DISUSUN OLEH :
Nadila 3031710039
Hasil dari suatu adanya studi kelayakan bisnis atau disingkat SKB umumnya bisa
disajikan secara tertulis. Karena isi laporan tersebut digunakan untuk menyatakan bahwa
suatu rencana bisnis layak atau tidak layak untuk direalisasikan. Maka akan ada pihak
tertentu yang membutuhkan laporan tersebut sebagai bahan masukan utama untuk mengkaji
ulang apakah bisnis tersebut benar-benar layak untuk penting dan kemudian menyetujui atau
tidak menyetujuinya.
Suatu hasil studi kelayakan bisnis dapat atau tidak jadi dilaksanakan saat telah
dinyatakan layak. Hal tersebut bisa saja terjadi seperti pengambil keputusan terakhir
menolak atau kah karena ada intervensi dari pihak lain yang merasa kepentingannya tidak
terpenuhi dan hal tertentu. Karena itu dalam hal ini perlu diketahui pihak mana saja yang
memiliki kepentingan atas hasil dari studi kelayakan bisnis, berikut diantaranya:
1. Pihak Investor
Pada saat sebuah laporan studi kelayakan bisnis dinyatakan layak, maka langkah
selanjutnya yang bisa dilakukan adalah mencari investor atau penanam modal apabila hal itu
diperlukan. Sebelum para investor menyetujui untuk menanamkan modalnya pada bisnis
tersebut, maka sebelumnya pihak investor akan mempelajari laporan studi kelayakan bisnis
yang diajukan. Dikarenakan hal tersebut dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh para
investor untuk memperoleh keuntungan yang akan didapatkan serta atas jaminan keselamatan
mengenai modal yang akan ditanamnya pada bisnis tersebut.
2. Pihak Kreditor
Pihak selanjutnya yang memiliki kepentingan yaitu kreditor. Dimana pilihan lain
untuk mencari modal selain investor adalah kreditor. Kreditor yang dimaksud disini yaitu
pihak yang akan dipinjami modal bisnis. Seperti yang akan dipinjami modal adalah Bank,
maka Bank tersebut juga memiliki hak untuk meninjau ulang studi kelayakan bisnis yang
telah dibuat atau dirancang untuk mempertimbangkan keputusannya apakah akan memberi
pinjaman atau tidak. Dan hal tersebut harus sesuai dengan aturan serta syarat dari sang
kreditor.
3. Pihak Manajemen Perusahaan
Selanjutnya ada pihak manajemen perusahaan yang juga memerlukan laporan studi
kelayakan bisnis pada saat studi kelayakan bisnis tersebut dilakukan oleh pihak eksternal
seperti auditor, surveyor atau jasa lainnya. Sebagai project leader dan sebagai tempat
dijadikan proyek tersebut, maka tentu pihak manajemen memerlukan studi kelayakan bisnis
dari proyek bisnis tersebut. Sebagai data dan alat penunjang proyek dari bisnis yang
dijalankan.
4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat
Pemerintah dalam hal ini juga memerlukan laporan studi kelayakan bisnis sebagai
data dan bahan laporan perusahaan. Karena bagaimanapun juga secara langsung atau tidak
langsung, kebijakan pemerintah akan mempengaruhi adanya kebijakan perusahaan. Misalnya
kebijakan pemerintah pada sektor ekonomi seperti adanya penghematan devisa negara,
kegiatan ekspor non-migas, pemakaian tenaga kerja yang besar dan masih banyak lagi
kebijakan lainnya.
Meninjau dari kebijakan pemerintah tersebut, maka setiap proyek bisnis yang
membantu kebijakan pemerintah akan menjadi lebih diprioritaskan untuk bisa berkembang
maju.
5. Tujuan Pembangunan Ekonomi
Adapun tujuan dari studi kelayakan bisnis juga perlu menganalisis masalah biaya dan
melihat dari manfaat yang akan diperoleh oleh perusahaan terhadap pembangunan
perekonomian nasional. Aspek – aspek yang perlu dianalisis untuk mengetahui biaya dan
juga manfaat suatu perusahaan terhadap perekonomian nasional diantaranya adalah Rencana
Pembangunan Nasional, distribusi nilai tambah bagi seluruh masyarakat, adanya nilai
investasi per tenaga kerja, pengaruh adanya tingkatan sosial, juga analisis beban dan manfaat
sosial. Dengan demikian, jelaslah bahwa studi kelayakan bisnis yang dibuat membutuhkan
adanya kajian dalam tujuan pembangunan ekonomi nasional. Sekaligus memajukan bisnis
perusahaan.
Dengan demikian jelas pihak mana saja yang membutuhkan studi kelayakan bisnis
yang patut diketahui.
APA ITU ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI?
Sumber : https://www.simulasikredit.com/apa-itu-analisis-kelayakan-investasi-berikut-
penjelasannya/
Kehidupan di masa depan penuh dengan ketidakpastian. Oleh sebab itu, penting untuk
merencanakan masa depan terutama dari sisi finansial. Kehidupan akan terus berjalan meski
telah menginjak usia tua, di mana dikategorikan sebagai usia tidak produktif karena tenaga
sudah tidak kuat lagi bekerja. Bagaimana bisa memenuhi dan membiayai kebutuhan hidup di
masa tua jika sudah tidak ada lagi sumber penghasilan?
Investasi memiliki ruang lingkup yang luas, di mana investasi dapat dilakukan pada
pengadaan aset riil seperti bangunan atau gedung, kendaraan, peralatan kantor, dan tanah,
tetapi juga surat-surat berharga seperti deposito, obligasi, dan saham. Dari beragam instrumen
tersebut, investasi terbagi dalam tiga durasi waktu, yakni jangka pendek, menengah, dan
panjang.
Metode Analisis Kelayakan Investasi
Kelayakan investasi tidak bisa dinilai hanya berdasarkan dari asumsi atau keyakinan
saja, tetapi harus dianalisis secara mendalam dari berbagai aspek. Tanpa pertimbangan yang
matang, investasi ibarat membeli kucing dalam karung. Artinya, investor tidak mengetahui
secara jelas penanaman modal yang dilakukannya tersebut menguntungkan atau tidak.
Untuk menilai kelayakan suatu investasi, setidaknya terdapat empat metode yang bisa
dilakukan, yakni:
Kelayakan investasi dengan metode Net Present Value (NPV) dinilai dari keuntungan
bersih yang diperoleh di akhir pengerjaan suatu proyek atau investasi. Keuntungan bersih
tersebut dihitung dari selisih nilai sekarang investasi dengan aliran kas bersih yang
diharapkan dari proyek atau investasi di masa yang akan datang atau pada periode tertentu.
Penilaian kelayakan investasi dengan pendekatan NPV ini merupakan metode kuantitatif
yang mampu menunjukkan layak tidaknya suatu proyek atau investasi. Perhitungan NPV
dirumuskan sebagai berikut:
NPV = ΣPVt – A0
NPV = (PV1 + PV2 + …) – A0
PV = NCF x Discount factor
Discount factor = 1/(1+r)t
Keterangan:
NPV = Net Present Value
PV = Present Value
NCF = aliran kas
A0 = investasi yang dikeluarkan pada awal tahun
r = biaya modal
t = periode waktu investasi/proyek
Pengambilan keputusan investasi dalam metode ini menggunakan asumsi sebagai berikut:
Jika NPV0 > NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak karena berisiko
mengalami kerugian.
Jika NPV0 < NPV1, maka investasi atau proyek dinilai layak karena berpotensi
menghasilkan keuntungan.
Jika NPV0 = NPV1, maka investasi atau proyek dinilai tidak layak karena tidak
menghasilkan keuntungan.
Jika NPV mengukur investasi dari profitabilitasnya, metode Payback Period mengukur
kecepatan pengembalian investasi. Oleh sebab itu, satuan ukuran yang dihasilkan bukan
dalam bentuk persentase ataupun rupiah, melainkan waktu. Jika nilai PBP lebih cepat atau
singkat dari yang disyaratkan, artinya investasi memiliki kelayakan. Sebaliknya, apabila nilai
PBP lebih lambat atau lama berarti mengindikasikan tidak layaknya suatu investasi. Adapun
formula untuk menghitung nilai PBP sebagai berikut.
Sesuai dengan namanya, metode ini mengukur layak tidaknya suatu investasi dari
indeks keuntungannya dengan membandingkan antara nilai sekarang seluruh penerimaan kas
bersih dengan nilai sekarang investasi. Suatu investasi disebut layak menurut metode ini
apabila nilai PI lebih besar dari 1, karena dinilai menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai PI
lebih kecil dari 1, artinya tidak menguntungkan sehingga investasi tersebut tidak layak.
Rumusan perhitungan nilai PI yakni:
PI = PV/I
Keterangan:
PI = Profitability Index
PV = Present Value (nilai sekarang seluruh penerimaan kas bersih)
I = Investasi
Metode Internal Rate of Return (IRR) mengukur kelayakan suatu investasi berdasarkan
tingkat suku bunga yang dapat menjadikan jumlah nilai sekarang keuntungan yang
diharapkan sama dengan jumlah nilai sekarang dari biaya modal (NPV = 0). Bagaimana bisa?
Dalam metode ini, time value of money telah diperhitungkan sehingga arus kas yang diterima
telah didiskontokan atas dasar biaya modal atau tingkat bunga yang diterapkan.
Untuk menghitung nilai IRR harus dilakukan dengan cara trial and error atau menggunakan
tabel tingkat bunga. Adapun formula perhitungan IRR sebagai berikut.
Suatu investasi dikatakan layak, jika nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari tingkat
bunga yang diterapkan.
Suatu investasi dikatakan tidak layak, jika nilai IRR yang dihasilkan lebih kecil dari
tingkat bunga yang diterapkan.
Dengan menganalisis kelayakan investasi, investor dapat mengetahui secara jelas prospek
dari proyek atau investasi tersebut, apakah menguntungkan atau tidak. Secara lebih lanjut,
tindakan penanaman modal pada suatu proyek yang menguntungkan bisa memberikan tingkat
pengembalian yang diharapkan di masa yang akan datang.
Demikianlah artikel tentang analisis kelayakan investasi, semoga bermanfaat bagi Anda
semua.