Anda di halaman 1dari 14

PUTUSAN SELA

Nomor : 100/Pid./2017/PN.Jkt.Pst.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara


pidana pada peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah
menjatuhkan putusan sela sebagai berikut di bawah ini dalam perkara atas nama
TERDAKWA:
Nama Lengkap : Joshua Wilbur
Tempat lahir : Jakarta
Umur / tanggal lahir : 23 Tahun / 21 September 1993
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jl. Rawa Sari Timur IV Blok B/28, RT 003/011,
Kel Cempaka Putih Timur, Kec Cempaka
Putih, Jakarta Pusat.
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : D3

TERDAKWA ditahan berdasarkan surat perintah / penetapan penahanan


oleh :
1. Penyidik dengan jenis penahanan RUTAN di Rutan Polda Metro Jaya
sejak tanggal 12 Maret 2018 sampai dengan tanggal 31 Maret 2018.
2. Perpanjangan Penahan oleh Penyidik dengan jenis Penahanan RUTAN
di Rutan Polda Metro Jaya, sejak tanggal 1 April 2018 sampai dengan
tanggal 1 Mei 2018.
3. Penahanan oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat dengan jenis
penahanan RUTAN di Rutan Salemba, sejak tanggal 2 Mei 2018 sampai
dengan dilimpahkan ke PN Jakarta Pusat.

1. TERDAKWA di persidangan didampingi oleh Tim Penasihat Hukum Indah


Siti Aprilia,S.H.,M.H.,M.M, Mika Anabelle, S.H.,M.H Advokat dan
Konsultan Hukum pada Kantor Advokat dan Konsultan Hukum AA &

Halaman 1 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


PARTNERSHIP Law Firm (AAP) yang beralamat di Gedung BRI II Lt. 21,
Jl. Jend. Sudirman Kav. 44-46, Jakarta, selaku Tim Kuasa Hukum
TERDAKWA Joshua Wilbur berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :
245/JPP/SK/VIII/2017 tertanggal 3 Mei 2018 yang telah didaftarkan di
kantor kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, bertindak sendiri-
sendiri maupun bersama-sama ;

Pengadilan Negeri Tersebut :


Setelah membaca dan mempelajari :
1. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor :
100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst tanggal 9 Mei 2018 tentang Penunjukan
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili Perkara ini ;
2. Penetapan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor :
100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst, tentang Penetapan Hari Sidang ;
3. Berkas-berkas yang berhubungan dengan perkara ini ;

Setelah mendengar dan memperhatikan :


1. Pembacaan Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum dengan Nomor
Register Perkara: PDM-123/Ep.1/VI/2018 yang dibacakan pada
tanggal 28 Mei 2018 di muka Persidangan ;
2. Pembacaan Keberatan dari Tim Penasihat Hukum Terdakwa atas
Dakwaan Penuntut Umum yang dibacakan pada hari Rabu tanggal 5
Juni 2018 di muka Persidangan ;
3. Pembacaan Pendapat Penuntut Umum atas Keberatan Tim Penasihat
Hukum Terdakwa yang dibacakan pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2018
di muka Persidangan.

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan kepersidangan Perkara ini atas


Dakwaan Penuntut Umum tertanggal 2 Mei 2018 dengan Nomor Registrasi PDM-
123/Ep.1/VI/2018 yang dibacakan Perkara pada tanggal 28 Mei 2019 di muka
Persidangan sebagai berikut :

A. DAKWAAN

PRIMAIR

Halaman 2 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


-------------- Bahwa ia Terdakwa, JOSHUA WILBUR, pada hari Minggu
tanggal 12 Maret 2018 sekitar pukul 23.00 wib atau setidak-tidaknya pada
suatu waktu dalam bulan Maret 2018 bertempat di Jl. Cianjur No. 6, RT
007/004, Menteng atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, “secara
tanpa hak dan melawan hukum dengan sengaja melakukan pencurian
di waktu malam dalam sebuah rumah yang dilakukan di situ tidak
dikehendaki oleh yang berhak dan pencurian yang untuk masuk ke
tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang
diambil, dilakukan dengan merusak”.
Perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
- Bahwa pada waktu dan tempat seperti tersebut diatas, terdakwa,
JOSHUA WILBUR, sedang berjalan-jalan di sekitar pekarangan rumah
korban.
- Bahwa terdakwa, JOSHUA WILBUR, melihat dan mengetahui ada
barang berharga di dalam rumah korban.
- Bahwa terdakwa, JOSHUA WILBUR, kemudian mengambil linggis
yang dibawanya, kemudian di congkel jendela rumah korban tersebut
setelah agak dipaksakan dan akhirnya jendela rumah korban terbuka.
Kemudian Terdakwa, JOSHUA WILBUR, masuk dan mengambil
semua barang berharga dengan cepat dan perlahan agar tidak
ketahuan oleh pemiliknya.
- Bahwa korban, ANDI PRATONO, selaku pemilik rumah yang kebetulan
terbangun dan mendengar suara langkah kaki orang berjalan sehingga
ia bergegas keluar dan melihat Terdakwa, JOSHUA WILBUR, sedang
mengambil barang-barang sang pemilik rumah.
- Bahwa tidak lama kemudian terdengar teriakan saksi korban, ANDI
PRATONO, “Maling—maling—maling“ dan membuat warga sekitar
berhamburan keluar dan berusaha mencari tahu apa yang terjadi dan
apa yang hilang, termasuk saksi, JESSICA PRISCILLA, yang
kebetulan lewat dan melihat Terdakwa, JOSHUA WILBUR, mengambil
barang-barang milik korban juga ikut bertanya.
- Bahwa atas petunjuk saksi, JESSICA PRISCILLA, diberitahukan kalau
rumah milik saksi korban, ANDI PRATONO, telah dimasuki oleh

Halaman 3 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


terdakwa, JOSHUA WILBUR, dengan cara paksa atau secara
mencurigakan .
-------------- Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 363 ayat ( 1 ) ke- 3 dan 5 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana.

ATAU

SUBSIDAIR

------------------ Bahwa ia Terdakwa, JOSHUA WILBUR, pada hari Minggu


tanggal 12 Maret 2018 sekitar pukul 23.00 wib atau setidak-tidaknya pada
suatu waktu dalam bulan Maret 2018 bertempat di Jl. Cianjur No. 6, RT
007/004, Menteng atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih
termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, “mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum”.
Perbuatan mana dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :
- Bahwa pada waktu dan tempat seperti tersebut diatas, terdakwa,
JOSHUA WILBUR, sedang berjalan-jalan di sekitar pekarangan rumah
korban.
- Bahwa terdakwa, JOSHUA WILBUR, melihat dan mengetahui ada
barang berharga di dalam rumah korban.
- Bahwa terdakwa, JOSHUA WILBUR, kemudian mengambil linggis
yang dibawanya, kemudian di congkel jendela rumah korban tersebut
setelah agak dipaksakan dan akhirnya jendela rumah korban terbuka.
Kemudian Terdakwa, JOSHUA WILBUR, masuk dan mengambil
semua barang berharga dengan cepat dan perlahan agar tidak
ketahuan oleh pemiliknya.
- Bahwa korban, ANDI PRATONO, selaku pemilik rumah yang kebetulan
terbangun dan mendengar suara langkah kaki orang berjalan sehingga
ia bergegas keluar dan melihat Terdakwa, JOSHUA WILBUR, sedang
mengambil barang-barang sang pemilik rumah.

Halaman 4 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


- Bahwa tidak lama kemudian terdengar teriakan saksi korban, ANDI
PRATONO, “Maling—maling—maling“ dan membuat warga sekitar
berhamburan keluar dan berusaha mencari tahu apa yang terjadi dan
apa yang hilang, termasuk saksi, JESSICA PRISCILLA, yang
kebetulan lewat dan melihat Terdakwa, JOSHUA WILBUR, mengambil
barang-barang milik korban juga ikut bertanya.
- Bahwa atas petunjuk saksi, JESSICA PRISCILLA, diberitahukan kalau
rumah milik saksi korban, ANDI PRATONO, telah dimasuki oleh
terdakwa, JOSHUA WILBUR, dengan cara paksa atau secara
mencurigakan.
------------------ Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Menimbang, bahwa atas dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum tersebut,


Penasihat Hukum telah mengajukan tanggapan atas hal-hal sebagai berikut :

1.1 Surat Dakwaan Penuntut Umum Keliru dalam Menerapkan Hukum

Bahwa dalam surat dakwaan penuntut umum diketahui bahwa penuntut


umum mendakwa Terdakwa telah melanggar pasal 362 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang menyatakan
Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah
dan pasal 363 ayat (1) ke-3 dan 5 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun :
3. pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu
tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak
5. pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau
untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak,
memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Halaman 5 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


Bahwa Terdakwa saat itu seperti yang telah dijelaskan Penuntut Umum
dalam surat Dakwaannya hanyalah berniat untuk melakukan perusakan
dengan cara mengambil linggis dan mencongkel jendela rumah korban
yang mana hal tersebut merupakan tindakan perusakan bukan pencurian.
Maka sudah sepatutnya Jaksa Penuntut Umum di dalam Surat Dakwaan
tidak menerapkan pasal 362 dan 363 ayat (1) ke-3 dan ke-5 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana. Maka kami selaku Penasehat Hukum
menganggap bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak cermat dan salah dalam
menerapkan hukum dan Pasal yang berlaku sebagaimana kronologis yang
sesunguhnya. Maka sudah sepatutnya Dakwaan terkait dengan Pasal
tersebut tidak dapat diterima dan keliru.

Selain itu, kekeliruan lain yang dilakukan Jaksa Penuntut Umum yakni

Bahwa Penuntut Umum telah menerapkan Pasal 363 ayat ( 1 ) ke- 3 dan
5 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. jo. pasal 362 KUHP. Namun
apa yang didakwakan kepada Terdakwa tidak memenuhi Unsur-Unsur
sebagaimana yang tertera dalam Ps 363 jo Ps 362 sebagai berikut:

Unsur Pasal 363 :

A. Unsur Subyektif

’met het oogmerk om het zich wederrehtelijk toe te eigenen’ atau dengan
maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum;
B. Unsur Obyektif

1. ’hij’ atau barangsiapa


2. ’wegnemen’ atau mengambil
3. ’eenig goed’ atau sesuatu benda;
4. ’dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort’ atau yang
sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

Unsur-unsur tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP.
Seperti telah diketahui ’unsur obyektif pertama’ dari tindak pidana yang

Halaman 6 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


diatur dalam Pasal 362 KUHP itu ialah ’hij’, yang lazim diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia dengan kata ’barangsiapa’. Kata ’hij’ tersebut
menunjukkan orang, yang apabila ia memenuhi semua unsur tindak pidana
yang diatur dalam pasal tersebut maka karena bersalah telah
melakukan tindak pidana pencurian, ia dapat dipidana dengan pidana
penjara selama-lamanya lima tahun atau pidana denda setingi-tingginya
Sembilan ratus rupiah.

’Unsur obyektif yang kedua’ dari tindak pidana pencurian adalah


perbuatan ’mengambil’ dari tempat di mana barang tersebut terletak. Oleh
karena di dalam kata ’mengambil’ sudah tersimpul pengertian ’sengaja’
maka undang-undang tidak menyebutkan ’dengan sengaja mengambil’.
Kalau kita mendengar kata ’mengambil’ maka pertama terpikir oleh kita
adalah membawa sesuatu barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Perbuatan ’mengambil’ tidak cukup apabila si pelaku hanya memegang
barangnya saja, akan tetapi si pelaku harus melakukan suatu perbuatan
sehingga barang yang dimaksud jatuh di dalam kekuasaannya.

Kaitannya dengan unsur ’mengambil’, Moch. Anwar mengemukakan


pendapatnya tentang ’mengambil’ dari tindak pidana
pencurian sebagai berikut :

”Unsur ’mengambil’ mengalami berbagai penafsiran sesuai dengan


perkembangan masyarakat. ’Mengambil’ pada mulanya diartikan
memindahkan barang dari tempat semula ke tempat lain. Ini berarti
membawa barang di bawah kekuasaannya yang nyata. Perbuatan
’mengambil’ berarti perbuatan yang mengakibatkan barang berada di
bawah kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang itu
berada di luar kekuasaan pemiliknya. Tetapi hal ini tidak selalu demikian,
sehingga tidak perlu disertai akibat dilepaskannya dari kekuasaan
pemilik”.

Mengenai pengertian unsur ’mengambil’ yang diberikan oleh Lamintang,


sebagai berikut:
”Perlu diketahui bahwa baik undang-undang maupun pembentuk undang-

Halaman 7 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


undang ternyata tidak pernah memberikan suatu penjelasan tentang yang
dimaksud dengan perbuatan ’mengambil’, sedangkan menurut pengertian
sehari-hari kata ’mengambil’ itu sendiri mempunyai lebih dari satu
arti, yakni:
1. Mengambil dari tempat di mana suatu benda itu semula berada;
2. Mengambil suatu benda dari penguasaan orang lain.

Sehingga dapat dimengerti jika di dalam doktrin kemudian telah


timbul berbagai pendapat tentang kata ’mengambil’ tersebut”.

Sarjana lain yang memberikan pengertian tentang perbuatan ’mengambil’


diantaranya adalah Simons, pengertiannya adalah sebagai berikut:
”Mengambil itu ialah membawa suatu benda menjadi berada dalam
penguasannya atau membawa benda tersebut secara mutlak berada di
bawah kekuasaannya yang nyata, dengan kata lain, pada waktu pelaku
melakukan perbuatannya, benda tersebut harus belum berada dalam
penguasannya”.

Karena tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu
adalah merupakan suatu ’tindak pidana formil’, maka tindak pidana
tersebut harus dianggap telah selesai dilakukan oleh pelakunya yaitu
segera setelah pelaku tersebut melakukan perbuatan ’mengambil’ seperti
yang dilarang untuk dilakukan orang di dalam Pasal 362 KUHP.

’Unsur obyektif ketiga’ dari tindak pidana pencurian yang diatur dalam
Pasal 362 KUHP itu ialah ’eenig goed’ atau ’suatu benda’. Kata ’goed’ atau
’benda’ itu oleh para pembentuk Kitab Undag-undang Hukum Pidana yang
berlaku di Indonesia dewasa ini, ternyata bukan hanya dipakai di dalam
rumusan Pasal 362 KUHP saja melainkan juga di dalam rumusan-rumusan
dari lain-lain tindak pidana, seperti pemerasan, penggelapan, penipuan,
pengrusakan, dan lain-lain. Pada waktu Pasal 362 KUHP tertentu, orang
hanya bermaksud untuk mengartikan kata ’goed’ yang terdapat di dalam
rumusannya, semata-mata sebagai ’stoffelijk en reorend god’ atau
sebagai ’sebagai benda yang berwujud dan menurut sifatnya dapat

Halaman 8 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


dipindahkan’.
Dengan demikian barang itu harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang
mempunyai nilai di dalam kehidupan ekonomi dari seseorang. Barang tidak
perlu kepunyaan orang lain pada keseluruhannya sedangkan
obyek pencurian, atau sebagain lagi adalah kepunyaan pelaku sendiri.
Barang yang tidak ada pemiliknya tidak dapat menjadi obyek pencurian,
yaitu barang-barang dalam keadaan ’res nellius’ dan res derelictae’.

Maka dari itu seharusnya Terdakwa didakwa dengan Pasal 167 KUHP
dengan unsure-unsur sebagai berikut :

1. Perbuatan: memaksa masuk ke dalam:


2. Objek:
 rumah;
 ruangan;
 pekarangan yang tertutup;yang dipakai orang lain;
3. Dengan melawan hukum.

1.2 Surat Dakwaan Penuntut Umum Tidak Jelas Dalam Menentukan


Tempus Delicti dan Locus Delicti pada Perkara A Quo

Bahwa pada bagian kepala Surat Dakwaan Kesatu, Kedua pertama,


Kedua, Penuntut Umum menyebutkan waktu terjadinya Tindak Pidana
yang didakwakan sebagai berikut:

Tempus delicti seharusnya ditentukan secara akurat dan pasti. Apabila


tidak ditentukan secara akurat dan pasti, maka dapat disimpulkan bahwa
Jaksa Penuntut Umum tidak siap dalam menentukan secara jelas dan pasti
kapan Tindak Pidana itu dilakukan. Sangat janggal jika Penuntut Umum
tidak dapat menyebutkan secara akurat dan pasti kapan Terdakwa
melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya.

Mengenai penentuan soal waktu (tempus delicti) dalam undang-undang


hukum pidana tidak dijelaskan secara rinci serta tidak ada ketentuan
khusus yang mengaturnya, padahal keberadaan tempus delicti perlu, demi
untuk:

Halaman 9 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


1. Menentukan berlakunya hukum pidana sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1 ayat (1) KUHP, yakni “tidak ada perbuatan yang dapat dihukum
selain atas kekuatan peraturan pidana dalam undang-undang yang
diadakan pada waktu sebelumnya”. Dalam hal apakah perbuatan itu
adalah perbuatan yang berkaitan pada waktu itu sudah dilarang dan
dipidana. Jika undang-undang dirubah sesudah perbuatan itu tejadi, maka
dipakailah aturan yang paling ringan bagi Terdakwa.
2. Menentukan saat berlakunya verjarings termijn (daluwarsa) sehingga perlu
diketahui saat yang dianggap sebagai waktu permulaan terjadinya
kejahatan.
3. Menentukan hal yang berkaitan dengan Pasal 45 KUHP. Menurut Pasal ini
hakim dapat menjalankan tiga jenis hukuman terhadap tersangka yang
belum genap berumur 16 tahun, yakni: (a) mengembalikan kepada orang
tuanya, (b) menyerahkan kepada pemerintah dengan tidak menjatuhkan
hukuman, dan (c) menjatuhkan hukuman yang diancamkan terhadap
kejahatan yang dilakukan oleh Terdakwa.

Hal ini menunjukkan bahwa Penuntut Umum tidak yakin dan tidak cermat
dalam menentukan tempus delicti. Kita harus ingat, bahwa law is logic,
sehingga tidaklah mungkin kita bisa membuktikan suatu akibat dari
perbuatan pidana tanpa mengetahui kapan tindak pidana tersebut
dilakukan. Padahal tempus delicti adalah salah satu syarat materiil
dakwaan yang diatur dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) yang bila tidak disusun secara jelas dan cermat akan membuat
dakwaan BATAL DEMI HUKUM.

Bahwa kami menemukan beberapa hal yang memperlihatkan bahwa Jaksa


Penuntut Umum tidak cermat dalam menyusun Surat Dakwaannya,
khususnya mengenai tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa
dengan tidak menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan
secara pasti, sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 142 ayat (2) sub b
KUHAP.

Bahwa ketidak cermatan itu sangat jelas terlihat dalam dakwaan kesatu
Primair, khususnya mengenai waktu dan tempat kejadian (tempus dan

Halaman 10 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


locus delicti) tindak pidana itu dilakukan. Untuk lebih jelasnya kami kutip
sebagai berikut:

“. . . pada hari Minggu tanggal ——————– atau setidak-tidaknya pada


waktu lain sekitar bulan ——————, bertempat di ——————–, atau
setidak-tidaknya di suatu tempat lain yang masih termasuk di dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. . .”

Dari uraian di atas, Penuntut Umum terlihat ragu-ragu dalam menetapkan


tempus delicti berdasarkan Teori Fisik, Teori Bekerjanya Alat, atau Teori
Akibat. Bahwa pada kenyataannya semua Teori atau Ajaran tersebut dapat
digunakan, tetapi bukan berarti semua teori atau ajaran dapat digunakan
sekaligus secara sporadic oleh Penuntut Umum dalam mendakwa
Terdakwa Joshua Wilbur sebagai pelaku tindak pidana. Hal yang
dilakukan oleh Penuntut Umum ini hanyalah menimbulkan ketidakpastian
yang menyebabkan Penuntut Umum gagal dalam menentukan tempus
delicti.

Dalam dakwaannya, Penuntut Umum juga tidak jelas dalam menentukan


locus delicti yang menjadi tempat terjadinya Tindak Pidana yang
didakwakan. Apabila kita hubungkan dengan teori dalam menentukan
locus delicti dalam Ilmu Hukum Pidana, yaitu:

1) Teori Fisik (Deleer Van Het Instrumen), yaitu teori yang menyatakan
bahwa locus delicti ditentukan berdasarkan kepada tempat dimulainya
tindak pidana, atau dimana persiapan tindak pidana itu dilakukan.

2) Teori Bekerjanya Alat (Deller Van Het Demeer Voudige Plat), yaitu teori
yang menyatakan bahwa locus delicti ditentukan berdasarkan kepada
tempat pidana itu dilakukan.

3) Teori Akibat (Deleer Van Delichamelyke Daad), yaitu teori yang


menyatakan bahwa locus delicti ditentukan berdasarkan dimana akibat
tindak pidana itu terjadi.

Pada bagian kepala Surat Dakwaan Kesatu pada halaman 1. Penuntut


Umum terlihat menyebutkan secara tegas dalam menentukan locus delicti
di Jl. Cianjur No.6, RT007/004, Menteng, namun selanjutnya Penuntut

Halaman 11 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


Umum menambahkan kata-kata “atau setidak-tidaknya pada suatu
tempat tertentu…”.

Dari uraian di atas, Penuntut Umum terlihat ragu-ragu dalam menetapkan


locus delicti berdasarkan Teori Fisik, Teori Bekerjanya Alat, atau Teori
Akibat? Bahwa pada kenyataannya semua Teori atau Ajaran tersebut
dapat digunakan, tetapi bukan berarti semua teori atau ajaran dapat
digunakan sekaligus secara sporadic oleh Penuntut Umum dalam
mendakwa Terdakwa Joshua Wilbur sebagai pelaku tindak pidana. Hal
yang dilakukan oleh Penuntut Umum ini hanyalah menimbulkan
ketidakpastian yang menyebabkan Penuntut Umum gagal dalam
menentukan locus delicti.

Bahwa ketidakjelasan Surat Dakwaan yang menggunakan kata “suatu


waktu tertentu” dan “pada suatu tempat tertentu”, menunjukan bahwa
Penuntut Umum Ragu-ragu dalam menentukan tempus delicti dan locus
delicti. Padahal tempus delicti dan locus delicti adalah syarat materiil
dakwaan yang seharusnya dipenuhi dan jelas sebagaimana diatur dalam
Pasal 143 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan apabila locus
dan tempus delicti tidak disusun secara jelas dan cermat akan membuat
dakwaan BATAL DEMI HUKUM.

Berdasarkan uraian di atas, kami Tim Penasihat Hukum Terdakwa sudah


cukup menguraikan bahwa Penuntut Umum TIDAK JELAS dalam
menentukan tempus delicti dan locus delicti perkara ini. Oleh karenanya,
kami mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara a quo untuk menyatakan Surat Dakwaan TIDAK DAPAT
DITERIMA dan harus dinyatakan BATAL DEMI HUKUM.

Menimbang, bahwa terhadap keberatan dari Tim Penasihat Hukum


Terdakwa tersebut, Penuntut Umum telah pula mengajukan Pendapat yang
dibacakan di muka pengadilan pada hari Rabu tanggal 12 Juni 2018, sebagaimana
terlampir pada berita acara.

Halaman 12 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka Pengadilan
Negeri berkesimpulan bahwa eksepsi dari penasihat hukum tersebut di atas
adalah cukup beralasan dan dengan
demikian…………………………………………………….

MENGADILI

1. Menyatakan Keberatan dari Tim Penasihat Hukum TERDAKWA


JOSHUA WILBUR tidak dapat diterima untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan bahwa Jaksa Penuntut Umum sudah melakukan
penerapan dakwaan yang sesuai dengan unsur-unsur dalam Pasal 363
dan Pasal 362;
3. Menyatakan bahwa locus dan tempus delicti telah disebutkan dengan
jelas di dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, sehingga
keberatan penasihat hukum mengenai ketidakjelasan locus dan
tempus delicti tidak dapat diterima;
4. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan Penuntut Umum tertanggal 28 Mei
2018 dengan Nomor Registrasi Perkara 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst yang
dibacakan pada persidangan hari Rabu tanggal 28 Mei 2018 adalah
memenuhi syarat, sehingga dapat diterima sebagai dasar Pemeriksaan
dalam Perkara atas nama TERDAKWA JOSHUA WILBUR;
5. Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tetap melanjutkan
persidangan atas nama TERDAKWA JOSHUA WILBUR ke tahap
Pembuktian;
6. Menyatakan TERDAKWA JOSHUA WILBUR tetap berada dalam
tahanan;
7. Menangguhkan biaya dalam perkara ini hingga putusan dijatuhkan.

Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada hari Senin, tanggal 19 Juni 2018 dengan
Leander Elian Zunggaval, S.H., M.H. Sebagai Hakim Ketua Majelis, didampingi
oleh Kevin Neil McVey, S.H., M.H. dan Kellie Angiarti, S.H., M.H. masing –
masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana diucapkan pada persidangan yang
terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 19 Juni 2018 oleh Majelis Hakim
tersebut diatas, dibantu oleh Eric Sandro, S.H., M.H. sebagai Panitera Pengganti

Halaman 13 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dihadiri oleh Raymond Aristyo, S.H., M.H. dan
Sheren Elisabeth, S.H., M.H. selaku Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri
Jakarta Pusat, TERDAKWA Joshua Wilbur dan Tim penasihat Hukum terdakwa.

HAKIM KETUA,

LEANDER ELIAN ZUNGGAVAL, S.H., M.H.


NIP. 198006182007041002

HAKIM ANGGOTA , HAKIM ANGGOTA,

Kevin Neil McVey, S.H., M.H. Kellie Angiarti, S.H., M.H.


NIP. 197812252007041001 NIP. 197709152003122001

PANITERA PENGGANTI,

Eric Sandro, S.H., M.H.


NIP. 19511129 1986031 001

TURUNAN SESUAI ASLINYA

Halaman 14 dari 14 Putusan Sela No. 100/Pid/2018/PN.Jkt.Pst.

Anda mungkin juga menyukai