Anda di halaman 1dari 1

Nama: Mario Droste Evanro Danggur (0249203218) Jurnal 12 Islamologi

1. Apa itu politik Islam?: Politik Islam berakar pada kiprah dan keutamaan Nabi
Muhammad sebagai utusan Tuhan yang peka terhadap kesatuan, egalitarianisme, dan
keadilan. “Eksperimen Madinah” menjadi term kunci untuk memahami politik Islam. Di
situ terjadi kombinasi harmonis antara agama dan negara. Menurut Arkoun, berkaca pada
‘gaya’ politik Nabi Muhammad, ada 2 fundamen bagi politik Islam yang sehat, yakni
pertama adanya delegasi wewenang (bahasa politik modern: desentralisasi) yang tidak
berpusat pada satu orang (diktatorial), melainkan pada orang banyak melalui
musyawarah. Kedua, ada konstitusi tertulis yang bersifat mengikat kepada setiap orang
sebagai hasil dari kesepatakan bersama. Konstitusi ini membatasi suatu keputusan politik
yang sentimental, suka-tidak suka berdasarkan keputusan pribadi.
2. Adakah konsep negara Islam?: Konsep negara Islam itu ada sejauh yang dirintis oleh
Nabi Muhammad. Nabi Muhammad dalam praksis politiknya sebagai utusan Tuhan di
Madinah berupaya mengejawantahkan misi suci Tuhan yang diserahkan padanya, yakni
menciptakan masyarakat berbudaya tinggi yang kemudian menghasilkan suatu entitas
sosial-politik, yakni sebuah negara. Ini hanya dapat terjadi dengan berakar pada politik
Islam yang “demokratis-konstitusional.” “Demokratis” karena ada desentralisasi
wewenang, sementara “konstitusional” karena itu menjadi aturan tertulis yang bersifat
mengikat bagi semua warga negara. Ini diperjelas dengan dibuatnya Piagam Madinah
sebagai basis nilai negara Islam, yakni prinsip-prinsip dan kaedah-kaedah kenegaraan dan
nilai-nilai kemanusiaan. Namun, kenyataan dewasa ini bertolak belakang dari maksud
Nabi di mana begitu banyak negara yang mendakukan diri sebagai negara Islam (Iran dan
Arab Saudi) mempertontonkan kekuasaan yang rigid, kejam, dan konfliktual satu sama
lain. Ada pertarungan politik dan aliran agama (misanya Sunni dan Syi’ah) yang
menyebabkan saling cekcok. Salah satu faktornya ialah politik ‘gaya’ Nabi Muhammad
ditinggalkan demi kekuasaan politik segelintir orang.

Anda mungkin juga menyukai