Skripsi Ran Dini Fixx
Skripsi Ran Dini Fixx
PROPOSAL SKRIPSI
KATA PENGANTAR
memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
skripsi ini adalah suatu hikmah yang sangat berarti bagi peneliti. Akhirnya hanya
ucapan syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang dapat dipanjatkan
1. Bapak Prof. Dr. Herman Fithra, S.T., M.T., ASEAN. Eng selaku Rektor
Universitas Malikussaleh.
Kedokteran.
Studi Psikologi
i
ii
akademik.
Skripsi I.
10. Ibu Nur Afni Safarina, S.Psi., M.Psi., Selaku Dosen penguji Skripsi II.
11. Orang Tua terkasih dan tersayang, serta keluarga besar dan sahabat yang
Peneliti
190620085
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..…..iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1.Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Keaslian Penelitian.........................................................................................8
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................10
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................10
1.5.1 Manfaat Teoritis................................................................................10
1.5.2 Manfaat Praktis.................................................................................11
BAB II...................................................................................................................12
LANDASAN TEORI............................................................................................12
2.1 Subjective Well – Being................................................................................12
2.1.1 Pengertian Subjective Well – Being...................................................12
2.1.2 Aspek-Aspek Subjective Well – Being..............................................13
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Subjective Well – Being.............14
2.2 Guru..............................................................................................................17
2.3 PNS (Pegawai Negeri Sipil).........................................................................18
2.4 Honorer.........................................................................................................18
2.5 PPPK (Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja)..............................20
2.6 Perbedaan Dan Persamaan PNS Honorer dan PPPK...................................20
2.6.1 Perbedaan PNS Honorer dan PPPK..................................................20
2.6.2 Persamaan PNS Honorer dan PPPK.................................................24
2.7 Kerangka Berfikir.........................................................................................24
2.8 Hipotesis.......................................................................................................25
BAB III..................................................................................................................26
METODE PENELITIAN....................................................................................26
3.1 Desain Penelitian........................................................................................26
iii
iv
iv
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram hasil survey awal guru PNS Honorer dan PPPK………….5
v
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Populasi Guru PNS Honorer dan PPPK di Kota Lhokseumawe……..27
Table 3.3 Blue Print Aspek Kognitif (Satisfaction with Life Scale)…………34
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No.14 Tahun 2005, bab I,
pasal 1, ayat 1). Terdapat lima pengelompokan status guru di sekolah yaitu
guru pegawai negeri sipil yang bertugas di sekolah negeri (Guru Negeri), guru
PNS yang bertugas di sekolah swasta (Guru DPK), guru tetap di sekolah
swasta (GTY), guru yang mengajar hanya untuk mengganti guru yang cuti dan
terjadi di sekolah negeri (Guru Bakti), serta guru Honorer yang bertugas di
sekolah swasta dan juga sekolah negeri yang biasa disebut dengan guru tidak
Saat ini guru juga merupakan salah satu jenis pekerjaan yang banyak
ASN terbagi menjadi dua jenis yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah Perjanjian Kerja (PPPK). Adapun hak, masa kerja dan perekruitmen
dari status guru tersebut memilki perbedaan dimana PNS (Pegawai Negeri Sipil)
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap dan memliki nomor induk pegawai secara nasional
1
2
untuk memberikan pelayanan kepada secara profesional, jujur, adil dan merata
(Tuwonaung dkk, 2019). PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu
selasa (2023, Mei 23) PNS dan PPPK memperoleh hak yang sama berupa gaji,
jaminan pensiun dan jaminan hari tua, sedangkan PPPK tidak. Pelaksanaan
dalam satu tahun sedangkan PPPK dilakukan paling lama 24 jam pelajaran
dalam satu tahun masa perjanjian kerja. PNS mempunyai jabatan dan jenjang
karir berupa pangkat dan golongan yang terus berkembang setiap tahunnya,
PPPK umumnya hanya dapat mengisi jabatan fungsional saja tak ada jenjang
karir dikarenakan perjanjian kerja dengan masa kontrak yang telah ditentukan.
PNS memiliki masa kerja sampai memasuki masa pensiun, yaitu 58 tahun bagi
untuk PPPK masa kerjanya sesuai surat perjanjian yang telah disepakati. PNS
ada mutasi dan pemindahan kerja sedangkan PPPK tidak ada mutasi dan
dan maksimal 35 tahun. Dalam hal tahapan seleksinya, tes CPNS meliputi
seleksi kompetensi dasar (SKD), yang memiliki tiga materi soal meliputi Tes
dengan formasi yang diambil sedangkan PPPK Guru berusia minimal 20 tahun
dan maksimal 59 puluh tahun seleksi PPPK terdapat empat materi yaitu
APBN. Tenaga honorer terbagi menjadi dua kategori: Honorer katagori 1 (K1)
dan Honorer katagori 2 (K2). Menurut Permen PAN-RB Nomor 5 tahun 2010,
Pertama, Status guru Honorer dianggap tidak jelas karena tidak memiliki surat
Honorer yang masih rendah. Ketiga, sisi kualitas guru perekrutan guru
4
dengan kualitas yang masih dipertanyakan serta belum ada tahapan yang
2021).
diberhentikan menjadi masalah besar yang saat ini dihadapi oleh guru di
lhokseumawe. Salah satu nya bisa dilihat dari berita KOMPAS.com, “Masa
konflik yang belum terkelola dengan baik sehingga berdampak pada ketidak
tersebut. Pada umumnya faktor penyebab konflik adalah: (1) tekanan kerja
yang berat (fullday school), (2) tugas dan tanggung jawab kerja yang tidak
sesuai kontrak/SOP, (3) nominal gaji yang minim, (4)sistem kerja yang kurang
memfasilitasi ide, gagasan dan masukan dari pihak guru, (5) kurangnya
penghargaan atas kinerja dan prestasi kerja guru, (6) kebijakan-kebijakan yang
5
gabungan dari tingginya kepuasan hidup, tingginya afek positif dan rendahnya
afek negatif. Seseorang yang memiliki tingkat subjective well being yang
Sebaliknya orang yang memiliki tingkat subjective well being yang rendah
beresiko depresi.
perbedaan subjective well-being pada guru PNS Honorer dan PPPK. Untuk itu,
pada tanggal 15 – 30 mei 2023 dengan membagikan angket pada 11 guru PNS, 10
guru PPPK dan 11 guru Honorer di kota Lhokseumawe. Angket terdiri dari 12
Gambar 1.1
Diagram hasil survey awal guru PNS Honorer dan PPPK
6
7
100% 91%
91%
89% 91% 89% 89%
90% 82% 82%82%
80%
70%
60% 55%
50% 45% 44%
40% 33% PNS
30% 18% HONORER
20% 9% PPPK
10%
0%
Cemas Kesulitan Men- Permasalahan Stress
Penghasilan
Memikirkan gendalikan emosidengan rekan karena jam
yang tidak
nasib setelah karena perilaku kerja kerja yang
sesuai
masa kerja be- siswa yang tidak mempengaruhi berlebihan
rakhir baik performance
kinerja
Berdasarkan hasil survey diagram diatas terlihat bahwa guru PNS 45%
(n=5), Honorer 18% (n=9) dan PPPK 33% (n=6) cemas memikirkan nasib setelah
masa kerja berakhir. Selanjutnya hasil survey yang didapat terlihat bahwa PNS
55% (n=6), Honorer 9% (n=10) dan PPPK 44% (n=5) mengalami masalah dengan
penghasilan yang tidak sesuai. Selanjutnya PNS 91% (n=10), Honorer 91%
(n=10) dan PPPK 89% (n=9) Kesulitan Mengendalikan emosi karena perilaku
siswa yang tidak baik. Selanjutnya hasil survey menunjukan PNS 91% (n=10),
Honorer 82% (n=9) dan PPPK 89% (n=9) permasalahan dengan rekan kerja
82% Honorer (n= 9) dan 89% PPPK (9) mengalami stress karena jam kerja yang
berlebihan.
Dari hasil survey lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti terlihat ada
perbedaan antara PNS Honorer dan PPPK dalam bekerja. Berdasarkan hasil
gambar 1.1 menunjukkan bahwa subjective well-being yang tinggi dimiliki oleh
guru PNS. Guru berstatus PNS sudah mengalami kepuasan dalam hidup dan
seperti kesedihan dan kecemasan. (Myers & Diener, 1995) menjelaskan bahwa
individu yang memiliki level subjective well being yang tinggi, ditandai dengan
memandang setiap peristiwa yang terjadi secara positif. Hal ini terlihat ketika guru
PNS tidak cemas dengan nasib masa kerja dan penghasilannya dikarenakan status
PNS menjadi pegawai tetap dengan gaji dan fasilitas yang didapatkan serta
yaitu guru Honorer dan PPPK para guru ini masih merasa tidak puas dengan
hidupnya, jarang merasakan kebahagiaan dan status yang tidak jelas sering kali
merasakan emosi-emosi negatif seperti kemarahan dan kecemasan. Para guru ini
merasa cemas akan masa depan serta nasib dan penghasilan yang tidak sesuai
sebagai guru Honorer dan PPPK. Hal ini terlihat mereka merasa takut jika
(Myers & Diener, 1995) menjelaskan bahwa individu yang memiliki subjective
rendah mereka akan merasa bahwa mengajar meupakan hal yang memberatkan
mereka.
karena itu Subjective well-being penting bagi guru karena ketika guru memiliki
9
subjective well-being yang tinggi, mereka akan tetap bekerja produktif dan lebih
awal yang dipaparkan diatas, maka peneiti tertarik untuk melakukan penelitian
penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa, tidak ada perbedaan subjective well
being antara guru yang bersertifikasi mengajar dan guru yang tidak bersertifikasi
akan dilakukan yaitu pemilihan subjek penelitian dan sampel pembeda. Pada
metode penelitian yang akan dilakukan berfokus pada Guru PNS Honorer dan
guru honorer di SMP 27 Terbuka secara umum lebih banyak terdapat pada
kategori tinggi yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar 72.68% dan sebanyak 5
orang atau 26.32% berada pada kategori rendah. Untuk aspek kepuasan hidup
guru honorer di SMP 27 Terbuka berada dalam kategori cukup puas. Artinya
10
bahwa sebagian besar guru honorer ini cukup puas dengan kehidupan mereka.
Namun, menurut mereka masih terdapat beberapa aspek kehidupan yang perlu
mereka perbaiki. Aspek afek positif pada guru honorer di SMP 27 Terbuka secara
umum terdapat dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 14 orang atau sebesar
72.68% dan sebanyak 5 orang atau 26.32% barada pada kategori rendah. Aspek
afek negatif pada guru honorer di SMP 27 Terbuka secara umum berada dalam
kaetgori rendah yaitu sebanyak 16 orang atau sebesar 84.21% dan sebanyak 3
orang atau 15.78% terdapat dalam kategori tinggi. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian Wangi dan Annisa adalah dalam pemilihan subjek penelitian.
well being, yaitu seorang guru Honorer Sekolah Dasar Negeri, dalam kondisi
baik; subjek merasa enggan melepas pekerjaannya karena merasa nyaman menjadi
seorang guru; subjek memutuskan untuk memantapkan diri, terus mengabdi, dan
tetap menjadi seorang guru apapun keadaannya; dan faktor umum yang
mempengaruhi subjective well being ketiga subjek adalah self-esteem (harga diri),
kepribadian, pekerjaan, dan gaji. Perbedaan Pada penelitian ini dengan penelitian
terkait dukungan social mampu mengurangi stres, dan kegiatan keagamaan juga
memberikan kekuatan fisik dan mental. Selain itu, melibatkan mereka dalam
penelitian ini dengan penelitian Sharma adalah dalam pemilihan subjek penelitian.
Pada penelitian Sharma subjek penelitian adalah guru yang telah pensiun. Pada
penelitian saat ini subjek yang digunakan adalah guru PNS Honorer dan PPPK di
kota lhokseumawe.
mahasiswa pandemi covid-19 dilihat dari hope dan employability” hasil penelitian
menunjukan bahwa Ada pengaruh yang signifikan antara hope, dan employability
Ahmad Dahlan. Ada pengaruh positif yang signifikan antara hope dengan
Dahlan dengan mengontrol employability. Dan juga ada pengaruh positif yang
Perbedaan peneliti Fisa Amanah dengan penelitian saat ini yaitu subjek penelitian
Apoteker sedangkan penelitian saat ini menggunakan guru PNS Honorer dan
PPPK.
dalam penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan subjective well-being pada
maupun sebaliknya.
b) Bagi Pemerintah
13
BAB II
LANDASAN TEORI
kepuasan hidup dan evaluasi afektif (emosi), seperti perasaan atau emosi positif
dan negatif. subjective well-being juga memiliki hubungan dengan tingkat stress
dimana individu yang memiliki tingkat stress yang tinggi memiliki tingkat
kebahagiaan yang rendah sedangkan individu yang memiliki tingkat stress rendah
well being adalah suatu proses yang meliputi evaluasi kognitif dan emosional
Menurut Diener (2009), subjective well being terdiri dari tiga aspek
pembangun yaitu afek positif, afek negatif dan kepuasan hidup. Dimana afek
a. Aspek Kognitif
b. Afek positif ini mempresentasikan suasana hati dan emosi positif terhadap
besar, penuh perhatian, kasih sayang, dan aktif dalam melakukan sesuatu.
c. Afek negatif Suasana hati atau emosi negatif yang ada dalam
a. Kepuasan Hidup
Kepuasan terhadap diri sendiri, di mana individu harus memiliki harga diri
agar bisa puas dengan hidupnya yang merupakan korelasi tertinggi dengan
16
b. Faktor demografi
1. Usia
studi berpendapat orang yang lebih bahagia terjadi pada orang yang
masih muda dari pada orang yang sudah tua Studi selanjutnya
yang lebih tinggi, tetapi orang tua cenderung lebih positif dalam
menilai kehidupannya.
2. Jenis Kelamin
muncul dalam sampel yang sangat bahagia dan sangat tidak bahagia,
fakta bahwa wanita mengalami emosi positif dan negatif lebih sering
dan lebih intens dari pada pria. Sementara jenis kelamin menyumbang
3. Pekerjaan
17
yang nyata.
4. Pendidikan
5. Agama
tinggi
7. Penghasilan
tinggi.
8. Pengangguran
dikenalnya
2.2 Guru
19
yang profesinya mengajar disebut guru, baik itu guru di sekolah maupun ditempat
lain. Menurut Karwati & Priansa (dalam Sanjani, 2020) Guru adalah fasilitator
yang beradab.
Menurut Sanjaya (dalam Sanjani, 2020) Guru juga merupakan orang yang
dijelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah
warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
jujur, adil dan merata dalam penyelenggaran tugas negara, pemerintahan dan
2.4 Honorer
dan Honorer katagori K2, yang dimaksud dengan tenaga Honorer katagori 1 (K1)
oleh APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) atau APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara), tenaga Honorer yang termasuk katagori 1 sesuai
dengan Permen PAN-RB Nomor 5 tahun 2010 adalah tenaga Honorer yang
tenaga Honorer katagori 2 (K2) adalah tenaga Honorer yang diangkat per 1
januari 2005 dan tidak mendapat honor dari APBD dan APBN. Jika tenaga
Honorer K2 ingin menjadi PNS maka harus melalui tes seleksi (Putra, 2016)
tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan diganti menjadi nama Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Tenaga Honorer tidak bisa menjadi Pegawai
dengan Perjanjian Kerja harus melewati tahap seleksi, sehingga pemerintah tidak
dengan Perjanjian Kerja ini mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
dangan kontraknya. Dalam UU nomor 5 tahun 2014 tentang aparatur sipil Negara
(ASN), disebutkan bahwa PNS dan PPPK termasuk dalam ASN jadi, keduanya
dinggap setara karena tergolong dalam ASN, hanya sistemnya saja yang diubah.
PPPK akan mengisi pos-pos jabatan fungsional seperti auditor, guru atau
pustakawan, mereka juga bisa masuk jalur awal, tengah atau yang tertinggi
kerja. Dengan kata lain, tak ada aturan yang secara khusus
56 Tahun 2012)
C. Kedudukan Hukum
D. Usia Pensiun
kontrak.
kewajiban.
membutuhkannya lagi.
PPPK yaitu :
D. Dievaluasi kinerjanya
jaminan pensiun).
Gambar 2.1
Aspek Kognitif
Subjective well a. Life satisfaction
being Honorer
b.Domain Statisfaction
Aspek Positif
Aspek Negatif
PPPK (Pegawai
Perjanjian
Kerja)
26
2.8 Hipotesis
penelitian, oleh karna itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dlam
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didsarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
METODE PENELITIAN
digunakan untuk meneliti pada sampel tertentu (Sugiyono, 2019). Jenis penelitian
komparatif adalah penelitian yang membandingkan antara satu teori dengan teori
yang lain dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain (Sugiyono, 2019).
Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian komparatif yang bertujuan untuk
seseorang atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu obyek dengan obyek yang lain ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari
unuk menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan satu
mengacu pada fakta bahwa individu yang memiliki subjective well-being yang
baik percaya bahwa hidupnya adalah hal yang bermakna, bahagia, dan baik.
Subjective well-being individu dapat diketahui dari skor yang diperoleh pada skala
27
28
subjective well-being. Semakin tinggi skor dari pengisian skala yang diperoleh
terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu
membedakan dari subjek yang lain. Populasi dalam penelitian ini yaitu, guru PNS
Honorer dan PPPK dikota Lhokseumawe pada tahun 2023 Jumlah populasi guru
Tabel 3.1
SDN Arun 75 18 10
SDN 1 Muara Satu 18 2 12
SDN 2 Muara Satu 11 4 13
SDN 3 Muara Satu 11 5 8
SDN 4 Muara Satu 9 0 5
SDN 5 Muara Satu 13 0 11
SDN 6 Muara Satu 6 7 10
SDN 7 Muara Satu 7 2 15
SMP Negeri Arun 2 2 15
SMA Negeri Modal Bangsa 15 9 13
Arun
SMK IT Pesantren Tabina - - 15
Aceh
Total 168 55 142
Muara Dua TK Negeri Pembina Muara 5 1 3
Dua
SDN 1 Muara Dua 24 4 12
SDN 2 Muara Dua 17 - 20
SDN 3 Muara Dua 8 1 10
SDN 4 Muara Dua 16 2 13
SDN 5 Muara Dua 7 2 9
SDN 6 Muara Dua 8 4 8
SDN 7 Muara Dua 8 1 11
SDN 8 Muara Dua 7 - 11
SDN 9 Muara Dua 8 1 12
SDN 10 Muara Dua 5 2 13
SDN 11 Muara Dua 7 3 11
SDN 12 Muara Dua 7 2 11
SDN 13 Muara Dua 6 - 14
SDN 14 Muara Dua 5 1 16
SDN 15 Muara Dua 7 4 11
SMAS Sukma Bangsa - - 27
SMA IT Dataqu Imam Syafi’i - - 7
SMKS Ulumuddin - - 14
SLB Negeri Aneuk Nangroe 1 10 13
SLB Cinta Mandiri - - 17
Total 146 38 263
Blang TK Negeri Pembina Blang 5 2 9
Mangat Mangat
SDN 1 Blang Mangat 19 2 15
SDN 2 Blang Mangat 9 4 13
SDN 3 Blang Mangat 3 5 11
SDN 4 Blang Mangat 12 2 13
SDN 5 Blang Mangat 4 3 13
SDN 6 Blang Mangat 2 4 13
SDN 7 Blang Mangat 7 2 10
31
sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik
dari SD, SMP, SMA,SMK dan SLB. Pada sampel tahap pertama
rumus Slovin
n = N
1+N(e)²
n = 3.105
1+ 3.105(0,05)²
n = 3.105
1+3.105x0,0025
n = 3.105
8,7625
n= 354,3509
keterangan :
n = Jumlah sampel
data. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber primer yatu
(Sugiyono, 2019).
33
(Sugiyono, 2019). Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
subjective well-being The Satisfaction with Life Scale (SWLS) & Scale of Positive
1. Persiapan
Pada tahap pertama yaitu persiapan. Peneliti terlebih dahulu mencari
jurnal yang berkaitan dengan teori yang akan digunakan. Setelah itu
2. Pelaksanaan
Pada tahap kedua yaitu pelaksanaan. Peneliti meminta data guru Dinas
3. Pengolahan Data
Pada tahap ketiga yaitu pengolahan data, ketika jawaban responden telah
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala yang berbentuk kuesioner
yang diadopsi dari peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Sheilla Amani
Tholibulhadi (2020). Pada penelitan ini alat ukur yang digunakan adalah skala
subjective well-being The Satisfaction with Life Scale (SWLS) & Scale of Positive
well being dari Diener dkk (2009) diantaranya adalah aspek kognitif (kepuasan
hidup) dan aspek afektif (afek positif dan afek negatif) dengan menggunakan 5
sesuai dengan jenis pertanyaan yaitu favorable dan unfavorable. Untuk aitem
skor yang didapatkan akan semakin tinggi tingkat subjective well-being pada guru.
Table 3.2
35
Table 3.3
Blue Print Aspek Kognitif (Satisfaction with Life Scale)
3.8.1 Validitas
Uji validitas item digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam
kuesioner atau skala, apakah item-item pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam
mengukur apa yang diukur, atau bisa melakukan penilaian langsung dengan
metode korelasi pearson atau metode corrected item- total correlation (Priyanto,
2011) syarat dikatakan valid minimum untuk dianggap suatu butir instrument
valid apabila nilai indeks validitasnya diatas 0,3 (>0,3), jika dibawah 0,3 (<0,3)
tidak valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini untuk uji validitas
3.8.2 Reliabilitas
pengukuran dengan menggunakan objek yang sama akan menghasilkan data yang
36
sama. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah
alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika
pengukuran tersebut diulang. Metode uji reliabilitas yang sering digunakan yaitu
Cronbach’s Alpha. Untuk penentuan apakah instrument reliable atau tidak, bisa
kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8
dependen distribut normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini
apabila nilai signifikansi atau probabilitas yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05
(p > 0,05), maka sebaran skor data dikatakan memenuhi distribusi normal.
Sebaliknya, apabila nilai signfikansi atau probabilitas yang diperoleh lebih kecil
dari α = (p < 0,05), maka sebaran skor data berdistribusi tidak normal
(Priyanto, 2011)
3.9.2 Homogenitas
uji T sampel bebas (independent sampels t-test) dan uji varian satu jalan (one way
ANOVA). Uji ini untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah
sama atau tidak. Jika nilai signifikans > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian
dari dua atau lebih kelompok data adalah sama. Sebaliknya jika signifikansi <
37
0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah
dapat diterima atau di tolak. Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini
Honorer dan PPPK dalam bekerja dikota Lhokseumawe. Pada penelitian ini jika
data terdistribusi normal maka uji statistik parametrik yang digunakan adalah one
way anova. Selanjutnya apabila data terdistribusi tidak normal maka uji statistik
non parametrik yaitu uji Kruskal Wallis. Uji ini merupakan uji komparatif yang
Kriteria uji f adalah apabila f hitung < f tabel maka Ho diterima dan Ha
ditolak, sebaliknya apabila f hitung > f tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.
sebesar 0,05 (α= 5%). Penerimaan atau penolakan uji hipotesis ini dilakukan
a. Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Hipotesis
b. Jika nilai signifikan > 0,05 maka nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif
(Ha) diterima.
DAFTAR PUSTAKA