Anda di halaman 1dari 20

ISU-ISU STRATEGIS

KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN


KEMANUSIAAN UNIVERSAL
MUSYDA ‘AISYIYAH LAMPUNG TENGAH KE-5
19-20 Sya’ban 1444 H/11 – 12 Maret 2023 M

PIMPINAN WILAYAH AISYIYAH


LAMPUNG 2023
DAFTAR ISI

1. Penguatan Peran Strategis Umat Islam dalam


Mencerahkan Bangsa ........................................................... 1
2. Penguatan Perdamaian dan Persatuan Bangsa .................... 3
3. Pemilihan Umum Yang Berkeadaban Menuju Demokrasi
Substantif ............................................................................. 5
4. Optimalisasi Pemanfaatan Digital untuk Atasi Kesenjangan
dan Dakwah Berkemajuan ................................................... 7
5. Menguatkan Literasi Nasional .............................................. 8
6. Ketahanan Keluarga Basis Kemajuan Peradaban Bangsa
dan Kemanusiaan Semesta ................................................ 11
7. Penguatan Kedaulatan Pangan untuk Pemerataan Akses
Ekonomi ............................................................................. 12
8. Penguatan Mitigasi Bencana dan Dampak Perubahan
Iklim untuk Perempuan dan Anak ...................................... 14
9. Akses Perlindungan bagi Pekerja Informal ......................... 17

ii MUSYWIL ‘AISYIYAH KE-26


ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN KEMANUSIAAN UNIVERSAL

1. Penguatan Peran Strategis Umat Islam dalam Mencerahkan Bangsa


Selama beberapa tahun ini ini, kita dihadapkan pada pertentangan faham yang semakin tajam. Inti persoalan
sebenarnya masalah khilafiyah yang sudah berkembang sejak ratusan tahun di dunia Islam. Akar masalahnya
pada sikap merasa paling benar dan menegasikan faham lainnya, melalui sikap takfiri, membid’ahkan segala
aktifitas sosial yang tidak ada acuan teks dan tradisi sahabi dan thabi’i. Faham ini disebarkan melalui berbagai
forum, media konvensional dan di era digital ini melaui media sosial. Faham tekstual ini meminggirkan
perempuan dan membatasi perempuan pada ranah domestik , sehingga peran perempuan di ranah public
semakin sempit. Faham agama yang sempit ini, dalam berbagai perhelatan politik juga menjadi komoditas bagi
partai politik, untuk meraup suara dan bahkan memperlebar jurang perbedaan dikarenakan isu politik identitas.
Politik identitas yang selalu digunakan senjata dalam perhelatan politik semakin mempertajam konflik dalam
kehidupan. Mencermati potensi konflik yang dapat mengarah pada sikap destruktif, ‘Aisyiyah mengajak
seluruh komponen warga bangsa untuk membangun ukhuwwah islamiyah dan wathaniyah secara genue, murni
dilandasi kepentingan ukhuwah, persatuan dan kesatuan umat dan bangsa untuk kemajuan peradaban umat,
bangsa, dan kemanusiaan semesta. Bagi ‘Aisyiyah, keragaman merupakan keniscayaan dari kemajuan alam
pikir yang semestinya tetap dilandasi nilai-nilai dasar Islam tentang keadilan,

13

ISU-ISU STRATEGIS KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN


KEMANUSIAAN UNIVERSAL
kemanusiaan, kedamaian, kebaikan, ketundukan, dan kesucian.
Keragaman merupakan sunnatullah dan khazanah intelektual
yang dapat memperluas wawasan dan mendorong kemajuan.
Persatuan dibangun dengan mengedepankan saling sinergi, saling
menghormati, menghargai, berta’awun, dengan semangat
ukhuwah, tasamuh, dan berfastabiqul khairat membangu dan
memajukan umat dan bangsa.
Dalam upaya menguatkan peran kebangsaan dan
kemanusiaan semesta, ‘Aisyiyah mengajak seluruh komponen
bangsa untuk bersfastabiqul khairat dalam melakukan aktifitas-
aktifitas untuk menguatkan daya saing dalam membangun
perdamaian dan kemakmuran untuk kemajuan peradaban bangsa.
Perluasan faham Islam yang memajukan kaum perempuan dalam
mengembangkan potensi keilmuan dan keberagamaan secara
inclusive, serta berperan aktif dalam seluruh aspek kehidupan
untuk memajukan peradaban, terus dilakukan secara luas,
sistemik, massive, dan sinergis. Kepada pemerintah diharapkan
memberikan fasilitas dan ruang kondusif dalam mengembangkan
potensi dan peran aktif perempuan dalam memajuakn peradaban
bangsa.
Dalam sejarah sosial Indonesia, peran umat Islam cukup
signifikan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi,
budaya , dan kebangsaan. Sejak hadirnya Islam di Indonesia pada
abad ke-7 (tujuh) Miladiyah, di pantai Barat Sumatera, prosesi
dakwah dilakukan secara damai dan bijaksana, menebarkan nilai-
nilai keadilan, kebaikan, kemakmuran kepada seluruh lapisan
masyarakat tanpa diskriminasi baik suku, ras, strata sosial,
kemuliaan laki-laki dan perempuan, serta memberikan konsensi
terhadap tradisi masyarakat, tanpa kehilangan nilai-nilai dasar
tauhid. Di awal kemerdekaan sampai era kekinian, peran umat
Islam cukup strategis baik dalam ranah perjuangan fisik,
diplomasi, maupun peran kebangsaan dalam merumuskan dasar
falsafah Negara Pancasila sebagai darul-‘Ahdi dan peran Darusy-
Syahadah baik secara individu, komunitas, maupun organisasi
sosial keagamaan yang berakar kuat di bumi Indonesia.
2. Penguatan Perdamaian dan Persatuan Bangsa

2 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


Kehidupan bermasyarakat dan berbangsa saat ini masih
dihadapkan pada tantangan terjadinya peperangan, konflik,
kekerasan, dan permusuhan baik dalan skala global, nasional
maupun local. Perang atau konflik terjadi di berbagai negara
terakhir perang Rusia dan Ukraina belum berakhir hingga saat ini
telah berdampak besar bagi kehidupan masyarakat dan dunia
dalam berbagai aspek ekonomi, politik,social, dan lainnya yang
mengancam perdamaian dunia. Provinsi Lampung yang
multikultur dalam ragam suku,ras, agama, dan golongan juga
memiliki tantangan yang tidak sederhana dalam menghadapi
kondisi konflik dan kekarasan. Berbagai bentuk konflik dan
kekerasan terjadi d i L a m p u n g seperti; konflik sosial, konflik
antar kelompok, suku, paham keagamaan, perebutan sumberdaya
alam, ekstrimisme, kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Namun pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam
penyelesaian konflik dan kekerasan di Lampung, sehingga
Provinsi Lampung berada di urutan pertama dibandingkan
dengan provinsi lainnya di Indonesia di dalam penyelesaian
konflik. Bahkan Indeks Kerukunan Umat Beragama di Provinsi
Lampung pada tahun 2021 melebihi angka nasional. Di mana
pada 2021 sebesar 72,44% dan berada di atas rata-rata capaian
nasional 72,39%.
Meskipun demikian pemerintah tetap perlu menciptakan
iklim yang kondusif melalui kebijakan imperatif yang
memberikan jaminan sekaligus memperkuat persatuan dan
perdamaian dalam kehidupan umat, masyarakat dan bangsa serta
perlindungan yang pasti bagi seluruh warga negara khususnya
korban dari segala bentuk kekerasan.
Tantangan dan permasalahan terkait konflik dan kekerasan
ini perlu menjadi perhatian dakwah Aisyiyah melalui agenda
pencegahan dan penyelesaian tindakan kekerasan, resolusi
konflik dan menguatkan kehidupan yang damai (Perdamaian).
Agenda mempromosikan perdamaian makin penting untuk terus
digelorakan di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi Lampung.
Hal ini akan memberikan kontribusi bagi perdamaian di ranah
global hingga nasional. Segala bentuk perang maupun konflik
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN 3
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
merupakan tragedi kemanusiaan, semestinya di era modern
semua pihak semakin menghormati hak-hak dasar manusia untuk
hidup dalam jaminan keamanan dan keselamatan yang tinggi.
Dunia modern semestinya memberikan arena paling nyaman dan
leluasa bagi setiap manusia, terjamin keamanan lahir dan batin,
individu dan kolektif, serta segala bentuk keselamatan dirinya.
Kini berkembang wacana baru pandangan tentang
perdamaian (peace) yang bukan hanya lawan dari perang, tetapi
menghadapi ketidakdamaian (peacelessness) dalam makna yang
lebih luas. Ketidakdamaian ialah kondisi kehidupan masyarakat
yang menghalangi proses aktualisasi diri, realisasi diri, dan
pembebasan manusia dari kemiskinan, ketidakadilan sosial,
perusakan lingkungan hidup, pemerosotan nilai-nilai
kemanusiaan, pelanggaran hak asasi; tindakan kekerasan kultural,
struktural, dan teknis; serta tidak berfungsinya lembaga-lembaga
sosial politik sebagaimana mestinya.
Aspek lain dari isu perdamaian yang dibahas ialah tentang
keamanan manusia (human safety) dan indeks kebahagiaan
(happiness index) sebagai bagian penting dari usaha
mengarusutamakan perdamaian. Keamanan setiap orang dalam
menjalani kehidupannya tanpa rasa takut dari berbagai ancaman
terhadap kelangsungan hidup dan kesejahteraannya. Keamanan
yang terkait dengan pengendalian penyakit, krisis keuangan, buta
huruf, dan gangguan yang tak terduga lainnya dalam lingkungan
sosial-ekonomi yang mengancam kualitas hidup masyarakat.
Aisyiyah-Muhammadiyah selama ini telah mengembangkan
program dan usaha-usaha praksis untuk memperkuat persatuan
dan perdamaian dalam kehidupan kebangsaan yang majemuk.
Penting dikembangkan dua strategi yang simultan, pertama secara
struktural penting terdapat jaminan politik yang memperkokoh
persatuan dan perdamian sebaliknya tercegahnya perpecahan dan
konflik; strategi kedua bersifat kultural dengan menciptakan
kondisi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang smakin
kondusif bagi terciptanya persatuan dan perdamian seta
terhindarnya perpecahan dan segala bentuk konflik yang merusak
tatanan kebangsaan.

4 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


Pemerintah bersama seluruh komponen bangsa penting
merefleksikan upaya penguatan persatuan dan perdamaian
melalui berbagai langkah bersama untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang aman. damai, bersatu, adil, dan maju dalam
bingkai Negara Pancasila yang , baldatun thoyibatun wa robun
ghofur.

3. Pemilihan Umum Yang Berkeadaban Menuju Demokrasi


Substantif
Indonesia setelah reformasi telah melaksanakan Pemilu sejak
tahun 1999. Pemilihan Umum merupakan system demokrasi yang
telah disepakati Indonesia dalam menjaring kepemimpinan di
tingkat nasional maupun local dimana rakyat memilih anggota
legislative, Presiden, kepala daerah baik gubernur dan wakil
gubernur, bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota.
Pemilu sebagai proses demokrasi meniscayakan keadadaban bagi
para penyelenggara, pemilih maupun peserta pemilu. Hal ini
dimaksudkan agar pemilu dapat mencerminkan kualitas
demokrasi yang menghasilkan pemimpin yang bertanggung
jawab berorientasi bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.
Namun pemilu yang selama ini telah berjalan masih
menunjukkan perilaku yang jauh dari keadaban pemilu dan
demokrasi berkualitas. Hal tersebut dapat kita lihat dengan
adanya politik pragmatis, politik uang yang sangat
memprihatinkan, oligarki politik, orientasi kekuasaan yang sangat
kuat sehingga segala cara ditempuh untuk mendapatkan
kekuasaan tersebut, politik identitas yang menguat, dan masalah
lainnya.
Pemilu selama ini belum menunjukkan keberhasilan proses
rekruitmen perempuan dalam lembaga legislative dan eksekutif.
Pemilu yang sudah berjalan lima kali pasca reformasi 1999 belum
menunjukkan keberhasilan keterwakilan perempuan di legislative
yang mana keterwakilan perempuan belum mencapai 30%.
Demikian juga di DPRD Provinsi Lampung dan Kabupaten/Kota,
keterwakilan perempuan tidak sampai 30%. Hal tersebut
disebabkan oleh banyak faktor seperti budaya patriarki, kaderisasi
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN 5
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
partai bagi perempuan belum optimal, daya dukung ekonomi dan
lainnya. Keterwakilan dan kepemimpinan perempuan sangat
penting di berbagai level dan ruang public untuk memajukan
kehidupan masyarakat dan bangsa.
Oleh karenanya, pemilu sebagai salah satu proses rekruitmen
kepemimpinan dan keterwakilan perempuan penting mendapat
perhatian oleh semua pihak, baik penyelenggara pemilu, partai
politik, organisasi masyarakat sipil, dan tentunya organisasi
perempuan di Indonesia. Indonesia sebagai bangsa yang besar
dengan keragaman suku, ras, agama, golongan, dan budaya
memerlukan peningkatan demokrasi dan system pemilu yang
menyokong penguatan persatuan dan menjunjung perdamaian
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, bukan
sebaliknya, tidak diharapkan pemilu yang menyisakan
permasalahan yang membawa perpecahan sosial, sikap
masyarakat yang pragmatis dengan politik uang, saling
menyerang antar pendukung di media sosial, permainan hasil
suara dan lain-lain. Pemilu 2024 merupakan pemilihan serentak
yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden, pemilihan
legislative tingkat pusat, propinsi dan daerah serta pemilihan
kepala daerah. Pemilihan ini meniscayakan perbaikan
penyelenggaraan pemilu dengan mengedepankan keadaban, etika
atau akhlak bagi penyelenggara, masyarakat pemilih, elit partai
politik, elit pemerintahan, maupun pihak-pihak lain yang selama
ini menjadi aktor dalam pemilu.
Perencanaan, proses, monitoring, dan pelaksanaan pemilu
memerlukan orientasi pengkidmatan menuju demokrasi dan
pemilu yang berkualias dan berperadaban sehingga menghasilkan
para elit pimpinan yang mampu menjalankan amanat rakyat dan
konstitusi sebagai negarawan. Para pemegang mandat rakyat di
eksekutif dan legislatif dari pusat sampai daerah setelah terpilih
benar-benar memposisikan dan memerankan diri sebagai
pemimpin yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri, kroni, dinasti, dan golongan sendiri.
Bersamaan dengan itu penting bagi semua pihak untuk menjaga

6 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


dan menciptakan situasi agar Pemilu 2024 menjadi ajang
rekonsiliasi
nasional dan lokal, dan mencegah terjadinya pembelahan politik
yang potensial merusak integrasi bangsa. Optimalisasi
Pemanfaatan Digital untuk Atasi Kesenjangan dan Dakwah
Berkemajuan
Perkembangan dunia digital sangat pesat dengan beragam
platform. Kemajuan ini harus dimanfaatkan secara optimal agar
menjadi peluang untuk mempromosikan nilai-nilai Perempuan
Berkemajuan, pemanfaatan kemajuan digital untuk pembelajaran,
penguatan ekonomi; dan atasi kesenjangan informasi pada
kelompok-kelompok marginal khususnya di daerah kepulauan
dan daerah terpencil. Penggunaan media sosial di kalangan muda,
dewasa dan lansia juga terus meningkat bahkan 95% anak muda
menggunakan media sosial dan memiliki minimal 3 akun media
sosial. Bahkan platform di dunia digital telah menjadi rujukan
utama banyak kalangan dari muda, dewasa dan lansia dalam
belajar agama. Namun dunia digital masih dipenuhi dengan
pesan-pesan literal dibandingkan dengan pesan-pesan
berkemajuan dengan menguatkan nilai-nilai penghargaan
terhadap perempuan. Selain masih kurangnya konten yang
bermuatan pesan-pesan kesetaraan, dunia digital dipenuhi dengan
pesan-pesan kebencian yang merusak nilai-nilai perdamaian,
persatuan dan solidaritas. Oleh karena itu menjadi sangat penting
dan strategis bagi semua multipihak (stakeholder) baik
pemerintah maupun organisasi sosial keagamaan untuk
menguatkan dakwah digital dengan kreatif inovatif, beragam
bahasa dan beragam platform media dengan pesan-pesan
perdamaian, pesan-pesan kesetaraan dan penghormatan pada
perempuan.
Konsumsi yang tinggi atas berbagai platform media digital di
kalangan generasi millennial, generasi Z dan generasi Alpha ini
menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam menciptakan ruang
aman bagi kelompok tersebut di dunia digital. Di tengah pesatnya
perkembangan digital ini dalam kenyataannya belum diimbangi
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN 7
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
dengan pemahaman literasi digital yang baik di kalangan generasi
ini. Salah satu yang sangat menonjol adalah meningkatnya kasus
kekerasan berbasis gender online seperti cyber grooming,
pelecehan online (cyber harassment), pelanggaran privasi
(infringement of privacy), ancaman distribusi foto/video pribadi
(malicious distribution), menyebarkan data pribadi, foto atau
video, serta informasi dan konten pribadi tanpa persetujuan.
Berbagai kejadian kekerasan seksual berbasis gender online ini
dikarenakan kurangnya kesadaran remaja atas kekerasan seksual;
dan berdampak pada perilaku kekerasan seksual di media online.
Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk meningkatkan
literasi digital remaja agar terhindar dari tindak kekerasan seksual
di ruang digital.
Pemanfaatan kemajuan digital (literasi digital) untuk
peningkatan akses dan kualitas pendidikan serta akses informasi
masih menjadi tantangan bagi kelompok masyarakat khususnya
di daerah terpencil dan kepulauan. Kesenjangan juga dialami
perempuan di tengah perkembangan dunia digital yang
berdampak pada perasaan rendah diri maupun kecemasan
terhadap teknologi (technophobia) yang disebabkan mitos-mitos
ketidakmampuan perempuan terhadap teknologi dan rendahnya
kemampuan literasi dasar yang berlanjut pada lemahnya literasi
digital. Pemerintah perlu memperluas akses pembangunan
infrastruktur dan menyusun kebijakan agar akses ke dunia digital
dapat lebih terjangkau, massifikasi kompetensi digital bagi
perempuan dan kelompok marjinal untuk memastikan akses
digital bersifat inklusif sehingga kebermanfaatannya dapat
dirasakan oleh semua kalangan. Namun juga di tengah
keterbatasan infrastruktur digital ini, kelompok- kelompok
marginal juga tidak diabaikan dalam program-program
pembangunan hanya dengan alasan ketiadaan infrastruktur.
Harapannya adalah pemerataan akses digital, peningkatan
kompetensi penggunaan teknologi digital bagi perempuan untuk
meningkatkan perekonomian dan mengatasi hoaks serta kabar-
kabar kebencian di digital.

8 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


4. Menguatkan Literasi Nasional
Negara yang kuat dan maju berakar pada kualitas sumber
daya manusianya. Kualiats SDM yang baik maka literasi
masyarakat juga harus baik. Pendidikan merupakan jalan utama
dalam peningkatan sumber daya manusia. Melalui SDM yang
unggul dan berkualitas maka akan berdampak positif terhadap
peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, serta
mendukung pembangunan nasional. Dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan, tidak lepas dari peningkatan kemampuan
literasi peserta didiknya. Literasi merupakan kemampuan
seseorang untuk menyerap informasi, menganalisis, berkomentar
dan berpikir kritis terhadap informasi yang didapatnya. Terlebih
dalam percepatan akses jaringan internet saat ini, menjadikan
kemampuan literasi menjadi sangat penting apalagi bagi peserta
didik dan atau generasi muda. Dengan kemampuan literasi yang
baik, semakin membuka ruang masuknya informasi dan
pengetahuan baru. Namun sayangnya kemampuan literasi
masyarakat Indonesia masih tergolong rendah.
Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International
Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019,
Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau
merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi
rendah. Untuk Provinsi Lampung, Indeks Aktivitas Literasi
Membaca pada tahun 2019 sangat rendah karena baru mencapai
30,59 atau menempati peringkat ke-5 terendah setelah Provinsi
Papua, Papua Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara
Timur. Kondisi ini tentu memprihatinkan karena menunjukkan
negara yang rendah budaya bacanya, sehingga menyebabkan
rendah pula indeks literasinya. Hal tersebut juga tidak terlepas
dari budaya baca yang masih asing dalam masyarakat Indonesia.
Hanya 1 dari 1000 orang Indonesia yang gemar membaca.
Rendahnya minat baca dan kemampuan literasi ini berdampak
pada produksi buku bacaan di Indonesia setiap tahunnya. Total
jumlah bacaan Indonesia dibandingkan dengan jumlah penduduk
Indonesia memiliki rasio nasional 0.09. Ini bermakna, 1 buku
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN 9
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
baru ditunggu oleh 90 orang Indonesia setiap tahunnya. Ada
beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat literasi
masyarakat Indonesia, pertama bahan bacaan masih kurang dan
kedua praktik literasi yang masih rendah (Kemendagri.go.id
(23/3/2021).
Pemerintah sudah menetapkan beberapa program untuk
meningkatkan kualitas kemampuan literasi masyarakatnya adalah
dengan menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya literasi,
mengevaluasi berbagai permasalahan dalam upaya mewujudkan
budaya literasi, serta mengembangkan beragam jenis literasi,
seperti literasi sains, literasi budaya dan kewarganegaraan,literasi
finansial, literasi baca tulis, dan lain sebagainya. Selain itu
pemerintah juga bekerja sama dengan beberapa kementriannya,
seperti dengan Kominfo menggencarkan literasi digital dengan
memanfaatkan media sosial, memasukkan literasi digital dalam
konsep kurikulum sekolah dasar melalui Kemendikbudristek, dan
juga sebisa mungkin membuka akses seluas-luasnya untuk
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan literasinya.
Meskipun demikian, beberapa upaya tersebut nyatanya belum
mampu menumbuhkan minat baca dan peningkatan budaya
literasi dalam masyarakat. Oleh karena itu pemerintah harus
berupaya keras dan sungguhsungguh mengawal program yang
telah ditetapkan agar program terlaksana dengan baik dan mampu
meningkatkan literasi masyarakat khususnya untuk kelompok
anak muda. Pemerintah penting untuk menggandeng berbagai
kelompok masyarakat untuk membangun budaya literasi yang
baik sesuai dengan bidang profesi masing-masing. Hal ini
dimaksudkan karena dalam penciptaan budaya, diperlukan
adanya kebiasaan dan saling keterkaitan peran antar anggota
masyarakat demi menumbuhkan budaya literasi yang baik. Solusi
alternatif lain yang bisa dilakukan oleh pemerintah bersama
seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan budaya literasi
antara lain dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan
perpustakaan di sekolah, menumbuhkan minat baca peserta didik
dalam semua mata pelajaran, memberikan motivasi secara
berkelanjutan bagi peserta didik agar menemukan buku untuk

10 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


membuatnya jatuh cinta pada membaca, mengoptimalkan peran
serta mahasiswa, masyarakat, akademisi, dan lembaga
kemasyarakatan dalam upaya pengadaan bahan bacaan yang
sesuai dengan karakeristik masyarakat dan peserta didik di
lingkungan sekitar, mendorong dan mendukung agar para ahli,
pakar, akademisi, bahkan mahasiswa untuk berkarya dalam
meramaikan produksi bahan bacaan nasional baik melalui buku
fisik maupun digital, serta semakin memperkenalkan dan
mensosialisasikan pentingnya literasi di era digital. Pembudayaan
literasi ini sangat penting demi mewujudkan SDM Indonesia
yang unggul, yang akan memajukan Indonesia pada tahun 2045.

5. Ketahanan Keluarga Basis Kemajuan Peradaban Bangsa dan


Kemanusiaan Semesta
Memperkokoh ketahanan institusi keluarga menjadi Keluarga
Sakinah sebagai basis pembinaan ketaqwaan anggota keluarga,
masyarakat dan bangsa yang maju, adil, makmur, bermartabat,
dan berdaulat menjadi keniscayaan di era disrupsi yang syarat
dengan tantangan. Masalah pelemahan akhlak, mentalitas,
rusaknya nilai- nilai moral, dan karakter warga bangsa yang
cenderung pada sikap dan gaya hidup permisif, serba bebas dan
menerabas, materialistik, hedonis, dan oportunistik; lemahnya
solidaritas, kesantunan, kekerasan dalam rumah tangga dan
hubungan impersonal akibat perubahan sosial yang didominasi
relasi serba digital dan teknologis; masalah-masalah
disharmonisasi keluarga sebagai tantangan yang telah meluas di
media sosial tanpa seleksi dan nir nilai.
Mencermati fenomena realitas sosial dan media sosial
dimaksud, ‘Aisyiyah mengajak seluruh komponen bangsa
menguatkan ketahanan institusi keluarga sebagai tempat paling
nyaman dan aman dalam membangun kehidupan yang dilandasi
nilai-nilai rahmah sebagaimana menjadi misi utama Risalah
Kenabian. Dalam keluarga dibudayakan nilai-nilai nir kekerasan
sebagai ekspresi pemahaman nilai-nilai Islam dalam Al-Qur’an
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN

11
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
dan as-Sunnah al-Maqbulah. Dalam keluarga disemaikan dan
ditumbuhsuburkan relasi saling memuliakan seluruh anggota
keluarga, baik laki-laki maupun perempuan. Hubungan suami
istri yang saling memuliakan dan senantiasa saling berperilaku
makruf, menjauhi tindak kekerasan dan perilaku buruk lainnya.
‘Aisyiyah mengajak semua komponen untuk menguatkan
ketahanan institusi keluarga menjadi tempat paling subur untuk
menyemai ruh spiritualitas sebagai landasan, ruh, dan arah
keluarga dalam memperkuat basis ketahanan keluarga dan
mengembangkan
seluruh potensi anggota keluarga dalam mewujudkan kedamaian,
ketenangan, dan kemajuan serta mengembangkan pemikiran
dengan faham wasathiyah Islam Berkemajuan; menjadi wahana
paling subur dalam mengedukasi sumberdaya insani yang
berkarakter takwa menuju khaira ummah yang berkualitas utama,
menjadikan keluarga menjadi unit paling dini dalam
pengembangan nilai-nilai keutamaan, untuk memperkuat tunas-
tunas bangsa menjadi ”dzurriyyatan qawiyyatan” (generasi yang
tangguh). Keluarga sebagai sarana pemberdayaan ekonomi kecil
dan menengah serta penananam jiwa wirausaha untuk
menghindarkan dari kefakiran yang dapat mendorong pada
kekafiran serta memperkuat ketahanan keluarga; menjadikan
keluarga sebagai wahana dalam membudayakan hidup bersih dan
sehat secara holistik, yang akan menguatkan kesehatan
masyarakat dan bangsa; menjadikan keluarga sebagai wahana
strategis dalam menanamkan mental berkemajuan dalam aspek
sosial, politik dan hukum berkeadaban. Nilai-nilai sosial
universal berkeadaban dengan spirit ta’awun, politik inklusif
yang mampu menghargai perbedaan dengan kesantunan, serta
sikap taat hukum sebagai ekspresi menjalankan nilai-nilai agama
harus dilembagakan dalam keluarga.

6. Penguatan Kedaulatan Pangan untuk Pemerataan Akses


Ekonomi

12 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran penting untuk
mengembangkan dan menguatkan ekonomi khususnya pada
kelompok-kelompok miskin dan kelompok rentan. Kelompok-
inilah yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19 yang
melanda dunia. Kondisi ekonomi global telah berdampak pada
menurunnya pertumbuhan ekonomi di banyak negara
berkembang termasuk Indonesia. Akibatnya adalah meningkatnya
pengangguran, menurunnya produksi dan konsumsi ekonomi
rumah tangga miskin dan meningkatnya kemiskinan di kelompok
masyarakat termasuk kelompok muda. Perubahan iklim yang
terjadi beberapa tahun ini juga akan berdampak pada krisis
pangan dunia, akan mengancam ketersediaan pangan dunia.
Kondisi akan menimbulkan dampak berbagai kasus seperti
stunting, kelaparan, kemiskinan danproblem-problem
kemanusiaan yang lain. Sementara kebijakan di tingkat nasional
masih mengandalkan import untuk menguatkan ketahanan
pangan nasional dan daerah. Pemerintah juga kurang memberikan
perhatian dan komitment yang kuat dalam menjaga pangan lokal
dan keanekagaman pangan dalam rangka menjaga ketersediaan
pangan nasional.
Terkait dengan kedaulatan pangan ini pemerintah Indonesia
sebenarnya telah menyusun visi kedaulatan pangan Indonesia
tahun 2014-2024 dengan beberapa agenda antara lain
pembaharuan agraria, pembangunan pedesaan, kedaulatan petani
atas benih, penguatan organisasi tani, akses modal dan jaminan
pasar bagi petani serta jaminan sosial untuk petani. Kedaulatan
pangan agar tercapai apabila petani sebagai penghasil pangan
memiliki dan menguasai tanah, benih dan teknologi dan
melaksanakan pertanian yang berkelanjutan. Semua ini dilakukan
agar kedaulatan pangan terjaga baik di tingkat nasional maupun
local. Namun demikian visi kedaulatan pangan ini masih jauh
dari cita-cita dikarenakan pasar kita masih dipenuhi dengan
pangan import, keragaman hayati kurang terpelihara dan
pengabaian petani dan nelayan perempuan sebagai agen dalam
menjaga dan mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN

13
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
Perempuan petani dan nelayan juga belum mendapatkan
pengakuan secara signifikan. Menguatkan kedaulatan pangan
nasional dan local merupakan langkah strategis dalam rangka
menjamin ketersediaan pangan ketika dunia dilanda pandemic
dan krisis ekonomi. Pengetahuan tentang bagaimana menjaga
bumi dengan menumbuhkan pangan lokal akan memperkuat
ketahanan dan kedaulatan pangan.
Perempuan memegang peran yang sangat penting dalam
membangun kedaulatan pangan diberbagai belahan dunia.
Perempuan berperan cukup besar dalam mengelola lahan
pertanian, merawat tanaman sampai kepada tanggung jawab
ketersediaan pangan keluarga. Dengan pengetahuan kearifan
lokal dan pengalaman yang dimiliki perempuan akan dapat
mendorong upaya dalam mempertahankan pola pengelolaan
produksi pangan, mulai dari kesuburan tanah dan benih lokal
hingga menjadi pertanian yang berkelanjutan. Bagi Provinsi
Lampung yang sebagian besar wilayahnya berupa daerah pesisir
dan pertanian, maka perempuan merupakan sumberdaya yang
penting dalam menambah nilai jual hasil tangkap dengan
mengolahnya menjadi produk pangan perikanan. Oleh karena itu
menjadikan perempuan sebagai agen-agen potensial dalam
membangun kedaulatan pangan sangat penting dengan dukungan
penuh pemerintah termasuk budaya menanam pangan local,
gerakan menanam di rumah, gerakan membeli produk pangan
local adalah langkah- langkah strategis yang penting untuk
dilaksanakan secara serius. Menjaga kedaulatan pangan berarti
membuka akses ekonomi bagi perempuan dan kelompok
marginal untuk meningkatkan dan menguatkan ekonominya
sebagai pemenuhan hak dasar setiap orang.

7. Penguatan Mitigasi Bencana dan Dampak Perubahan Iklim


untuk Perempuan dan Anak
Indonesia merupakan negara yang sangat potensial terkena
bencana. Bencana berdampak sangat besar terhadap perempuan
dan anak, dan kelompok rentan lainnya. Kelompok rentan
tersebut antara lain kelompok ekonomi rendah, minoritas,

14 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


perempuan kepala keluarga, penyandang disabilitas, kelompok
yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, dll. Selain itu,
dalam situasi darurat, perempuan, anak dan kelompok rentan
lainnya juga berisiko mengalami kekerasan berbasis gender
(KBG) dalam bentuk perkosaan/percobaan perkosaan,
penganiayaan seksual, eksploitasi seksual, kekerasan seksual,
pelecehan seksual, kekerasan fisik dan non fisik, kekerasan
psikologis, penelantaran ekonomi, dan praktik- praktik
berbahaya. Berkenaan dengan dampak yang dirasakan ini maka
sejak awal perempuan harus terlibat dalam membangun resiliensi
(ketangguhan/kelentingan) dalam penanggulangan bencana
dengan memastikan adanya perspektif dan upaya perlindungan
dan pemenuhan hak bagi perempuan, anak dan kelompok rentan
lainnya..
Fakta yang terjadi selama ini adalah perempuan, anak, dan
kelompok rentan lainnya sering tersisihkan dalam penerima
bantuan. Hal ini terjadi, karena perempuan dan kelompok rentan,
tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam
penanggulangan bencana. Di sisi yang lain, perempuan dan
kelompok rentan harus menghadapi struktur dan norma sosial
yang tidak adil gender, yang menjadikan diskriminasi dan
berbagai bentuk ketidakadilan gender dianggap sebagai praktik
yang seharusnya. Norma sosial yang tidak adil gender
melanggengkan berbagai bentuk isu gender dan ketidakadilan
sosial, sehingga upaya mendorong perubahan norma sosial dan
relasi kuasa yang tidak adil gender, perlu menjadi agenda prioritas
untuk mendorong perubahan.
Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang
komprehensif dari semua pihak agar perempuan, anak dan
kelompok rentan mendapat perhatian secara khusus. Pemerintah
sebagai pihak yang memiliki otoritas dalam penanggulangan
bencana harus melakukkan pengarusutamaan gender dalam
berbagai perencanaan penanggulangan bencana dan pengurangan
resiko bencana ditingkat nasional dan local, ketersediaan akses
pendanaan program bagi perempuan untuk melaksanakan
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN

15
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
program pengurangan resiko bencana, dukungan yang penuh bagi
kepemimpinan dan inovasi perempuan dalam pengurangan resiko
bencana, ketersediaaan data terpilah, kajian resiko, dan konteks
bencana yang sensitive terkait dengan kebutuhan perempuan
dalam situasi bencana, profil bencana dan perempuan multi
ancamana dan lintas batas negara, membangun kolaborasi dalam
mendukung pengarusutamaan gender dalam bencana, penyediaan
perlindungan sosial dalam mengurangi kerentanan bencana dan
menjamin keberlangsungan pembangunan berkelanjutan. Hal ini
harus dilakukan oleh semua pihak yang berkomitmen dalam
penanggulangan bencana.
Perubahan iklim merupakan ancaman terbesar dalam
ketahanan pangan, air dan energi. Oleh karena itu mitigasi dan
adaptasi merupakan dua konsep yang terintegrasi dan sangat
esensial. Dalam hal mitigasi, Indonesia akan fokus ke
penanganan di dua sektor, yaitu sektor lahan dan kehutanan dan
sektor energi. Fokus terhadap kedua sektor tersebut didasarkan
pada fakta bahwa keduanya hal ini yang menjadi kontributor
utama emisi karbon di Indonesia. Indonesia berkomitmen dalam
pencegahan pemanasan global dan perubahan iklim sebagaimana
tertuang dalam pembaharuan Nationally Determined
Contributions (NDCs). Indonesia akan melakukan berbagai
pendekatan dalam upaya pencegahan perubahan iklim melalui
langkah adaptasi dan mitigasinya, termasuk juga: 1) penerapan
Pendekatan Lanskap sebagai solusi yang komprehensif dan
menyeluruh akan tercipta dengan mengintegrasikan perspektif
dari sisi ekosistem daratan, pesisir dan laut; 2) memperkuat dan
menyelaraskan upaya tradisional maupun upaya inovatif dalam
memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim; 3)
menjadikan perubahan iklim sebagai aspek pertimbangan dalam
setiap perencanaan pembangunan, dan; 4) meningkatkan kualitas
manajemen sumber daya alam demi memastikan ketahanan
pangan, air dan energi.
Meskipun demikian, masih dibutuhkan langkah-langkah lain
dalam mengatasi dampak perubahan iklim dan dibutuhkan juga
berbagai upaya adaptasi perubahan iklim, antara lain pengadaan

16 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26


rantai nilai lintas batas negara dalam penyediaan bantuan respon
bencana dalam negeri dan lintas negara melalui perjanjian
kerjasama ramah lingkungan dan rendah jejak karbon;
mendorong pemerintah dalam tata pemerintah inklusif kelautan
dan pengelolaan sumber daya alam melalui pengembangan
kerangka kerja Blue Economy; mempromosikan pendekatan
berbasis penelitian dalam pemanfaatan pendekatan keilmuan dan
pengetahuan local dalam memahami pengurangan resiko
epidemologis di perkotaan untuk keberlanjutan, replikasi
program, dan pengembangan program lebih lanjut;
mempromosikan solidaritas, kerjasama, kolaborasi, dan
pembagian kekuatan, keahlian, dan sumber daya dalam
kepemimpinan global dengan menghargai dan menghormati
kepemimpinan dan kepemilikan local dan tradisional, dan;
menyadari akan pentingnya peran lingkungan hiudup dan sumber
daya alam bagi masyarakat, khususnya masyarakat local dan
tradisional dengan mengutamakan pendekatan lingkungan hidup
dan alam.
8. Akses Perlindungan bagi Pekerja Informal
Salah satu tantangan di dunia ketenagakerjaan adalah
perlindungan pekerja khususnya pekerja informal selain problem
tantangan pasar kerja dan penciptaan lapangan pekerjaan. Kondisi
ketenagakerjaan ini semakin kompleks dengan adanya pandemi
Covid-19 telah berdampak pada meningkatnya jumlah pekerja
informal. Mereka adalah kelompok rentan yang bekerja tanpa
perlindungan. Merujuk data Badan Pusat Statistik tahun 2022
menunjukkan bahwa jumlah pekerja informal sebanyak 135,61
juta dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang bekerja.
Pekerja informal ini merupakan kelompok rentan; dan potret
pekerja informal sebagian besar berwajah perempuan. Kelompok
pekerja informal yang jumlahnya cukup besar memberikan
sumbangan besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
mampu bertahan dalam kondisi krisis namun kurang
mendapatkan perhatian dari pemerintah.

ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN

17
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
Pentingnya perlindungan pekerja informal ini diangkat dalam
forum G20 sektor ketenagakerjaan. Terdapat empat isu sentral
yaitu (1) pasar tenaga kerja inklusif dan pekerjaan afirmatif untuk
penyandang disabilitas, (2) pengembangan kapasitas manusia
untuk pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan, (3)
penciptaan lapangan kerja berkelanjutan menuju perubahan dunia
kerja dan (4) perlindungan tenaga kerja adaptif di dunia kerja
yang berubah. Pada poin keempat secara khusus menekankan
pentingnya perlindungan tenaga kerja termasuk dalam hal ini
dalah tenaga kerja informal yang jumlahnya besar namun minim
perlindungan. Kategori pekerja informal ini adalah keompok
pekerja rumahan, buruh tani, nelayan dan pelaku usaha UMKM
mikro. Kelompok pekerja ini mereka berada dalam posisi rentan
dikarenakan ketiadaan perlindungan misalnya jaminan social
ketenagakerjaan karena yang mendapatkan jaminan social
ketenagakerjaan adalah pekerja formal. Selain jaminan social,
kelompok pekerja informal ini juga kurang mendapatkan
perhatian dalam akses peningkatan kapasitas usaha, akses ijin
usaha dan pendampingan serta permodalan.
Bahkan khusus untuk kelompok pekerja rumahan, merujuk pada
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa
meskipun pekerja rumahan juga dalam ikatan kerja dengan
perusahaan atau pihak lain, namun di dalam UU ini belum
mewadahi hubungan kerja antara pekerja rumahan dengan
pemberi kerja karena status pekerja rumahan dianggap bukan
karyawan. Selain besaran upah, jam kerja, dan beban kerja,
keselamatan kerja saat mereka melakukan pekerjaan pun tidak
dapat dijamin. Sebagai pihak yang memiliki posisi tawar rendah,
para pekerja cenderung lebih riskan mengalami ketidakadilan;
dan belum ada instansi yang mendapatkan mandat untuk
mengawasi proses jalannya hubungan kerja semacam itu. Oleh
karena itu perlu tersedia kebijakan yang melindungi mereka dan
memberikan jaminan sosial. Negara perlu untuk mengeluarkan
kebijakan perlindungan sosial bagi pekerja informal sebagai
bagian dari jaring pengaman sosial.

18 MUSYWIL ‘AISYIYAH LAMPUNG KE-26

Anda mungkin juga menyukai