Anda di halaman 1dari 7

REFERAT

DISENTRI

Oleh :

Roro Sri Tanjung Wigid P K

201510330311147

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun sekitar 100 juta episode diare pada orang dewasa per tahun.10

Dari laporan surveilan terpadu tahun 1989 jumlah kasus diare. didapatkan 13,3 %

di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada penderita rawat inap dan 0,05 %

pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella,

Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica.

Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery, kadang-kadang dapat

juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan Enteroinvasive E.coli

( EIEC)2

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang

disentri baik mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pemahaman

penulis maupun pembaca mengenai disentri beserta patofisiologi dan

penanganannya.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Disentri merupakan kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir

dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Praktisnya, diare berdarah dapat

digunakan sebagai petanda kecurigaan terhadap disentri1

2.2 Etiologi

Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba. Infeksi yang disebabkan

oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler dan merupakan penyebab tersering

disentri pada anak. Shigella dilaporkan sebagai penyebab tersering disentri basiler

pada anak. Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh amuba dikenal sebagai

disentri amuba1

2.3 Patofisiologi

Infeksi menyebar melalui tangan, makanan maupun air yang terkontaminasi,

dan biasanya terjadi pada daerah dengan kebersihan perorangan yang buruk.

jumlah Shigella yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit sangat kecil.

Sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare pada anak di bawah usia 5 tahun

adalah disentri.2

2.4 Manifestasi Klinis

Selain diare berdarah, anak juga mengalami demam, nyeri perut terutama

menjelang buang air besar, pada pemeriksaan tinja rutin didapatkan jumlah

leukosit dan eritrosit yang meningkat, dan pada pemeriksaan biakan tinja dapat

dijumpai kuman penyebab. Nyeri perut saat buang air besar (tenesmus) seringkali

3
tidak terlihat pada anak yang usianya lebih muda karena mereka umumnya belum

dapat menggambarkan keluhan tersebut1

2.5 Diagnosis

1. BAB cair, sering dan disertai dengan darah yang dapat dilihat dengan jelas.

2. Pemeriksaan feses untuk mengidentifikasi trofozoit amuba dan Giardia.

3. Shigellosis menimbulkan tanda radang akut meliputi:

a. Nyeri perut

b. Demam

c. Kejang

d. Letargis

e. Prolaps rectum

4. Dehidrasi, gangguan percernaan dan kekurangan zat gizi.

5. Tanda invaginasi : dominan lendir dan darah, kesakitan dan gelisah, massa

intra-abdominal dan muntah3

2.6 Penatalaksanaan

Disentri umumnya respon terhadap antibiotika yang sensitif terhadap shigella.

Anak dipantau setelah 2 hari, untuk melihat tanda penyembuhan, antara lain tidak

ada demam, frekuensi buang air besar dan volume tinja berkurang dengan jumlah

darah minimal atau menghilang, dan meningkatnya selera makan. Apabila tidak

ada perbaikan dalam 3 hari, harus dipikirkan keadaan lain, pertimbangan

penggantian antibiotika. Bila kondisi mengkhawatirkan anak harus dirawat. Bila

ada fasilitas penunjang laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan terhadap

4
amuba pada tinja. Disentri yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak

mendapat ASI dan pada anak dengan gizi kurang

1. Penanganan dehidrasi dan pemberian makan sama dengan diare akut.

2. Yang paling baik adalah pengobatan yang didasarkan pada hasil

pemeriksaan tinja rutin, apakah terdapat amuba vegetatif. Jika positif

maka berikan metronidazol dengan dosis 50 mg/kg/BB dibagi tiga dosis

selama 5 hari. Jika tidak ada amuba, maka dapat diberikan pengobatan

untuk Shigella.

3. Beri pengobatan antibiotik oral (selama 5 hari), yang sensitif terhadap

sebagian besar strain shigella. Contoh antibiotik yang sensitif terhadap

strain shigella di Indonesia adalah siprofloxasin, sefiksim dan asam

nalidiksat

4. Beri tablet zinc sebagaimana pada anak dengan diare cair tanpa dehidrasi1

2.7 Komplikasi

Anak dengan disentri bisa mengalami dehidrasi, terlebih bila tidak diimbangi

dengan asupan cairan yang cukup. Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang

keluar melalui diare. Anak dengan disentri sebaiknya diberi minum yang cukup,

terutama bila mereka mengalami demam. Infus diberikan bila anak mengalami

dehidrasi berat atau sulit mendapat asupan makan karena hilang nafsu makan.

Selama anak masih mau minum dan makan dalam jumlah cukup, infus tidak perlu

diberikan. Kekurangan Kalium, demam tinggi, prolaps rekti, kejang, dan sindroma

hemolitik-uremik1

5
BAB 3

KESIMPULAN

Disentri merupakan kumpulan gejala penyakit seperti diare berdarah, lendir

dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Praktisnya, diare berdarah dapat

digunakan sebagai petanda kecurigaan terhadap disentri. Disentri umumnya

respon terhadap antibiotika yang sensitif terhadap shigella. Anak dipantau setelah

2 hari, untuk melihat tanda penyembuhan, antara lain tidak ada demam, frekuensi

buang air besar dan volume tinja berkurang dengan jumlah darah minimal atau

menghilang, dan meningkatnya selera makan. Apabila tidak ada perbaikan dalam

3 hari, harus dipikirkan keadaan lain, pertimbangan penggantian antibiotika. Bila

kondisi mengkhawatirkan anak harus dirawat. Bila ada fasilitas penunjang

laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan terhadap amuba pada tinja. Disentri

yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan pada anak

dengan gizi kurang

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious

Diarrhoea). Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit

Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit

Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press, 2002. 34 – 40.

2. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL,

Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious

Disease. New York: Lange Medical Books, 2003. 225 – 68

3. Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM,

Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi

ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam

FKUI ;1996. 451-57.

Anda mungkin juga menyukai