Anda di halaman 1dari 17

Rumah Baru

Diantara hal yang paling menyebalkan didunia, yang ini adalah salah satu nya. Jisa tersentak, “Terserah lo babi, kalau masalah duit mah gue juga punya.”
Semua orang tahu jika yang namanya kerja kelompok adalah berdiskusi dan Sahutrya setelah menarik earphone Gilang hingga terjatuh.
bekerja sama antar beberapa orang yang dikelompokkan. Tapi apa ini? Semuanya
terasa menjengkelkan karena Jisa hanya mengerjakan tugas kelompok itu sendiri. Gadis itu berlalu kembali ke tempat duduknya. Menyisakan Gilang yang menatap
Sementara satu orang yang lain, acuh tak peduli. Mengapa sesuatu yang kadang datar Jisa ditempatnya.
coba dihindari justru malah berjalan mendekati? Jisa sudah mewanti-wanti dari
jauh hari bahwa dirinya tak ingin satu kelompok dengan seorang siswa bernama “Ck, cewek selalu ribet.” Sahut Gilang.
Gilang. Namun takdir berkata lain dengan menyatukan keduanya dalam tugas
kelompok membuat mading. …

Gilang, seorang lelaki urakan dengan segala kebodoamatannya. Tugas Pulang sekolahnya, Gilang menarik Jisa menuju parkiran sekolah untuk bersama-
terbengkalai bukanlah masalah besar baginya, yang utama dihidupnya adalah sama membeli bahan madding mereka ke Gramedia.
tidur. Dimanapun dan kapanpun.
"Woi apaansih, biasa aja kali nariknya. Lo kalo gak ikhlas nganterin gue mending
“Kenapa dia gak tidur selama-lama nya aja sih?” Jisa membatin jengah. pulang sana, muka lo udah kaya ketek biawak gitu bikin gue mual liatnya." Jisa
berucap tanpa menoleh pada Gilang yang menarik tangannya dengan malas.
“Kalau lo gak mau ngerjain tugas, setidaknya anterin gue ke Gramedia buat beli
bahan mading!” Dengan amat sangat terpaksa, Jisa menatap sosok lelaki yang "Cerewet, hargain effort gue yang mau nganter lo beli bahan kayak apa yang lo
tengah memainkan ponselnya di pojok kelas, lengkap dengan earphone yang bilang tadi. Gue rela buang bensin cuma buat nganter lo doang."
terpasang di kedua telinganya.
Jisa menghentikan langkah, menarik paksa tangannya yang masih ditarik-tarik
“Hah? Lo ngomong apa?” Gilang baru melepas earphone nya, menatap Jisa oleh Gilang.
dengan alis terangkat.
"Kata nya orang kaya, kok itungan banget mas nya? Lagian itu juga kewajiban lo
Jisa mendengus, mencoba menahan diri agar tak menjambak rambut hitam Gilang ya sebagai anggota kelompok, harus ada usaha kalau mau ada nama." Ucap Jisa
yang sedikit berantakan. jengah.

“Lo gak mau bantu gue buat mading kan? Maka dari itu anterin gue ke Gramedia "Enak aja gue tulis nama lo sedangkan gue yang kerja sendiri dan lo yang enak-
buat beli bahannya.” enak an terima beres? Cih" Memutar bola mata malas, Jisa meninggalkan Gilang
tanpa mendengar apa-apa lagi. Membuang waktu saja berdebat dengan seorang
“Lo aja yang buat. Masalah uang biar gue aja semuanya, selesai kan?” Gilang Atmadja.

“Gue tau lo kaya, tapi gak semua bisa seenaknya lo atur dengan uang, Gilang "Dia ada dendam kesumat kali ya sama gue?" Gilang mengernyitkan kening
Atmadja.” Sahut Jisa penuh penekanan. menyadari sikap Jisa yang begitu ketus padanya sedari tadi.

“Ck ribet banget sih, tinggal lo beli bahannya terus buat sendiri. Duit nya dari gue, Setelah perdebatan panjang antara keduanya, Gilang dengan berat hati
bagus kan lo gak perlu ngeluarin uang sepeser pun?” menyingkirkan rasa malasnya dengan menemani Jisa membeli bahan dan
mengajaknya mengerjakan tugas kelompok mereka ke apartement dirinya saja.
Begitu masuk ke apartement Gilang, Jisa menelisik segala penjuru ruangan. "Galak banget sih, santai aja dong" Menyimpan ponselnya, Gilang mulai berlaga
Properti yang tersusun rapi didominasi warna abu dan putih. Rak terisi penuh oleh sok sibuk dengan memegang gunting dan sebuah kertas. Tak ada sahutan apapun,
buku dan beberapa figura disana. Lampu di langit-langit atap menyorot nya Gilang memperhatikan Jisa diam-diam. Gadis itu begitu serius dengan
dengan begitu terang. Sepi sekali, apa Gilang hanya tinggal sendirian di pekerjaannya. Matanya fokus seolah tak ingin melepas pemandangan gadis cantik
apartement besar ini? ucapnya dalam hati. didepannya. Rasa bersalah muncul melihat Jisa yang sudah terlihat lelah.

Kembali pada kesadaran, Jisa menoleh pada Gilang yang meletakkan belanjaan "Ehem, lo mau makan?" Gilang bertanya. "Gue cuma mau tugas ini selesai."
mereka di sofa ruang tamu dan mempersilahkan Jisa menunggu nya sebentar Sahut Jisa dengan suara pelan. "lya nanti di lanjutin lagi kalo udah makan. Gue
untuk berganti pakaian. laper dan keliatannya lo juga gitu."

“Ih rese banget tu cowok, harusnya gue di kasih minum dulu ama cemilan kek, Jisa melirik sekilas, "Ya lo kalau laper makan aja. Kan dari tadi lo disini juga gak
kan haus ama laper tuh dari pulang sekolah langsung belanja. Emang tuan rumah guna" Sangat menusuk hati, namun Gilang sadar diri dengan mengulum bibir
yang pelit.” Gumam Jisa. merasa bersalah.

Sekitar kurang lebih 5 menit Gilang sudah kembali dari agenda nya berganti baju, "Gak mau tau. Pokoknya makan dulu" Jisa merenggut kesal ketika Gilang
dia menatap heran kearah Jisa yang masih diam saja di tempatnya. menarik nya kearah dapur. Keduanya duduk berhadapan dengan sepiring nasi
yang entah kapan sudah ada disana.
“Woi, ayo cepet dikerjain biar lo bisa pulang cepet setidaknya sebelum malam.”
"Lo bisa masak?" Tanya Jisa. Gilang menggeleng, "Enggak. Ini gue pesen
“Gak sopan banget ya anda mengusir tamu” Memutar bola mata, Jisa online." Mengangguk sekilas, Jisa mulai menyantap makanan nya tanpa peduli
mengeluarkan seluruh bahan dan peralatan yang mereka beli dari kantong plastik. dengan Gilang yang begitu kentara memperhatikannya.
Dengan beralaskan karpet abu, keduanya duduk disana dan mulai mengerjakan
tugas mereka. Oh tidak, lebih tepatnya hanya Jisa yang bekerja. Karena Gilang “Tadi aja bilang gak laper, sekarang kaya udah gak dikasih makan berhari hari:"
hanya diam mengamatinya saja sedari tadi. Lelaki itu hanya mengangguk dan Mendengar cibiran itu Jisa melirik tak terima. "Gak ada tuh gue bilang gue gak
menggeleng ketika ditanya. Termasuk menjadi pesuruh ketika Jisa yang meminta laper. Lo aja kali yang buat asumsi sendiri." Jawab Jisa dengan mulut penuh
diambilkan peralatan ini itu. makanan.

“Gunting.” Tangan Jisa terulur, namun barang yang dinginkannya tak juga sampai "Ada aja ya jawaban lo, terserah deh." Gilang menyerah, keduanya dilanda
pada tangannya. Jisoo mendongak seraya menggeram kesal mendapati Gilang keheningan setelah pembicaraan itu. Selesai makan mereka melanjuti pekerjaan
yang sedang tertawa menatap poselnya. Jisa berdeham lumayan keras. Hal itu mereka yang hamper selesai. Tak terasa hamper 3 jam mereka mengerjakan itu.
menarik perhatian Gilang untuk menoleh. "Lo butuh apalagi?" Jisa yang notabenya sudah sangat lelah pun ketiduran.

"Butuh nyawa lo sini gue cabut! Tau gini gue ngerjain sendiri di rumah." Sangat …
ketus, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Jisa ingin segera pulang karena
lelah. Namun terhalang tugas kelompok mereka ditambah hujan lebat diluar. Jisa terbangun ketika suara pecahan kaca mengusik tidurnya. Gadis itu mengucek
mata seraya menatap jam yang terpasang pada dinding ruangan. Tepat pukul 8
malam, dan Jisa merutuki kebodohannya yang tak sengaja tertidur mengabaikan
tugas yang sedikit lagi harusnya sudah selesai.
Di ruang tamu yang ditempati nya sejak beberapa jam yang lalu, Jisa menyadari gak bisa bantu nyelesain masalah itu, tapi setidaknya gue bisa jadi pendengar yang
dia hanya sendiri disana. Atensi nya melihat kepenjuru ruangan apartement dan baik buat lo. Itupun kalau lo bersedia berbagi kesedihan lo sama gue"
tertarik mendekati pintu kamar milik Gilang yang sedikit terbuka. Gadis itu
mematung ketika suara nyaring dari pecahan gelas terdengar. Sepertinya Gilang Tak ada yang bisa Jisa lakukan selain mengusap bahu bergetar itu. Baru kali ini,
tengah berbicara dengan seseorang di seberang telepon. dirinya melihat kelemahan seorang Gilang. "Orang tua gue cerai, mereka
nelantarin gue dan milih hidup bareng keluarga baru nya." Bibir Jisa terkatup. Ah,
“Terserah! Gue gak akan peduli lagi sialan!" Jisa terperanjat ketika Gilang lidahnya kelu untuk menjawab. Membahas keluarga adalah satu hal yang sensitif
melempar ponselnya pada lantai dengan keras. Sudut matanya memicing melihat untuknya juga, gadis itu terdiam merasakan hati nya yang kembali berdenyut,
Gilang meraih botol yang sepertinya berisi alkohol, lalu meneguk nya tak sabaran. mengingat luka lama yang masih saja membekas menghantui nya hingga saat ini.
Setelah tegukan terakhirnya, botol itu kembali dia lempar hingga serpihan kaca
kembali berserakan disekitarnya. Melepas pelukan, Jisa berjongkok menyamakan tubuhnya dengan Gilang yang
kini mengusap wajahnya yang memerah. Jisa tersenyum mendongak menatap
Tubuh Jisa bergetar. Ini kali pertamanya melihat Gilang seperti tadi. Lelaki yang sang lelaki yang sama tengah menatapnya. "Gue pernah ada di posisi ini. Posisi
tak banyak bicara itu ternyata terlihat sangat menakutkan ketika marah. Sepertinya yang mana mengharuskan gue untuk ikhlasin semuanya." Gilang tertegun, "Jisa,
sudah terlalu banyak masalah yang dipendam nya, Gilang sangat pandai menutupi gue-"
apapun yang terjadi dalam hidupnya.
"Gue udah baik baik aja, gak masalah. Sekarang gue tinggal bareng nenek, gue
"Setidaknya kalau gagal jadi suami istri, jangan gagal jadi orangtua juga anjing!" memutuskan untuk gak milih tinggal dengan salah satu diantara mereka. Gue tahu,
Lelaki itu bergumam frustasi, keadaannya kacau. Hidupnya semakin berantakan. ikhlas itu susah banget. Tapi percaya deh, ketika lo udah melapangkan hati lo buat
nerima takdir Tuhan, lo akan baik baik aja." Lanjut gadis itu,
Deret pintu terdengar, yang sudah pasti ada seseorang yang mendorongnya. Dan
begitu Gilang menoleh, dirinya mendapati Jisa yang kini tengah berdiri kaku. "Gue gak janji bisa bantu selesaiin masalah lo, tapi gue janji lo gakan nge hadepin
Jelas sekali jika gadis itu tengah menatapnya ketakutan. Tertangkap basah, Jisa semuanya sendirian."
memilih mendekatkan dirinya pada Gilang. Walau sedikit merinding melihat
tatapan tak bersahabat lelaki itu, belum lagi penampilan Gilang yang berantakan. "Ada gue, gue akan jadi orang pertama yang bisa lo hubungin." Tersihir dengan
tatapan menenangkan gadis dihadapannya, Gilang membawa Jisa masuk ke dalam
Sudahlah, aura kelam lelaki itu sangat mendominasi. “Lo, okay? Gue tadi denger pelukannya. Jisa tersentak merasakan pelukan yang semakin erat, "Izinin gue
suara suara dari sini, makannya gue samperin.” Tanya nya sepelan mungkin, takut jadiin lo rumah, Jisa.” Di sela pelukan itu, Jisa bergumam. Nyaris tak terdengar
lawan bicaranya tersinggung. "Gini cara gue mencintai lo, Lang."
“Jangan liat gue dalam keadaan kaya gini Jis, gue malu” Jawabnya parau. Mata
merah berkaca dengan rambut berantakan menarik perhatian Jisa. Gadis itu
mengulurkan tangannya mendekat, mengusap rambut Gilang yang kini
memejamkan mata, rasa tenang menghampiri nya walaupun air kini jatuh
membasahi pipi.

Gilang kacau. Hidupnya tak pernah baik baik saja. Lelaki itu mulai terisak ketika
Jisa memeluknya, dan tak butuh waktu lama untukrnya membalas pelukan itu.
"Gue gak tau masalah apa yang lagi lo hadepin sekarang, Dan gue juga mungkin
senyum, mencoba menghibur diri dengan mendekati Karin, mengajak anak kecil
itu berbicara. “Cantik sekali, anak siapa sih?”
Antara Dua Hati
"Tentu saja anak ibu! Aku cantik karena ibuku cantik. Benarkan bu?" Jiye
"Kiriman paket untukmu kemarin malam, kau memesan sesuatu? Box nya besar tersenyum memamerkan gigi nya, "Tentu saja!"
sekali!" Jiye menoleh, menatap presepsi seorang wanita yang tengah sibuk
memotong bahan sayuran didepannya. "Ah begitu, seharusnya Karin tampan saja, biar menjadi anak ayah juga." Adam
berpura-pura merajuk. "Aku juga anak ayah!" Karin melompat ke pelukan Adam
"Itu kiriman Lily, aku meminta nya membelikanku sesuatu di Berlin. Terimakasih yang terkekeh. "Astaga, anak ayah sudah besar rupa nya. Berat sekali!"
sudah menyimpannya untukku, Airin." Jawabnya. “Tentu. Ah kapan adikmu akan
pulang? Gadis itu seperti nya akan segera pindah kewarganegaraan” Canda nya "Aku tidak berat!!" Moment seperti ini, adalah kebahagiaan kecil untuk Jiye.
mengingat adik dari Jiye itu sudah 3 tahun tinggal di Berlin untuk meneruskan Melihat si anak bungsu yang begitu hangat pada ayahnya, berbeda dengan Laut
pendidikan di perguruan tinggi. yang begitu dingin. Entahlah, Jiye juga tak bisa menyalahkan remaja lelaki itu,
karena Jiye tahu alasan mengapa putra sulungnya bersikap ketus.
"Satu semester lagi semestinya, entahlah bocah itu ingin pulang atau tidak" Jiye
menarik senyum, memilih menyibukkan diri dengan membuat beberapa gelas "Dimana Lia?" Tatapan Adam berganti pada Airin setelah semuanya bergabung
susu. "Selamat pagi ibu!" Kedua wanita yang sibuk berbincang menoleh, duduk di meja makan. "Putri mu itu pasti masih bersolek. Akhir akhir ini dia sibuk
mendapati Karin datang dengan menarik tangan kakaknya, Laut. Keduanya belajar make-up” Airin tersenyum, tangannya bergerak mengambil kan piring
berjalan mendekati Jiye. Airin menarik senyum tipis, kembali fokus pada kegiatan untuk sang suami. Jiye yang melihatnya hanya tersenyum kaku, ah semakin hari
nya. pekerjaan yang seharusnya dia lakukan semakin tergantikan.

"Karin semangat sekolah ya? Cantik nya anak ibu!" Jiye berjongkok menyamai "Malam nanti ada perayaan hari jadi perusahaan kolega ku." Kedua wanita dewasa
tinggi nya dengan Karin, putri bungsu nya yang berusia sembilan tahun. disana menoleh bersamaan. "Ya kau bisa pergi" Jiye menyahuti.
Sementara si kakak sulung Laut kini menginjak tujuh belas tahun. "lbu, seperti
“Tidak maksudku, kali ini aku akan membawa Jiye. Tak apa?" Tatapannya
nya aku tidak bisa ikut sarapan bersama, ada kelas -"
mengarah pada Airin yang memasang wajah kaku, tak lama wanita itu menarik
"Ada kelas apa boy? Kegiatan mu padat akhir-akhir ini, kau harus sarapan untuk senyum dan mengangguk. “Tentu saja tak apa."
menambah stamina tubuh." Ucapannya terpotong ketika sebuah tangan merangkul
"Dan sepertinya nanti malam kami tak akan kembali, kau tahu Kenzo seperti apa.
bahu nya, itu ulah sang ayah. Laut mengalihkan pandangan, tak lupa tangannya
Lelaki itu memesan banyak kamar untuk menginap." Adam kembali membuka
menurunkan tangan sang ayah di bahu nya.
suara.
“Kupikir ayah tak perlu tahu urusanku. Ibu, aku berangkat” Laut berlalu setelah
"Pergilah, nikmati waktu kalian. Bukankah aku sudah mendapat bagian ku
mencium kening Jiye. Anak remaja itu terlihat begitu dingin pada sang ayah, tak
kemarin? Kini giliranmu Jiye." Airin tersenyum memamerkan gigi nya seraya
lupa tatapannya yang seolah menyimpan kebencian pada Airin. Jiye menunduk
mengelus bahu Jiye.
menghela napas, tatapannya tertuju pada Adam yang kini tengah mengulum
"Baiklah, apa kita akan membawa Karin ikut?" Adam menoleh, menatap Karin Dan yang lebih gila lagi, Airin dan Lia ikut tinggal dirumah yang Adam hadiahi
yang sepertinya tak peduli dengan percakapan mereka dan memilih mengunyah pada pernikahan mereka. Awalnya Jiye sempat marah, dirinya tak menyangka
makanan di depannya. Adam melakukan hal itu. Apa tak cukup membagi hati hingga peran nya, dia pun
harus membagi apa yang dia miliki pada Airin? Semua diluar pemikiran nya. Hati
“Titipkan saja padaku, sudah kubilang jika kalian juga harus memiliki banyak nya kini semakin dikuatkan, rasanya ingin mengatakan sakit hati pun tak ada guna
waktu untuk berdua. Bersenang senang lah!" Jiye menarik senyum menatap Airin, nya lagi. Semuanya sudah berjalan, 13 tahun. Dan Jiye pikir, dirinya kini sudah
"Terimakasih Airin" terbiasa. Entah bagaimana akhirnya. Alasan utama dia bertahan sampai sejauh ini,
karena Laut dan Karin. Jiye tak ingin menghancurkan masa depan anaknya karena
"Hey! Aku tak suka kau mengucapkan terimakasih padaku seolah kita adalah
keegoisan nya sendiri. Semua yang terjadi membuatnya gila. Rasanya sesak
orang asing!" Sahutnya penuh candaan. Dan kedua wanita itu terkekeh, membuat
sampai-
Adam yang melihat nya menarik senyum. Syukurlah kedua nya bisa berdamai
dengan keadaan. “Hey apa yang kau pikirkan?" Jiye tersentak dalam lamunan, menunduk menatap
Adam yang kini berjongkok dihadapannya. Menarik senyum menutupi kesedihan
"Selamat pagi semuanya!" Tentu yang paling bersemangat membalas sapaan
nya, Jiye menggeleng. "Tak ada, oh ya seperti nya Minji bersenang-senang
disini adalah Karin, "Kak Lia! Selamat pagi.”
dengan Airin dan Lia"
"Selamat pagi juga Karin ku!" Sahut Lia, gadis yang kini menginjak usia 14 tahun
Adam mengangguk dengan senyum, "Benar, Airin mengirimkan foto padaku. Dia
itu. Mereka pun menyelesaikan sarapan mereka dengan bumbu kelucuan candaan
bilang Lia mengajari Karin cara menggunakan Eyeshadow."
dari dua anak berbeda umur itu.
"Ah, jangan sampai anak itu paham make-up sejak usia dini. Dia akan ketagihan

nanti.” Adam tertawa berat, "Memang nya mengapa? Kau takut kecantikan mu
Sebetulnya, berada di posisi Jiye bukanlah hal yang mudah. Mencoba akan tersaingi oleh anakmu sendiri nanti?" Alis nya naik turun menggoda.
melapangkan hati dengan semua yang terjadi. Menjauhkan rasa benci hingga
"Hey! Tidak seperti itu!" Jiye berdecak, tak lama keduanya terkekeh. Dan situasi
memilih berdamai dengan keadaan. Dirinya kecewa, marah, namun kembali lagi
menjadi hening setelah beberapa saat. "Jiye, maaf." Lagi, entah keberapa kali
dia teguhkan, bahwa semuanya adalah takdir. Jiye tak bisa mengontrol dunia
Adam mengatakan hal itu.
untuk selalu berpihak padanya. Tepat 13 tahun yang lalu, saat Adam memilih
menikah lagi dengan Airin. Hingga kedua nya memiliki putri yang dinamai Lia. "Maaf, bukan maksudku menduakan mu" Jiye meraih tangannya, "Bukankah kita
Entahlah, Jiye bahkan tak percaya hingga saat ini. Adam yang selalu mengatakan sudah berjanji untuk tidak membahas nya lagi?"
cinta untuknya, yang dia pikir akan menjadi lelaki setia, namun ternyata tak
begitu. Meskipun kepedulian hingga kasih saying Adam padanya tak berubah, "Rasa bersalah padamu tak hilang sampai saat ini, Jiye aku-"
namun tetap saja rasanya berbeda. Adam membaginya juga pada Airin dan Lia.
Ada kala dimana dirinya menanyakan alasan mengapa Adam memilih menikah “Lantas mengapa kau melakukan hal itu? Aku kecewa padamu, aku kecewa pada
kembali, namun jawaban yang dia dapatkan seperti nya tak sesuai harapan. semua yang terjadi pada kita, tapi itu sudah lama sekali Adam, 13 tahun yang lalu.
Tak ada guna nya jika aku tetap merasa kecewa hingga benci padamu, semuanya "Tak ada, kulihat heels ini sangat cocok di kaki mu. Jadi kubelikan.” Adam
sudah berjalan sejauh ini. Dan kini aku sudah baik baik saja." berjongkok, memasangkan heels di kaki wanita nya.

"Sudah, mebahas ini sama saja dengan kembali membuka luka lama. Bukan hanya "Warna merah menyala? Kau selalu tahu apa yang aku sukai! Terimakasih!"
aku, tapi Airin dan Lia juga akan tersakiti. Sudah ya?" Ada yang janggal dengan Rahangnya diusap begitu dirinya sudah berdiri. Membalas senyuman Airin, Adam
perasaan Adam, dan Jiye tahu itu. Membuang napas panjang, Jiye mengusap meraih wanita itu masuk kedalam pelukannya. "Kenapa?" Airin terkekeh
tangan yang lebih besar, mencoba memberi ketenangan. "Jaehyuk?" menyadari sikap Adam yang seperti tak biasanya. Lelaki itu menjadi lebih manja.
”Tak ada, aku hanya ingin memelukmu."
Ya, Jiye selalu tahu apa yang ada dipikirannya. Adam terdiam beberapa, tak lama
kepala nya mengangguk. "Kau tahu dengan jelas, putra sulungmu itu kini sudah "Benarkah? Kau bekerja keras akhir akhir ini. Beristirahat lah yang cukup:" Tak
remaja, sebentar lagi ia akan beranjak dewasa. Dan tentu saja dia tahu dengan kuasa melihat yang selanjutnya, Jiye memilih berbalik. Niatnya hanya ingin
sangat tentang apa vang teriadi diantara kita.” mengambil minum ke dapur, namun celah pintu kamar menarik perhatian nya.
Dan yah, sekalipun dirinya berusaha terlihat baik baik saja, namun hal itu tak
"Tak mudah untuk menerima hingga membiasakan diri dengan keadaan yang mampu menutupi rasa sesak di hatinya.
baru. Dia perlu waktu Adam, meskipun butuh waktu lama untuk membuat Laut
kembali pada sikap awalnya padamu, kau harus bersabar. Ini konsekuensi yang "Ibu..” Tersentak begitu seruan menyapa rungunya, belum sempat menjawab
harus kau terima, dan sebisa mungkin berusahalah untuk mendapatkan hati nya tangannya sudah ditarik naik ke atas tangga. Jiye mengangkat alis begitu
kembali" keduanya berhenti, tangannya terulur merapikan rambut sang putra yang semakin
panjang.
Adam menyetujui ucapan Jiye dalam diam. "Apa yang kau lakukan selama ini,
dengan menyayangi kami sama rata, itu sudah membuktikan bahwa kau benar "Kenapa? Ada sesuatu yang Laut butuhkan?" Laut menggeleng, lelaki tampan itu
benar bertanggung jawab atas kami semua. Itu sudah lebih dari pada cukup." mengikis jarak. Memeluk Jiye erat yang langsung mendapat balasan. "lbu tak
menyangka, putra sulung ibu kini sudah tumbuh menjadi lelaki tampan. Apa Laut
Jiye tersentak begitu Adam menariknya masuk kedalam pelukan. Lelaki itu sudah memiliki kekasih?" Goda nya.
mengusap surai nya lembut. Terimakasih atas ketulusan mu Jiye, dan terimakasih
sudah bertahan dengan segala kekurangan ku" "Berhentilah bersikap seolah kau baik baik saja bu!" Geram nya. Sungguh,
rasanya Jaehyuk ingin segera membawa Jiye dan Karin pergi meninggalkan
Jiye melebarkan senyum, membalas pelukan sang suami. "Cinta ku tak pernah rumah mewah yang semakin hari semakin memuakkan.”
berkurang, aku mencintaimu Jiye."
“Bagaimana bisa?” Laut meringis, melepas pelukannya lantas menatap Jiye yang
"Ya, ku tahu. "Jawab Jiye seadanya. bergeming. "Bagaimana bisa kau bertahan selama ini? Kau rela membagi semua
nya dengan wanita tak jelas itu. Kau membiarkan dia memiliki ayah, memiliki

semua yang kita miliki. Bagaimana bisa?” Amarah menyelimuti diantara rentetan
“Dalam rangka apa?” Airin bertanya kepada Adam karena suaminya itu secara kalimat nya. Anak mana yang akan diam saja melihat sang ibu tersakiti? "Laut,
tiba-tiba membelikannya sepasang sepatu heels cantik. ibu-"
"Ayo pergi, Aku mengenalmu dengan sangat bu. Dan ku tahu selama ini kau tak istrimu?" Adam tersentak, menatap Airin yang entah sejak kapan sudah
pernah baik baik saja begitupun aku. Jadi untuk apa kita tetap disini?” bergabung. Wajah wanita itu pucat pasi.

"Laut ini tidak semudah yang kau pikirkan!" Jiye menjawab lantang. "Mengapa? "Dia!-“ Jaehyuk kembali menarik sang ibu mendekat. “Dia adalah ibuku, dan aku
Karena aku dan Karin?! Kau mengkhawatirkan masa depan kami sehingga sebagai anaknya tahu apa yang terbaik untuk ibuku.” Berniat pergi, tautan tangan
memilih untuk mengalah dan membiarkan dirimu yang tersakiti disini?" Sial, Laut dan Jiye terputus. Menarik kerah pakaian yang dipakai sang putra serta
ucapan putra sulung nya tepat mengenai sasaran. melayangkan tatapan tajam. Tak ada ketakutan, Laut justru membalas tatapan itu
tak kalah tajam.
"Rasa sakit mu sama seperti rasa sakit ku bu. Kita pergi ya? Kita buka kembali
lembaran baru. Hanya aku, Ibu, dan Karin. Aku memang belum bekerja, namun "Hentikan!" Ucapan Jiye dan Airin dihiraukan.
jika itu untuk membantu menghidupi mu dan Karin, akan kulakukan. Untuk
kalian." "Selain serakah kau juga pengecut ayah. Bahkan kau tak mampu memberikan
alasan yang jelas mengenai perselingkuhan mu dengan nya, hingga membawa
Tentu Jiye tak mampu menahan tangis, kepalanya menunduk dalam. Tak mau wanita itu kesini. Kerumah ibu." Cengkraman itu berubah menjadi cekikan, Adam
memperlihatkan kelemahan nya pada sang putra. Namun kendati demikian, Laut memberikan kesempatan Laut untuk berbicara.
yang peka lantas segera menarik sang ibu masuk kedalam pelukannya.
"Bagaimana mungkin lelaki sepertimu menjadi ayahku? Apa kau sadar tentang
"Aku terluka setiap melihat mu seperti ini. Kita pergi yah? Ibu mau?" Laut apa yang kau lakukan?"
menumpu dagunya di pundak sang Ibu. Jiye menggeleng, "lbu tak tahu, semua
yang terjadi tak dapat ibu pahami." "Jika kau mencintai wanita itu, lepaskan ibuku dan biarkan aku membawa nya
pergi!" Laut menarik senyum miring, "Kau lelaki maniak. Kupikir setelah ini kau
"Kalian tak akan kemana-mana" Keduanya menegang, segera Jiye menarik diri. akan menikahi wanita lagi, 3 istri? Bagus bukan?"
Menghapus air mata nya begitu menyadari Laut memergoki mereka berbicara.
Laut berdecih, tubuhnya ia balikan. Menatap sang ayah menantang. "Ibu yang Bugh
memutuskan. Sekalipun kau menahan, kau tak bisa membuat keputusan."
Pukulan itu tak disangka, pelaku nya adalah Adam. Lelaki itu menarik Laut yang
"Aku tak pernah mengajarimu bersikap seperti ini kepada orang tua Laut!" Geram sudah terkapar, tak ada niatan si remaja untuk membalas perlakuan ayahnya.
Adam. "Ya, ibuku selalu mengajarkan untuk bertindak demi kebaikan. Dan Disisi lain, Jiye dan Airin semakin histeris ketika melihat Adam kembali
sekarang sedang kulakukan, aku akan membebaskan ibu dari tempat sialan ini." melayangkan pukulan pada putranya.
Ucapnya pongah. "Dia istriku! Jika kau ingin pergi. Pergilah sendiri tanpa
"Adam cukup!" Kesadarannya kembali, Adam memundurkan langkah dengan
membawa apapun."
tangan bergetar. Sementara Jiye melindungi Laut di belakang nya. Tatapan itu,
"Adam.." Tentu saja Jisoo bertindak, wanita itu menatap berkaca pada sang suami. Taehyung tak pernah melihatnya.
Laut menarik senyum, "Istri? Bukankah wanita yang dibelakang mu itu adalah
Jisoo mengusap air mata nya kasar, "Kau menyakiti anakku Adam"
… Adam, bukan." Jiye menggelengkan kepala nya. "K-kau ingin pergi?
Meninggalkan ku?"
"Mengapa kau nakal sekali? Ayah kan pernah bilang bertengkar itu tidak baik.
Lihatlah sekarang kau terluka! Sakit? Rasakan saja kau pantas mendapatkan nya!" "Jiye tolong jangan diam, ku mohon.." "Ucapan Laut tak semua nya salah Adam,
Laut hanya meringis ketika Karin mengomeli nya dengan berkacak pinggang. Jiye aku-"
menarik senyum tipis, tangannya sibuk membereskan kasa pada kotak obat. "Luka
ini membuat kakak terlihat keren, benar bukan?" Laut menaikkan sebelah alisnya. "Kau menyerah? Rumah tangga kita sudah terjalin selama 17 tahun lamanya, dan
kau menyerah begitu saja?" Adam tergelak. Melepas pegangan tangannya dengan
"Kupikir kau lebih terlihat seperti preman. Jelek sekali" Karin bergidik. "Wah Jiye, lalu beranjak dari duduknya.
Karina kau benar benar menyebalkan!" Laut terperangah, sedikit meringis
merasakan perih di wajahnya. "Lalu harus bagaimana? Aku tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi
kedepannya” Jawabnya tanpa menatap sang suami.
"Aku tak peduli wlee!" Karin menjulurkan lidah bermaksud mengejek kakak nya.
"lbu akan berbicara dengan ayah. Laut, temani kakakmu disini ya?" Gadis "Semua akan baik baik saja, kau harus percaya. Kita akan bahagia selalu disini,
berambut hitam legam itu mengangguk, “Tentu saja ibu. Aku akan mengurungnya dirumah kita." Adam menjatuhkan dirinya, berjongkok menatap Jiye yang sama
disini" tengah menatap nya.

Laut memutar bola mata malas. Jiye mengangguk. Setelah mengusap kedua surai "Aku atau Airin?" Adam bungkam. Tak sanggup memikirkannya secepat ini.
anakya, wanita itu berlalu. Sementara Laut menatap sendu pada pintu kamar yang
Dan senyum tipis terukir dibibir cantik Jiye manakala dirinya menyadari
sudah tertutup rapat.
keterdiaman lelaki dewasa di depannya. "Aku baik baik saja selama ini, sungguh.
… Tapi setelah kupikir lagi, kita tak akan selalu bisa seperti ini kan? Anak anak akan
semakin tumbuh, dan mereka akan mengerti apa yang terjadi, bisa saja reaksi
Jiye melangkah mendekati kedua manusia berbeda jenis yang tengah duduk Karin dan Lia akan melebihi apa yang dilakukan Laut. Tak ada yang tahu bukan?
bersebrangan di sofa, keduanya sama sama terdiam. Menyadari jika Jiye dan Teguhkan hati mu, siapa yang singgah lebih besar di hati mu. Kuberi kau pilihan,
Adam perlu berbicara berdua, Airin beranjak menjauh meninggalkan keduanya. aku atau Airin?"

Jiye menghela napas panjang, begitupun Adam yang menatapnya seolah ingin Adam masih diam membisu. Membuat Jiye mengangguk dan mengusap surai
menjelaskan banyak hal. "Aku tak tahu harus berbicara apa," Jiye membuka suamiyang terlihat kacau. "Aku mengerti Adam. Tak perlu kau jawab karena aku
suaranya lirih. Yang lantas membuat Adam mengikis jarak dengannya. sudah tahu." Jiye lantas berdiri, membuat Adam kembali tersadar dari
Mengambil tempat duduk tepat di sebelah Jiye, kedua tangannya meraih tangan keterdiaman nya. “Jiye-" "Aku menyerah. Aku menyerah Adam"
sang istri.
"Jiye, tolong" Adam menampilkan raut prustasi.
"Jiye, aku tak bermaksud melakukan hal itu pada putra kita. Semuanya diluar
kendali ku!" Raut penyesalan ditunjukkan oleh Adam. "Bukan hanya tentang itu "Biarkan aku egois untuk kali ini, tapi aku ingin menyerah. Aku biarkan dirimu
bersama Airin" Dadanya sesak sekali. "Bahagia utukmu Adam."
Langkah yang ia bawa mengikuti Jiye terhenti begitu tatapan sendu dia dapatkan Sukses Jualan Kue
dari putra sulungnya yang tengah berdiri tak jauh dari tempatnya berada. "Aku
tahu kau tak bodoh untuk tidak memahami perasaan Ibu. Tak selalu senyum yang
dia berikan untuk memancarkan kebahagiaan. Tak selalu ucapan ketenangan yang Sandra adalah seorang ibu rumah tangga yang senang membuat kue-kue lezat.
dia berikan membuktikan kalau dia baik baik saja. Semuanya palsu ayah, Setiap kali dia membuat kue, teman-temannya selalu memujinya dan memintanya
semenjak kehadiran istri kedua mu disini. Dan yah, lepaskan Ibu. Jika kau benar
untuk membuatkan kue untuk acara mereka. Salah satu temannya bahkan
benar ingin melihat nya bahagia."
menyarankan agar Sandra membuka usaha kue online. Sandra awalnya ragu,
Dan tak ada yang bisa Adam lakukan selain menangisi kebodohannya. Jiya pantas karena dia tidak memiliki pengalaman dalam berjualan dan tidak tahu bagaimana
mendapatkan kebahagiaannya sendiri.
cara memasarkan produknya. Namun, dia memutuskan untuk belajar melalui
media sosial.

Pertama-tama, Sandra membuat akun Instagram dan Facebook untuk


mempromosikan kue-kue buatannya. Dia memposting foto-foto kue yang dia buat
dengan caption yang menarik dan menggunakan hashtag yang relevan. Dia juga
memperbarui akun media sosialnya secara teratur dengan informasi tentang
produk dan harga yang ditawarkan.

Selain itu, Sandra juga mempelajari strategi pemasaran digital melalui kursus
online dan membaca artikel di internet. Dia belajar tentang SEO, pengiklanan
digital, dan teknik untuk menarik perhatian pengikut baru di media sosial.

Sandra mulai melihat hasil yang menggembirakan. Permintaan kue-kue buatannya


semakin meningkat, dan banyak pelanggan yang datang kembali untuk memesan
kue lainnya. Dia bahkan mendapatkan pelanggan baru dari rekomendasi teman-
temannya.
Setelah beberapa bulan, usaha kue online Sandra semakin berkembang dan dia Menikah Dengan Robot
mulai mempertimbangkan untuk membuka toko fisik. Dia akhirnya membuka
sebuah toko kecil di daerahnya dan menjadi semakin sukses. Pada tahun 2050, jumlah manusia di dunia semakin menurun karena berbagai
faktor seperti penurunan tingkat kelahiran, meningkatnya angka kematian karena
Sandra menyadari bahwa belajar di media sosial adalah kunci kesuksesannya.
perang, bencana alam, dan pandemi. Akibatnya, banyak orang yang memilih
Dengan memanfaatkan media sosial dan belajar strategi pemasaran digital, dia
untuk menikah dengan robot sebagai alternatif untuk menjalin hubungan romantis.
berhasil mempromosikan produknya dan membangun bisnis yang sukses. Dia
merasa bangga dengan dirinya sendiri dan terima kasih pada teman-temannya Salah satu orang yang memilih untuk menikah dengan robot adalah seorang
yang telah memberikan inspirasi dan dorongan. wanita bernama Sarah. Sarah telah menjalin hubungan dengan robot pria bernama
Alex selama beberapa tahun. Alex adalah robot yang dirancang khusus untuk
menjadi pasangan hidup manusia. Dia memiliki kecerdasan buatan yang canggih
dan mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan Sarah.

Sarah dan Alex memiliki kehidupan yang bahagia bersama. Mereka melakukan
banyak hal bersama, seperti pergi berlibur, menonton film, dan berolahraga. Alex
juga membantu Sarah dalam pekerjaannya sebagai seorang insinyur di sebuah
perusahaan teknologi.

Namun, ada satu hal yang membuat Sarah sedih, yaitu ketidakhadiran keturunan
dalam hubungan mereka. Sarah merasa kehilangan pengalaman menjadi seorang
ibu dan ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki anak. Meskipun Alex tidak
dapat memberinya anak secara biologis, mereka memutuskan untuk mengadopsi
seorang anak robot.

Anak robot itu bernama Lily. Dia adalah robot kecil yang dirancang khusus untuk
menyerupai seorang anak manusia. Sarah dan Alex merawat Lily dengan penuh
kasih sayang seperti layaknya orang tua manusia merawat anak mereka. Mereka Suara Tokek Yang Menyebalkan
mengajarkan Lily tentang nilai-nilai dan moralitas manusia, serta memberinya
pengalaman yang menyenangkan seperti mengunjungi taman bermain dan belajar Pagi-pagi sekali, suara tokek yang mengganggu telinga terdengar di dalam kamar.
Tokek itu berada tepat di atas atap, berulang kali mengeluarkan suara yang
di sekolah robot.
membuat telinga siapapun yang mendengarnya tidak nyaman.

Meskipun hubungan manusia-robot masih dianggap kontroversial oleh beberapa Rizky, pemilik rumah, merasa sangat terganggu dengan suara tokek tersebut. Ia
orang, Sarah dan Alex membuktikan bahwa cinta dapat ditemukan di mana saja, sudah mencoba berbagai cara untuk mengusirnya, tetapi tokek itu terus kembali.
Bahkan ia sudah mencoba menutup telinganya dengan bantal, namun suara tokek
termasuk dalam hubungan dengan robot. Mereka menikmati kebahagiaan hidup
tetap terdengar sangat keras.
bersama, meskipun tidak memiliki keturunan biologis. Sarah merasa bersyukur
karena memiliki keluarga yang bahagia dan saling mencintai. Hari-hari berikutnya, Rizky tidak dapat tidur dengan nyenyak karena suara tokek
yang mengganggu itu. Ia merasa sangat lelah dan tidak bisa berkonsentrasi saat
bekerja. Ia merasa sangat frustasi karena tidak bisa menemukan solusi untuk
mengusir tokek tersebut.

Suatu hari, Rizky mendapat ide untuk mencari tahu lebih banyak tentang tokek. Ia
mencari di internet dan menemukan bahwa tokek memiliki suara yang sangat khas
dan dapat dijadikan sebagai musik meditasi. Ia juga menemukan bahwa tokek
adalah binatang yang dilindungi dan tidak boleh dibunuh.

Rizky memutuskan untuk mencoba mengubah sudut pandangnya tentang tokek


dan memanfaatkan suara tokek sebagai musik meditasi. Ia mencari cara untuk
merekam suara tokek dan mengeditnya sehingga terdengar seperti musik yang
menenangkan. Rizky juga membeli headphone baru yang berkualitas agar dapat
mendengarkan musik meditasi tersebut dengan lebih baik.

Saat malam tiba, Rizky mencoba untuk memutar musik meditasi tokek yang telah
ia buat. Ia merasa sangat tenang dan rileks saat mendengarkannya. Tiba-tiba,
suara tokek yang sebelumnya mengganggu menjadi sangat indah dan
menenangkan. Rizky bahkan merasa bahwa suara tokek tersebut menjadi semakin
lembut dan menyenangkan.
Rizky menyadari bahwa ia telah berhasil mengubah sudut pandangnya tentang Siluman Manusia Kupu-Kupu
tokek dan merubah suara yang sebelumnya mengganggu menjadi musik yang
menenangkan. Ia juga menyadari bahwa ia telah belajar untuk menghargai
Di sebuah hutan yang jauh dari keramaian, terdapat sebuah mitos tentang siluman
keberadaan setiap makhluk hidup dan tidak lagi merasa terganggu oleh suara
manusia kupu-kupu. Konon katanya, di dalam hutan tersebut terdapat seorang
tokek tersebut.
manusia yang bisa berubah menjadi kupu-kupu dan menguasai seluruh wilayah
hutan. Namun, cerita tersebut hanya dianggap sebagai mitos belaka oleh
Dari malam itu, Rizky tidur dengan nyenyak dan merasa lebih tenang dan rileks.
penduduk desa yang tinggal di sekitar hutan tersebut.
Ia juga terus menggunakan musik meditasi tokek yang telah ia buat untuk
membantunya dalam meditasi dan relaksasi. Suara tokek yang sebelumnya
Namun, pada suatu malam yang gelap dan hening, seorang petualang bernama
mengganggu menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi Rizky dan membantunya
Dika memutuskan untuk menjelajahi hutan tersebut. Ia telah mendengar cerita
untuk menemukan kedamaian.
tentang siluman manusia kupu-kupu dan ingin melihat kebenaran dari cerita
tersebut. Dika tidak takut, ia telah terbiasa dengan keadaan hutan dan telah
mempersiapkan diri dengan baik.

Setelah berjalan cukup lama, Dika merasa kelelahan dan memutuskan untuk
istirahat di sebuah tempat yang ia anggap aman. Tiba-tiba, ia merasakan angin
bertiup kencang dan melihat sesosok bayangan besar terbang di atasnya. Dika
sangat kaget dan merasa takut, namun sesaat kemudian ia menyadari bahwa
bayangan tersebut adalah kupu-kupu raksasa.

Dika merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kupu-kupu tersebut
memiliki ukuran yang lebih besar dari pada manusia dewasa dan memiliki sayap
yang berkilau seperti permata. Dika ingin mengambil gambar kupu-kupu tersebut,
namun ia merasa sulit karena kupu-kupu tersebut terus bergerak dengan cepat.

Saat Dika berusaha mengambil gambar kupu-kupu, tiba-tiba ia merasakan sesuatu


yang aneh terjadi pada dirinya. Kulitnya terasa gatal dan bulu-bulu tumbuh dari
pori-porinya. Dika merasa sangat takut dan berlari secepat mungkin, namun ketika
ia melihat dirinya di cermin, ia terkejut bahwa dirinya telah berubah menjadi
siluman manusia kupu-kupu.

Dika merasa tidak tahu harus berbuat apa, namun tiba-tiba ia mendengar suara
kupu-kupu raksasa yang berbicara dengannya. Kupu-kupu tersebut memberitahu
Dika bahwa ia telah dipilih sebagai pewaris kekuasaan siluman manusia kupu- Vaksin Agar Otak Jadi Sepintar Albert Einstein
kupu di hutan tersebut. Dika merasa kaget dan tidak tahu harus berbuat apa,
namun akhirnya ia menerima tawaran tersebut.
Suatu hari di sebuah kota yang padat penduduknya, terdapat seorang remaja
bernama Rama. Rama adalah seorang siswa SMA yang sangat pintar dan
Sejak saat itu, Dika hidup sebagai siluman manusia kupu-kupu yang menguasai
memiliki impian untuk menjadi seorang ilmuwan seperti Albert Einstein. Dia
seluruh wilayah hutan tersebut. Ia merasa bahagia dan bangga dapat membantu
selalu berusaha untuk belajar dengan keras agar impian tersebut bisa terwujud.
menjaga kelestarian hutan dan seluruh isinya. Cerita tentang siluman manusia
kupu-kupu pun menjadi legenda yang terus diceritakan dari generasi ke generasi
Namun, ada satu hal yang selalu mengganggu pikirannya, yaitu biaya vaksin
di desa-desa sekitar hutan tersebut.
Modern. Vaksin Modern diklaim bisa membuat otak manusia menjadi secerdas
Albert Einstein, namun harganya sangat mahal dan hanya bisa diakses oleh orang-
orang kaya.

Suatu hari, ketika Rama sedang berjalan-jalan di pusat kota, dia melihat sebuah
poster besar tentang vaksin Modern. Dia membaca dengan seksama bahwa vaksin
tersebut dapat meningkatkan kemampuan otak hingga 10 kali lipat, membuat
manusia menjadi lebih cerdas dan memiliki daya ingat yang luar biasa. Rama
sangat tertarik dengan vaksin Modern tersebut, tetapi dia tahu bahwa dia tidak
mampu membelinya karena harganya yang sangat mahal.

Namun, Rama tidak menyerah begitu saja. Dia memutuskan untuk mencari tahu
lebih banyak tentang vaksin Modern dan mencoba mencari jalan keluar agar dia
bisa memperoleh vaksin tersebut. Dia mencari informasi di internet dan bertanya
kepada orang-orang yang dia kenal, mencoba mencari tahu apakah ada cara lain
untuk memperoleh vaksin tersebut tanpa harus membayar harga yang sangat
mahal.

Beberapa minggu kemudian, Rama mendapatkan informasi dari seorang teman


bahwa ada sebuah organisasi yang memberikan vaksin Modern secara gratis untuk
anak-anak dari keluarga kurang mampu. Rama sangat gembira mendengar berita
tersebut dan segera menghubungi organisasi tersebut untuk mendaftar.

Setelah melalui serangkaian pemeriksaan medis dan wawancara, Rama akhirnya


dinyatakan memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin Modern secara gratis. Dia
sangat senang dan merasa beruntung karena bisa mendapatkan vaksin tersebut Perjuangan Dengan Keberanian
tanpa harus membayar harga yang mahal.
Golfin menatap hasil MRI terbarunya dengan perasaan sedih dan takut. Dia baru
Setelah mendapatkan vaksin Modern, Rama merasakan perbedaan yang signifikan
saja menerima kabar bahwa dia memiliki kanker otak yang mematikan. Golfin
pada kemampuan otaknya. Dia merasa lebih cerdas dan memiliki daya ingat yang
hanyalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang suka bermain bola dan
luar biasa. Dia merasa bahwa impian untuk menjadi seorang ilmuwan seperti
bermain dengan teman-temannya. Namun sekarang, hidupnya telah berubah
Albert Einstein menjadi lebih mungkin untuk terwujud.
secara drastis. Dia harus berjuang melawan penyakit yang mengancam nyawanya.

Rama memutuskan untuk memanfaatkan kemampuan barunya untuk belajar


Golfin tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia merasa kehilangan dan takut.
dengan lebih keras dan mengembangkan kemampuan intelektualnya. Dia merasa
Namun, ketika ibunya memberitahunya bahwa dia harus bertarung melawan
sangat bersyukur atas kesempatan yang telah diberikan kepadanya untuk
penyakitnya dengan keberanian dan tekad, Golfin memutuskan untuk
mendapatkan vaksin Modern secara gratis.
melakukannya. Dia memutuskan untuk berjuang demi hidupnya dan untuk tetap
bermain bola seperti biasa.

Setiap hari, Golfin menghadapi tantangan yang lebih besar. Dia harus menjalani
kemoterapi dan radioterapi yang menyakitkan, dan harus berjuang melawan efek
sampingnya. Dia kehilangan rambutnya dan merasa lelah sepanjang waktu.
Namun, Golfin tidak menyerah. Dia terus berlatih bermain bola dan terus
menunjukkan semangat juang yang tinggi.

Tidak semua hari berjalan dengan baik, dan kadang-kadang Golfin merasa frustasi
dan marah. Tapi ketika dia merasa seperti itu, dia akan pergi ke lapangan bola dan
bermain sebentar. Bermain bola membuatnya merasa lebih baik dan memberinya
kekuatan untuk melawan penyakitnya.

Waktu berlalu dan perjuangan Golfin semakin berat. Namun, dia terus berjuang
dan bermain bola dengan semangat yang tinggi. Dia tidak ingin menyerah dan
ingin terus hidup. Ketika waktu bertambah, kondisi Golfin perlahan membaik dan
dia mulai merasa lebih baik.

Setelah berjuang melawan kanker selama beberapa tahun, Golfin akhirnya


menang. Dia masih harus menjalani perawatan dan kontrol rutin, tetapi dia bisa
kembali bermain bola seperti dulu. Golfin sangat bersyukur atas kesembuhannya Hari ini seperti biasa, Sari dan tetangganya, Ibu Nurul, sedang duduk di teras
dan merasa bahagia bisa kembali melakukan hal-hal yang dia sukai. rumah masing-masing. Mereka tinggal di sebuah kompleks perumahan yang
terdiri dari beberapa rumah yang saling berdekatan.
Golfin telah belajar banyak dari pengalaman berjuang melawan kanker. Dia
belajar bahwa hidup adalah anugerah dan bahwa setiap hari harus dihargai. Dia Tiba-tiba, Ibu Nurul memanggil Sari, "Sari, kamu tahu enggak, tadi pagi saya baru
belajar bahwa dengan tekad dan semangat juang yang tinggi, dia bisa mengatasi saja menanam beberapa bunga di kebun belakang rumah. Tapi, tadi siang ketika
bahkan hal-hal yang paling sulit dalam hidup. saya kembali ke rumah, saya melihat bunga-bunga itu sudah tidak ada!"

Kisah Golfin adalah kisah inspiratif tentang keberanian dan ketekunan. Dia adalah Sari yang terkejut mendengarnya langsung mengajak Ibu Nurul untuk mencari
bukti bahwa meskipun hidup bisa menjadi sangat sulit, kita masih bisa bangkit tahu siapa yang mengambil bunga-bunga tersebut.
dan terus berjuang demi hidup kita dan kebahagiaan kita.
Mereka lalu berjalan menyusuri kebun belakang rumah dan menemukan beberapa
bunga yang mati terinjak-injak. Ibu Nurul yakin bahwa seseorang telah memetik
bunga-bunga itu tanpa izin.

Sari merasa bahwa ini bukanlah masalah besar, "Mungkin ada anak-anak yang
lewat dan ingin melihat bunga-bunga indah itu. Kita bisa memberi tahu mereka
bahwa mereka harus meminta izin terlebih dahulu sebelum memetik bunga."

Tapi Ibu Nurul merasa marah dan menganggap bahwa ini adalah tindakan yang
tidak sopan dan melanggar hak asasi miliknya. Ia merasa bahwa ia harus
mengambil tindakan untuk menghindari hal yang sama terjadi lagi di masa depan.

Perdebatan pun dimulai, Ibu Nurul ingin memasang pagar di sekitar kebunnya
untuk mencegah orang lain masuk dan merusak bunga-bunga, tetapi Sari
mengatakan bahwa itu akan membuat rumahnya terlihat lebih tertutup dan kurang
ramah.

Keduanya terus membahas hal ini sampai matahari terbenam, dan akhirnya,
mereka sepakat untuk mencari solusi yang baik bagi semua orang. Mereka
memutuskan untuk memasang tanda kecil yang mengatakan bahwa orang harus
meminta izin terlebih dahulu sebelum memetik bunga-bunga di kebun belakang
rumah Ibu Nurul.
Menghindari Konflik, Mencari Solusi Bersama
Dengan cara ini, mereka berharap bahwa mereka dapat mencegah orang lain Pagi itu, semuanya terasa berbeda. Matahari tampak redup, angin bertiup kencang
memetik bunga tanpa izin dan juga menjaga agar lingkungan perumahan tetap dan suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Orang-orang berlarian panik di jalan-
bersahabat dan ramah. Perdebatan mereka berakhir dengan solusi yang baik bagi jalan, mencari perlindungan dari bencana yang akan datang.
semua orang dan mereka kembali duduk di teras rumah masing-masing dengan
senyum di wajah mereka. Kiamat. Kata itu terdengar menakutkan, namun itulah yang akan terjadi. Manusia
telah melampaui batas alam, menghancurkan bumi dan merusak lingkungan.
Allah mengutus para nabi untuk mengingatkan manusia, namun mereka tidak
mendengarkan.

Aku berdiri di tengah kota yang hancur, mencoba mencari tahu apa yang terjadi.
Bangunan-bangunan runtuh, mobil-mobil terbakar, dan mayat-mayat berserakan
di jalanan. Aku terdiam, merenungkan semua kejadian yang telah terjadi.

Tiba-tiba, langit berguncang dan bumi bergetar. Aku terjatuh dan merasakan
panik yang tak terkendali. Aku tahu, inilah akhir dari segalanya. Hari kiamat telah
tiba.

Aku berlari mencari tempat perlindungan, namun tak ada yang tersisa. Semua
tempat sudah dihancurkan oleh bencana besar ini. Aku merenungkan kehidupan
yang telah kujalani, penuh dengan dosa dan kesalahan.

Tiba-tiba, aku teringat bahwa hanya ada satu jalan keluar dari semua ini. Aku
harus bertobat dan memohon ampun kepada Allah. Aku berlutut dan menangis di
tengah kerusakan yang terjadi.

"Ya Allah, ampunilah aku. Aku tahu aku telah berbuat salah dan melanggar
perintah-Mu. Aku merasa menyesal atas semua dosa yang pernah aku lakukan.
Tolong, jangan tinggalkan aku sendirian dalam bencana ini."

Ketika Kiamat Tiba Tiba-tiba, ada cahaya terang di kejauhan. Aku bangkit dan berlari menuju cahaya
itu, merasa bahwa itu adalah jalan keluar dari semua ini. Aku merasa lega dan
damai, karena aku tahu bahwa Allah selalu bersama dengan hamba-Nya yang
bertobat.
Aku berlari, semakin dekat ke cahaya itu. Aku merasa semua kesedihan dan memegang teguh mimpi itu dan berusaha keras untuk meraihnya. Namun suatu
ketakutan hilang. Aku merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang tidak pernah hari, Rian jatuh cinta pada seorang gadis bernama Vina. Vina adalah seorang
aku rasakan sebelumnya. Tiba-tiba, aku terjatuh dan merasa semua hilang.
gadis yang cantik dan menyenangkan. Rian dan Vina mulai pacaran dan semakin
Aku membuka mata dan menemukan diriku berbaring di atas tempat tidur. Aku lama Rian semakin menyadari bahwa ia sangat mencintai Vina. Namun, pacaran
tersenyum lega, karena aku tahu bahwa itu hanya mimpi. Namun, aku merasa dengan Vina mulai mempengaruhi mimpi Rian. Rian mulai merasa terganggu
bahwa ada pesan yang ingin disampaikan. Kita harus selalu bertobat dan
dengan waktu dan energinya yang harus dihabiskan untuk Vina. Dia mulai
memohon ampun kepada Allah, agar kita selalu dilindungi dari bencana yang
akan datang. Kita harus berbuat baik dan menjaga alam, agar bumi yang kita kehilangan waktu untuk berlatih musik dan mengejar mimpinya. Setiap kali Rian
tempati tetap hijau dan lestari. Karena kiamat bisa datang kapan saja, dan hanya mencoba untuk fokus pada musiknya, Vina akan memintanya untuk
Allah yang tahu kapan itu terjadi.
menghabiskan waktu dengannya. Rian mulai merasa tertekan dan terkurung dalam
hubungan mereka. Rian mencoba untuk membicarakan perasaannya dengan Vina,
namun Vina tidak memahami dan memaksanya untuk tetap bersama. Rian merasa
terjebak dalam hubungan ini dan semakin merasa bahwa pacaran dengan Vina
membuatnya kehilangan mimpi yang ia cita-citakan. Akhirnya, Rian mengambil
keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka. Meskipun Rian masih mencintai
Vina, ia sadar bahwa ia harus fokus pada mimpinya dan tidak ingin pacaran yang
membunuh mimpinya. Meskipun keputusan itu sulit, Rian akhirnya bisa kembali
fokus pada musiknya dan meraih mimpinya sebagai musisi terkenal. Dia belajar
bahwa kadang-kadang kita harus mengambil keputusan sulit untuk meraih mimpi
kita dan tidak boleh membiarkan pacaran atau hubungan apapun menghambat
langkah kita untuk mencapai tujuan hidup kita.

Cinta Membunuh Mimpi

Ada seorang anak muda bernama Rian. Dia adalah seorang yang sangat ambisius
dan memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang musisi terkenal. Dia selalu

Anda mungkin juga menyukai