dengan cara :


a) Menyiapkan air hangat

b) Mencelupkan waslap atau handuk kecil ke waskom dan

mengkompresnya di daerah dahi, dada, dan ketiak.

c) Melakukan tindakan di atas beberapa kali (setelah kulit

kering ).

7) Menghentikan prosedur bila suhu tubuh mendekati normal

Penatalaksanaan Febris menurut Kemenkes RI (2015) dalam buku

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) sebagai berikut :

1) Memberi satu dosis paracetamol setiap 6 jam sampai demam

hilang untuk demam 38,5 0C

2) Mengobati penyebab lain dari demam

3) Menasihati kapan kembali segera

4) Menganjurkan kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

5) Menganjurkan jika demam berlanjut lebih dari 7 hari, RUJUK

untuk penilaian lebih lanjut

d) Laksana VII : Evaluasi

Merupakan tindakan untuk memeriksa apakah perawatan yang

dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi

kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua

tentang masalah, diagnosis maupun kebutuhan perawatan

kesehatan (Varney, 2007).


Hasil evaluasi yang diharapkan menurut Suriadi dan Yuliani (2006)

sebagai berikut :

1) Keadaan umum baik

2) Panas turun

3) Tidak terjadi kejang


DATA PERKEMBANGAN

Menurut Yulifah dan Surachmindari (2014) data perkembangan digunakan

untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses

berpikir sistematis, di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Subjektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesis (Langkah I Varney).

Objektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan

(Langkah I Varney).

Assessment : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu

identifikasi :

1) Diagnosis/masalah

2) Antisipasis diagnosis/masalah potensial.

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter/konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (Langkah

II, III, dan IV Varney).

Planing : Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi

dan perencanaan berdasarkan hasil assessment (Langkah V,

VI dan VII Varney).


ASUHAN KEBIDANAN ANAK SAKIT PADA An. V R DENGAN MALARIA
TROPIKA DAN FEBRIS DI POLI UMUM PUSKESMAS WARARI
KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN

Tanggal masuk : 21 April 2021 Jam : 10:00 Wit


No Register : 00 01 58

I. PENGKAJIAN

A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata

Nama Klien : An. V R


Umur : 4 Tahun,4 BLN

Nama Ayah : Ny. S.P Nama Ibu : Tn. E.F.R


Umur : 33 Umur : 42
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Penghasilan : Rp. 3.200.000,- Penghasilan : 1.100.000,-
Alamat : Jln. Samratulangi - Alamat : Jln.Samratulangi -
Serui Serui

2. Alasan datang
Ibu mengatakan anaknya panas,Kepala sakit, mual,tidak ada napsu
makan,rewel.

3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah batuk dan pilek.
b. Penyakit sekarang
Demam,sakit kepala
c. Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan kelurga tidak memiliki penyakit menular dan kronis
seperti TBC, Asma, Diabetes dan HIV.
d. Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas yang lalu
Anak
Tgl/Bln/Th Tempat Jenis Penyulit Usia
No Penolong J BB PB Nifas
Persalinan Persalinan Persalinan kehamilan Anak
K
1. 16/07/201 RSUD SC Dokter oligo P 3500 49 Normal 4
7 thn,
4bln
2. 15/10/201 RSUD SC Dokter oligo L 3200 48 Normal 2
9 Thn

4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
Tinggi anak meningkat dan berat badan anak meningkat

b. Perkembangan
Motorik : Naik turu tangga tanpa peganggan dan sudah bisa
menulis linkaran
Adaptif : Sudah bisa melakukan aktifitas sendiri
Bahasa : Sudah bisa memahami perkataan dan penjelasan orang
dewasa
Social personal : Anak sudah bisa merasakan seperti senang dan sedih

5. Riwayat Psikososial
Hubungan anak dengan kelurga baik

6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi yang didapat :
HB : 4-4-2017 DPT HB 1: 5-6-2017 DPT HB 2: 5-7-2017 DPT HB 3: 5-8-2017 Campak : 5-1-2018
BCG : 2-5-2017 Polio1 : 4-4-2017 Polio2 : 5-6-2017 Polio3 : 5-7-2017

Reaksi setelah pemberian imunisasi : Tidak ada

7. Pola kebiasaan sehari-hari


Nutrisi : Sebelum sakit makan tiga kali sehari dan setelah sakit nafsu
makan berkurang
Eliminasi : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya BAB 1 kali sehari
konsistensi lembek, dan selama sakit anaknya BAB 1 kali tadi
pagi konsistensi agak keras.
Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya BAK 6 sampai 7 kali
sehari warna jernih dan selama sakit anaknya BAK 5 kali warna
kuning bau khas urine.

Istirahat : Tidur siang sebelum sakit 2 jam dan sesudah sakit tidur siang
kurang dari 1 jam
Tidur malam sebelum sakit tidur 8 sampai 9 jam setelah sakit
tidur 7 sampai 8 jam

Aktivitas : ibu mengatakan sebelum sakit anaknya sering bermain dengan teman
sebayanya dan selama sakit tidak mau bermain dan hanya ingin digendong.
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum :
TTV :
Nadi : 115 x/menit
RR : 36
Suhu : 38,9°C
BB : 15,5 Kg
PB : 96 Cm
Lila : 16 Cm
Lika : 49 Cm
b. Pemeriksaan Khusus
1. Inspeksi
Kepala : Bersih
Rambut : Rambut keriting berwarna hitam
Wajah : Agak pucat
Mata : Kelopak mata cekung, simetris, conjungtiva berwarna
merah muda dan skelera sedikit merah
Hidung : Simetris dan tidak ada benjolan
Telinga : Simetris dan tidak ada serumen
Mulut : Lidah sedikit kotor dan bibir kering
Leher : Tidak ada benjolan dan tidak ada kelainan
Dada : Simetris, bunyi nafas teratur dan tidak ada retraksi
Abdomen : Tidak ada benjolan dan sedikit kembung
Genitalia : Normal
Ekstremitas : Simetris, tidak oedema, tidak ada kelainan baik tangan dan
kaki bisa digerakkan

c. Palpasi
UUK : Normal
UUB : Normal
Turgor : Kulit terasa panas

d. Pemeriksaan Penunjang
Cek darah
DDR : Negatif
HB : 13 gr %

II. INTERPRETASI DATA

Tanggal : 21 April 2021 .Pukul : 10.05 Wit

A. DIAGNOSA KEBIDANAN

An. V R umur 4 tahun 4 bln jenis kelamin perempuan dengan Malaria


tropika , febris

Data Dasar

DS:

1. Ibu mengatakan anaknya berumur 4 tahun 4 bln

2. Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya karena badannya

panas sejak kemarin sore tanggal 20 April 2021, rewel, tidak mau

makan dan minum sedikit.

DO:

1. Keadaan umum : Cukup

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : N : 115x/menit, R: 36 x/menit, S: 38,90C

4. BB : 15,5 kg

5. Muka : Agak pucat

6. Mulut : lidah kotor dan bibir kering

7. Anak terlihat rewel

Analisas Data : Anak dengan demam


III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL

1. Potensial terjadinya kejang


2. Potensial terjadinya dehidrasi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

KIE Kepada ibu :


1. Lakukan pengompresan dengan air hangat untuk menurukan suhu tubuh

V. INTERVENSI

Diagnosa : Anak dengan demam,sakit kepala

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 15 menit di harapkan dapat


mengurangi kecemasan orang tua dan keadaan anak membaik serta tidak terjadi
komplikasi.

Kriteria hasil :
1. Kecemasan ibu berkurang
2. KU anak membaik
3. TTV batas normal
Suhu : 36 0C 37,50C
Nadi : 120 160x/Menit
RR : 36 60x/Menit

Intervensi :
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan anaknya.
R : Dengan melakukan pendekatan pada ibu dan anaknya diharapkan terjalin
kerja sama dengan petugas.
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R : Dengan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu diharapkan ibu dapat
mengetahui keadaan anaknya.

3. Anjurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat


R : Dengan mengajurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat
diharapkan mempercepat proses penurunan panas.

4. Anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih


R : Dengan menganjurkan ibu untuk memberikan anaknya banyak minum
diharapkan untuk mencegah terjadinya dehidrasi karena banyak kehilangan
cairan lewat keringat.

5. Berikan terapi obat-obatan


R : Dengan memberikan terapi obat-obatan maka dapat cepat memproses
penyembuhan anak.
VI. IMPLEMENTASI
Diagnosa : Anak dengan demam,sakit kepala
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan anaknya
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
3. Anjurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat
4. Anjurkan ibu untuk memberikan banyak minum air putih
5. Berikan terapi obat-obatan
Amoxilen 3x1
Parasetamol 3x1
OAM 3 tab ( 1x1 tab/hari ) selama 3 hari
VII. EVALUASI
Diagnosa : Anak dengan demam
Tanggal, 21 April 2021 Jam : 10:16 Wit
S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan petugas
O : Ibu mengangguk
A : Anak dengan demam,Kepala sakit
P : Lanjutkan rencana
Anjurkan ibu untuk memberikan obat pada anak secara teratur
Kembali 3 hari lagi jika demam anak belum turun

DAFTAR PUSTAKA
Ardinasari E, 2016. Buku Pintar Mencegah & Mengobati Penyakit Bayi & Anak.
Jakarta : Penerbit Bestari
Arikunto, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Atika, Dyah P.D. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit An. A Umur 3 Tahun
dengan Febris di BPM Al-Firdaus Kismoyoso Ngemplak Boyolali. KTI
DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Dinkes Kabupaten Karanganyar, 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Karanganyar
Tahun 2014. Karanganyar : Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar
Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2014. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah
Tahun 2014. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Hidayat, 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Anallisis Data. Jakarta :
Salemba Medika
Kemenkes RI. 2015. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
.Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Manggiasih V.A, Jaya P, 2016. Buku ajarAsuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi,
Balita Dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV. Trans Info Media
Maryunani, 2016. Manajemen Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Medika
Matondang C.S, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, 2013. Diagnosis Fisis Pada Anak,
Edisi 5. Jakarta : PT Sagung Seto
Muslihatun W.N, Mufdlilah, Setiyawati N, 2009. Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta : Fitramaya
Notoatmodjo S, 2010. Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi. Jakarta : Rineka
Cipta
Riandita A, 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam
Dengan Pengelolaan Demam Pada Anak. Jurnal Kedokteran 2012.
Universitas Diponegoro. Semarang

Anda mungkin juga menyukai