Anda di halaman 1dari 23

Pid.I.A.

PUTUSAN SELA
Nomor PDM-130/Eoh.2/08/2018/PN.Mlg

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA


Pengadilan Negeri Malang yang mengadili perkara pidana dengan
acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama, menjatuhkan putusan sela
sebagai berikut dalam perkara Terdakwa;
1. Nama lengkap : AQILA KANYANATASYA;
2. Tempat lahir : Kisaran;
3. Umur/tanggal lahir : 21 tahun/30 September 1998;
4. Jenis kelamin : Perempuan;
5. Kebangsaan : Indonesia;
6. Tempat tinggal : Jalan Kenangan nomor 10 kota Kisaran;
7. Agama : Hindu;
8. Pekerjaan : Mahasiswa;

Terdakwa ditahan dalam LAPAS Perempuan Kelas IIA Malang oleh :


1. Terdakwa ditahan oleh Penyidik sejak tanggal 25 Januari 2019 sampai
dengan tanggal 13 Februari 2019;
2. Terdakwa ditahan oleh Penyidik, Perpanjangan oleh Penuntut Umum
sejak tanggal 13 Februari 2019 sampai 24 Maret 2019;
3. Terdakwa ditahan oleh Penuntut Umum sejak 24 Maret 2019 – 12 April
2019.

Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukum “FELI NATHA &


Partners”, yang beralamat di jalan Soekarno Hatta nomor 65A
Kecamatan Lowokwaru Kota Malang, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor 16/SK-Khusus/FeliNathaPartners/VI/2018 tertanggal
20 Januari 2018;

Pengadilan Negeri tersebut;


Setelah membaca:
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Malang Nomor 102/Pid.Sus/2018/PN
Mlg tanggal 24 Agustus 2018 tentang penunjukan Majelis Hakim;
- - Penetapan Majelis Hakim Nomor 105/Pid.Sus/2018/PN Mlg tanggal 26
Agustus 2018 tentang penetapan hari sidang;
- - Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;;

Setelah mendengar pembacaan Surat Dakwaan Penuntut


Umum

Setelah mendengar pembacaan Keberatan dari Terdakwa, Penasihat


Hukum Terdakwa dan pendapat dari Penuntut Umum

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh


Penuntut Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai
berikut:

PRIMAIR
--------- Bahwa ia  TERDAKWA bernama AQILA KANYANATASYA
bersama-sama dengan BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah), pada tanggal 21 Oktober 2018 sampai
dengan tanggal  22 Oktober 2018 atau setidak-tidaknya pada waktu-
waktu tertentu pada bulan Oktober 2018, bertempat di kediaman
KORBAN yang beralamat di Jalan Jembawan No. 2, Kota Malang
atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Malang yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara ini, mereka yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan dengan
sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain. Perbuatan tersebut dilakukan TERDAKWA dengan cara-cara
antara lain sebagai berikut :--------------------------------------------------------
 Bahwa berawal pada tanggal 5 Oktober 2018, KORBAN yang
merupakan teman TERDAKWA menyebarkan rumor buruk terkait
TERDAKWA, sehingga TERDAKWA merasa sakit hati dan berencana
untuk membunuh KORBAN.  
 Bahwa pada hari yang sama pukul 14.10 WIB, TERDAKWA
menuliskan keinginan dan rencananya untuk membunuh KORBAN di
dalam buku hariannya, dengan ini terlampir, “Hari ini aku kesel
banget, karena Tasya udah bikin namaku jelek di depan banyak
orang. Jelas aku gak terima dong! Enak aja Tasya bisa giniin aku!
Habis ini aku bakal kirim kamu ke liang lahat. Tunggu aja tanggal
mainnya!”
 Bahwa pada hari Minggu tanggal 7 Oktober 2018, TERDAKWA
mengakses aplikasi pencarian Google dengan riwayat pencarian
dangan kata kunci “Hal hal yang mengakibatkan kematian”. 
 Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2018, TERDAKWA
kembali diberikan perlakuan yang kasar oleh KORBAN, BENNY
APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah),
AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA berupa kekerasan fisik dan
cacian di depan umum karena TERDAKWA tidak mengindahkan
perintah KORBAN untuk mengerjakan tugas tugasnya.
 Bahwa pada hari Kamis tanggal 11 Oktober 2018 pukul 12.00 WIB,
TERDAKWA pergi ke Mini Market Bravo yang berlokasi di Jalan
Diponegoro No. 1 Kota Malang untuk membeli sebilah silet, dan
sepotong tali tampar yang akan digunakannya untuk melancarkan
rencana pembunuhannya pada KORBAN.
 Bahwa pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2018 bertempat di
kantin Fakultas Kedokteran Universitas Reformasi, yang berlokasi di
Jalan Tower Ebola no. 69, Kota Malang pada sekitar pukul 11.00 WIB
atau waktu waktu lain, TERDAKWA ditampar oleh KORBAN
sebanyak dua kali dikarenakan TERDAKWA secara tidak sengaja
menumpahkan makanan, sehingga mengotori baju KORBAN. 
 Bahwa pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018, KORBAN terlibat
pertikaian, sehingga menyebabkan putusnya hubungan dengan
kekasihnya, BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah). Mendengar kabar tersebut, TERDAKWA berencana
untuk melibatkan BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah) dalam rencananya untuk membunuh
KORBAN. 
 Bahwa pada hari Jum’at tanggal 20 Oktober 2018 pukul 18.00 WIB,
TERDAKWA menemui BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah) di Café Illuminati yang berlokasi di Jalan
Paradede No.666, Kota Malang untuk menyampaikan rencananya
untuk membunuh KORBAN. 
 Bahwa pada hari yang sama, BENNY APRIRIO SETIAWAN
(dilakukan penuntutan secara terpisah) menyetujui rencana
TERDAKWA dan berniat untuk membantu TERDAKWA dalam
melancarkan rencananya dengan meminjamkan mobil Range Rover
Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP miliknya
dan memberikan TERDAKWA satu strip obat tidur berjenis
Alprazolam serta memberitahukan agenda pesta private yang akan
dihadiri oleh KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA yang
diselenggarakan di rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan
Jembawan No. 2, Kota Malang pada tanggal 21 Oktober 2018
mendatang.
Adapun rencana TERDAKWA adalah sebagai berikut :
1. TERDAKWA menghadiri pesta di rumah KORBAN yang
berlokasi di Jalan Jembawan No. 2, Kota Malang pada
tanggal 21 Oktober 2018 dengan mobil yang dipinjamkan
oleh BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah).
2. TERDAKWA membuatkan minuman yang akan
dicampurnya dengan obat bius berjenis Alprazolam dan
akan diberikan kepada KORBAN, AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSANZHA agar kondisi menjadi kondusif untuk
melancarkan aksinya.
3. TERDAKWA membawa KORBAN ke tempat yang sepi 
4. TERDAKWA akan membunuh KORBAN dengan
mengikatnya lalu mengiris urat nadi bagian tangan kanan
 Bahwa pada hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2018 pukul 22.00 WIB,
TERDAKWA menghadiri pesta di rumah KORBAN yang berlokasi di
Jalan Jembawan No. 2, Kota Malang dengan mengendarai mobil
Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666
RFP milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah). 
 Bahwa pada hari yang sama, TERDAKWA mulai melancarkan
aksinya pada pukul 23.00 WIB dengan mecampurkan obat tidur
berjenis Alprazolam ke dalam minuman peserta pesta. Sehingga,
pada pukul 23.30 WIB, KORBAN, AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSANZHA mulai tidak sadarkan diri. 
 Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB, TERDAKWA
menyeret KORBAN yang tidak sadarkan diri ke dalam mobil Range
Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP
milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara
terpisah) yang terparkir di halaman rumah KORBAN lalu mengikat
tangan dan kaki korban dengan sepotong tali tampar, kemudian
TERDAKWA menyayat bagian urat nadi tangan kanan KORBAN
dengan menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN
hingga kehilangan banyak darah. 
 Bahwa pada hari Minggu tanggal 22 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB,
BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah)
berusaha menghubungi TERDAKWA melalui telepon dan pesan
singkat Whatsapp, namun tidak mendapat jawaban dari
TERDAKWA. 
 Bahwa pada hari yang sama pukul 09.15 WIB, BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) memutuskan
untuk pergi ke rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan Jembawan
No. 2, Kota Malang. Sesampainya di rumah KORBAN, BENNY
APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) melihat
mobil miliknya masih terpakir di halaman rumah KORBAN lalu
BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah)
menghampiri mobilnya dan melihat KORBAN yang sudah bersimbah
darah. 
 Bahwa pada hari yang sama pukul 09.30, BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) menghubungi
pihak RS Citra Medika beralamat di Jalan Kuda Menari No. 458 yang
tidak jauh dari kediaman korba
-------- Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 340 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP---------------------------

ATAU
SUBSIDAIR :

--------- Bahwa ia  TERDAKWA bernama AQILA KANYANATASYA


bersama-sama dengan BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah), pada tanggal 21 Oktober 2018 sampai
dengan tanggal  22 Oktober 2018 atau setidak-tidaknya pada waktu-
waktu tertentu pada bulan Oktober 2018, bertempat di kediaman
KORBAN yang beralamat di Jalan Jembawan No. 2, Kota Malang
atau setidak-tidaknya di tempat lain yang masih termasuk dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Malang yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara ini, mereka yang melakukan, yang
menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan dengan
sengaja merampas nyawa orang lain. Perbuatan tersebut dilakukan
TERDAKWA dengan cara-cara antara lain sebagai berikut :--------------
 Bahwa berawal pada tanggal 5 Oktober 2018, KORBAN yang
merupakan teman TERDAKWA menyebarkan rumor buruk terkait
TERDAKWA, sehingga TERDAKWA merasa sakit hati.  
 Bahwa pada hari yang sama pukul 14.10 WIB, TERDAKWA
menuliskan keinginan dan rencananya untuk membunuh KORBAN di
dalam buku hariannya, dengan ini terlampir, “Hari ini aku kesel
banget, karena Tasya udah bikin namaku jelek di depan banyak
orang. Jelas aku gak terima dong! Enak aja Tasya bisa giniin aku!
Habis ini aku bakal kirim kamu ke liang lahat. Tunggu aja tanggal
mainnya!”
 Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2018, KORBAN, BENNY
APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah),
AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA melakukan kekerasan fisik
berupa pemukulan dan cacian di depan umum kepada TERDAKWA
dikarenakan TERDAKWA tidak mengindahkan perintah KORBAN
untuk mengerjakan tugas tugasnya.
 Bahwa pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2018 bertempat di
kantin Fakultas Kedokteran Universitas Reformasi, yang berlokasi di
Jalan Tower Ebola no. 69, Kota Malang pada sekitar pukul 11.00 WIB
atau waktu waktu lain KORBAN kembali melakukan kekerasan fisik
dengan menampar TERDAKWA sebanyak dua kali dikarenakan
TERDAKWA menumpahkan makanan pada KORBAN.
 Bahwa pada hari Kamis tanggal 18 Oktober 2018, TERDAKWA
mendengar kabar tentang putusnya hubungan KORBAN dengan
BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara
terpisah).  
 Bahwa pada hari Jum’at tanggal 20 Oktober 2018 pukul 18.00 WIB,
TERDAKWA menemui BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan
penuntutan secara terpisah) di Café Illuminati yang berlokasi di Jalan
Paradede No.666, Kota Malang untuk menyampaikan kekesalannya
dan keinginannya untuk membunuh KORBAN. 
 Bahwa pada hari yang sama, BENNY APRIRIO SETIAWAN
(dilakukan penuntutan secara terpisah) berniat untuk membantu
TERDAKWA dengan meminjamkan mobil Range Rover Vogue LWB
berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP miliknya dan
memberikan TERDAKWA satu strip obat tidur berjenis Alprazolam
serta memberitahukan agenda pesta private yang akan dihadiri oleh
KORBAN, AMALIA ERIKA, dan EKA RAFSANZHA yang
diselenggarakan di rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan
Jembawan No. 2, Kota Malang pada tanggal 21 Oktober 2018
mendatang.
 Bahwa pada hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2018 pukul 22.00 WIB,
TERDAKWA menghadiri pesta di rumah KORBAN yang berlokasi di
Jalan Jembawan No. 2, Kota Malang dengan mengendarai mobil
Range Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666
RFP milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan
secara terpisah). 
 Bahwa pada hari yang sama, TERDAKWA mulai melancarkan
aksinya pada pukul 23.00 WIB dengan mecampurkan obat tidur
berjenis Alprazolam ke dalam minuman peserta pesta. Sehingga,
pada pukul 23.30 WIB, KORBAN, AMALIA ERIKA dan EKA
RAFSANZHA mulai tidak sadarkan diri.
 Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB, TERDAKWA
menyeret KORBAN yang tidak sadarkan diri ke dalam mobil Range
Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP
milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara
terpisah) yang terparkir di halaman rumah KORBAN lalu mengikat
tangan dan kaki korban dengan sepotong tali tampar, kemudian
TERDAKWA menyayat bagian urat nadi tangan kanan KORBAN
dengan menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN
hingga kehilangan banyak darah. 
 Bahwa pada hari Minggu tanggal 22 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB,
BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah)
berusaha menghubungi TERDAKWA melalui telepon dan pesan
singkat Whatsapp, namun tidak mendapat jawaban dari
TERDAKWA. 
 Bahwa pada hari yang sama pukul 09.15 WIB, BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) memutuskan
untuk pergi ke rumah KORBAN yang berlokasi di Jalan Jembawan
No. 2, Kota Malang. Sesampainya di rumah KORBAN, BENNY
APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) melihat
mobil miliknya masih terpakir di halaman rumah KORBAN lalu
BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah)
menghampiri mobilnya dan melihat KORBAN yang sudah bersimbah
darah. 
 Bahwa pada hari yang sama pukul 09.30, BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) menghubungi
pihak RS Citra Medika beralamat di Jalan Kuda Menari No. 458 yang
tidak jauh dari kediaman korban. 

-------- Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam


pidana dalam Pasal 338 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.----------------
Menimbang, bahwa atas dakwaan dari Penuntut Umum
tersebut Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan keberatan
sebagai berikut:

1. URAIAN PERBUATAN DAKWAAN SUBSIDAIR DALAM SURAT


PERKARA MENYALIN ULANG DAKWAAN PRIMAIR

Bahwa berdasarkan Surat Edaran Jaksa Jaksa Agung Republik


Indonesia Nomor: SE-004/J.A/11/1993 Tentang Pembuatan Surat
Dakwaan menjelaskan bahwa fungsi surat dakwaan adalah sebagai
dasar pembuktian/analisis yuridis, tuntutan pidana dan pengupayaan
upaya hukum. Berdasarkan hal tersebut pula, dapat disimpulkan
bahwa surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum merupakan suatu hal
yang paling dasar dalam melakukan penyelesaian perkara pidana
sehingga surat dakwaan dianggap pula sebagai suatu mahkota bagi
Penuntut Umum yang harus dijaga dan dipertahankan dengan
mantap. Maka dari itu, sebuah surat dakwaan harus dibuat dengan
cakap dan sempurna agar pembuktiannya dalam persidangan juga
dapat berjalan dengan sempurna sebagai upaya untuk mencapai titik
terang dari suatu perbuatan pidana. Disamping itu, bagi Penasihat
Hukum Terdakwa, harus dibuat dengan sempurna dikarenakan
sebuah surat dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan
pembelaan, apabila sebuah surat dakwaan terdapat kecacatan dalam
pembuatannya sehingga menyebabkan surat dakwaan tersebut tidak
sempurna, maka satu-satunya pihak yang dirugikan di dalam tahap
persidangan tidak lain dan tidak bukan adalah Terdakwa. Penuntut
Umum harus mampu membuktikan dan menguraikan dakwaannya
dengan baik sebagai tujuan untuk mencapai kepastian, keadilan dan
kemanfaatan hukum agar tindak pidana yang didakwakan kepada
Terdakwa dapat memperoleh putusan yang sebenar-benarnya dan
seadil-adilnya. Namun berkaca dari surat dakwaan yang Jaksa
Penuntut Umum ajukan, kami sebagai Penasihat Hukum terdakwa
memandang bahwa Penuntut Umum dalam menyusun surat
dakwaannya dengan tidak sempurna sehingga dikhawatirkan dapat
menimbulkan multitafsir dan menjauhkan dari kepastian hukum.

Adapun yang menjadi poin keberatan kami disini adalah, bahwa


Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwannya yang
berbentuk subsidair hanya menyalin dari dakwaan primer dalam surat
dakwaan tersebut. Sebagaimana dalam surat dakwaan dikatakan:

Sebagaimana dalam surat dakwaan dikatakan:

PRIMAIR
“Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB, TERDAKWA
menyeret KORBAN yang tidak sadarkan diri ke dalam mobil Range
Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP
milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara
terpisah) yang halaman rumah KORBAN lalu mengikat tangan dan
kaki korban dengan sepotong tali tampar, kemudian TERDAKWA
menyayat bagian urat nadi tangan kanan KORBAN dengan
menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN hingga
kehilangan banyak darah.”

SUBSIDAIR
“Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB, TERDAKWA
menyeret KORBAN yang tidak sadarkan diri ke dalam mobil Range
Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP
milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara
terpisah) yang halaman rumah KORBAN lalu mengikat tangan dan
kaki korban dengan sepotong tali tampar, kemudian TERDAKWA
menyayat bagian urat nadi tangan kanan KORBAN dengan
menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN hingga
kehilangan banyak darah.”

Berdasarkan kutipan diatas membuktikan bahwa Jaksa Penuntut


Umum dalam menyusun surat dakwaannya pada bagian dakwaan
subsidair hanya menyalin ulang dari dakwaan primair, hal ini dapat
diartikan bahwa Jaksa Penuntut Umum terkesan tidak serius dalam
menyusun dakwaan subsidairnya dikarenakan seharusnya Jaksa
Penuntut Umum dapat menguraikan uraian dakwaan subsidair yang
tentu berbeda dengan uraian dakwaan primairnya, sehingga di antara
keduanya terdapat persamaan dari segi materiil surat dakwaannya
dan sulit untuk menemukan perbedaann di antara keduanya. Kami
sebagai Penasihat Hukum Terdakwa menganggap hal ini tentu
merugikan diri Terdakwa, dikarenakan yang seharusnya Terdakwa
mendapatkan dakwaan yang sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya,
namun pada perkara ini Terdakwa tidak mendapatkan kepastian
hukum pada bagian subsidair surat dakwaan yang hanya menyalin
dari dakwaan primairnya.

Bahwasannya kami menyayangkan tindakan Jaksa Penuntut


Umum dalam pembuatan surat dakwaan ini yang hanya melakukan
penyalinan dari dakwaan primairnya ke dakwaan subsidairnya,
terlebih lagi pada dakwaan primair dan subsidair dalam surat
dakwaan yang Jaksa Penuntut Umum ajukan, kedua dakwaan
mengandung unsur-unsur dari tindak pidana yang berbeda sehingga
kami berpendapat bahwa dakwaan primair dan subsidair pada surat
dakwaan ini perlu dijelaskan dan dijabarkan dengan uraian serta tata
bahasa yang berbeda di antara keduanya. Selain itu adapun alasan
di antara kedua dakwaan ini tidak hanya disalin ulang dari dakwaan
primair ke dakwaan subsidairnya adalah karena tindak pidana yang
didakwakan pada surat dakwaan yang terletak di primair dan
subsidairnya pada prinsipnya adalah dua hal yang berbeda sehingga
seperti uraian kami sebelumnya, bahwa dakwaan primair dan
subsidairnya harus diuraikan dan diberi penjelasan yang berbeda dan
tidak hanya menyalin ulang. Berdasarkan hal tersebut, maka
sangatlah layak untuk mengatakan bahwa uraian perbuatan dakwaan
subsidair dalam surat perkara menyalin ulang dakwaan primair yang
menyebabkan surat dakwaan tidak dapat diterima.
2. SURAT SURAT DAKWAAN TIDAK CERMAT (OBSCUUR LIBEL)

Bahwa dalam Surat Dakwaan terdapat uraian yang tidak cermat oleh
Jaksa Penuntut Umum dalam penyusunan terkhusus pada waktu
terjadinya tindak pidana (tempus delicti) yang dilakukan secara pasti
dan akurat sebagaimana yang tercantum dan disebutkan dalam Pasal
143 ayat (2) huruf b KUHAP yang yaitu:

“b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak


pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat
tindak pidana itu dilakukan.”

Bahwa dalam Surat Dakwaan yang disusun Jaksa Penuntut Umum,


benar terdapat uraian yang tidak menjelaskan secara cermat, jelas
dan lengkap mengenai waktu terjadinya tindak pidana (tempus delicti)
yang didakwakan kepada Terdakwa sebagaimana dalam Surat
Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Sebagaimana dalam Surat Dakwaannya, yaitu:

“Bahwa pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2018 bertempat di


kantin Fakultas Kedokteran Universitas Reformasi, yang berlokasi di
Jalan Tower Ebola no. 69, Kota Malang pada sekitar pukul 11.00 WIB
atau waktu waktu lain, TERDAKWA ditampar oleh KORBAN
sebanyak dua kali dikarenakan TERDAKWA secara tidak sengaja
menumpahkan makanan, sehingga mengotori baju KORBAN.”

Bahwa dalam kutipan Surat Dakwaan Penuntut Umum diatas, setelah


dicermati, Jaksa Penuntut umum dalam membuat Surat Dakwaannya
masih memiliki keragu-raguan dan terdapat rasa ketidak pastian
dalam diri Jaksa Penuntut Umum dalam merumuskan Locus Delicti.
Rasa keraguan dari Jaksa Penuntut Umum dalam menentukan Locus
dan Tempus Delictie di dalam surat dakwaan mungkin saja
dikarenakan masih kurang mendalamnya Jaksa Penuntut Umum
dalam membedah tindakan-tindakan terdakwa sebagaimana tugas
dari seorang Jaksa Penuntut Umum dalam melakukan penuntutan
terhadap perkara ini. Frasa “pada sekitar” dan “atau waktu waktu lain”
dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum membuktikan bahwa
Jaksa Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwaannya masih
belum yakin dalam menentukan waktu pasti terjadinya runtutan
kronologi yang seharusnya dapat diuraikan secara rinci.

Selain itu, dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum juga tidak


menguraikan secara cermat saat terjadinya tindak pidana.
Sebagaimana dalam Surat Dakwaannya, yaitu:

“Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB, TERDAKWA


menyeret KORBAN yang tidak sadarkan diri ke dalam mobil Range
Rover Vogue LWB berwarna hitam dengan nomor polisi B 666 RFP
milik BENNY APRIRIO SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara
terpisah) yang halaman rumah KORBAN lalu mengikat tangan dan
kaki korban dengan sepotong tali tampar, kemudian TERDAKWA
menyayat bagian urat nadi tangan kanan KORBAN dengan
menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN hingga
kehilangan banyak darah.”

Bahwa frasa “pada hari yang sama“ dalam kutipan Surat Dakwaan
diatas menimbulkan multitafsir karena tindak pidana terjadi pada
pukul 24.00 yang besar kemungkinan telah masuk pada waktu lain
dari yang didakwakan. Menurut hemat kami, Penuntut Umum
seharusnya dapat menguraikan secara rinci tanggal, bulan dan tahun
terjadinya kejadian dari setiap perbuatan yang diuraikan dalam Surat
Dakwaan Penuntut Umum. Berdasarkan hal tersebut, maka sangatlah
layak untuk mengatakan bahwa surat dakwaan bersifat tidak cermat
yang menyebabkan surat dakwaan batal demi hukum.

Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka ternyatalah Surat


Dakwaan Saudara Jaksa Penuntut Umum Tidak Cermat sehingga
dapat disimpulkan Surat Dakwaan Penuntut Umum tidak memenuhi
kaidah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 ayat (2) Huruf b
KUHAP. Oleh karenanya berdasarkan Pasal 143 ayat (3) KUHAP
Surat Dakwaan haruslah dinyatakan Batal Demi Hukum.

Bahwa berdasarkan hal-hal yang kami uraikan di atas, maka dengan


segala kerendahan hati kami mohon kepada Majelis Hakim yang
Mulia kiranya berkenan untuk mempertimbangkan dan selanjutnya
memutus keberatan-keberatan kami tersebut, sebelum pemeriksaan
pokok perkara ini, dengan menjatuhkan putusan sela sebagai berikut:

PERMOHONAN:
1. Menerima dan mengabulkan nota keberatan Penasihat Hukum
Terdakwa;
2. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum PDM-
130/MLG/Eoh.2/08/2018 tertanggal 10 April 2019 tidak dapat
diterima (niet ontvankelijk verklaard) dan batal demi hukum;
3. Membebaskan Terdakwa AQILAH KANYANATASYA dari segala
dakwaan;
4. Melepaskan Terdakwa AQILAH KANYANATASYA dari tahanan;
5. Menyatakan bahwa Terdakwa AQILAH KANYANATASYA tidak
dapat diperiksa dan diadili berdasarkan Surat Dakwaan Jaksa
Penuntut Umum yang batal demi hukum dan tidak dapat diterima
tersebut.; dan
6. Membebankan biaya perkara dalam perkara ini kepada negara.

Menimbang, bahwa setelah membaca uraian keberatan Penasihat


Hukum Terdakwa maka pada pokoknya alasan-alasan keberatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Uraian Perbuatan Dakwaan Subsidair dalam Surat
Perkara Menyalin Ulang Dakwaan Primair
2. Surat Dakwaan Tidak Cermat

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan


mempertimbangkan eksepsi dari Penasihat Hukum Terdakwa
tersebut sebagai berikut ;

Ad. 1 Mengenai Uraian Perbuatan Dakwaan Subsidair dalan Surat


Perkara Menyalin Ulang Dakwaan Primair
Menimbang, bahwa Penasihat hukum Terdakwa menilai
Penuntut Umum dalam menyusun surat dakwannya yang berbentuk
subsidair hanya menyalin dari dakwaan primair dalam surat dakwaan
tersebut.
Bahwa Majelis Hakim berpendapat berdasarkan
Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan
Nomor: 600/K/Pid/1982, apabila ditemukannya kelemahan saat
penyusunan surat dakwaan maka dapat mengakibatkan dakwaan
batal demi hukum, hal tersebut yaitu:
1. Apabila dalam menguraikan fakta perbuatan Terdakwa kedalam
surat dakwaan belum sepenuhnya sesuai dengan unsur pasal
tindak pidana yang didakwakan yang didukung oleh alat bukti
yang ada pada berkas perkara.
2. Dalam menguraikan dakwaan subsidair/dakwaan kedua hanya
menyalin ulang (copy paste) uraian dari dakwaan
primair/dakwaan kesatu, sedangkan tindak pidana yang
didakwakan secara prinsipil berbeda satu dengan yang lain.

Bahwa Majelis Hakim berpendapat, mengenai uraian dalam


Dakwaan Primair dan Subsidair sesuai dengan Yurisprudensi
tersebut. Majelis Hakim memahami bahwa meskipun terdapat
unsur-unsur perbuatan pidana yang sama antara pasal-pasal
dalam dakwaan primair maupun pasal dalam dakwaan subsidair
namun masing-masing pasal tersebut mempunyai unsur-unsur
perbuatan pidana yang berbeda. Sehingga seharusnya Penuntut
Umum tidak boleh asal membuat atau seada adanya selesai,
sebaliknya penuntut umum dalam menguraikan surat
dakwaannya harus ada penonjolan penjelasan di bagian masing-
masing surat dakwaan baik dalam surat dakwaan primair
maupun dalam dalam dakwaan subsidair sehingga nampak jelas
perbedaan perbuatan antara uraian surat dakwaan primair
dengan surat dakwaan subsidair karena dua pengertian pasal ini
berbeda makna dan maksudnya dan tidak bisa dipersamakan
yang akhirnya malah membuat surat dakwaan penuntut umum
tidak jelas atau kabur (Obscuur Libel).

Bahwa setelah meneliti surat dakwaan dan uraian yang


dicantumkan di dalam masing-masing dakwaan primair dan
subsidair Majelis Hakim berpendapat bahwa Penuntut Umum
telah menguraikan dalam surat dakwaannya mengenai substansi
dari dakwaan primair dan dakwaan subsidair secara lengkap dan
jelas dengan menekankan adanya unsur rencana dari
pembunuhan yang dijabarkan dalam dakwaan dalam dakwaan
primair yakni “perencanaan”. Substansi mengenai akibat
“perencanaan” yang ditimbulkan tidak terdapat dalam dakwaan
subsidair dan sekaligus menjadi substansi pembeda antara
dakwaan primair dan dakwaan subsidair. Sehingga majelis hakim
tidak sependapat dengan eksepsi Penasihat Hukum Terdakwa
pada poin 1 mengenai “Uraian Perbuatan Pada Dakwaan
Subsidair Dalam Surat Perkara menyalin ulang Dakwaan Primair”,
maka oleh karena itu haruslah DIKESAMPINGKAN atau
DITOLAK.

Ad. 2 Surat Dakwaan Tidak Cermat dan Tidak Jelas.


a. Tidak Cermat
Menimbang, bahwa Penasehat Hukum Terdakwa
menilai dalam Surat Dakwaan yang diajukan oleh Penuntut
Umum masih memiliki keragu-raguan dan ketidakpastian
Penuntut Umum dalam merumuskan Tempus Delicti dalam
Surat Dakwaan yang dibuatnya baik yang pertama maupun
yang kedua. Bahwa Penuntut umum tidak menguraikan
secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai waktu Kejadian
Perkara peristiwa Tindak Pidana yang terjadi, dengan adanya
Frasa “pada sekitar”, “atau waktu waktu lain”, dan “pada
hari yang sama” pada kalimat:
“Bahwa pada hari Minggu tanggal 14 Oktober 2018
bertempat di kantin Fakultas Kedokteran Universitas
Reformasi, yang berlokasi di Jalan Tower Ebola no. 69, Kota
Malang pada sekitar pukul 11.00 WIB atau waktu waktu
lain, TERDAKWA ditampar oleh KORBAN sebanyak dua kali
dikarenakan TERDAKWA secara tidak sengaja
menumpahkan makanan, sehingga mengotori baju KORBAN.”

“Bahwa pada hari yang sama, pukul 24.00 WIB,


TERDAKWA menyeret KORBAN yang tidak sadarkan diri ke
dalam mobil Range Rover Vogue LWB berwarna hitam
dengan nomor polisi B 666 RFP milik BENNY APRIRIO
SETIAWAN (dilakukan penuntutan secara terpisah) yang
halaman rumah KORBAN lalu mengikat tangan dan kaki
korban dengan sepotong tali tampar, kemudian TERDAKWA
menyayat bagian urat nadi tangan kanan KORBAN dengan
menggunakan silet dan TERDAKWA meninggalkan KORBAN
hingga kehilangan banyak darah.”

Menimbang, bahwa Penasehat Hukum menilai bahwa


Penuntut Umum dalam menguraikan waktu terjadinya perkara
masih belum merumuskan waktu yang tepat kapan terjadinya
perkara, dan menjadikan hal tersebut sebagai perwujudan dari
keragu-raguan dari Penuntut Umum terhadap perbuatan yang
dilakukan oleh Terdakwa. Juga menyebabkan dilanggarnya
syarat materiil dari Surat Dakwaan sebagaimana Pasal 143
ayat (2) KUHAP maka sebagaimana dimaksud dalam Pasal
143 ayat (3) KUHAP, Surat Dakwaan yang dibuat oleh
Penuntut Umum tersebut batal demi hukum dikarenakan
dakwaan yang kabur/samar (Obscuur Libel).

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 143 ayat (2)


KUHAP tersebut, maka dalam membuat surat dakwaan harus
memenuhi dua syarat, yaitu syarat formil dan syarat materiil;
Menimbang, bahwa adapun syarat formil surat
dakwaan, yaitu surat dakwaan harus memuat:
1. Tanggal dan ditandatangani oleh Penuntut Umum;
2. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,
jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama
dan pekerjaan tersangka;

Menimbang, bahwa sedangkan syarat materiil surat


dakwaan, maka surat dakwaan harus memuat dua unsur di
bawah ini, yaitu:
1. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan;
2. Menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu
dilakukan (tempus delicti dan locus delicti);

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 143 ayat (3)


KUHAP maka surat dakwaan yang tidak memenuhi syarat
materiil, surat dakwaan tersebut batal demi hukum (Van
rechtswege nietig atau Null and Void), sedangkan kekurangan
syarat formil tidak menyebabkan surat dakwaan batal demi
hukum, tetapi dapat dibatalkan (vernietigbaar/ voedable);
Menimbang, bahwa mengenai tidak diuraikannya secara
cermat, jelas, dan lengkap mengenai Waktu Kejadian Perkara
peristiwa Tindak Pidana yang terjadi, dengan adanya kata “pada
sekitar”, “atau waktu waktu lain”, dan “pada hari yang sama”
sehingga menjadikan kabur. Majelis Hakim berpendapat bahwa
dalam hal ini, penggunaan kata “pada sekitar”, “atau waktu
waktu lain”, dan “pada hari yang sama” ialah mengenai waktu
terjadinya tindak pidana (Tempus Delicti) yang dilakukan oleh
Terdakwa, dalam melakukan tindak pidana dan dimaksudkan
untuk menguraikan bahwa Terdakwa dalam melakukan perbuatan
untuk mewujudkan delik dalam Pemenuhan Tindak Pidana yang
dimulai dari tanggal 21 Oktober 2018 sampai dengan 22 Oktober
2018 dan selama dalam kurun waktu tersebut merupakan
rangkaian perbuatan yang dilakukan dalam satu rangkaian. Serta
telah pula dijabarkan dalam uraian selanjutnya.

Menimbang, bahwa berdasarkan Surat Nomor


B-500/E/10/1996 Kejaksaan Agung Republik Indonesia perihal
perumusan dan Tempus Delicti dalam Surat Dakwaan, pada poin
2 (Dua) telah dijelaskan bahwa mekanisme penyusunan dakwaan
menyangkut waktu dirumuskan secara alternatif antara lain,
sebagai berikut:
- “Bahwa Ia Terdakwa, pada hari………. bulan………..
tahun….……. atau setidak-tidaknya dalam
tahun………..”.
- Bahwa Ia Terdakwa, pada hari yang tidak dapat
ditentukan lagi dalam bulan………..sampai bulan
……….tahun ……….setidak-tidaknya suatu hari pada
tahun………..”.
- “Bahwa Ia Terdakwa pada hari Senin, tanggal 9
Oktober 1995 sekitar jam 23.00 WIB atau setidak-
tidaknya pada suatu waktu pada bulan Oktober 1995,
antara matahari terbenam dan matahari terbit………..”

Disebutkan pula pada poin 4 bahwa Perumusan tempus


delicti secara limitatif dalam Surat dakwaan dapat dilakukan
Sepanjang Penuntut Umum meyakini bahwa tempus delicti yang
dimuat dalam surat dakwaan adalah merupakan yang benar dan
tidak diragukan lagi, sehingga dapat dihindarkan kemungkinan
timbulnya resiko dalam penuntutan.
Menimbang, bahwa didalam KUHAP tidak mengatur
secara spesifik bagaimana penyebutan tempus delicti dalam
suatu dakwaan, dikarenakan penyebutan tempus delicti bertujuan
untuk menakar kadar daluwarsa suatu perkara. Maka apabila
perkara belum lewat waktu daluwarsa, Penuntut Umum dapat
menyebutkan teknis tempus delicti secara umum.
Menimbang, bahwa dengan demikian penyebutan tempus
delicti dianggap sah, asalkan hal itu tidak kabur dan
menyesatkan, serta tetap harus memenuhi syarat cermat dan
jelas;
Menimbang, bahwa dengan demikian yang dimaksud
dengan surat dakwaan tidak cermat, apabila uraian perbuatan
yang didakwakan tidak bersesuaian satu sama lain bahkan terjadi
pertentangan antara perbuatan atau kejadian yang satu dengan
yang lain atau antara perbuatan atau kejadian dengan unsur delik
yang didakwakan;
Menimbang, bahwa sedangkan dalam perkara ini, setelah
Majelis Hakim membaca secara teliti surat dakwaan Penuntut
Umum, Majelis Hakim berpendapat surat dakwaan Penuntut
Umum telah disusun secara cermat karena tidak ada uraian
perbuatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum yang tidak
bersesuaian satu sama lain, atau yang terjadi
pertentangan/kontradiksi antara perbuatan/ kejadian yang satu
dengan yang lain antara perbuatan atau kejadian dengan unsur
delik yang didakwakan;

Menimbang, bahwa dengan demikian eksepsi mengenai


Surat Dakwaan Tidak Cermat dari Penasihat Hukum Terdakwa
tersebut dinyatakan TIDAK DITERIMA;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-


pertimbangan tersebut di atas, Majelis Hakim berpendapat bahwa
Surat Dakwaan Penuntut Umum telah memenuhi syarat formil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 143 Ayat (2) huruf a Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) serta telah pula
memenuhi syarat materiil sebagaimana ditentukan dalam Pasal
143 Ayat (2) huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP),
Menimbang, bahwa sedangkan dalam perkara ini, setelah
Majelis Hakim membaca secara teliti surat dakwaan Penuntut
Umum, Majelis Hakim berpendapat bahwa surat dakwaan
Penuntut Umum telah disusun secara cermat karena tidak ada
uraian perbuatan yang didakwakan oleh Penuntut Umum yang
tidak bersesuaian satu sama lain, atau yang terjadi
pertentangan/kontradiksi antara perbuatan/ kejadian yang satu
dengan yang lain atau terjadi pertentangan/kontradiksi antara
perbuatan atau kejadian dengan unsur delik yang didakwakan.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut
diatas, maka keberatan Penasihat Hukum Terdakwa ini haruslah
dinyatakan tidak diterima;
Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi dari Penasihat
Hukum Terdakwa tidak diterima, maka pemeriksaan perkara ini
harus dilanjutkan;
Menimbang, bahwa oleh karena putusan ini mengenai
keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa terhadap surat
dakwaan Penuntut Umum, maka perhitungan mengenai biaya
perkara ini ditangguhkan sampai dengan putusan akhir;
Memperhatikan, Pasal 156 ayat (1) dan (2) Undang-
undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

1. Menyatakan keberatan dari Penasihat Hukum Terdakwa


AQILA KANYANATASYA tersebut tidak diterima;
2. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan
pemeriksaan perkara PDM-130/Eoh.2/08/2018/PN.Mlg atas
nama Terdakwa AQILA KANYANATASYA, tersebut di atas;
3. Memerintahkan terdakwa Terdakwa AQILA KANYANATASYA
tetap ditahan;
4. Menangguhkan biaya perkara sampai dengan putusan akhir;
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Malang, pada hari kamis tanggal 15 Juli
2019 oleh NAUFAL OKTAVIAN S.H., M.H. selaku Hakim Ketua, OLIE
FATHAN ,SH., M.H. dan JEREMIAH JUNG LIAH SH., M.H., masing -
masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum pada hari Jumat , tanggal 19 Juli 2019 oleh
Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut,
dengan dibantu oleh ANGELITA MAUDY, S.H. selaku Panitera
Pengganti pada Pengadilan Negeri Malang, serta dihadiri oleh
NABILA AULIA PUTRI S.H., M.H., dan YUSMA AYUDYA RATRI S.
H., M.H. selaku Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Malang dan
Terdakwa dengan didampingi oleh Penasihat Hukumnya.

Majelis Hakim,
HAKIM ANGGOTA I, Hakim Ketua,

I. OLIE FATHAN, S.H. M.H. NAUFAL OKTAVIAN, S.H. M.H.

HAKIM ANGGOTA II

II. JEREMIAH JUNG LIAH SH, S.H. M.H.


Panitera Pengganti,

ANGELITA MAUDY, S.H.

Anda mungkin juga menyukai