Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Sistem Akuntansi Di Organisasi Yang Dijadikan Objek Tugas

2.1.1 Sistem Akuntansi Sektor Publik


Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mencatat dan melaporkan
informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau suatu organisasi bisnis.
Sistem akuntansi terdiri atas dokumen bukti transaksi, alat-alat pencatatan, laporan dan
prosedur yang digunakan perusahaan untuk mencatat transaksi-transaksi serta
melaporkan hasilnya. Operasi suatu sistem akuntansi meliputi tiga tahapan:

1. Harus mengenal dokumen bukti transaksi yang digunakan oleh perusahaan, baik
mengenai jumlah fisik maupun jumlah rupiahnya, serta data penting lainnya yang
berkaitan dengan transaksi organisasi
2. Harus mengelompokkan dan mencatat data yang tercantum dalam dokumen bukti
transaksi kedalam catatan-catatan akuntansi.
3. Harus meringkas informasi yang tercantum dalam catatan-catatan akuntansi
menjadi laporan-laporan untuk manajemen dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan

Beberapa Sistem Akuntansi Sektor Publik Yaitu:

A. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi untuk mencatat transaksi-transaksi
yang terdapat pada anggaran mulai dari saat anggaran disahkan, dialokasikan,
dilaksanakan/ direalisasikan sampai ditutup pada akhir tahun anggaran serta
pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu
pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.
B. Akuntansi Dana
Akuntansi Dana merupakan sistem akuntansi yang sering digunakan oleh organisasi-
organisasi nirlaba dan institusi sektor publik. Sistem tersebut merupakan metode
pencatatan dan penampilan entitas dalam akuntansi seperti aset, dan kewajiban yang
dikelompokkan menurut kegunaannya masing-masing. Akuntansi dana umumnya
digunakan pada organisasi-organisasi nirlaba dan sektor publik yang umumnya
membutuhkan metode pelaporan khusus neraca akhir yang dapat menunjukkan arus
pengeluaran keuangan organisasi tersebut secara jelas. Metode pelaporan tersebut
berbeda dengan laporan neraca akhir yang biasa digunakan oleh sektor bisnis yang
menekankan pada nilai keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh organisasi
tersebut dalam suatu periode akuntansi tertentu.

Terdapat dua jenis dana yang digunakan pada organisasi sektor public yaitu ; dana
yang dapat dibelanjakan (expendable fund) digunakan untuk mencatat nilai aktiva,
utang, perubahan aktiva bersih, dan saldo yangdapat dibelanjakan untuk kegiatan
yang bertujuan mencari laba. Jenis akuntansi ini digunakan pada organisasi
pemerintah (governmental funds), dana yang tidak dapat dibelanjakan
(nonexpendable) untuk mencatat pendapat biaya, aktiva, utang, dan modal untuk
kegiatan yang sifatnya mencari laba. Jenis akuntansi ini digunakan pada organisasi
bisnis (proprietary).

C. Akuntansi Komitmen
System akuntansi komitmen adalah system akuntansi yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan (komitmen) manajemen oprasional. Sitem akuntansi
komitmen dipergunakan untuk pengendalian anggaran belanja organisasi. Akibatnya
system akuntansi komitmen (comiment accounting) sering diimplementasikan
sebagai sub system. Fungsi utama pada system ini adalah pengendalian anggaran,
oleh sebab itu fokusnya pada pesanan yang dikirimkan.

D. Akuntansi Akrual – Sistem Akuntansi Pemerintahan Berbasis Adaptasi IPSAS


System akrual merupakan system yang paling modets. Keberhasilan new Zealand
menerapakan akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai perubahan manajemen
sektor public. Salah satu usaha untuk menerapkan akuntansi akrual diindonesia
adalah penerbitan manual akuntansi keuangan pemerintah daerah (MAKUDA) –
2001 (bastian 2001). Orientasi basis akrual telah dinyatakan secara tegas dibagian
tujuan manual sebagai berukut ;

sebagai pedoman, agar terdapat suatu pedoman, penafsiran atau panduan yang jelas
bagi aparat yang berkecimbung keuangan daerah dalam menerapkan SAK dan SKAP
fungsi manajemen, agar fungsi manajemen keuangan daerah dapat diselenggarakan
dengan baik, transparan dan lebil akuntabel. penyajian laporan keuangan, agar
tahapan dalam penyajian laporan keuangan dapat diselenggarakan dengan baik oleh
pemerintah daerah. keseimbangan transparansi dan akuntabilitas, sebagai alat
pengendalian / pengawasan dan pemeriksaan.

2.1.2 Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta


Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
sektor swasta, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan yaitu :
1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun skctor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduannya menggunakan
sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber
daya.
3. Kedua sektor sama – sama membutuhkan informasi yang handal dan relevan
untuk melaksanakan fungsi manajemen yaitu : perencanaan, pengorganisasian
dan pengendalian.
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya :
baik pemerintah maupun swasta sama – sama bergerak di bidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi dan lain – lain.
5. Kedua sektor terkait pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain
yang disyaratkan.
6.
2.1.3 Sistem Akuntansi Yang Digunakan Di UTD (Unit Transfusi Darah)

Dapat dikatakan bahwa sistem akuntansi di UTD yang di observasi adalah sistem
Akuntansi Anggaran. Akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi untuk
mencatat transaksi-transaksi yang terdapat pada anggaran mulai dari saat anggaran
disahkan, dialokasikan, dilaksanakan/ direalisasikan sampai ditutup pada akhir tahun
anggaran serta pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan
untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.

A. Pendanaan

Dalam pembentukan dan pengoperasian UTD dipakai prinsip “Kemandirian” atau


“Otonomi”. Lalu dari mana diperolehnya biaya?

Untuk modal pertama diperoleh dari sumbangan Pemerintah Daerah, Departemen


Kesehatan, PMI dan para dermawan lain.

Untuk biaya operasional, selain diperoleh dari sumber diatas, terutama diperoleh dari :

1. PC PMI yang bersangkutan, yaitu 20% dari Bulan Dana.


2. Hasil pengumpulan dari biaya layanan (service cost).
3. Sumber lain yang sah.

Darah tidak boleh diperjual belikan dengan dalih apapun, tetapi untuk mendapatkan
darah yang siap pakai diperlukan pengelolaan darah yang membutuhkan biaya. Biaya
inilah yang disebut Biaya Pengelolaan Darah atau Service Cost, yaitu biaya yang
dibebankan kepada pasien untuk mengganti biaya pengelolaan darah. Di dalam
menentukan biaya pengelolaan darah tidak boleh ada unsure mencari keuntungan dan
penetapan besarnya biaya tersebut diberikan oleh Dinas Kesehatan setempat.

B. Pengeloaan keuangan UTD

Pengelolaan keuangan UTD sendiri oleh UTD. Keuangan UTD dikelola terpisah
dari PC PMI yang terkait. Uang UTD hanya dipergunakan untuk UTD. Uang TD
tidak boleh dipergunakan di luar kebutuhan UTD. Pembukuan keuangan UTD
dilaksanakan dengan rapi.

C. Sumber keuangan UTD :


1. Bantuan dari Pemda
2. Bantuan PC PMI dari bulan dana
3. Perolehan dari biaya pengolahan darah
4. Perolehan dari hasil pemeriksaan golongan darah, dan sebagainya.
5. Sumber lain yang sah.

D. Pos pengeluaran keuangan UTD

1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja penerimaan
4. Kegiatan program / operasional
5. Lain-lain

2.2 Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik

2.2.1 Pengertian Pengendalian Manajemen Sektor publik


Setiap organisasi publik maupun swasta memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut diperlukan strategi yang dijabarkan dalam bentuk
program-program atau aktivitas. Organisasi memerlukan sistem pengendalian
manajemen untuk memberikan jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara
efektif dan efisisen sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.

Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas, yaitu:


1. Perencanaan,
2. Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi,
3. Komunikasi informasi,
4. Pengambilan keputusan,
5. Memotivasi orang-orang dalam organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan
organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi,
6. Pengendalian,
7. Penilaian kinerja.

Kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi
karena adanya kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam
proses pengendalian manajemen. Sistem pengendalian manajemen sektor publik
berfokus pada bagaimana melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efesien
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai. Sistem pengendalian manajemen tersebut
harus didukung dengan perangkat yang lain berupa struktur organisasi yang sesuai
dengan tipe pengendalian manajemen yang digunakan, manajemen sumber daya
manusia, dan lingkungan yang mendukung.
Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem pengendalian manajemen,
karena sistem pengendalian manajemen berfokus pada unit-unit organisasi sebagaui
pusat pertanggungjawaban tersebut merupakan basis perencanaan, pengendalian, dan
penilaian kinerja. Manajemen sumber daya manusia harus dilakukan sejak proses
seleksi dan rekruitmen, training, pengembangan, dan promosi hingga pemberhentian
karyawan. Faktor lingkungan meliputi kestabilan politik, ekonomi, sosial, keamanan,
dan sebagainya. Kesemua unsur tersebut hendaknya dapat mendukung pelaksanaan
strategi organisasi.

2.2.2 Tipe Pengendalian Manajemen


Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Pengendalian preventif (preventif control)
Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategi
perencanaan strategik yang dijabarkan dalam bentuk program-program.
2. Pengendalian operasional (operational control)
Dalam tahap ini pengendalian manajemen terkait dengan pengawasan pelaksanaan
program yang telah ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran digunakan
untuk menghubungkan perencanaan dengan pengendalian.
3. Pengendalian kinerja
Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis evaluasi kinerja
berdasarkan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan.

2.2.3 Struktur Pengendalian Manajemen

Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan struktur organisasi yang baik.
Struktur organisasi termanifestasi dalam bentuk struktur pusat pertanggungjawaban
(responsibility centers). Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang
dipimpin oleh manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

Suatu organisasi merupakan kumpulan dari berbagai pusat pertanggungjawaban


tersebut adalah:

1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilaian kinerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpinnya;
2. Untuk memudahkan mencapai tujuan organisasi;
3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence;
4. Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi
sehingga mengurangi beban tugas manajer pusat;
5. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan;
6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisisen;
dan
7. Sebagai alat pengendalian anggaran
8. Tanggung jawab manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk menciptakan
hubungan yang optimal antara sumber daya input yang digunakan dengan output
dihasilkan, kemudian dikaitkan dengan target kinerja. input diukur dengan jumlah
sumber daya yang digunakan sedangkan output diukur dengan jumlah
produk/output yang dihasilkan.

2.3 Konsep Pusat Pertanggung Jawaban Di Organisasi Sektor Publik

Konsep pusat pertanggung jawaban merupakan wujud dari model pengambilan keputusan
secara terdesentralisasi. Organisasi yang dibagi kedalam pusat-pusat pertanggungg jawaban
akan mempengaruhi sistem akuntansi yang diterapkan. Sistem akuntansi
pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai setiap pusat
pertangggung jawaban menrut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk
mengoprasikan pusat pertanggunjawaban mereka.

2.3.1 Jenis-jenis Pusat Pertanggung Jawaban


Secara garis besar pusat pertanggungjawaban pada organisasi sector publik dibedakan
menjadi 4 oleh Mardiasmo (2009) sebagai berikut:

a. Pusat Biaya (Expense Center)


Pusat biaya adalah pusat pertanggunjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan bukan nilai output yang dihaslkan. Pada
pusat standar biaya manajer bertanggung jawab hanya terhadap biaya ( Hansen
dan Mowen, 2007. Dan Hilton 2008). Suatu unit organisasi dianggap sebagai pusat
biaya apabila ukuran kinerja dinilai berdasarkan biaya yang telah digunakan
( bukan nilau Output yang dihasilkan). Contohnya : kementian pendidikan, dinas
pekerja umum, dan sebagainya.

b. Pusat Pendapatan ( Revenue Center )


Pusat poendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
dinilai berdasarkan poendapatan yang dihasilkan sebagaimana pada organisasi
perusahan manajer pada pusat pendapatan hanya bertanggungjawab terhadap
penjualan ( Hansen dan Mowen, 2007. Hilton, 2008 ).

c. Pusat Laba ( Profit Center )


Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input ( expense)
dengan output (revenue) dalam sartuan moneter. Kinerja manajer dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan. Contohnya adalah BUMN dan BUND, objek
pariwisata milik PEMDA, bandara, dan pelabuhan.

d. Pusat Investasi (Investment Center)


Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang presasi majernya dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat
pertangguungjawaban yang dipimpinnya.

2.3.2 Implementasi Pusat Pertangggung Jawaban Di Organisasi Pemerintahan

Menurut Mardiasmo (2009) pusat pertangggungjawaban diorganisasi sector publik di


bagi menjadi 4 yaitu,

a. Pusat Biaya
Hampir sebagian besar unit organisasi dalam organisasi pemerintahan merupakan
pusat biaya, karena memang tujuan utama organisasi sector publik adalah
pelayanan publik. Ukuran kinerja yang digunakan untuk menilai unit organisasi
sebagai pusat biaya adalah seberapa besar input yang digunakan oleh unit
organisasi tersebut untuk mencapai atau menghasilkan output tertentu pula baik
berupa fisik maupun nonfisik, tanpa memperhitungkan tingkat pengembalian
secara finansialnya. Pada puasat biaya efisiensi dapat ditetukan dengan
membandingkan antara input yang digunakan dengan output yang dihasilakan atau
dengan standar biaya yang telah di tetapkan. Sedangkan efektifitas unit organisasi
dapat di tentukan dengan misalnya, mengukur tingkat keterjangkauan, kualitas dan
kapuasan publik dari output yang telah dihasilkan tersebut dengan metode survei.

b. Pusat Pendapatan
Pada organisasi sector publik, unit organisasi yang berfungsi sebagai pusat
pendapatan adalah unit organisasi nyang tujuan utamanya adalah memungut dan
menghasilkan pendapatan. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada imput yang
digunakan (biaya), namun semua sumber daya yang digunakan ( misalnya adalah
angggaran) digunakan dalam rangka untuk melaksanakan pemungutan,
ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan. Pada organisasi pemerintah pusat, unit
organisasi yang berfungsi sebagai pusat pendapatan adalah kementrian keuangan,
terutama untuk dirjen pajak,dan dirjen Bea dan Cukai.

c. Pusat Laba
Yaitu organisasi yang berfungsi menghasilkan laba untuk membantumeningkatkan
pendapatan daerah untuk menjalankan pelayanan publik. kinerja manajer dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan. Biasanya unit organisasi ini adalah unit bisnis
milik pemerintah atau sebagian usahanya dimiliki pemerintah atau sebagian
sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Pada unit orgnaisasi ini, proses
pembiayaaanya tunduk pada aturan perundang-undangan yang mengatur
pengelolaan keuangan Negara atau daerah, sedangkan operasionalnya organisasi
bisnis.

d. Pusat investasi
Yaitu pusat pertangggungjawaban yang presentasi manajernya dinilai berdasarkan
laba yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Menurut Hartono (2009) investasi adalah
pengorbanan konsumsi pada masa saat ini untuk mmemperoleh manfaat di masa
mendatang. Dilihat dari segi manfaat yang akan diperoleh, investasi yang
dilakukan oleh organisasi sector publik tidak harus langsung menghasilkan
imbalan keuangan (return), tetapi dapat juga bersifat tidak langsung yaitu apabila
keputusan investasinya ddapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
publik dan kesejahteraan masyarakat sekitar sehingga nantinya akan meningkatkan
kapasitas anggaran pemda.

Sedangkan Literature Akuntansi Manajemen Kontenporer membagi pusat


pertanggungjawaban menjadi 5, juga ada pusat beban terbatas.

e. Pusat beban terbatas


Pusat beban terbatas (discretionary expence center ) merupakan unit yang
menghasilkan output yang tidak dapat diukur secara finansial atau bagi, unit yang
tidak ada hubungan yang kuat antara pemakaian sumber (input) dan hasil yang
dicapai (output).
2.4 Pengukuran Kinerja di Sektor Publik
Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan
non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan alat pengendalian organisasi,
karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment systems.

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud :

1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja


pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus
pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada ahkirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian Pelayanan publik.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban
publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, Sehingga tidak ada indikator tunggal yang
dapat digunakan untuk menunjukan kinerja secara komperhensif. Berbeda dengan sektor
swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat ingtangible
output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh
karena itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja non-finansial.

2.4.1 Informasi Dalam Pengukuran Kinerja Sektor Publik

1. Informasi Finansial.
Penilaian kinerja finansial dilakukan dengan menganalisisvarians antara kinerja
aktual dengan yang dianggarkan. Analisis Varians secara garis besar :
a. Varians Pendapatan (revenue variance)
b. Varians Pengeluaran/Belanja ( expenditure variance )
 Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
 Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)

Setelah analisis varians dilanjutkan dengan mengidentifikasi sumber penyebab


terjadinya varians tersebut (apa, siapa/bagian mana, kenapa, dan bagaimana).
Keterbatasan analisis varians diantaranya adalah kesulitan menetapkan batasan
besarnya varians.
2. Informasi Non Finansial.
Informasi non-finasial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses
pengendalian manajemen. Teknik pengukuran komprehensif yang banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah Balanced Scorecard.

Pengukuran dengan metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu :


a. Perspektif finansial (finansial perspective),
b. Perspektif kepuasan pelanggan (custumer perspective,
c. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency), dan
d. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).

Jenis informasi nonfinasial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key
variable) atau sering dinamakan sebagai key succes factor, key result
factor, atau pulse point. Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan
faktor-faktor yang menjadi sebab kesuksesan organisasi.

Karakteristik variabel kunci antara lain :


 Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi;
 Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat;
 Perubahannya tidak dapat diprediksi;
 Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera;
 Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate)

2.4.2 Pengukur Kinerja


Manajemen kinerja membutuhkan alat yang disebut pengukuran kinerja. Pengukuran
kinerja digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian kinerja, yaitu untuk
menilai keberhasilan organisasi, program, dan kegiatan.

Pengukuran kinerja merupakan suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap


pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditentukan, termasuk informasi atas efisiensi
penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang dan jasa, untuk mengukur
kualitas barang dan jasa, membandingkan hasil kegiatan dengan target, dan menilai
efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Dengan adanya pengukuran kinerja memungkinkan bagi unit kerja pemerintahan
untuk memonitor kinerja dalam menghasilkan keluaran (output), hasil (outcomes),
manfaat (benefit) dan dampak (impact) terhadap masyarakat, sehingga bermanfaat
untuk membantu pimpinan instansi dalam memonitor dan memperbaiki kinerja serta
fokus pada tujuan organisasi dalam rangka memenuhi tuntutan akuntabilitas publik.
Sistem pengukuran kinerja yang menggunakan kerangka pengukuran kinerja dengan
pendekatan proses mulai dari input hingga dampaknya adalah sebagai berikut:

1. Masukan (Input)

Indikator input harus dibedakan dengan inputnya sendiri. Input adalah segala hal
yang digunakan untuk menghasilkan output dan outcome. Sedangkan
indikator input adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah input yang
digunakan untuk menghasilkan output dan outcome (melaksanakan kegiatan).
Dengan meninjau distribusi sumberdaya, suatu lembaga dapat menganalisis
kesesuaian alokasi sumberdaya dengan rencana strategis yang telah ditetapkan.
Tolok ukur input relatif mudah diukur dan telah dipergunakan secara luas, namun
tidak terlepas dari adanya permasalahan antara lain :
 Tingkat intensitas keterlibatan SDM dalam pelaksanaan kegiatan tidak
digambarkan dalam pengukuran SDM.
 Pengukuran biaya tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang dibebankan
pada suatu kegiatan tidak memiliki kaitan dengan pencapaian sasaran
kegiatan tersebut.
 Banyak biaya input seperti biaya pendidikan dan pelatihan, gaji bulanan
karyawan pelaksana, penyusutan aktiva yang dipergunakan, seringkali
tidak diperhitungkan sebagai biaya kegiatan.

Tolok ukur input tidak dapat digunakan untuk menilai kinerja suatu kegiatan
apabila diterapkan tidak menggunakan pertimbangan yang tepat.
Besarnya input dengan tingkat keberhasilan atau kinerja suatu kegiatan memang
memiliki hubungan/korelasi. Namun, tingkat korelasi ini tidak sepenuhnya tepat,
karena Input yang besar tidak selalu menjamin tercapainya suatu keberhasilan
pemerintah.

2. Proses (Process)
Indikator ini berisi gambaran mengenai langkah-langkah yang dilaksanakan dalam
menghasilkan barang atau jasa. Indikator mengenai proses dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Frekuensi proses atau aktivitas,
b. Ketaatan terhadap ketentuan atau standar yang ditentukan dalam
melaksanakan proses.
3. Keluaran (Output)

Indikator output harus dibedakan dengan outputnya sendiri. Output adalah segala
hal yang dihasilkan oleh suatu aktivitas atau kegiatan. Sedangkan
indikator output adalah alat untuk mendeskripsikan bagaimana organisasi
mengelola input tersebut dalam menghasilkan output dan outcome. Dengan
membandingkan output, suatu unit kerja dapat menganalisis sejauh mana kegiatan
terlaksanan sesuai dengan rencana. Untuk dapat menilai kemajuan suatu kegiatan,
tolok ukur output harus dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi
dengan baik dan terukur. Untuk dapat menggambarkan mengenai hal tersebut,
indikator kinerja output dapat dikelompokkan menjadi indikator yang
menggambarkan mengenai kuantitas output, kualitas output dan efisiensi dalam
menghasilkan output.

4. Hasil (Outcome).
Indikator outcome memberikan gambaran mengenai hasil aktual atau yang
diharapkan dari barang atau jasa yang diproduk oleh suatu organisasi. Indikator
kinerja outcome mengukur outcome yang lebih dapat dikendalikan (controllable)
bagi organisasi. Untuk outcome yang melibatkan banyak pihak ataupun
dipengaruhi secara signifikan oleh faktor-faktor lain di luar kendali organisasi
sebaiknya diukur sebagai manfaat (benefit) atau dampak (impact).

Indikator kinerja outcome dapat dikelompokkan menjadi indikator yang


menggambarkan mengenai :
a. Peningkatan kuantitas setelah output/ kegiatan selesai,
b. Perbaikan proses setelah output/ kegiatan selesai,
c. Peningkatan efisiensi setelah output/ kegiatan selesai,
d. Peningkatan kualitas setelah output/kegiatan selesai,
e. Perubahan perilaku setelah output/ kegiatan selesai,
f. Peningkatan efektivitas setelah output/ kegiatan selesai,
g. Peningkatan pendapatan setelah output/ kegiatan selesai.

5. Manfaat (Benefit)
Indikator kinerja ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil.
Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam
jangka menengah dan jangka panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal-hal
yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi
dengan optimal (tepat lokasi dan tepat waktu).
6. Dampak (Impact)
Indikator dampak memberikan gambaran mengenai efek langsung atau tidak
langsung yang dihasilkan dari tercapainya tujuan-tujuan program. Dampak
merupakan outcome pada tingkat yang lebih tinggi hingga batas tertentu. Indikator
kinerja dampak, mengukur outcome yang lebih makro dan melibatkan pihak lain
diluar organisasi. Karena sifatnya yang tidak dikendalikan (uncontrollable),
indikator dampak boleh tidak disertai dengan target.

2.4.3 Konsep VALUE FOR MONEY

Salah satu konsep yang bisa digunakan untuk menilai/mengukur kinerja adalah
konsep Value for Money. Pengukuran kinerja Value for Money adalah pengukuran
kinerja untuk mengukur nilai ekonomi, efisiensi, dan efektivitas suatu kegiatan,
program, dan organisasi.

1. Ekonomi
Ekonomi terkait dengan pengkonversian input primer berupa sumber daya
keuangan menjadi inputsekunder berupa tenaga kerja, bahan, infrastruktur, dan
barang modal yang dikonsumsi untuk kegiatan operasi organisasi. Konsep ekonomi
sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh nilai input. Ekonomi
memiliki pengertian bahwa sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga
yang lebih rendah (spending less), yaitu harga yang mendekati harga pasar.

Secara matematis, ekonomi merupakan perbandingan antara input dengan nilai


rupiah untuk memperoleh input tersebut. Atau dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Ekonomi = Input : Harga Input

Organisasi harus memastikan bahwa dalam perolehan sumber daya input, seperti
material barang, dan bahan baku tidak terjadi pemborosan. Untuk memenuhi
prinsip ekonomi dapat dilakukan survei harga pasar untuk mengetahui
perbandingan harga sehingga organisasi bisa menentukan harga terendah
suatu input dengan kualitas tertentu.

2. Efisiensi
Efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang
dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut. Secara matematis, efisiensi merupakan perbandingan
antara output dengan input atau output per unit input. Suatu organisasi, program,
atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu
dengan inputserendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu
menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well). Untuk mendapatkan tingkat
efisiensi, dapat menggunakan formula sebagai berikut:

Efisiensi = Output : Input

3. Efektivitas

Efektifitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan
tujuan. Semakin besar kontribusioutput terhadap pencapaian tujuan, maka semakin
efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan
efisiensi pada output atau proses, maka efektivitas berfokus padaoutcome. Suatu
organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan
bisa memenuhi tujun yang diharapkan, atau dapat dikatakan spending wisely.

Formulasi yang dapat digunakan untuk mendapatkan tingkat efektivitas adalah


sebagai berikut:
Efektivitas = Outcome : Output

Karena output yang dihasilkan pemerintah lebih banyak bersifat output yang tidak
berwujud (intangible) yang tidak mudah untuk dikuantifikasikan, maka pengukuran
efektivitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuran efektivitas
tersebut adalah karena pencapaian hasil (outcome) sering tidak bisa diketahui dalam
jangka pendek, akan tetapi jangka panjang setelah program berakhir, sehingga
ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan
saja (judgement).

Value for Money menghendaki organisasi sektor publik bisa memenuhi prinsip
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas tersebut secara bersama-sama. Dengan kata
lain, value for money menghendaki pemerintah dapat mencapai tujuan yang
ditetapkan dengan tingkat biaya yang lebih rendah.
Daftar pustaka

https://andichairilfurqan.wordpress.com/tag/pengukuran-kinerja-sektor-publik/
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_akuntansi
http://sungkemdalem.blogspot.co.id/2013/09/pengukuran-kinerja-organisasi-sektor.html
http://lestachi.blogspot.co.id/2013/10/sistem-pengendalian-manajemen-sektor.html
https://datakata.wordpress.com/2013/12/03/sistem-pengukuran-kinerja-sektor-publik/
http://pengendalianmanajemensektorpublik.blogspot.co.id/2015/09/akuntansi-sektor-publik.html
http://kdardika.blogspot.co.id/2012/09/sistem-akuntansi-sektor-publik.html

Anda mungkin juga menyukai