Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN SOSIAL DAN BUDAYA TENTANG

PERAWATAN PALIATIF

Dosen Pengajar : Ns. Teti Hayati.S.Kep.M.Kep

DISUSUN OLEH:

Anisa Fitri Nabila 2114201055


Defiany Nabilah 2114201062
Dhiya Hayati Diantini 2114201064
Ichsan Firmansyah 2114201076
Sonia Putri Anggraeni 2114201093

STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO

PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat serta
karunianya Kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Tinjauan Sosial Dan Budaya
Tentang Perawatan Paliatif” makalah ini adalah hasil upaya kami untuk menggali lebih dalam
tentang perawatan paliatif dari perespektif social dan budaya yang mempengaruhi pendekatan
terhadap pasien yang menghadapi penyakit kritis dan akhir hayat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca. Akhir kata kami mengucapkan
banyak terima kasih dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Jakarta, 10 September 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan Penulisan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Definisi 4
B. Perespektif Sosial Budaya Dalam Perawatan Paliatif 5
C. Mengahadapi Keragaman Budaya Dalam Perawatan Paliatif 5
D. Pemberdayaan Tradisi dalam Budaya Untuk Perawatan 7
E. Tantangan Perawatan Paliatif Dalam Aspek Budaya 7
BAB III PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan Paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada
penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderitaan serta
melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2018).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya
baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2018).
Keanekaragaman sosial dan budaya sering menimbulkan tantangan besar
dalam perawatan paliatif. Petugas kesehatan pemberi perawatan harus menyadari
bahwa asumsi budaya yang mendasari pasien terhadap masalah kesehatan yang
dialaminya, pengambilan keputusan medis, keterlibatan dalam komunikasi dengan
pasien dan keluarga, dan apa yang paling sesuai dengan harapan pasien adalah hal
penting yang harus diperhatikan (Six, Bilsen, and Deschepper 2023).

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tinjauan sosial dan budaya dalam perawatan paliatif
2. Menhgetahui aspek budaya yang mempengaruhi Kesehatan
3. Mengetahui aspek sosial yang mempengaruhi Kesehatan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
● Perawatan Paliatif
Perawatan Paliatif Perawatan paliatif merupakan suatu divisi perawatan
khusus yang memberikan perawatan kepada pasien yang menghadapi penyakit
terminal atau penyakit dengan prognosis kesembuhan yang rendah. Perawatan paliatif
difokuskan pada menjaga dan memelihara kualitas hidup pasien yang dilayani,
memperhatikan berbagai faktor mempengaruhi kualitas hidup pasien diantaranya
adalah status kesehatan sosial, ekonomi, dan budaya (Monette 2021).
Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara
meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik,
psikososial dan spiritual yang dimulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir
kehidupan pasien. (Harisma; dkk, 2022).

● Perawatan Sosial Budaya


Budaya merupakan suatu pola terpadu yang memperngaruhi sikap dan
perilaku seseorang yang mencakup cara berfikir, komunikasi, tindakan, adat istiadat,
kepercayaan, nilai, dan institusi dari kelompok ras, etnis, agama, atau sosial tertentu
(Becker and Cagle 2022). Budaya merupakan agen pengikat sosial yang
menghubungkan seseorang dengan orang lain yang mencakup unsur bahasa, tradisi,
norma, harapan, dan rasa tujuan hidup termasuk mempengaruhi keyakinan, nilai, dan
asumsi tentang sehat dan sakit, penyakit, perawatan kesehatan, dan kematian, (Becker
and Cagle 2022).
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala
sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi cin khas
dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah
keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan,
dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks.

4
B. Perspektif Sosial Budaya dalam Perawatan Paliatif
Keanekaragaman sosial dan budaya sering menimbulkan tantangan besar
dalam perawatan paliatif. Petugas kesehatan pemberi perawatan harus menyadari
bahwa asumsi budaya yang mendasari pasien terhadap masalah kesehatan yang
dialaminya, pengambilan keputusan medis, keterlibatan dalam komunikasi dengan
pasien dan keluarga, dan apa yang paling sesuai dengan harapan pasien adalah hal
penting yang harus diperhatikan (Six, Bilsen, and Deschepper 2023). Dengan
demikian, latar belakang budaya pasien yang unik harus dinilai dengan baik,
diakomodasi dengan bijaksana, dan dihormati karena berkaitan dengan proses
perawatan kesehatan, pengambilan keputusan, dan penerimaan terhadap kematian
(Becker and Cagle 2022).

C. Mengahadapi keragaman budaya dalam Perawatan Paliatif


Six, Bilsen, and Deschepper (2020) merumuskan lima langkah bagi petugas
kesehatan dalam menghadapai keragaman budaya pada pelayanan perawatan paliatif,
yaitu:

Langkah 1: sikap terbuka terhadap nilai-nilai yang berbeda


Salah satu cara untuk menghadapi keragaman budaya pada caregiver dan pasien
adalah dengan mengembangkan kompetensi pemahaman budaya Untuk mencapai hal
ini, perawat harus menyadari fakta bahwa hal-hal yang petugas kesehatan hargai
belum tentu dihargai dengan cara yang sama oleh orang-orang dari budaya lain.
Perawat harus belajar menerima bahwa pasien dan perawat memiliki nilainilai lain
jauh lebih penting, dimana nilai kesehatan dan keselamatan pasien adalah yang
menjadi utama.

Langkah 2: kesadaran akan pandangan budaya sendiri


Harus disadari bawah setiap orang memiliki cara pandang dunia tersendiri. Cara
terbaik untuk mencapai ini adalah dengan banyak berinteraksi dengan budaya lain
sehingga perawat dapat memperoleh banyak pengetahuan yang jelas bahwa hal-hal
yang mungkin dianggap 'normal', 'benar' atau 'rasional' tidak berlaku untuk semua
orang dengan budaya yang berbeda.

5
Langkah 3: kesadaran akan topik khusus budaya dalam perawatan paliatif
Langkah ketiga adalah menyadari topik penting dalam perawatan paliatif yang sampai
taraf tertentu ditentukan secara budaya pasien dan keluarga. Contoh kasus kondisi ini
adalah dalam upaya mempertahankan kehidupan pasien dengan cara bantuan berbagai
alat medis dan pengobatan yang terus menerus sampai kematian. Pada kondisi ini,
pandangan dunia pasien dan keluarga menjadi perhatian penting, ketahui apa yang
merupakan kematian yang baik dalam pandangan pasien dan keluarga. Apakah
dengan menggunakan berbagai bantuan medis dan pengobatan tersebut dapat diterima
atau tidak, bahkan dalam budaya yang dianut pasien. Kesadaran akan topik khusus
budaya dalam perawatan paliatif seperti ini sangat penting diperhatikan.

Langkah 4: menerapkan pengetahuan ke dalam praktik


Kompetensi pemahaman budaya merupakan suatu keterampilan yang oleh karena itu
perawat harus mampu memahami budaya dan mengubahnya yang sesuai dengan
pengetahuan dan sikap yang lebih tepat untuk kesehatan pasien kedalam praktik
perawatan. Langkah ini membutuhkan latihan dan pengalaman yang cukup banyak
untuk dapat menangani preferensi, sikap, kebiasaan pasien dan keluarga yang
mungkin tidak sesuai dengan standar universal kesehatan.

Langkah 5: hindari membuat stereotip terhadap masing-masing pasien


Langkah terakhir adalah berurusan dengan refleksivitas dan penghindaran stereotip.
Fakta bahwa budaya itu beraneka ragam. Harus ditekankan bahwa setiap orang harus
diperlakukan sebagai individu tanpa apriori dikaitkan dengan stereotip budayanya.
Karakteristik budaya tertentu tidak dapat diterapkan pada pasien individu yang lain.
Lebih dari sekedar anggota budaya stereotip; pasien juga merupakan kombinasi dari
identitas dan peran sosial yang berbeda misalnya, seorang pasien mungkin sangat
religius atau ateis, progresif atau konservatif, berpendidikan tinggi atau tidak
berpendidikan sama sekali, dll.

6
D. Pemberdayaan Tradisi dalam Budaya Untuk Perawatan
Pemberdayaan tradisi dalam budaya untuk perawatan berarti bahwa identitas
budaya, pengetahuan, dan tradisi yang ada dalam budaya tersebut yang tidak
bertentangan dengan kesehatan dihargai sebagai sumber pengetahuan dan keahlian
yang dapat diterima selama proses perawatan paliatif berlangsung dan penting untuk
pengambilan keputusan lebih lanjut (Schill and Caxaj 2019). Upaya meningkatkan
pemberdayaan identitas budaya, pengetahuan, dan tradisi dalam perawatan paliatif
meliputi:

1. Mengeksplorasi model perawatan sesuai budaya setempat, dan secara kritis


mengevaluasi model perawatan tersebut dan asumsi yang mendasarinya
dengan standar kesehatan yang ilmiah.

2. Mengevaluasi pengobatan tradisional yang digunakan, dan diukur menggunakan


standar evaluasi pengobatan yang sesuai standar Kesehatan.

3. Beberapa orientasi budaya termasuk sistem kepercayaan dan nilai-nilai yang


menimbulkan tantangan atau dilema etika harus dirangkul dan perlu diteliti untuk
menemukan bukti dan teori ilmiah, membutuhkan musyawarah lintas profesi, dan
dukungan yang tersedia dari anggota tim.

4. Menghindari memanfaatkan langsung segala aspek dalam budaya sebelum


dilakukan evaluasi manfaatnya terhadap perawatan paliatif pasien. Perawat harus
mengormati otonomi pasien sesuai budaya yang dianutnya.

E. Tantangan Perawatan Paliatif dalam Aspek Budaya


Berbagai tantangan perawatan paliatif dalam aspek budaya yang dapat dijumpai
adalah:

1. Pandangan terhadap kematian, dimana tidak semua pasien dan keluarga dalam
suatu budaya menerima bahwa kematian adalah proses yang tak terhindarkan dari
kehidupan setiap orang, dimana pengalaman kematian setiap individu adalah unik.

7
2. Merawat pasien pada tahap akhir kehidupan sering kali membuat stres dan sedih
bagi semua orang yang terlibat, dan situasi ini dapat menjadi buruk jika pemberi
perawatan kesehatan tidak sepenuhnya memahami sifat dan keyakinan pasien dan
keluarga.

3. Beberapa budaya memiliki sikap berbeda terhadap beberapa intervensi medis


dalam proses perawatan pasien paliatif.

4. Beberapa kelompok budaya dan agama mungkin memilih untuk memperpanjang


hidup pasien padahal berdasarkan penilaian medis hal itu tidak dapat dilakukan.

5. Beberapa kelompok budaya mungkin menolak secara terbuka beberapa tindakan


yang sebenarnya berguna bagi perawatan pasien paliatif
(Yulia; dkk, 2023)

8
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Dalam tinjauan sosial dan budaya tentang perawatan paliatif, kita dapat
menyimpulkan beberapa poin penting yang menjadi fokus utama yaitu Budaya dan agama
memiliki peran sentral dalam pemahaman tentang penderitaan, kematian, dan perawatan akhir
hayat. Berbagai komunitas memiliki pandangan yang beragam tentang kehidupan setelah
kematian, etika penggunaan obat penghilang rasa sakit, dan keputusan mengenai penghentian
perawatan. Oleh karena itu, penting bagi penyedia perawatan paliatif untuk menghormati dan
memahami keragaman nilai-nilai ini.

Pemberdayaan Pasien Perawatan paliatif seharusnya bukan hanya tentang meredakan


penderitaan fisik, tetapi juga tentang memberdayakan pasien untuk mengambil peran aktif
dalam pengambilan keputusan tentang perawatan mereka. Ini melibatkan pendidikan pasien
dan keluarganya tentang pilihan perawatan yang tersedia dan menghormati preferensi mereka.

Dalam kesimpulan, perawatan paliatif adalah disiplin yang kompleks yang tidak
hanya mempertimbangkan aspek medis, tetapi juga nilai-nilai, keyakinan, dan norma sosial
budaya yang berbeda-beda. Penting bagi penyedia perawatan paliatif untuk mendekati setiap
pasien dengan sensitivitas budaya, menghormati preferensi individu dan keluarga, dan bekerja
sama untuk menciptakan perawatan yang paling manusiawi dan sesuai dengan nilai-nilai yang
diyakini pasien. Dengan demikian, perawatan paliatif dapat menjadi pengalaman yang lebih
bermakna dan nyaman bagi mereka yang menghadapinya di akhir hayat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, Y., & dkk. (2023). Keperawatan Paliatif (Konsep Dan Aplikasi). Bandung: CV.
MEDIA SAINS INDONESIA.
Hasrima, & dkk. (2022). Keperawatan Paliatif Dan Menjelang Ajal. Kendari: CV. EUREKA
MEDIA AKSARA.
Becker, Todd D., and John G. Cagle. (2022). “The Importance and Impact of Culture in
Palliative Care”. In The Oxford Textbook of Palliative Sosial Work. Oxford University
Press, 1-24.
Monette, Erynn M. (2021). “Cultural Considerations in Palliative Care Provision: A Scoping
Review of Canadian Literature”. Palliative Medicine Report 2(1): 146-56.
Schill, Kaela, and Susana Caxaj. (2019). “Cultural Safety Strategies for Rural Indigenous
Palliative Care: A Scoping Review”. BMC Palliative Care 18(21): 1-13.
Six, Stefaan, Johan Bilsen, and Reginald Deschepper. (2023). “Dealing with Cultural
Diversity
in Palliative Care”. BMJ Supportive & Palliative Care 13(1): 65-69.

10

Anda mungkin juga menyukai