Anda di halaman 1dari 3

Dalam perkembangan sejarah gereja, dinamika Eklesiologi

mengalami perkembangan. Konsep Eklesiologi sangat dipengaruhi oleh

kepentingan ideologis dan politik kekuasaan pada kurun waktu tertentu.

Eklesiologi Calvin pun muncul berada dalam sebuah situasi dan konteks

tertentu.1 Teologi Calvin sebagaimana diringkaskan di dalam Institutio,

dibentuk oleh keyakinannya akan kedaulatan Allah dalam penciptaan dan

keselamatan dan kemuliaan Allah sebagai tujuan dari karyaNya maupun

dari hidup dan tugas manusia. Karena itu tak salah kalau banyak

pengamat menyebut teologi Calvin sebagai teologi kedaulatan dan

kemuliaan Allah.2 Pemahaman Calvin tersebut didasarkan pada Alkitab

karena ia sangat menegaskan bahwa reformasi adalah merumuskan

kembali sebuah teologi yang didasarkan pada Alkitab. 3 Calvin

menekankan otoritas Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran gereja

yang benar, Calvin sangat menekankan aspek pendekatan dari Alkitab.

Menurut Calvin, yang harus dicari di dalam Alkitab adalah pemahaman

tentang Allah dan pemahaman itu hanya dapat ditemukan di dalam Yesus

Kristus. Alkitab tidak cukup hanya dibaca dan dipahami secara harafiah,

melainkan harus diselidiki sedalam-dalamnya, sambil mengingat bahwa

penelitian itu harus berpusat pada Kristus yang adalah pusat Alkitab.

Dalam pandangan Calvin gereja di pahami melalui dua sisi, yaitu

gereja kelihatan dan gereja tidak kelihatan. Gereja tidak kelihatan adalah
1
Agustinus Batlajery, Konteks yang mempengaruhi Eklesiologi Calvin. Waskita.
(April 2014), hh.119-120
2
Yohanes Calvin. Institutio Pengajaran Agama Kristen. (Jakarta: Gunung Mulia
2008). Cet-1, h.28
3
Christian. De Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2020),
h.51
gereja dalam arti sebenarnya, tubuh Kristus yang terdiri atas orang, baik

yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, yang betul-betul

dipanggil Allah untuk menjadi anakNya. Dengan kata lain, gereja yang

tidak kelihatan adalah persekutuan orang-orang kudus yang terpilih dan

keterpilihannya hanya diketahui oleh Allah. Sedangkan Gereja yang

kelihatan adalah komunitas orang kristen. Gereja kelihatan dan Gereja

tidak kelihatan harus dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan.

Gereja yang kelihatan harus berusaha mencerminkan sebaik

mungkin terhadap apa yang dipercayai mengenai Gereja sebagai tubuh

Kristus yang tidak kelihatan.4 Sehingga dalam pandangan Calvinis

mengenai gereja yang kelihatan adalah gereja sebagai organisasi,

tempat perkumpulan umat kristiani dalam melakukan peribadahan, dalam

hal ini gereja dalam bentuk fisik yang adalah gedung, sedangkan gereja

yang tidak kelihatan adalah hidup sebagai umat pilihan Allah. Persekutuan

umat pilihan Allah sebagai anggota tubuh Kristus dapat saling menopang

satu dengan yang lainnya, sehingga lewat persekutuan yang terjalin dapat

terus membentuk karakter dari setiap jemaat kepada apa yang mereka

percayai yaitu gereja sebagai umat pilihan Allah anggota tubuh Kristus

dalam persekutuan bersama ke arah Kristus, dalam artian karakter hidup

yang dapat mencerminkan gaya hidup Kristus.

Calvin menggunakan unsur Alkitab dalam menentukan Gereja yang

sesungguhnya. Gereja akan disebut sebagai Gereja apabila Firman Allah

4
Christian. De Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia
2020), h,99
(Alkitab) secara murni diajarkan dan sakramen-sakramen dilaksanakan

seturut dengan ketetapan Kristus. 5Alkitab menjadi ukuran untuk menilai

pemberitaan Firman dan pelayanan sakramen. Jadi, selama Firman Allah

diberitakan secara murni dan sakramen dilayankan nama “gereja” tetap

ada. Dengan demikian, bagi Calvin Pemberitaan Firman Allah (Alkitab)

merupakan hal yang pokok dan prioritas dalam kehidupan Gereja.

5
Christian. De Jonge, Apa itu Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2020), h,99

Anda mungkin juga menyukai