13
11
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
dan as-Sunnah al-Maqbulah. Dalam keluarga disemaikan dan
ditumbuhsuburkan relasi saling memuliakan seluruh anggota
keluarga, baik laki-laki maupun perempuan. Hubungan suami
istri yang saling memuliakan dan senantiasa saling berperilaku
makruf, menjauhi tindak kekerasan dan perilaku buruk lainnya.
‘Aisyiyah mengajak semua komponen untuk menguatkan
ketahanan institusi keluarga menjadi tempat paling subur untuk
menyemai ruh spiritualitas sebagai landasan, ruh, dan arah
keluarga dalam memperkuat basis ketahanan keluarga dan
mengembangkan
seluruh potensi anggota keluarga dalam mewujudkan kedamaian,
ketenangan, dan kemajuan serta mengembangkan pemikiran
dengan faham wasathiyah Islam Berkemajuan; menjadi wahana
paling subur dalam mengedukasi sumberdaya insani yang
berkarakter takwa menuju khaira ummah yang berkualitas utama,
menjadikan keluarga menjadi unit paling dini dalam
pengembangan nilai-nilai keutamaan, untuk memperkuat tunas-
tunas bangsa menjadi ”dzurriyyatan qawiyyatan” (generasi yang
tangguh). Keluarga sebagai sarana pemberdayaan ekonomi kecil
dan menengah serta penananam jiwa wirausaha untuk
menghindarkan dari kefakiran yang dapat mendorong pada
kekafiran serta memperkuat ketahanan keluarga; menjadikan
keluarga sebagai wahana dalam membudayakan hidup bersih dan
sehat secara holistik, yang akan menguatkan kesehatan
masyarakat dan bangsa; menjadikan keluarga sebagai wahana
strategis dalam menanamkan mental berkemajuan dalam aspek
sosial, politik dan hukum berkeadaban. Nilai-nilai sosial
universal berkeadaban dengan spirit ta’awun, politik inklusif
yang mampu menghargai perbedaan dengan kesantunan, serta
sikap taat hukum sebagai ekspresi menjalankan nilai-nilai agama
harus dilembagakan dalam keluarga.
13
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
Perempuan petani dan nelayan juga belum mendapatkan
pengakuan secara signifikan. Menguatkan kedaulatan pangan
nasional dan local merupakan langkah strategis dalam rangka
menjamin ketersediaan pangan ketika dunia dilanda pandemic
dan krisis ekonomi. Pengetahuan tentang bagaimana menjaga
bumi dengan menumbuhkan pangan lokal akan memperkuat
ketahanan dan kedaulatan pangan.
Perempuan memegang peran yang sangat penting dalam
membangun kedaulatan pangan diberbagai belahan dunia.
Perempuan berperan cukup besar dalam mengelola lahan
pertanian, merawat tanaman sampai kepada tanggung jawab
ketersediaan pangan keluarga. Dengan pengetahuan kearifan
lokal dan pengalaman yang dimiliki perempuan akan dapat
mendorong upaya dalam mempertahankan pola pengelolaan
produksi pangan, mulai dari kesuburan tanah dan benih lokal
hingga menjadi pertanian yang berkelanjutan. Bagi Provinsi
Lampung yang sebagian besar wilayahnya berupa daerah pesisir
dan pertanian, maka perempuan merupakan sumberdaya yang
penting dalam menambah nilai jual hasil tangkap dengan
mengolahnya menjadi produk pangan perikanan. Oleh karena itu
menjadikan perempuan sebagai agen-agen potensial dalam
membangun kedaulatan pangan sangat penting dengan dukungan
penuh pemerintah termasuk budaya menanam pangan local,
gerakan menanam di rumah, gerakan membeli produk pangan
local adalah langkah- langkah strategis yang penting untuk
dilaksanakan secara serius. Menjaga kedaulatan pangan berarti
membuka akses ekonomi bagi perempuan dan kelompok
marginal untuk meningkatkan dan menguatkan ekonominya
sebagai pemenuhan hak dasar setiap orang.
15
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
program pengurangan resiko bencana, dukungan yang penuh bagi
kepemimpinan dan inovasi perempuan dalam pengurangan resiko
bencana, ketersediaaan data terpilah, kajian resiko, dan konteks
bencana yang sensitive terkait dengan kebutuhan perempuan
dalam situasi bencana, profil bencana dan perempuan multi
ancamana dan lintas batas negara, membangun kolaborasi dalam
mendukung pengarusutamaan gender dalam bencana, penyediaan
perlindungan sosial dalam mengurangi kerentanan bencana dan
menjamin keberlangsungan pembangunan berkelanjutan. Hal ini
harus dilakukan oleh semua pihak yang berkomitmen dalam
penanggulangan bencana.
Perubahan iklim merupakan ancaman terbesar dalam
ketahanan pangan, air dan energi. Oleh karena itu mitigasi dan
adaptasi merupakan dua konsep yang terintegrasi dan sangat
esensial. Dalam hal mitigasi, Indonesia akan fokus ke
penanganan di dua sektor, yaitu sektor lahan dan kehutanan dan
sektor energi. Fokus terhadap kedua sektor tersebut didasarkan
pada fakta bahwa keduanya hal ini yang menjadi kontributor
utama emisi karbon di Indonesia. Indonesia berkomitmen dalam
pencegahan pemanasan global dan perubahan iklim sebagaimana
tertuang dalam pembaharuan Nationally Determined
Contributions (NDCs). Indonesia akan melakukan berbagai
pendekatan dalam upaya pencegahan perubahan iklim melalui
langkah adaptasi dan mitigasinya, termasuk juga: 1) penerapan
Pendekatan Lanskap sebagai solusi yang komprehensif dan
menyeluruh akan tercipta dengan mengintegrasikan perspektif
dari sisi ekosistem daratan, pesisir dan laut; 2) memperkuat dan
menyelaraskan upaya tradisional maupun upaya inovatif dalam
memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim; 3)
menjadikan perubahan iklim sebagai aspek pertimbangan dalam
setiap perencanaan pembangunan, dan; 4) meningkatkan kualitas
manajemen sumber daya alam demi memastikan ketahanan
pangan, air dan energi.
Meskipun demikian, masih dibutuhkan langkah-langkah lain
dalam mengatasi dampak perubahan iklim dan dibutuhkan juga
berbagai upaya adaptasi perubahan iklim, antara lain pengadaan
ISU-ISU STRATEGIS
KEUMATAN, KEBANGSAAN DAN
17
KEMANUSIAAN UNIVERSAL
Pentingnya perlindungan pekerja informal ini diangkat dalam
forum G20 sektor ketenagakerjaan. Terdapat empat isu sentral
yaitu (1) pasar tenaga kerja inklusif dan pekerjaan afirmatif untuk
penyandang disabilitas, (2) pengembangan kapasitas manusia
untuk pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan, (3)
penciptaan lapangan kerja berkelanjutan menuju perubahan dunia
kerja dan (4) perlindungan tenaga kerja adaptif di dunia kerja
yang berubah. Pada poin keempat secara khusus menekankan
pentingnya perlindungan tenaga kerja termasuk dalam hal ini
dalah tenaga kerja informal yang jumlahnya besar namun minim
perlindungan. Kategori pekerja informal ini adalah keompok
pekerja rumahan, buruh tani, nelayan dan pelaku usaha UMKM
mikro. Kelompok pekerja ini mereka berada dalam posisi rentan
dikarenakan ketiadaan perlindungan misalnya jaminan social
ketenagakerjaan karena yang mendapatkan jaminan social
ketenagakerjaan adalah pekerja formal. Selain jaminan social,
kelompok pekerja informal ini juga kurang mendapatkan
perhatian dalam akses peningkatan kapasitas usaha, akses ijin
usaha dan pendampingan serta permodalan.
Bahkan khusus untuk kelompok pekerja rumahan, merujuk pada
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, bahwa
meskipun pekerja rumahan juga dalam ikatan kerja dengan
perusahaan atau pihak lain, namun di dalam UU ini belum
mewadahi hubungan kerja antara pekerja rumahan dengan
pemberi kerja karena status pekerja rumahan dianggap bukan
karyawan. Selain besaran upah, jam kerja, dan beban kerja,
keselamatan kerja saat mereka melakukan pekerjaan pun tidak
dapat dijamin. Sebagai pihak yang memiliki posisi tawar rendah,
para pekerja cenderung lebih riskan mengalami ketidakadilan;
dan belum ada instansi yang mendapatkan mandat untuk
mengawasi proses jalannya hubungan kerja semacam itu. Oleh
karena itu perlu tersedia kebijakan yang melindungi mereka dan
memberikan jaminan sosial. Negara perlu untuk mengeluarkan
kebijakan perlindungan sosial bagi pekerja informal sebagai
bagian dari jaring pengaman sosial.