Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Agama
Dosen Pengampu :
Dr. Achmad Gholib, M. Ag.
Disusun oleh
Kelompok 10
Melinda 11200110000010
2022/2023
KATA PENGANTAR
Makalah yang berjudul Agama Tao ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pengantar Studi Agama. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat
dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan kami dan banyak orang yang membaca makalah ini.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
2.3 Pandangan dalam Ajaran Agama Tao tentang Kehidupan dan Kematian ...7
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Agama Tao yang kita tahu, merupakan agama-agama orang Cina yang lebih
memusatkan ajarannya untuk mencintai alam semesta. Sesungguhnya tidak
satupun kebudayaan di dunia ini yang mempunyai warna tunggal. Di Cina, nada-
nada klasik dari agama Khong Hu Cu telah diimbangi bukan saja oleh berbagai
ragam spiritual dari agama Budha melainkan juga oleh berbagai corak romantic
dari Taoisme, kali ini kita akan membahas berbagai corak tersebut dalam makalah
ini.
1
4. Bagaimana cara praktik keagamaan yang dilakukan oleh Agama Tao?
5. Siapa saja pengikut ajaran Agama Tao
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
bermunculan pada periode ini, salah satu contohnya adalah pedang. Ketika
ahli strategi perang menunggang kuda, energi mereka tidak akan terbuang sia-
sia. Serangan yang dilakukan terhadap musuh lebih efektif saat naik kuda dan
menggunakan senjata pedang. Akibatnya banyak korban jiwa dan cacat
karena meluasnya penggunaan senjata. Pertumpahan darah karena perang
hanya menyisakan kepedihan yang mendalah di kalangan petani kecil.3
Latar belakang sejarah tersebut mengisyaratkan bahwa agama Tao
dalam perkembangannya membawa misi keadilan dan kemanusiaan. Oleh
karena itu agama Tao menerapkan ajaran kebajikan (te) sebagai tema sentral
dalam ajarannya. Dalam kepustakaan Cina mengenal Tao sebagai dua hal,
yaitu Tao sebagai filsafat dan Tao sebagai agama, masing-masing memiliki
ajaran yang rbeda.Taoisme sebagai aliran filsafat (Tao Chia) mengajarkan
agar manusia hidup mengikuti hukum alam, sedangkan Tao sebagai agama
(Tao Mao) mengajarkan agar manusia menentang hukum alam. Namun dalam
perkembangan keduanya tidak berbenturan, karena praktek dan pemahaman
agama dan filsafat di Cina tidak memiliki garis atau sekat yang jelas dalam
kehidupan sehari-hari.4
3
Ibid., hlm 14.
4
Arif Syaiful, Laporan Penelitian Eksistensi Agama Tao Di Kota Bandung, (Jakarta: Kementrian
Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan), hlm 45.
4
Dalam agama Tao sesuatu yang suci adalah Tao itu sendiri yang
merupakan jalan realitas mutlak. Pada prinsipnya dalam agama Tao yang
disebut Tuhan adalah Tao, yaitu kekuatan dasar semesta yang tidak bisa
disebut dan tidak bisa diberi nama. Konsep ini mirip dengna pengertian
prima causa atau Ground of All Being dalam filsafat Yunan purba.
Mengenai Tao ini, kepercayaan cina kuno sejak 1 Ching ribuan tahun
sebelumnya, Lao Zi kemudian mengembangkannnya dan
mengajarkannya.
Sifat kebatinan agama Tao terlihat dari kepercayaan bahwa hakikat
manusia sama dengan Tao dan tugas manusia adalah mengusahakan diri
untuk hidup menjadi bagian dari Tao. Delapan pilar dalam agama Tao
mencakup aspek dari keberadaan manusia sehari-hari. Mereka dirancang
untuk memenuhi semua kebutuhan fisik dengan cara yang memungkinkan
manusia menyadari potensi diri sepenuhnya sebagai manusia. Maka
manusia dapat melompat melintasi waktu yang mendegeneralisasikan,
untuk hidup dengan sang Tao dengan sang Tuhan. 5
2. Konsep Ying dan Yang
Kutub-kutub didalam Ying dan Yang menunjukkan segala
pertentangan dasar hidup ini, seperti: baik-jahat, aktif-pasif, positif-
negatif, terang-gelap, priawanita, panas-dingin, dan seterusnya. Tetapi
walaupun asas-asas tersebut berada dalam ketegangan, asas-asas itu tidak
bertentangan secara mutlak. Asas-asas itu saling melengkapi dan saling
mengimbangi satu sama lain.6
Tao mengekspresikan dirinya dalam kekuatan energi chi yang
mengikuti hukum ying dan yang, saing bertentangan, seimbang saling
melengkapi secara harmonis. Setan sebagai pribadi tidak dikenal dalam
Taoisme filsafat kecuali dalam Taoisme magis yang berkembang setelah
kematian Lao Zi dimana setan-setan hanya merupakan personifikasi dari
roh-roh nenek moyang yang jahat.Sekalipun demikian setan itu
5
Djoko Pitoyo, Manusia Bijaksana menurut Taoisme, Jurnal Filsafat Vol. 16, No 3 (Desember
2006), hlm 261.
6
Huston Smith, Op,Cit., hlm 247
5
dikembangkan dalam sisi Ying (negatif) yang mencakup baik setan,
kejahatan dan dosa.
Sebaliknya aspek yang (positif) melambangkan hal-hal yang baik,
kuat bijaksana dan kesucian. Interaksi ying dan yang ini menghasilkan
segala sesuatu dalam alam, seperti misalnya bumi dan langit, wanita dan
pria, negatif dan pisitif, dingin dan panas yang selalu berpasangan dan
merupakann komponen komponen alam yang saling mengisi secara
harmonis sekaipun bertentangan. Baik bumi dan manusia akan mengalami
malapetaka bila keseimbangan itu terganggu.7
3. Konsep tentang Manusia
Dalam agama Tao, manusia adalah bagian alam semesta yang
diciptakan Tao dan manusia perlu mengalami perubahan yang harmonis
dengan Tao. Bila Tao dianggap sebagai prima causa dan kekuatan mistik
semesta atau makro kosmos, maka manusia dan mahluk disebut mikro
kosmos yang semuanya memiliki chi dalam dirinya yang bekerja
mengikuti irana ying dan yang. Keselamatan atau kesembuhan adalah bila
tercapai keselarasan antara irama ying dan yang manusia dan makhluk
dengan ying dan yang semesta alam, dan tugas manusia adalah
mengusahakan keseimbangan tersebut. Tugas manusia dalam dunia ini
adalah untuk menjaga keseimbangan antara ying dan yang agar senafas
dengan ying dan yang alam semesta, dan tugas penyelamatan adalah
mencapai harmoni manusia dengan alam, chi dengan Tao. Dalam
keyakinan agama Tao, alam semesta adalah kekal dari dahulu hingga
sekarang dan tetap dalam keseimbangan kosmis demikian, demikian juga
yang akan terjadi pada masa yang akan dating.8
4. Kitab Suci
Agama Tao ajarannya dituangkan dalam Kitab suci yang disebut
Dao De Jing. Kitab suci ini tercatat sebagai kitab suci paling tipis diantara
kitab suci agama agama yang ada di dunia. Kitab ini hanya terdiri dari 83
7
Djoko Pitoyo, Op,Cit., hlm 263.
8
Djoko Pitoyo, Manusia Bijaksana menurut Taoisme, Jurnal Filsafat Vol. 16, No 3 (Desember
2006), hlm 269.
6
sajak-sajak singkat dan prosa-prosa singkat. Sekalipun Dao De Jing ini
tipis, tapi isinya mencakup hampir keseluruhan kehidupan. Sekalipun kata
yang digunakan sederhana, tetapi kandungan maknanya berisikan banyak
paradoks. Kitab tipis ini betul-betul merupakan tantangan bagi siapapun
untuk memahamkan pengertiannya yang lebih dalam.
Di dalam kitab Dao De Jing terdapat beberapa kata yang
mengandung kunci dari konsep-konsep yang ada dalam ajaran Lao Zhe.
Kunci yang pertama adalah kata tao, huruf tionghoa bagi tao itu tersusun
dari bentuk kepala manusia yang bermana seseorang yang
berpengetahuan. Kemudian bagian tubuh yang memperlihatkan proses
tengah berjalan. Kalangan mistik tionghoa memberikan dua makna
terhadap tao itu. Tao yang berarti jalan bagi alam semesta, berdaya guna,
dan hakikat asli yang menyebabkan alam semesta terjadi. Kata kunci yang
kedua adalah te, huruf tionghoa bagi te itu berisikan tiga bagian. Pertama
lukisan ide yang mengandung makna pergi, kedua lukisan ide yang
mengandung makna lurus, ketiga gambaran bagian tubuh yang bermakna
hati.9
7
Ling, dan You Jing. Tujuh Po terdiri dari: Shi Gou, Fu Fu, Que Yin, Tun
Zei, Fei Du, Chu Hui, Chou Fei. Ini merupakan unsur negatif dalam tubuh
kita. Seperti yang tertulis dalam kitab You Yang Za Zu, “Tiga Hun
membentuk tulang dan Tujuh Po membentuk daging”.
2.3.2 Kematian
Kematian bukanlah akhir dari kehidupan, akan tetapi merupakan
awal dari masa/keadaan yang lain dalam kehidupan; “masa/keadaan
spiritual”. Oleh karena itu, umat Tao dianjurkan untuk melakukan Chao
You,suatu ritual untuk arwah sang almarhum (Tiga Hun), dari alam Jiu
You, menuju Alam Surga Kebahagiaan Abadi Langit Timur (Donghua
Zhangle Jie). Walaupun demikian, Tujuh Po tetap ada sesudah kematian,
dan umat Tao percaya bahwa sebuah ritual harus diadakan untuk
mengantarkan Tujuh Po tersebut masing-masing setiap tujuh hari (total
7x7= 49 hari dikenal juga sebagai ZuoQi). Hanya dengan demikan, maka
sang almarhum dapat beristirahat sepenuhnya dengan tenang, dan dapat
memberkahi keturunannya dari alam lain.
10
Anonim, “Apa Itu Agama Tao”, diakses dari
http://web.budayationghoa.net/index.php/item/281-apa-itu-agama-tao-
%E4%BD%95%E8%AC%82%E9%81%93%E6%95%99#, pada tanggal 10 Maret 2020.
8
kesederhanaan, dan kemerdekaan yang mengalir dari diri kita. Pendekatan ajaran
Tao berlawanan, yaitu menjangkau dasar diri yang selaras dengan Tao dan
membiarkan orang berperilaku secara spontan. Tindakan bersumber dari
kehidupan, tindakan baru, tindakan yang lebih bijaksana, tindakan yang lebih
kokoh akan mengikuti kehidupan baru. Tao Te Ching menjelaskan hal ini secara
singkat dan padat : “cara untuk bertindak”, katanya secara sederhana adalah
“dengan hidup”.
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Membaur ibarat Ying dan Yang itu sendiri, Taoisme dan agama Konghucu
merupakan dua buah kutub asli dari pandangan Cina. Konfusius mewakili
pandangan klasik, sedangkan Lao Tzu mewakili pandangan romantik. Konfusius
menekankan tanggung jawab sosial, Lao Tzu menyanjung-nyanjung spontanitas
dan sifat alamiyah. Titik pusat perhatian Konfusius selalu pada manusia,
sedangkan Lao Tzu memerhatikan apa yang ada dibalik manusia itu. Seperti yang
dikatakan oleh Cina sendiri, Konfusius berkelana dalam masyarakat, Lao Tzu
bertualang di balik masyarakat itu.
Umat Tao pada umumnya melakukan persembahyangan di rumah
masingmasing dan atau di Kuil Tao/Kelenteng. Kelenteng diibaratkan sebagai
tempat tinggal pejabat dewa. Oleh karenanya Kelenteng dibangun mirip dengan
istana atau tempat tinggal para pejabat kekaisaran.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai Agama Tao yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan materi ini. Kami selaku penyusun makalah ini
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi sempurnanya makalah ini pada kesempatan berikutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Djaja L, I. 2008. Buku Serba-Serbi Agama. Jakarta Utara: Paguyuban Umat Tao
Indonesia.
Jie Lan, No. 2013. Peradaban Tionghoa Selayang Pandang. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
M nuh, Nuhrison. 2015. baha’I, sikh, tao. Jakarta: Kementrian Agama RI Badan
Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Pitoyo, Djoko. Manusia Bijaksana menurut Taoisme, Jurnal Filsafat Vol. 16, No 3
(Desember 2006).
Smith, Huston. 1985. The Religions of Man. Terj. Saafroedin Bahar. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
11