Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

TEORI – TEORI PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN DI PROVINSI RIAU DI MASA KEPEMIMPINAN


GUBERNUR Drs. H. SYAMSUAR, M.Si. (2019 – 2024)

NAMA : DENDI SATRIA BUANA


NPM : 227321016
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN
SEMESTER : SATU
KELAS : 32.A
DOSEN PENGASUH : DR. HIDAYATI, S.E., M.SI.

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN 2022
0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan adalah sebuah proses perbaikan berkesinambungan atas suatu masyarakat atau
sistem sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Portes (1976) mendefinisikan
Pembangunan (development) sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan juga
diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat
yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material untuk mayoritas rakyat melalui kontrol
yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka (Roger, 1983). Pada hakekatnya
pembangunan adalah proses transformasi masyarakat dari suatu keadaan pada keadaan yang lain yang
makin mendekati tata masyarakat yang dicita-citakan; dalam proses transformasi itu ada dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change), tarikan antara keduanya
menimbulkan dinamika dalam perkembangan masyarakat (Djojonegoro, 1996).
Pemerintahan beserta seluruh aparaturnya memiliki peran dan tanggung jawab terhadap
pembangunan karena pembangunan merupakan jembatan menuju kesejahteraan rakyat dan di dalam
sebuah tatanan negara terkandung lembaga-lembaga negara beserta aparatur negara yang dapat
melaksanakan pembangunan untuk seluruh rakyat dan akhirnya mewujudkan tujuan negara itu sendiri,
yaitu kesejahteraan umum. Pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat memiliki
makna yang sangat luas. Pembangunan dapat dimaknai dari berbagai sisi dan perspektif, baik dari segi
sosial, ekonomi, budaya, politik dan hal lain yang menyangkut hak serta kebebasan rakyat dalam suatu
negara atau pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Bab X secara khusus
mengatur tentang Pembangunan Daerah. Disebutkan pada pasal 258 ayat 1 bahwa daerah melaksanakan
pembangunan untuk peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan
berusaha, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah.
Pada ayat 2 disebutkan Pembangunan daerah sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
merupakan perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah sebagai
bagian integral dari pembangunan nasional.

1
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintah Daerah memerlukan perencanaan yang
akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap pembangunan yang dilakukannya. Seiring
dengan semakin pesatnya pembangunan bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan permintaan data dan
indikator-indikator yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan
indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan
Perencanaan pembangunan daerah seperti diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang SPPN, mewajibkan daerah untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang
berdurasi waktu 20 (dua puluh) tahun yang berisi tentang visi, misi dan arah pembangunan daerah.
Perencanaan ini kemudian dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang
berdurasi waktu 5 (lima) tahun, yang memuat kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, program SKPD dan lintas SKPD, program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Selanjutnya RPJM Daerah
dijabarkan dalam perencanaan berdurasi tahunan yang disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana
kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 pada pasal 5 Ayat (2) dan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Pasal 263 Ayat (3) dijelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan RPJMN,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program
Perangkat Daerah (PD) dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
Provinsi Riau melalui Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 3 Tahun 2019 telah menetapkan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Riau Tahun 2019 –
2024. Peraturan Daerah ini di tetapkan di Pekanbaru pada tanggal 20 Agustus 2019 oleh Gubernur Riau
Drs. H. Syamsuar, M.Si.
Selanjutnya Dokumen RPJMD Provinsi Riau ini menjadi rancangan arah pembangunan jangka
menengah Provinsi Riau selama 5 (lima) tahun kedepan secara holistik-tematik, integratif dan berbasis
spasial berdasarkan capaian pembangunan, permasalahan dan isu strategis pembangunan serta keuangan
daerah. Dokumen ini menjadi pedoman bagi Gubernur dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam
melaksanakan pembangunan di provinsi Riau.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang termuat dalam latar belakang diatas, maka topik permasalahan
yang akan dibahas lebih lanjut adalah bagaimana pembangunan di Provinsi Riau di masa pemerintahan
Gubernur Drs. H. Syamsuar, M.Si. yang akan disajikan dalam 3 sub bahasan.
1. Profil Gubernur Riau Drs. H. Syamsuar, M.Si.
2. Rencana Prioritas Pembangunan di Provinsi Riau di masa Gubernur Drs. H. Syamsuar,
M.Si. (2019 – 2024)
3. Pembangunan di Provinsi Riau di masa Gubernur Drs. H. Syamsuar, M.Si. (2019 –
sekarang)

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Profil Gubernur Riau Drs. H. Syamsuar, M.Si.


Drs. H. Syamsuar, M.Si. gelar Datuk Seri Setia Amanah adalah Gubernur Riau periode 2019–2024
(Gubernur ke-12 Riau). Sebelumnya, Ia pernah menjabat sebagai Bupati Siak selama dua periode sejak
2011 hingga 2019 setelah menjabat Wakil Bupati Siak periode 2001–2006. Syamsuar dilahirkan pada
tanggal 8 Juni 1954 di Desa Jumrah, saat ini di Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Riau,
sebagai anak kedua dari pasangan Wahi Abdullah dan Rahimah. Ayahnya bertani padi dan karet. Ia masuk
Sekolah Dasar di kampung halamannya (lulus 1966), sebelum pindah ke Bagansiapiapi untuk Sekolah
Menengah Pertama (lulus 1969) dan Bengkalis untuk Sekolah Menengah Atas (SMA), lulus tahun 1972.
Setelah lulus SMA, ia pindah ke Sawahlunto untuk bekerja di sebuah tambang batu bara. Setelah
tiga tahun, ia pindah ke Bengkalis dan menjadi pegawai honorer untuk pemerintah setempat. Selama di
Bengkalis, ia melanjutkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Pekanbaru, diterima sebagai
pegawai negeri pada tahun 1987 dan kemudian memperoleh gelar sarjana pada tahun 1990 dari
Universitas Sumatera Utara. Ia naik pangkat antara tahun 1987 dan 1996, dan diangkat menjadi Camat
Siak pada tahun 1996 dan kemudian Tanjung Pinang Barat pada tahun 2000. Pada tahun 2001, ia telah
menjadi Wakil Bupati Siak. Pada tahun 2006, ia mencalonkan diri dalam pemilihan umum kabupaten
sebagai calon bupati, tetapi dikalahkan oleh petahana Arwin AS. Selama periode ini, ia memperoleh gelar
magister dari Universitas Riau pada tahun 2005.
Setelah kalah dalam pemilihan umum, Syamsuar bekerja di Pemerintah Provinsi Riau, menjadi
sekretaris Komisi Pemilihan Umum provinsi pada 2008, inspektur provinsi pada 2010, dan kemudian
sebagai Pelaksana Tugas Bupati Kepulauan Meranti. Ia kembali mengikuti pemilihan umum Bupati Siak
pada 2011, kali ini menang dengan 38 persen suara (dalam empat calon). Ia kemudian terpilih kembali
pada tahun 2016 dengan 59,6% suara.
Pada 2017, Syamsuar mengamanatkan pemakaian Tanjak, penutup kepala tradisional Melayu
pada hari Kamis, bagi pegawai negeri untuk mempopulerkan penggunaannya. Dia juga bekerja sama
dengan konsulat Malaysia di Pekanbaru untuk hubungan di bidang budaya dan olahraga. Kota tua Siak,
bekas ibu kota Kesultanan Siak Sri Indrapura, juga ditetapkan sebagai Cagar Budaya Indonesia selama
masa jabatannya. Kabupaten Siak didaftarkan menjadi kabupaten “hijau”, yang ditujukan untuk
konservasi lahan gambut yang tersisa di kabupaten tersebut.

4
Syamsuar ikut serta dalam pemilihan umum Gubernur Riau 2018 dengan Edy Nasution sebagai
pasangannya, memenangkan pemilihan dengan 38,2 persen suara. Ia resmi mengundurkan diri sebagai
bupati Siak pada 4 Februari 2019 dan menduduki jabatan barunya sebagai gubernur pada 20 Februari
2019.

2. Sasaran Pembangunan di Provinsi Riau di masa Gubernur Drs. H. Syamsuar, M.Si. (2019 – 2024)
Visi dan misi di RPJMD merupakan penjabaran visi dan misi gubernur dan wakil gubernur Riau
terpilih serta menjadi dasar perumusan prioritas pembangunan daerah. Pernyataan visi dan misi
pembangunan 5 (lima) tahunan Provinsi Riau sesuai dengan visi dan misi gubernur dan wakil gubernur
Riau yang telah disampaikan dalam masa kampanye. Perumusan visi pembangunan jangka menengah
tahun 2019-2024 mempedomani visi RPJPD Provinsi Riau 2005- 2025, isu strategis pembangunan Provinsi
Riau dan juga memperhatikan visi RPJMN 2015-2019. Visi Riau untuk pembangunan selama kurun waktu
2019-2024 adalah "Terwujudnya Riau yang Berdaya Saing, Sejahtera, Bermartabat dan Unggul di
Indonesia (Riau Bersatu)".
Untuk mewujudkan Visi Provinsi Riau 2019-2024 maka dibutuhkan sejumlah upaya yang akan
dilaksanakan atau diistilahkan dengan Misi. Adapun Misi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Riau
Tahun 2019-2024 meliputi:

Misi 1: Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, berkualitas dan berdaya saing global melalui
pembangunan manusia seutuhnya.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing melalui
peningkatan derajat pendidikan masyarakat, derajat kesehatan masyarakat dan kesetaraan gender. Selain
itu, untuk mewujudkan sumber daya yang beriman melalui peningkatan kerukunan umat beragama.

Misi 2: Mewujudkan pembangunan infrastruktur daerah yang merata, berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur melalui peningkatan pelayanan transportasi,
cakupan pelayanan air minum dan sanitasi rumah tangga, cakupan layanan listrik bagi rumah tangga,
infrastruktur pengelolaan dan konservasi sumber daya air. Juga diarahkan untuk mewujudkan
pembangunan yang berwawasan lingkungan (Riau Hijau) melalui peningkatan indeks kualitas lingkungan
hidup dan penurunan emisi gas rumah kaca.

5
Misi 3: Mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya saing.
Misi ini diarahkan untuk mewujudkan perekonomian yang mandiri dan berdaya saing melalui peningkatan
kemandirian ekonomi dan penurunan kesenjangan pendapatan, peningkatan investasi daerah,
peningkatan ketahanan pangan daerah, serta penurunan angka kemiskinan dan pengangguran.

Misi 4: Mewujudkan budaya Melayu sebagai payung negeri dan mengembangkan pariwisata yang
berdaya saing.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan pemajuan Budaya Melayu melalui peningkatan perlindungan,
pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan Melayu Riau. Untuk meningkatkan nilai
tambah dan daya saing pariwisata melalui peningkatan kunjungan dan kenyamanan wisatawan
mancanegara.

Misi 5: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan pelayanan publik yang prima berbasis
teknologi informasi.
Misi ini diarahkan untuk meningkatkan kinerja ASN dan pelayanan publik melalui penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang bersih, transparan, dan akuntabel.
Setiap misi memiliki makna dan pesan yang luhur untuk mewujudkan Riau yang berdaya saing,
sejahtera, bermartabat dan unggul. Dalam mewujudkan kondisi ini, maka dirumuskan tujuan dan sasaran
pembangunan jangka menengah. Tujuan adalah sesuatu kondisi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahunan. Sasaran adalah rumusan kondisi yang menggambarkan tercapainya tujuan,
berupa hasil pembangunan Daerah/Perangkat Daerah yang diperoleh dari pencapaian hasil (outcome)
program Perangkat Daerah
Tujuan dan sasaran rencana pembangunan daerah merupakan dasar penilaian sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintahan Provinsi Riau. Untuk itu, setiap tujuan dan sasaran dilengkapi
dengan indikator kinerja tujuan dan sasaran (impact) yang terukur, relevan dengan apa yang akan diubah,
dan ditetapkan untuk setiap tahun selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2020 sampai dengan 2024. Adapun
Indikator tersebut meliputi:

6
Tabel 1. Ringkasan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Indikator RPJMD Provinsi Riau 2019-2024
No. Tujuan/Sasaran Indikator Target Target Target Target Target
2020 2021 2022 2023 2024
(1) (2) (3) (4)
VISI: TERWUJUDNYA RIAU YANG BERDAYA SAING, SEJAHTERA, BERMARTABAT DAN UNGGUL DI INDONESIA
(RIAU BERSATU)
Misi 1: Mewujudkan sumber daya manusia yang beriman, berkualitas dan berdaya saing global melalui
pembangunan manusia seutuhnya
1.1 Meningkatkan Indeks Pembangunan 72,97 73,13 73,29 73,44 73,60
kualitas SDM yang Manusia (indeks)
berdaya saing
1.2 Mewujudkan sumber Indeks Kerukunan Umat 73,34 74,22 75,11 76,01 76,92
daya manusia yang Beragama (indeks)
beriman
Misi 2: Mewujudkan pembangunan infrastruktur daerah yang merata, berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan
2.1 Meningkatkan Rata-rata Capaian 53,76 54,62 55,53 56,41 57,31
kualitas infrastruktur Pelayanan
Infrastrukstur Dasar (%)
2.2 Mewujudkan Indeks Kualitas 67,62 68,00 68,35 68,70 69,08
pembangunan yang Lingkungan Hidup
berwawasan hijau
(Riau Hijau)
Misi 3: Mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya saing
3.1 Mewujudkan Laju pertumbuhan 2,81 2,93 3,06 3,19 3,31
Perekonomian yang ekonomi (%)
mandiri dan berdaya
saing
Misi 4: Mewujudkan budaya Melayu sebagai payung negeri dan mengembangkan pariwisata yang berdaya
saing
4.1 Meningkatkan Persentase Pemajuan 9,09 18,18 27,27 36,36 45,45
Pemajuan Budaya Budaya Melayu Riau
Melayu (%)
4.2 Meningkatkan Nilai Jumlah pengeluaran 1.787,16 2.058,26 2.329,36 2.600,46 2.871,56
Tambah Pariwisata wisatawan
mancanegara (Milyar
Rupiah)
Misi 5: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan
pelayanan publik yang prima berbasis teknologi informasi
5.1 Meningkatkan Indeks reformasi 63,87 65,25 66,63 68,01 69,39
penyelenggaraan birokrasi (indeks)
pemerintahan
daerah yang bersih,
transparan, dan
akuntabel
Sumber: RPJMD Provinsi Riau 2019-2024

7
Untuk mencapai sasaran indikator RPJMD Provinsi Riau Tahun 2019- 2024 yang disajikan pada
Tabel diatas, ada empat sasaran indikator diantaranya yang memerlukan dukungan kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Riau. Keempat sasaran indikator yang ditetapkan bagi kabupaten/kota antara lain: (1)
pertumbuhan ekonomi; (2) tingkat kemiskinan; (3) tingkat pengangguran; dan (4) Indeks Pembangunan
Manusia.
Sasaran dan target pembangunan jangka menengah yang telah ditetapkan menjadi dasar bagi
pemerintah daerah untuk menyusun cara atau upaya untuk mencapai targetnya. Dalam rangka mencapai
target sasaran pembangunan dimaksud, maka ditetapkan sejumlah strategi dan arah kebijakan.
Strategi RPJMD Riau merupakan prioritas pembangunan daerah 5 (lima) tahunan yang dijabarkan
ke dalam kebijakan tahunan yang harus dipedomani dalam menentukan prioritas pembangunan RKPD
periode berkenaan. Prioritas pembangunan daerah adalah fokus penyelenggaraan pemerintah daerah
yang dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai sasaran RPJMD.
Setelah dirumuskan, maka setiap pernyataan arah kebijakan dipetakan secara spesifik terhadap
horizon waktu. Dengan adanya penentuan horison waktu dalam kurun waktu maksimal 5 (lima) tahun,
arah kebijakan dapat dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Arah kebijakan dapat
dijalankan dalam 1 (satu) tahun, namun dapat pula membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

Gambar 1. Tema/Fokus Pembangunan Lima Tahunan Provinsi Riau 2020-2024


Jika dicermati fokus pembangunan lima tahunan di Provinsi Riau pada masa kepemimpinan
Gubernur Drs. H. Syamsuar, M. Si. telah dirumuskan dengan lebih baik dimana tidak saja dalam dimensi
ekonomi, tetapi juga dimensi lainnya meliputi sosial, politik dan bahkan budaya.

8
3. Capaian Pembangunan Provinsi Riau di masa Gubernur Drs. H. Syamsuar, M.Si. (2019 – sekarang)
Adrian Leftwich (2000), mengemukakan bahwa pemahaman pembangunan yang paling umum
dapat dikategorikan ke dalam sembilan pendekatan pokok, yakni pembangunan dilihat sebagai kemajuan
historis (development as historical progress); pembangunan sebagai eksploitasi sumber daya alam
(development as the exploitation of natural resources); pembangunan sebagai promosi kemajuan
ekonomi, sosial, dan politik yang direncanakan (development as the promotion of planned economic,
social and political advancement); pembangunan sebagai suatu kondisi (development as a condition);
pembangunan sebagai suatu proses (development as a process); pembangunan sebagai pertumbuhan
ekonomi (development as economic growth); pembangunan sebagai perubahan struktural (development
as structural change); pembangunan sebagai modernisasi (development as modernization); dan
pembangunan sebagai suatu peningkatan kekuatan produksi (development as an increase in the forces of
production).
Berdasarkan pemahaman yang dikemukakan oleh Adrian Leftwich diatas, maka pembangunan di
Provinsi Riau pada masa Gubernur Drs. H. Syamsuar, M. Si. dapat dikategorikan pada pendekatan
“Pembangunan sebagai promosi kemajuan ekonomi, sosial, dan politik yang direncanakan (development
as the promotion of planned economic, social and political advancement)”.
Perencanaan Pembangunan Provinsi Riau pada masa Gubernur Drs. H. Syamsuar, M. Si. juga
sudah menyelaraskan dengan konsep Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) yang
mengintegrasikan sekaligus bertindak dalam kesalinghubungan yang kompleks antara tiga pilar utama
yakni lingkungan, ekonomi, dan masyarakat.
Dalam visi pembangunan berkelanjutan, ketiga pilar ini harus diperhitungkan secara sadar dalam
perencanaan, kebijakan, dan proses pembangunan. Oleh karenanya, pembangunan ekonomi harus pula
mempertimbangkan dampak pada segi sosial dan lingkungan (Salim, 2010). Program pembangunan
berkelanjutan mempunyai tiga sasaran utama. Pertama, pembangunan sosial ditujukan pada
pemberantasan kemiskinan struktural di berbagai bidang, seperti ketiadaan akses pendapatan, lapangan
kerja, air bersih, jasa energi, pemukiman, fasilitas kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Kedua,
pembangunan ekonomi harus mengubah pola produksi dan konsumsi yang tidak menopang
keberlanjutan, terutama dalam penggunaan energi yang tidak efisien dan mencemarkan, penggunaan
sumber daya alam (hutan, tanah, pantai, dan laut) secara boros. Ketiga, penyelamatan dan perlindungan
ekosistem serta fungsi lingkungan dari sumber daya alam agar mampu menopang proses pembangunan
berkelanjutan.

9
Jika dicermati apa yang menjadi sasaran utama dalam program pembangunan berkelanjutan,
secara kebijakan dan teknokratik selaras dengan ke lima misi pembangunan di Provinsi Riau yakni:
1. Mewujudkan Sumberdaya Manusia yang Beriman, Berkualitas dan Berdaya Saing melalui
Pembangunan Manusia Seutuhnya;
2. Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Daerah yang Merata dan Berwawasan Lingkungan;
3. Mewujudkan Pembangunan Ekonomi yang inklusif, Mandiri dan Berdaya Saing;
4. Mewujudkan Budaya Melayu sebagai Payung Negeri dan Mengembangkan Pariwisata yang Berdaya
Saing dan;
5. Mewujudukan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pelayanan Publik yang prima berbasis
Teknologi Informasi.
Pada bahasan berikutnya kita akan menyimak data kilas balik capaian pembangunan di Provinsi
Riau di masa kepemimpinan Gubernur Drs. H. Syamsuar, M. Si., dilihat dari indikator-indikator seperti:
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Tingkat Kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Pertumbuhan Ekonomi, dan Gini Ratio. Adapun data yang digunakan adalah data statistik di tahun
berjalan sampai tahun 2021.
Selama empat dekade terakhir, penduduk Riau bertambah hampir tiga kali lipat yaitu dari 2,17
juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 6,69 juta jiwa pada tahun 2022 dengan tingkat kepadatan penduduk
sebesar 73 jiwa per km persegi. Penduduk Riau didominasi oleh Gen Z (lahir tahun 1997-2012) sebesar
28,65 persen. Ketenagakerjaan di Provinsi Riau pada tahun 2021 digerakkan oleh 3,23 juta Angkatan
Kerja, yang terdiri dari 3,02 juta penduduk bekerja dan 203,84 ribu pengangguran.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2021 sebesar 6,32 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
target pengurangan pengangguran yang ditetapkan oleh RPJPD 2005-2025 telah terpenuhi. Persentase
penduduk miskin mengalami penurunan dari 7.78 persen (2017) menjadi 7,12 persen (2021).
Sebagai dampak dari pandemi COVID-19, sejak September 2020 persentase penduduk miskin di
Provinsi Riau kembali mengalami peningkatan. Capaian pembangunan manusia yang diukur dengan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Riau cenderung meningkat setiap tahunnya. Namun, IPM
Riau tahun 2021 mengalami kontraksi sebesar 0,40 persen. Angka ini menurun 0,29 poin dari tahun 2019
dimana capaian pada tahun ini sebesar 72,71.
Dampak dari pandemi COVID-19 menjadikan perekonomian Riau tahun 2021 berada di titik
terendah selama 5 tahun terakhir. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi Riau masih lebih baik jika
dibandingkan nasional yang terkontraksi 2,07 persen. Total ekspor dalam satu tahun terakhir cenderung

10
mengalami kenaikan, hanya mengalami penurunan pada bulan April dan Juni 2021. Sementara itu, untuk
impor cenderung stabil dalam satu tahun terakhir.
Perbaikan ekonomi Riau terus berlanjut seiring membaiknya permintaan global dan domestik.
Pada triwulan IV 2021, pertumbuhan ekonomi Riau tercatat terkontraksi sebesar -1,47% (yoy), mengalami
perbaikan dibandingkan triwulan III 2021 yang terkontraksi sebesar -1,67% (yoy). Dari sisi penggunaan,
membaiknya pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan IV 2021 terutama bersumber dari ekspor luar
negeri dan konsumsi Pemerintah dan Konsumsi Rumah Tangga. Perbaikan ketiga faktor tersebut sejalan
dengan pemulihan ekonomi mitra dagang utama, percepatan realisasi anggaran pemerintah, serta
meningkatnya aktivitas masyarakat.
Dari sisi lapangan usaha, membaiknya permintaan ekspor dan domestik berdampak pada
perbaikan kinerja di berbagai Lapangan Usaha (LU). Kinerja Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan terus tumbuh positif terutama bersumber dari subsektor Perkebunan seiring meningkatnya
permintaan ekspor. Kinerja Lapangan Usaha, Informasi dan Komunikasi serta Lapangan Usaha Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial juga tumbuh positif sejalan dengan masih tingginya permintaan akan
komunikasi data dan layanan kesehatan terkait dampak pandemi COVID-19.
Perbaikan Ekonomi Riau terus berlanjut sejalan dengan Perekonomian Global dan aktivitas
Perekonomian Domestik. Pada triwulan I 2022, Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau diperkirakan
membaik dibandingkan tahun 2021 sebelumnya dan akan keluar dari zona kontraksi. Meningkatnya
kinerja perekonomian global dan nasional, berdampak positif terhadap perekonomian Riau yang
utamanya bersumber dari komoditas berbasis Sumber Daya Alam.
Sementara itu ditinjau indikator tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang diukur dengan
Gini Ratio sebesar 0,327 pada bulan September 2021. Angka ini meningkat 0,001 poin dibandingkan Gini
Ratio Maret 2021 sebesar 0,326 dan meningkat 0,006 poin dibandingkan Gini Ratio September 2020
sebesar 0,321.
Pada triwulan II tahun 2022, secara keseluruhan ekonomi Riau tumbuh 4,88 persen, sementara
itu angka kemiskinan juga menurun yaitu sebesar 6,78 persen (Maret 2022) dibanding dengan bulan yang
sama pada tahun 2021 yang masih 7,12 persen.
Pemerataan pembangunan di Provinsi Riau juga difokuskan pada pembangunan desa. Jika dilihat
dari perkembangan Indeks Desa Membangun (IDM), perkembangan desa maju dan desa mandiri
mengalami penambahan yang signifikan jika dilihat dari tahun 2019 hingga 2022, dengan rata-rata
pertumbuhan desa maju sebesar 48,59 persen per tahun. Sedangkan untuk kategori desa mandiri tumbuh
sebesar 211,0 persen per tahun.

11
Pemerintah Provinsi Riau terus memberi prioritas untuk meningkatkan kemandirian desa, salah
satunya dengan Program Bantuan Keuangan Khusus (BKK) terhadap 1.591 desa yang dimulai dari tahun
2019 hingga saat ini. Program Bantuan Keuangan Khusus (BKK) kepada desa tersebut dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan keuangan desa dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
diharapkan lebih banyak terwujudnya desa mandiri. Untuk diketahui, sebelum adanya BKK desa, jumlah
desa mandiri di Provinsi Riau tahun 2019 hanya sebanyak 10 desa, desa maju sebanyak 163 desa, desa
berkembang sebanyak 951 desa dan desa tertinggal sebanyak 422 desa, dan desa sangat tertinggal 45
desa. Pada tahun 2022 setelah adanya program BKK kepada desa, jumlah desa mandiri di Provinsi Riau
menjadi 159 desa, desa maju sebanyak 517 desa, desa berkembang sebanyak 805, desa tertinggal
menurun menjadi 87 desa, dan desa sangat tertinggal menurun menjadi 24 desa.

12
BAB III
PENUTUP

Drs. H. Syamsuar, M.Si., merupakan gubernur Riau yang ke-13 dengan masa jabatan 2019 – 2024.
Bersama pasangannya Brigjen TNI (Purn) H. Edy Afrizal Natar Nasution, S.IP., mengusung visi
"Terwujudnya Riau yang Berdaya Saing, Sejahtera, Bermartabat dan Unggul di Indonesia (Riau
Bersatu)".
Visi kepala daerah ini dijabarkan ke dalam RPJMD Provinsi Riau 2019-2024 yang kemudian
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Provinsi Riau Tahun 2019 – 2024.
Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang direncanakan
diperlukan Indikator Kinerja Utama yang kemudian ditetapkan melaui Peraturan Gubernur Riau Nomor
18 Tahun 2020.
Dari sisi substansi, perencanaan pembangunan Provinsi Riau dimasa pemerintahan Gubernur Drs.
H. Syamsuar, M.Si. telah menyelaraskan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau
Sustainable Development Goals (SDGs). Pilar ekonomi dan Sosial dalam SDGs terlihat menjadi mainsteam
dalam target pembangunan di Riau.
Untuk mempercepat pemerataan pembangunan di Provinsi Riau, selaku Gubernur Drs. H.
Syamsuar, M.Si. mempercepat pembangunan di pedesaan agar menjadi desa yang mandiri dengan
meluncurkan program Bantuan Keuangan Khusus (BKK). Program ini di klaim berhasil meningkatkan
Indeks Desa Membangun (IDM) di Provinsi Riau.
Disamping itu Indeks Pembangunan Sumber Daya Manusia yang juga menjadi salah satu Indikator
keberhasilan pembangunan di Provinsi Riau di tahun 2021 ini juga meningkat menjadi 72,94 (naik 0,23
poin disbanding tahun 2020) sehingga menjadi peringkat ke tujuh secara nasional.
Indikator lain adalah tingkat kemiskinan yang menurun sebesar 6,78 persen (Maret 2022)
dibanding dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya 7,12 persen. Demikian pula Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Riau sebesar 4,40 persen (per Februari 2022) lebih rendah dari
capaian nasional sebesar 5,83 persen. Sedangkan ekonomi Riau bertumbuh 4,88 persen pada triwulan II
tahun 2022. Ini merupakan capaian yang baik mengingat hamper 2 tahun kita terpuruk oleh Pandemi
CoVID-19.

13
REFERENSI

Bappeda Provinsi Riau (2019), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Riau Tahun 2019-2024.

Leftwich, Adrian (2000) dalam Winanarno Budi (2013), Etika Pembangunan, Center for Academic
Publishing Services, Yogyakarta

https://dipersip.riau.go.id/syamsuar

https://www.riauonline.co.id/citizen/read/2022/08/01/65-tahun-provinsi-riau-dan-perkembangan-
dalam-aspek-ekonomi

https://riaupos.jawapos.com/nasional/09/08/2022/279371/ekonomi-riau-tumbuh-488-persen-
kemiskinan-berkurang.html

14

Anda mungkin juga menyukai