Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ully Andani

Nim : 210401025

Prodi : Pendidikan Sejarah

Unit :02

METODOLOGI SEJARAH

BAB 8 SEJARAH KEBUDAYAAN

Sejarah Kebudayaan

Seminar HIPIIS 1990 dan pidato kenegaraan presiden malam menjelang 17 agustus
1990 rupanya merupakan isyarat bahwa budaya akan menempati kedudukan sentral di masa
mendatang. Di tengah arus globalisasi budaya dan universalisasi nilai-nilai, adalah suatu
keharusan bila sejarawan menyumbangkan ilmunya kepada bangsa nya. Sejarah kebudayaan
mempunyai peran yang sangat penting, karna melihat ke masa lalu akan dapat membangun
masa depan dengan lebih baik. Sehingga kita tidak akan mudah terjebak pada archaisme dan
makronisme, meskipun bertumpu pada jati diri yang terbentuk di masa lampau sejarah kita.

Banyak tulisan tentang manusia dan budaya muncul, terutama dari kajian-kajian
Antropologi, Filsafat, dan Jurnalisme. Kajian-kajian itu merupakan pengamatan kontemporer
masa kini yang berupa uraian tentang budaya secara ideal. Pengamatan kontemporer sering
melupakan sejarah masa lalu, sedangkan pendekatan “Ideal Type” tidak merujuk kepada
kenyatan historis. Studi Darsiti Suratman, kehidupan dunia kraton surakarta 1830-1939
adalah usaha ke arah kebudayaan, dengan tekanan terutama pada kehidupan, kostum, dan
upacara-upacara kraton. Soedarno sudah menulis tentang wayang orang di kraton, Kajian ini
sudah mendekati sejarah kebudayaan dalam tema, tetapi masih belum berupa sejarah
kebudayaan dalam pendekatan.

Dalam bahasa inggris ada perbedaan anatara istilah culturedan civilization, dalam
bahasa indonesia terdapat budaya dan peradaban dan dalam bahasa melayu ada istilah
tamadun, yang dapat membuat tentang sejarah kebudayaan menjadi sulit, semata-mata karna
terbentuk pada peristilahan. Cultur dalam bahasa jerman bersifat lebih inklusif. Isttilah
peradaban dan tamadun juga mempunyai imlokasi inklusif semacam civilization. Kedua
istilah tidak dapat membedakan dengan jelas, tetapi dapat memberi batasan tentang masalah
terpenting dalam kajian terhadap kebudayaan atau peradaban. Jika menggunakan pendekatan
idealis, maka masalah pokok nya ialah The informing spirit dalam kebudayaan atau
peradaban( kebudayaan saja). Sedangkan pendekatan materialis yang kita temukan ialah a
whole social oreder dimana prodik estetik dan intelektual hanyalah ekspresi dari kegiatan-
kegiatan sosial.

Sistem pengetahuan dari budaya yang dapat di kaitkan dengan sistem simbol lainnya
dalam pendekatan antropologi simbolis, dan dapat pula di kaitkan dengan sisten sosial dalam
pendekatan sosiologi pengetahuan. Banyak cara dapat di lakukan oleh sejarawan kebudayaan
dalam mendekati objek nya. Buku Karl J. Weintraub,visions of culture memuat tradisi
historiografi kebudayaan dari sejarawan Eropa. Dari banyak sejarawan, buku ini memuat
pendekatan-pendekatanVoltaire, Guizot, Burckhardt, lamprecht, dan huizingan. Tidak semua
penulis itu dikanal sebagai semata mata penulis sejarah kebudayaan, seperti misal nya Guizot,
bahkan buku itu juga memasukan seorang penulis filsafat, yaitu Ortega Y. Gasset.

Voltaire (1694-1778), seorang yang mewakili pencerahan. Ia tidak mempunyai teori


tentang kebudayaan, tetapi berusaha mencari kriteria bagaimana sebuah kehidupan yang
beradab.

Guizot(1787-1874), seorang politisi dan sejarawan, berusaha mencari “akal dan


kehendak tertinggi” yang menyatakan diri dalam sejarah yang dilihat dari fakta sejarah.

Burckhardt (1818-1897), seorang yang memberikan kehidupan nya pada sejarah,


berusaha mencari struktur dan tata dalam sejarah kebudayaan. Kebudayaan ialah sebuah
kenyataan campuran. Burckhardt berusaha melukiskan kesenian, agama, festival, negara,
mitos, puisi dan bentuk ekspresi kejiwaan lainnya dari kebudayaan ke dalam bagian yang
berimbang dari kesatuan yang menyeluruh. Burckhardt yang terlatih dalam sejarah kesenian.
Burckhardt yang berhasil dalam menjelaskan sejarah kebudayaan dalam fragmen-fragmen.
Burckhardt yang menulis The civilization of the renaissance in italy sebenarnya telah
mendahului studi antropologis tentang kebudayaan. Dari segi metodoligis, burckhadrt telah
menunjukan bahwa sejarah kebudayaan nya telah mendahului bermacam jenis penulisan
sejarah sesudah nya, terdiri dari dua hal:

 Pendekatan nya sinkroniss, sistematis, tetapi tanpa kesalahan kronologi dalam sajian
nya
 Usahanya memperluas bahan-bahan kajian sejarah kebudayaan dengan memberi
gambaran tentang keseluruhan.

Lamprecht (1856-1915), seorang sejarawan profesional, yang melihat sejarah sebagai


kisah kemajuan dan sejarah sebagai ilmu “genetik”, juga mewarisi tradisi romantik tentang
volk dan volkqeist, bangsa dan jiwa bangsa. Lamprecht menyatakan bahwa seeleleben
kolektif itu berupa apa saja, dan dimana ada jiwa bangsa, di situ ada kebudayaan.

Huizinga (1872-1945) juga menyebukan kebudayaan adalah sebuah struktur, sebuah


bentuk. Demikian juga, sejarawah adalah bentuk kejiwaan dengan sebuah kebudayaan
menilai masa lalunya. Sejarah harus kritis, dalam arti mempunyai komitmen kepada
kejujuran dan ketekunan dalam mengenal objek nya. Sejarah kebudayaan adalah usaha
mencari merfologi budaya (studi tentang struktur). Dalam tukisan yang secara khusus
membicarakan tugas sejarah kebudayaan, “The Task of Cultural History” yang di muat
dalam buku nya Men and Ideas, menyatakan bahwa sejarah kebudayaan ialah mencari pola-
pola kehidupan, kesenian, dan pemikiran secara bersama. Secara morfologis dan deskripsi
dari kebudayaan secara aktual tidak dalam bentuk yang abstrak tetapi menggunakan istilah
“hitorical sensation”, “historical contact”, “historical imagination”, “historical vision” dan
“historical presentment”. Menjelaskan bahwa kebudayaan yang diungkap kan harus aktual
dan kongkret. Jika menulis bagian-bagian dari kebudayaan, tanpa mengkaitkan dengan
konsep sentral maka di katakan bukan lah sejarah kebudayaan, tetapi sejarah tertentu yang
khusus.

Anda mungkin juga menyukai