Anda di halaman 1dari 33

SEMESTER 5

PEDOMAN PEMBELAJARAN
DAN SMALL GROUP
DISCUSSION
BUKU MAHASISWA

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia
Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861
i
e-mail: fkh@ugm.ac.id
Pedoman Pembelajaran dan Small Group Discussion Semester 5
Edisi Kesembilan
2023

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada


Dicetak di Yogyakarta
Didisain oleh: Tim SGD

ii
Buku SGD untuk Mahasiswa

Semester 5

Skenario 1-4
Integrasi dan Sinergi Mata Kuliah:

⚫ Virologi dan Ilmu Penyakit Viral Veteriner


⚫ Patologi Sistemik Veteriner
⚫ Nekropsi Veteriner
⚫ Patologi Klinik Veteriner
⚫ Farmakoterapi I

Edisi Kesembilan
Tahun 2023

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia
Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861
e-mail: fkh@ugm.ac.id
i
TIM PENYUSUN

Penanggung jawab: • drh. Agung Budiyanto, M.P., Ph.D.


• Dr. drh. Hery Wijayanto, M.P.
• drh. Sri Gustari, M.P.

Ketua: • drh. Antasiswa Windraningtyas Rosetyadewi,


M.Sc.

Sekretaris: • drh. Imron Rosyadi, M.Sc., Ph.D.

Anggota: • Dr. drh. Yuli Purwandari Kristianingrum, M.P.


• Prof. Dr. drh. Michael Haryadi Wibowo, M.P.
• drh. Sugiyono, M.Sc.

Pelaksana Teknis: • Kiswanto, S.T.,M.Eng


• Murjiyo

ii
FASILITATOR

PENDAHULUANKATA
Fasilitator: • Prof. drh. WidyaPENGANTAR
Asmara, S.U., Ph.D.
• Prof. Dr. drh. Tri Untari, M.Si.
• Prof. Dr. drh. AETH Wahyuni, M.Si.
• Prof. Dr. drh. M. Haryadi Wibowo, M.P.
• drh. Sitarina Widyarini, M.P., Ph.D.
• Dr. drh. Bambang Sutrisno, MP.
• Dr. drh. Yuli Purwandari Kristianingrum, M.P.
• drh. Sugiyono, M.Sc.
• drh. Afif Muhammad Akrom, M.Sc.
• drh. Mia Nur Farida, M.Sc.
• Dr. drh. Agustina Dwi Wijayanti, M.P.
• drh. Antasiswa Windraningtyas Rosetyadewi, M.Sc.
• drh. Aria Ika Septana, MVPH.
• Prof. Dr. drh. Siti Isrina Oktavia Salasia
• Dr. drh. Christin Marganingsih Santosa, M.Si.
• drh. Imron Rosyadi, M.Sc., Ph.D.

iii
KATA PENGANTAR

Buku Small Group Discussion (SGD) merupakan buku


PENDAHULUANKATA
pegangan bagi Fasilitator dan Mahasiswa dalam kegiatan SGD di
PENGANTAR
Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Sebagai buku yang menjadi
acuan dalam aktivitas SGD, buku SGD telah menjabarkan tujuan
pembelajaran dari setiap skenario, yang merupakan metode
pembelajaran case-based learning, dalam rangka pemenuhan
Indikator Kinerja Utama yang dimandatkan Universitas Gadjah
Mada kepada Fakultas Kedokteran Hewan.
Small Group Discussion diselenggarakan 4 kali dalam satu
semester, 2 kali dilaksanakan sebelum Ujian Tengah Semester, dan
2 kali sebelum Ujian Akhir Semester. Beberapa aktivitas dalam SGD
yang dinilai meliputi kedisiplinan, kerjasama, serta aktivitas sharing
knowledge diantara sesama mahasiswa, dan tugas mandiri dalam
bentuk paper di akhir SGD yang disesuaikan dengan learning
objective masing-masing kelompok SGD. Untuk menjaga topik
dalam skenario selalu sejalan dengan dinamika dunia kedokteran
hewan di tingkat nasional maupun internasional, maka dilakukan
evaluasi dan revisi buku SGD setiap semester.
Melalui aktivitas SGD, diharapkan mahasiswa dapat
mengembangkan kepribadiannya sejalan dengan ilmu pengetahuan
yang dimiliki, sehingga semua kompetensi yang dipersyaratkan
dapat terpenuhi.
Akhir kata, semoga buku SGD ini dapat menjadi bagian dalam
mencapai Veterinary Excellent yang dicanangkan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta, September 2023
Dekan

Prof. drh. Teguh Budipitojo, MP., Ph.D.

iv
PENDAHULUAN

DAFTAR
ISIPENDAHULUAN
Small Group Discussion dilakukan melalui diskusi dalam kelas-
kelas kecil untuk membahas tugas-tugas yang ada dalam skenario
yang dirancang agar mahasiswa mampu memahami secara lebih
bermakna, lebih tajam, tidak hanya dalam bentuk teori tapi lebih
realistis dalam bentuk skenario melalui sinergi dan integrasi
MKVirologi dan Ilmu Penyakit Viral Veteriner, Patologi Sistemik
Veteriner, Nekropsi Veteriner, Patologi Klinik Veteriner, dan
Farmakoterapi I. Diskusi secara integral dari berbagai MK bertujuan
untuk mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran kurikulum
Fakultas Kedokteran Hewan.

v
DAFTAR ISI

TUJUAN
PEMBELAJARANDAFTAHal
R ISI
KATA PENGANTAR ................................................................... IV
PENDAHULUAN ........................................................................... V
DAFTAR ISI ................................................................................. VI
TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................... 1
SKEMA PEMBELAJARAN ........................................................... 2
LEARNING OUTCOME...................................................................3
AKTIVITAS PEMBELAJARAN ....................................................5
RUBRIK PENILAIAN SGD.......................................................... 11
BLUE PRINT PENILAIAN............................................................ 14
REFERENSI ...................................................................................15
Skenario 1 ....................................................................................... 18
Nodul dan Keropeng di Bibir Domba Sakub ............................. 18
Skenario 2 ....................................................................................... 20
Diare dan Muntah Anjing Shiro .................................................20
Skenario 3 ....................................................................................... 22
Penyakit Anjing Gila ..................................................................22
Skenario 4 ....................................................................................... 24
Kisah Nemo ................................................................................24

vi
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mampu memahami MK yang dipelajari melalui
implementasi integrasi dan sinergi antar MK untuk saling
melengkapi/ meningkatkan/ mempertajam dan berbagi konsep
keilmuan, keterampilan dan perilaku.

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa mampu memahami secara lebih bermakna MK Virologi
dan Ilmu Penyakit Viral Veteriner, Patologi Sistemik Veteriner,
Nekropsi Veteriner, Patologi Klinik Veteriner, dan Farmakoterapi I
yang saling disinergikan dan diintegrasikan dalam suatu skenario
untuk diskusi.

1
SKEMA PEMBELAJARAN

SGD
Semester 5

Virologi dan Patologi Nekropsi Patologi Farmako-


Ilmu Penyakit Sistemik Veteriner Klinik terapi 1
Viral Veteriner Veteriner
Veteriner

Sinergi dan integrasi antar mata kuliah


untuk membangun pemahaman secara lebih dalam dan komprehensif
untuk mencapai kompetensi

Skenario 1: Skenario 2: Skenario 3: Skenario 4:


Memahami penyakit Memahami penyakit Memahami penyakit Memahami
Orf, virus penyebab Canine Parvo Virus, rabies, etiologi, penggunaan anestetika
(morfologi, karakter karakter virus, umum, jenis-jenisnya,
mampu mengaitkan patogenesis penyakit,
biologi dan struktur), urgency-nya, faktor-
data hasil pemeriksaan mampu
patogenesis, cara faktor resiko,
hematologi dengan mengidentifikasi memahami cara
diagnosis, gejala yang terlihat, penyakit anjing gila,
pencegahan dan melakukan nekropsi
dan mampu melakukan dan mampu
pengendalian secara pada primate dan
mendiagnosis,
penanganan penyakit melakukan tindakan mengenali beberapa
tepat dan terpadu
berdasarkan hasil penanganan, kasus viral pada
pemeriksaan fisik dan pencegahan dan primata.
laboratorik pengendalian secara
tepat

2
LEARNING OUTCOME

TUJUAN PEMBELAJARAN
Diskusi secara integral dari berbagai MK melalui skenario
dalam SGD bertujuan untuk mendukung tercapainya kompetensi
pembelajaran kurikulum Fakultas Kedokteran Hewan.

Learning outcome MK Virologi dan Ilmu Penyakit Viral


Veteriner:
Mahasiswa mampu memahami konsep virus dan penyakit
hewan yang ditimbulkan oleh virus. Mahasiswa dapat menjelaskan
apa itu virus, bedanya dengan organisme lain, cara replikasi virus,
bagaimana virus dapat menginfeksi dan menimbulkan penyakit pada
hewan serta memahami penyakit–penyakit penting pada hewan yang
disebabkan oleh virus.

Learning outcome MK Patologi Sistemik Veteriner:


Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan proses
penyakit yang disebabkan oleh infeksi viral pada berbagai sistem
organ.

Learning outcome Nekropsi Veteriner:


Mahasiswa mampu mengenali lesi yang ditimbulkan oleh
infeksi penyakit viral sehingga mampu melakukan diagnosis
berdasarkan perubahan patologik pada organ dan didukung dengan
gejala klinik yang teramati.

Learning outcome MK Patologi Klinik Veteriner:


Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dan interpretasi
hasil pemeriksaan laboratoris meliputi analisa darah, urin, feses,
cairan tubuh, enzim, hormon serta hubungannya dengan gejala –
gejala klinis untuk mendiagnosa penyakit.

3
Learning outcome MK Farmakoterapi 1:
Mahasiswa mampu memahami mekanisme kerja obat dari
berbagai golongan; mampu memahami efek terapeutiknya dan
memberikan pengobatan yang rasional sesuai dengan penyakit;
mampu memahami cara pemberian obat (dosis, aplikasi) yang sesuai
pada berbagai spesies.

4
AKTIVITAS PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Rangkaian aktivitas pembelajaran berikut ini disiapkan untuk
mengarahkan mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran:

1. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan mengacu pada kurikulum
OBE yang mengutamakan kualitas lulusan melalui pembelajaran
dengan beragam metode. Pembelajaran SGD banyak
menerapkanpembelajaran berbasis kasus (case based learning)
serta pembelajaran berbasis problem (problem based learning)
yang diharapkan dapat mengasah kemampuan mahasiswa
menjadi problem solver yang baik. Melalui pembelajaran berbasis
kasus dan problem diharapkan mahasiswa dalam kelas kecil dapat
mengasah diri menjadi pemberi informasi, penerima informasi
yang baik (open minded), sehingga proses teach other dalam
kelompok dapat berlangsung secara dinamis untuk mencapai
tujuan pembelajaran, serta membentuk mahasiswa menjadi
pembelajar sepanjang hayat (long life learner).

2. Kuliah
Metode perkuliahan dilakukan dengan cara dosen
mempresentasikan materi dan diskusi apa dan mengapa harus
dipelajari oleh mahasiswa. Pada kuliah perdana, Koordinator
MK menyampaikan kontrak pembelajaran kepada para
mahasiswa sesuai RPKPS yang telah disusun oleh tim dosen,
memperkenalkan semua dosen pengampu beserta kepakaran
masing-masing dengan tujuan agar mahasiswa mengenal dosen
dan keahliannya sejak awal perkuliahan, sehingga diharapkan
dosen dapat menjadi teladan untuk dicontoh mahasiswa. Rencana
Program Kegiatan Pembelajaran Semester dan bahan ajar wajib
diberikan kepada mahasiswa melalui sistem e-learning eLOK,
5
dan dalam bentuk hardcopy disimpan di Perpustakaan sebagai
narasi/referensi/bahan pembelajaran mahasiswa). Dalam
penerapan kurikulum berbasis kompetensi, perkuliahan
diselenggarakan dengan cara kombinasi antara kuliah dan diskusi
kelompok dalam kelas kecil. Hal ini bertujuan agar mahasiswa
memperoleh materi kuliah yang cukup dan diikuti dengan belajar
mandiri. Perkuliahan diselenggarakan sesuai dengan matakuliah
yang telah ditentukan learning outcome dalam mencapai
kompetensi. Integrasi dan sinergi antar matakuliah
diselenggarakan melalui SGD yang membahas skenario tertentu,
untuk meningkatkan dan mempertajam pemahaman mahasiswa.
Apabila diperlukan diantara jadwal SGD dapat diselenggarakan
perkuliahan, untuk memberi kesempatan mahasiswa untuk
klarifikasi dan membahas pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat
dijawab dalam diskusi kelompok.

3. Diskusi kelompok dalam SGD dengan pendampingan


fasilitator
Small Group Discussion dijadwalkan 2 kali dalam seminggu. Jika
fasilitator tidak hadir karena sesuatu hal, harus digantikan oleh
fasilitator pengganti yang sesuai bidangnya. Apabila pada jadwal
yang ditentukan fasilitator belum hadir sampai batas waktu 10
menit, kelompok mahasiswa yang bersangkutan harus
memberitahu Bagian Akademik FKH UGM sesegera mungkin
untuk mendapatkan fasilitator pengganti. Selama proses diskusi,
semua kelompok harus membawa sumber pembelajaran yang
sesuai, yang mungkin diperlukan pada saat SGD.
Fasilitator yang karena kondisinya sedang kurang baik, dapat
melakukan fasilitasi SGD dari rumah, tetapi untuk mahasiswa
tetap harus hadir di kelas. Mahasiswa diijinkan tidak mengikuti
kelas SGD karena 3 alasan yaitu; sakit, musibah, mewakili
Fakultas atau Universitas pada event tertentu. Selama proses
diskusi, semua kelompok harus membawa sumber pembelajaran
yang sesuai, yang mungkin diperlukan pada saat SGD.
6
Pada semester pertama, digunakan metode collaborative-
learning (pembelajaran kolaboratif) untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran semester berikutnya dapat
dilakukan dengan cara competitive learning, case-based
learning, research- based learning, problem-based learning, dan
lain-lain. Cara tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran, yang
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan diskusi untuk satu
skenario yang sama. Pertanyaan dasar yang perlu dikemukakan
adalah: Apa yang sudah diketahui? Apa yang diharapkan untuk
diketahui selanjutnya?

SGD pertemuan pertama:


• Seluruh mahasiswa per angkatan dibagi dalam kelompok-
kelompok.
• Fasilitator membuka SGD dengan memimpin doa,
mendokumentasikan kehadiran mahasiswa, menjelaskan
proses diskusi dan meminta salah satu mahasiswa
membacakan skenario. Small Group Discussion pertama ini
terdiri dari 2 sesi.
• Sesi 1: Fasilitator mengarahkan semua mahasiswa untuk
mendiskusikan seluruh topik diskusi yang ada di skenario
dalam kelompok besar.
• Sesi 2: Fasilitator membagi kelompok kecil sesuai topik
diskusi di akhir diskusi. Diskusi kelompok kecil dilaksanakan
di luar SGD.
• Fasilitator meminta masing-masing mahasiswa membuat
laporan hasil diskusi dengan mencari sumber referensi seluas-
luasnya sebagai tugas individu yang dikumpulkan sebelum
SGD-2 dimulai. Isi laporan meliputi: Topik diskusi, tujuan
pembelajaran, skema pembelajaran, pembahasan, kesimpulan,
dandaftar referensi.
• Laporan dikirimkan ke fasilitator bisa secara online maupun
offline tergantung kesepakatan dengan fasilitator.
7
• Fasilitator meminta masing-masing kelompok kecil menyiapkan
hasil diskusi dalam bentuk power point/multimedia yang
dipresentasikan pada SGD pertemuan kedua.
• Komentar pelaksanaan SGD oleh Fasilitator dituliskan pada form
komunikasi fasilitator dan dikirimkan ke akademik.

SGD pertemuan kedua:


• Fasilitator membuka SGD dengan memimpin doa, melihat presensi
dari partisipan.
• Fasilitator meminta masing-masing kelompok kecil
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dengan waktu 20-30
menit termasuk diskusi.
• Fasilitator meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan,
masukan dan pertanyaan hasil presentasi.
• Fasilitator memimpin diskusi akhir.
• Fasilitator menutup SGD ke-2.

Tugas Fasilitator:
• Dalam hal fasilitator berhalangan hadir secara luring, SGD dapat
dilakukan secara daring. Fasilitator wajib membuka meeting room
daring sesuai jadwal. Meeting room di share ke akademik 1 hari
sebelum pelaksanaan SGD. Apabila fasilitator terjadwal akan
mengganti dengan fasilitator lain maka fasilitator pengganti yang
membuat link meeting room.
• Mengarahkan dan memfasilitasi diskusi.
• Memberi penilaian aktivitas mahasiswa selama diskusi pada
SGD pertemuan pertama dan kedua, dengan penilaian melalui 3
aspek:
1. Attitude (sikap mental dan etika) = afektif
2. Skill (cakap, ahli, mampu adaptasi pada kompetensi positif)
= psikomotor
3. Knowledge (membangun intellectual capital) = kognitif

8
• Memberi penilaian aktivitas mahasiswa selama diskusi pada
SGD pertemuan kedua dengan penilaian melalui 4 aspek :
1. Attitude (sikap mental dan etika) = afektif
2. Skill (cakap, ahli, mampu adaptasi pada kompetensi positif)
= psikomotor
3. Knowledge (membangun intellectual capital) = kognitif
4. Tugas Individu

4.Diskusi kelompok tanpa pendampingan fasilitator


Sesuai dengan kebutuhan kelompok, mahasiswa dapat
menyelenggarakan pertemuan tanpa kehadiran fasilitator
diluar SGD. Tujuan diskusi tanpa fasilitator bervariasi,
misalnya, mengidentifikasi pertanyaan teoritis, identifikasi
tujuan pembelajaran kelompok, memastikan bahwa kelompok
telah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan, dan
mengidentifikasi pertanyaan praktis serta menyiapkan
presentasi.

5. Praktikum
Diselenggarakan oleh Laboratorium di Departemen untuk
memperkaya pemahaman mahasiswa tentang konsep yang
didiskusikan terkait dengan pengembangan ilmu. Latihan
untuk meningkatkan ketrampilan yang diperlukan seorang
dokter hewan untuk memenuhi kompetensinya (keterampilan
komunikasi dengan klien, keterampilan klinik, dan
sebagainya).

6. Konsultasi ahli
Aktivitas ini diselenggarakan berdasarkan keperluan dan
diselenggarakan sendiri oleh kelompok mahasiswa, dengan
menghubungi dosen yang berkompeten.

9
7. Belajar mandiri
Sebagai pembelajar dewasa, mahasiswa diharapkan mampu
menerapkan cara belajar mandiri, suatu jenis keterampilan yang
penting untuk pengembangan pribadi dan karir dimasa depan.
Ketrampilan ini meliputi kemampuan menemukan minat pribadi,
mencari informasi dari berbagai sumber pembelajaran,
menentukan cara belajar yang sesuai, dan mengidentifikasi
kebutuhan belajar selanjutnya. Mahasiswa tidak akan pernah
merasa cukup hanya belajar dari catatan kuliah atau textbook.
Belajar mandiri merupakan ciri terpenting dari pendekatan SCL,
dan pada tahap tertentu, belajar akan menjadi perjalanan tanpa
ujung/batas.

8. Diskusi kelas
Diskusi kelas dapat diselenggarakan melalui kuliah diantara
jadwal SGD. Tujuan diskusi ini adalah untuk memberi penjelasan
dan membandingkan proses pembelajaran di antara kelompok
untuk menghindari adanya kelompok yang salah pemahaman
dalam diskusi. Semua kelompok boleh mengajukan topik tertentu
untuk didiskusikan, dan fasilitator atau dosen akan menjawab
pertanyaan sesuai kompetensi masing-masing.

10
RUBRIK PENILAIAN SGD

Komponen Poin Penilaian


Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa
yang:
• gabung tepat waktu dan tidak meninggalkan
Attitude
ruang sampai SGD selesai
(afektif,
sikap, etika, • bertutur kata santun
disiplin) • menghargai atau menyanggah pendapat
teman dengan sopan
Nilai dibawahnya diberikan sesuai keadaan pada saat
diskusi
Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa
yang:
Skill • terampil dalam memunculkan topik yang
(psikomotor, dapat menjadikan diskusi berjalan dinamis dan
hidup
cakap, ahli,
penampilan • terampil dalam bicara secara verbal
presentasi, • terampil dalam membuat presentasi
inovatif, • terampil dalam memimpin kelompok
aktif, • kemampuan dalam kerjasama yang baik
kemampuan • memberikan perhatian yang baik pada
kerjasama, diskusi
Nilai dibawahnya diberikan pada mahasiswa
kemampuan
yang aktivitasnya kurang dari semua yang
leadership)
disebut diatas. Nilai minimal 60 diberikan pada
mahasiswa yang sangat pasif meski sudah
dipancing oleh fasilitator, maupun teman-teman
kelompoknya
Nilai maksimal 100 diberikan kepada
mahasiswa yang:
Knowledge
(kognitif, • aktifmenjawab/menjelaskanpermasalahan/topik
diskusi dengan penjelasan yang ilmiah, benar
pemahaman)
dan sesuai dengan topik pembelajaran.

11
• penjelasan yang diberikan memiliki dasar
pustaka yang jelas dan sahih.
Nilai dibawahnya diberikan sesuai bobot ilmiah
yang disampaikan. Nilai minimal 60 diberikan
kepada mahasiswa yang sama sekali tidak
berkontribusi dalam menjawab permasalahan.
Nilai maksimal 100 jika:
• tulisan yang dikirim secara online kepada
fasilitator paling lambat sebelum
pelaksanaan SGD hari kedua dimulai.
• isi menjawab semua tugas dengan jelas.
Tugas • tulisan runtut dan rapi
individu • mencantumkan referensi yang memadai
(hanya pada dengan sumber yang dipercaya
SGD kedua) • minimal 3 pustaka
Nilai minimal 60 diberikan pada mahasiswa jika:
• tulisannya tidak menjawab tugas dengan tepat
• sumber kurang sahih.
• copy paste dari teman lain

LAPORAN (tugas individu):


Masing-masing mahasiswa wajib menyusun laporan secara lengkap
• Judul/Topik diskusi
• Tujuan pembelajaran
• Skema pembelajaran
• Bahasan
• Kesimpulan
• Luaran pembelajaran (yang menguraikan tentang setelah
diskusi topik dalam scenario, mahasiswa mampu apa)
• Referensi
• Format laporan: font Times New Roman 12, spasi 1,5,
margin ukuran standard, ukuran kertas A4, tanpa dijilid
• Jumlah halaman: 5 sampai 10 halaman, tidak termasuk
gambar. Jika menambahkan gambar jumlah halaman
diperbolehkan lebih dari 10.
12
PRESENTASI (kerja kelompok):

• Waktu presentasi dan tanya jawab tiap sub-kelompok maksimal


30 menit:
- Presentasi sekitar 10-15 menit
- Diskusi sekitar 15 menit
• Bahan presentasi:
- Topik: Salah satu dari tugas dalam skenario (masing-masing
sub-kelompok topik berbeda)
- Bentuk power point/multimedia
- Isi paparan singkat hasil diskusi kelompok
• Dipresentasikan pada SGD pertemuan kedua.

13
BLUE PRINT PENILAIAN

KOMPONEN PENILAIAN MAHASISWA


✓ SGD 15 %
✓ Praktikum 20 - 25%
✓ Ujian UTS+UAS 60 - 65 %

Jenis Soal:
- MCQ dengan tipe jawaban a, b, c, d, e
- Essay
- dll.

14
REFERENSI

Virologi Dan Ilmu Penyakit Viral Veteriner


1. Fenner, F.J., Gibbs, E.P.J., Murphy, F.A., Rott, R. Studdert, M.J.,
White, D.O. Veterinary Virology. Second Ed. Academic Press
Inc., New York, USA.
2. OIE. 2004. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for
Terrestrial Animals (Mammals, Birds and Bees), 5th. OIE, Paris.
3. Maclachlan, N. J., Dubovi, E. J., & Fenner, F. (2011). Fenner's
veterinary virology. Amsterdam: Elsevier Academic Press.
4. Tarigan, S., Bahri, S., Sarosa, A.,1997. Hog Cholera-Sebuah
Tinjauan Kepustakaan, Wartazoa. Vol.6(1), p.23-32.

Patologi Sistemik Dan Nekropsi Veteriner


1. McGavin MD., Carlton W, Zackary JF., Thomson RG., 2001.
Thomson’s Special Veterinary Pathology. Third Edition. St St,
Louis, Mosby.
2. McGavin MD and Zackary JF. 2007. Pathologic Basis of
Veterinary Disease. Fourth Edition. Mosby. Elsevier. St Louis,
Missouri.
3. Zachary, J.F. 2017. Pathologic Basis of Veterinary Disease. Sixth
Edition. Elsevier
4. Suckow, M.A., Weisbroth, S.H. and Franklin C.L. 2006.The
Laboratory Rat. Elsevier Academic Press. Burlington. USA.
5. Merck, M.D. 2011. Veterinary Forensic. Animal Cruelty
Investigations. Blackwell Publishing. State Avenue. Iowa USA

15
Patologi Klinik Veteriner
1. Jansen DL, CR Bartz, M Bush, RH Marehwichi, BS Stephen, J
Grate and RJ Montali 1982. Parvovirus enteritis in the
vaccinated juvenile bush dog. J Am Vet Med Ass 181(I I), 1226-
1227.
2. Lenhaus C 1980. Canine parvovirus disease. A caution against
routine vaccination. Aust Vet J 56(10), 611-612.
3. Lenhaus C, MJ Studdert and J Finnie 1980. Acute and chronic
canine parvovirus myocarditis following intra uterine
inoculation. Aust vet J 56(10) 465 468.
4. Robinson WP, GE Wilcox and RLP Plover 1980. Canine
parvoviral disease: experimental reproduction of the enteric
form with a parvovirus isolated from care of myocarditis. Vet
Path 17,589-599.
5. Sandstadt K and M Wierup 1981. Concomitant ocean of
campylobacter and parvovirus in dog with gastroenteritis. Vet
Res 21(4), 271-273.
6. Weiss, Doughlas J., Wardrop, K. Jane. 2010. Schalm`s
Veterinary Hematology. Willey Blackwell. USA.
7. Hariono, B. 2015. Penyegaran Pembacaan dan Interpretasi
Pemeriksaan Darah untuk mendukung Diagnosis Penyakit pada
Anjing dan Kucing, FKH, UGM.
8. Weiss, D.J. and Wardrop, K.J. 2010. Schalm’s Veterinary
Hematology, 6th ed., Blackwell Publishing Ltd., USA.

Farmakoterapi I
1. Adams, H.R. 2001. Veterinary Pharmacolgoy and
Therapeutics.8th ed . Blackwell Publishing. America. 24
2. Fortman, J.D., Hewett, T.A., Bennett, B., T. The Laboratory
2022.The Laboratory Nonhuman Primate. CRC Press.
3. Riviere, J.E., Papich, M.G. 2009. Veterinary Pharmacolgoy and
Therapeutics. John Willey and Sons.

16
4. Hsu,W.H. 2008. Handbook Veterinary of Pharmachology. John
Willey and Sons.
5. Ramesh C. Gupta. (2012). Veterinary Toxicology, Basic and
clinical principles 2nd ed. Academic press

17
Skenario 1

(SGD Semester 5)

Nodul dan Keropeng di Bibir Domba Sakub

Sebanyak 15 ekor domba Sakub di pertenakan Bumi Hijau,


Brebes, Jawa Tengah tiba-tiba menunjukkan gejala tidak mau makan
dan minum, lesu. Pemilik peternakan khawatir jika domba tersebut
menderita PMK karena pada saat ini terjadi wabah Penyakit Mulut
dan Kuku (PMK). Beliau kemudian mengundang dokter hewan
dari Puskeswan Brebes untuk memeriksa domba tersebut. Dokter
hewan yang memeriksa menemukan adanya lesi vesikula, pustula
bahkan ulser dan krusta di sekitar mulut, hidung dan gusi serta
demam, tetapi tidak ditemukan lesi pada kuku. Diagnosa sementara
penyakit tersebut adalah Orf dan Lumpy Skin Disease (LSD). Dokter
hewan tersebut kemudian melakukan biopsy untuk mengambil
sampel jaringan kulit. Sampel tersebut dikirim ke Laboratorium
Mikrobiologi dan Laboratorium Patologi FKH UGM untuk
melakukan peneguhan diagnosa berdasar pada isolasi dan
identifikasi etiologi serta perubahan patologi makroskopik dan
mikroskopik. Setelah melakukan pengobatan, dokter hewan
meminta agar domba yang sakit dikarantina untuk mencegah
penularan sekaligus melakukan client education bahwa penyakit ini
bersifat zoonosis.
Hasil isolasi dan identifikasi menunjukkan adanya
pertumbuhan virus pada membran korio allantois telur ayam
berembrio berupa plaque berwarna putih. Pengamatan
histopatologis sampel kulit ditemukan adanya benda inklusibodi
intrasitoplasmik (Bollinger body), hemoragika, hiperplasi stratum
korneum serta adanya respon inflamasi, begitu juga pada CAM
ditemukan adanya benda inklusi intrasitoplasmik Bollinger body.

18
Kata kunci : vesikula, LSD, Orf, PMK, Bollinger body

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu mengenal penyakit pada domba yang
disebabkan oleh virus, mampu mengenali gambaran menciri dari
hasil pemeriksaan laboratorik, menginterpretasikan data
laboratorik, mendiagnosa, terapinya, dan pencegahan penyakit.
2. Mahasiswa mampu menelusuri patogenesis penyakit (konsep
filosofis: what/apa, why/mengapa dan how/bagaimana), diagnosa,
prognosa penyakit dan saran/advis bagi pemilik hewan.
3. Mahasiswa mampu mengkaitkan data laboratorik dari berbagai
laboratorium sekaligus melakukan interpretasi secara
terpadu/integrated interpretation sebelum menuju ke diagnosa
penyakit yang pasti.
4. Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep,
ketrampilan dan perilaku dalam diskusi.

19
Skenario 2

(SGD Semester 5)

Diare dan Muntah Anjing Shiro

Shiro adalah seekor Anjing domestik jantan berumur 3 bulan


dengan berat badan 2,1 Kg, mengalami gejala lesu dan susah makan.
Anjing ini kemudian oleh sang pemilik, Bapak Adi, dibawa ke
Klinik Dialovet, Yogyakarta. Berdasarkan anamnesa yang telah
dilakukan oleh sang dokter hewan, anjing ini dipelihara dengan
dilepasliarkan. Kotoran anjing dibersihkan sekali setiap hari. Pakan
yang diberikan yaitu pakan jadi yang dicampur nasi. Anjing Shiro
belum divaksinasi dan hanya diberikan obat cacing. Shiro
menunjukkan tanda klinis sejak tiga hari yang lalu berupa muntah
berwarna kecoklatan dan diare yang berwarna merah kurang
lebih 3 kali sehari. Suhu tubuh 39,8 OC, frekuensi detak jantung 172
kali/menit, frekuensi pulsus 160 kali/menit, frekuensi nafas
32kali/menit, Capillary Refill Time (CRT) >2 detik. Shiro tidak
nafsu makan dan minum serta terlihat lemas. Di lingkungan tidak
jauh dari tempat tinggalnya pernah terdapat anjing yang mati
dengan tanda klinis yang serupa. Dokter hewan selanjutnya
melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan hematologi dan
kimia klinik, serta melakukan rapid test kit untuk dugaan CPV.
Hasil pemeriksaan hematologi menunjukkan: jumlah
leukosit total 2,5 x103/L dengan nilai relative diferensial leukosit
untuk limfosit, monosit, neutrofil, eosinofil, dan basofil berturut-
turut adalah 30%; 20%; 50%; 0%, dan 0%. Jumlah eritrosit total
3,55 x106/L, kadar hemoglobin 8,5 g/dL, dan nilai hematokrit
18,5%. Hasil perhitungan MCV 53,6 fL; MCH 29,5 pg dan MCHC
62,5 g/dL. Pemeriksaan kimia klinik dan blood smear tidak dapat
dilakukan karena sulit diperoleh volume darah yang cukup dari vena.

20
Dokter hewan jaga yang bertugas hari itu kemudian memberikan
terapi simtomatis dan pemberian infus.
Anjing shiro kemudian dirawat inap di Klinik dikarenakan
kondisinya yang semakin menurun. Tiga hari setelah dirawat inap,
Anjing shiro tidak dapat ditolong. Pemilik mengijinkan dilakukan
nekropsi untuk mengamati dan mengetahui perubahan-perubahan
patologis organ yang terjadi. Perubahan makroskopik yang terlihat
menunjukkan diagnosa ke arah CPV

Kata kunci: Anjing, CPV, hematologi, terapi, nekropsi

Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat mengenali agen penyebab penyakit Canine
Parvovirus, morfologi, sifat dan karakter virus, memahami
mekanisme infeksi dan patogenesis, gejala klinis, lesi
makroskopis dan mikroskopis yang ditimbulkan serta gambaran
klinikopatologis.
2. Mahasiswa mampu menerapkan konsep dasar kasus di lapangan
disertai anamnesa, pengamatan gejala klinis, pengambilan dan
analisis sampel, pengumpulan data dari berbagai laboratorium
dengan interpretasi masing-masing menuju diagnosa pasti dan
memberikan saran kepada pemilik.
3. Mahasiswa mengerti tata kelola penanganan kasus infeksi virus,
vaksin dan cara pencegahan serta pengendalian virus.
4. Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep,
ketrampilan dan perilaku dalam diskusi.

21
Skenario 3

(SGD Semester 5)

Penyakit Anjing Gila

Seorang penduduk suatu desa, dilaporkan meninggal dunia


karena penyakit yang masih terdengar asing oleh warga setempat.
Kronologisnya sebagai berikut: 3 bulan sebelum sakit, saat
perjalanan pulang dari menjemput anaknya sekolah, warga tersebut
digigit anjing. Luka gigitan anjing sebenarnya sudah mendapatkan
pertolongan medis, tetapi dokter puskesmas yang menangani pada
saat itu tidak memberikan suntikan vaksin anti rabies dan
imunoglobulin karena kehabisan stok. Tiga bulan berselang warga
tersebut merasakan tidak enak badan dan setelah diobservasi oleh
dokter di sebuah rumah sakit kemudian dinyatakan sakit Rabies.
Menurut keluarga korban, pada saat sakit pasien menunjukkan
perangai yang aneh, seperti takut melihat sinar matahari, berteriak -
teriak, dan mulutnya berbuih. Kasus gigitan tersebut sebelumnya
telah dilaporkan ke Dinas Peternakan setempat, dan beruntung
anjing dapat ditangkap dan dikarantina. Seminggu dalam karantina
anjing tersebut mati, dengan didahului gejala beringas jika didekati,
menggigit besi kandang, salivasi berlebihan, dan teramati
sempoyongan sebelum mati. Oleh petugas dinyatakan anjing
tersebut menderita rabies dan selanjutnya diambil sampel untuk
pemeriksaan histopatologi organ otak dan mengetahui perubahan
mikroskopis spesifik pada neuron. Konfirmasi diagnostik dilakukan
dengan uji FAT sebagai gold standar pemeriksaan Rabies, diagnosa
juga dapat dilakukan dengan amplifikasi gen dengan teknik RT-PCR.

22
Berdasarkan data yang diperoleh dari ke-tiga uji yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa anjing tersebut positif terinfeksi
virus Rabies. Pengobatan tidak dianjurkan untuk kasus penyakit ini
dengan diagnosa infausta. Namun untuk mengurangi penderitaaan
hewan maka dianjurkan untuk diberikan obat-obat depresan saraf,
misalnya golongan sedativa hipnotika. Dinas Peternakan setempat
segera mencanangkan program pengendalian rabies, diantaranya
dengan melakukan vaksinasi rabies secara serentak dan memonitor
titer antibodi hasil vaksinasi dengan uji ELISA.

Kata kunci: rabies, FAT, RT-PCR, gold standard, ELISA

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengenali agen penyebab penyakit rabies,
morfologi, biologi molekuler, dan karakter virus, memahami
mekanisme infeksi dan patogenesisnya, gejala klinis, lesi
makroskopis dan mikroskopis yang ditimbulkan oleh virus rabies.
2. Mahasiswa mamahami konsep sampling dari berbagai uji
diagnostik, diagnosis patologi, virologi, serologi, dan molekuler
serta mampu melakukan analisis hasil pemeriksaan laboratorium
tersebut untuk kepentingan diagnostik.
3. Mahasiswa mengerti tata kelola penanganan kasus rabies, mampu
menyusun program vaksinasi rabies pada hewan dan program
pencegahan dan pengendaliannya.
4. Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep,
ketrampilan dan perilaku dalam diskusi.

23
Skenario 4

(SGD Semester 5)

Kisah Nemo

Nemo adalah Macaca fascicularis betina berusia 4 tahun, hidup


di salah satu kebun binatang di Jawa Tengah. Tim medis (terdiri dari
dokter hewan dan vet nurses) merancang prosedur pencabutan gigi
untuk mengatasi masalah pada salah satu gigi gerahamnya.
Pembiusan untuk prosedur tersebut dilakukan menggunakan
kombinasi anestetika disosiatif ketamin dan senyawa agonis alfa-2
medetomidine. Beberapa saat setelah pembiusan, Nemo tampak
kesulitan bernafas dan detak jantung ireguler. Depresi nafas semakin
berat dan tim medis menjadi panik, karena tidak memiliki persediaan
oksigen ataupun antidota (reversal agent). Disayangkan, Nemo pun
akhirnya mati, bahkan sebelum dimulainya prosedur pencabutan gigi.
Ketika dilakukan nekropsi secara teliti, secara makroskopis tidak
didapati tanda-tanda terjadinya kasus ikutan yang menyertai, kecuali
kondisi jantung yang sedikit bengkak.
Tim medis kemudian melakukan evaluasi terhadap prosedur
pembiusan yang dilakukan. Tidak adanya oksigen dan antidota
merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan kefatalan ketika
dilaksanakan prosedur anestesi umum. Tim medis juga
mengevaluasi keuntungan/kerugian metode anestesi yang lain
seperti anestesi inhalasi menggunakan mesin anestesi dengan obat
isoflurane. Pemeriksaan pre-anestesi yang teliti serta analisis
terhadap faktor-faktor resiko dalam pembiusan akan membantu
menciptakan prosedur pembiusan yang aman. Beberapa penyakit
ikutan yang diderita hewan bisa memperburuk outcome prosedur
anestesi, terutama penyakit yang menyebabkan kondisi
imunodefisiensi seperti infeksi Simian Immunodeficiency Virus
(SIV) dan Simian Retrovirus (SRV) bagi Macaca sp.
24
Kata Kunci : Pembiusan, anestetika umum, nekropsi, Simian
Immunodeficiency Virus, Simian Retrovirus

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis anestetika umum
beserta contoh obat dan mekanisme kerjanya, serta mampu
menjelaskan prosedur pemeriksaan pra-anestesi dan berbagai
faktor resiko dalam pelaksanaan pembiusan
2. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur nekropsi pada primata,
termasuk metode pengambilan sampel yang baik.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa infeksi virus yang
menyebabkan imunodefisiensi pada primata, bagaimana
mekanisme patofisiologinya, gejala klinis yang timbul, metode
diagnosis serta pendekatan pengobatan dan pencegahannya.
4. Mahasiswa mampu mengkaitkan data laboratorik
klinikopatologik dan mikrobiologik sekaligus melakukan
interpretasi secara terpadu (integrated interpretation) sebelum
menuju diagnosa penyakit yang pasti.
5. Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep,
ketrampilan dan perilaku dalam diskusi.

25

Anda mungkin juga menyukai