Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUGAS MANDIRI

BIMTEK CALON PELATIH NASIONAL

Disusun oleh:
EMELDA, S.Pd, M.Ed

Diajukan sebagai persyaratan kelulusan


Sebagai Pelatih Nasional
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS MANDIRI


BIMTEK CALON PELATIH NASIONAL

Disusun oleh:
EMELDA, S.Pd, M.Ed

Diajukan sebagai persyaratan kelulusan


Sebagai Pelatih Nasional

Batusangkar , 09 Juni 2023

Mengetahui:
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Calon Pelatih Nasional
Kabupaten Tanah Datar

(RISWANDI, S.Pd, M.Pd ) (EMELDA, S.Pd, M.Ed)


NIP. 19660515 199003 1 009
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAGIAN I PENDAHUALUN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAGIAN II PELAKSANAAN TUGAS MANDIRI
A. Mendesain ( Merancang ) Pelatihan Guru PAUD
a. Rancangan kegiatan Pelaksananaan Pelatihan
b. Jadwal Kegiatan Bimtek Calon Pelatih Diklat Berjenjang Tingkat Dasar

B. Menyusun Bahan Ajar Pelatihan Guru PAUD


Bahan ajar Mata Latih

C. Praktek Melatih
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Pelatihan (RP3)
b. Resume Materi
c. Bahan Ajar (PPT)
d. Soal Tes
e. Pelaksanaan pelatihan terdiri dari 10 Foto tampilan natural (candid) saat pelatihan
untuk setiap Mata Latih
f. Refleksi diri pelatihan yang dilakukan

BAGIAN III PENUTUP (KESIMPULAN DAN SARAN)


A. KESIMPULAN
B. SARAN-SARAN

Lampiran TUGAS MANDIRI


Vidio Praktek Melatih Mata Latih
Foto-foto kegiatan
BAGIAN I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyelenggaraan PAUD memerlukan pendidik yang kompeten dengan kapasitas
yang perlu terus ditingkatkan melalui berbagai upaya. Salah satu upaya adalah
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi guru Pendamping Muda melalui
Diklat Berjenjjang Tingkat Dasar dan Tingkat Lanjut. Penyelenggaraan diklat berkualitas
memerlukan pelatih yang handal dan professional agar peserta latih mampu
mengembangkan lebih luas berbagai materi diklat bagi guru Pendamping Muda.
Profesionalisme pelatih perlu terus ditingkatkan sesuai perkembangan ilmu penhetahuan
dan teknologi, melalui beragam aktivitas, seperti pendidikan dan pelatihan, kursus,
bimbingan teknis, lokakarya, seminar, temu ilmiah, maupun aktivitas lainnya, baik
individual maupun berkelompok.
Bimtek Calon Pelatih Nasional adalah upaya penigkatan kompetensi pelatih untuk
memfasilitasi peserta dalam mencapai kompetensi Guru Pendamping Muda. Oleh karena
itu, dari sisi materi, diklat dimaksud mengkombinasikan materi sbstansi ( keahlian) dengan
materi kepelatihan. total jam pelajaran (JPL) dalam diklat ini setara dengan 110 JPL, terdiri
dari 48 JPL untuk tatap muka dan 62 JPL untuk Tugas Mandiri. hitungan waktu per JPL
adalah 60 menit.
Setelah mengikuti tatap muka mulai dari tanggal 8 Mei sampai dengan tanggal 13
Mei 2023, maka saat ini peserta melaksanakan tugas mandiri.

B. Tujuan
Mempersiapkan dan Menghasilkan pelatih Nasional yang menguasai materi Diklat
Berjenjang Tingkat Dasar dan Lanjut bagi Guru Pendamping Muda dan memiliki
kompetensi untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam
pelatihan, membimbing, mengarahkan, memfasilitsi dan menilai peserta diklat Guru
Pendamping Muda ( Diklat Berjenjang Tingkat Dasar dan Lanjut) baik secara konvensional
maupun daring dengan memanfaatkan teknologi informasi.
C. Manfaat
Adapun manfaatnya bagi peserta Bimtek yaitu Calon Pelatih dapat meningkatkan
kualitas kompetensi pelatih, baik itu kompetensi social, kepribadian, padagogik, dan
professional nya.
Selain itu pelatih juga dapat menguasai materi dan strategi melatih, juga dapat membuat
perencanaan dan desain pelatihan.
BAGIAN II
PELAKSANAAN TUGAS MANDIRI
A. Mendesain ( Merancang ) Pelatihan Guru PAUD
a. Rancangan Kegiatan Pelaksanaan Pelatihan

1. Waktu dan Tempat


Kegiatan Pelaksanaan Pelatihan Guru PAUD diselenggarakan selama satu hari
pada tanggal, 27 dan 31 Mei 2023 Mulai dari jam 08.00 sd 15.00, di PAUD AL-
FA’IZIN

2. Peserta
Peserta Kegiatan Pelatihan Guru Paud terdiri dari 10 orang peserta yang telah
mengikuti diklat berkenjang tingkat dasar di kecamatan Batipuh Kab. Tanah Datar.

3. Narasumber pada kegiatan Pelatihan guru PAUD ini adalah peserta Bimtek
Pelatih Nasional

4. Panitia dalam Kegiatan Pelatihanan Guru PAUD berasal dari Peserta Bimtek
Pelatih Nasional dan guru PAUD AL-FA’IZIN

5. Metode
Kegiatan Pelatihan guru PAUD dilaksanakan dengan :
- Curah Pendapat
- Brainstroming
- Ceramah
- Diskusi
- Kerja kelompok
- Pleno

6. Jadwal Kegiatan
Materi dan Alokasi Waktu kegiatan Pelatihan PAUD terlampir

7. Biaya
Biaya Kegiatan Pelatihan Guru PAUD dibebankan kepada calon narasumber
nasional.

8. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pelatihan Guru PAUD dilaksananan dengan moda Luring
b. Jadwal Kegiatan Pelatihan Guru PAUD Diklat Berjenjang Tingkat Dasar

Adapun untuk jadwal Kegiatan pelatihan Guru PAUD adalah sebagai berikut :
Jadwal Tugas Mandiri
Diklat Berjenjang Tingkat Dasar

WAKTU MATERI NARASUMBER


Jum’at, 26 Mei 2023
07.30 -08.00 Registrasi Peserta Panitia
Overview 1
08.00- 08.45 Komunikasi dalam Pengasuhan Anak Usia Dini
08.45 – 09.30 Komunikasi dalam Pengasuhan Anak Usia Dini Pitria Gusliati, M.Pd

09.30 – 10.15 Komunikasi dalam Pengasuhan Anak Usia Dini

Rabu, 31 Mei 2023

Overview 2
08.00 - 08.45 Etika dan Karakter Pendidik PAUD
08.45 – 09.30 Etika dan Karakter Pendidik PAUD Rusmaini, S.Pd
09.30 – 10.15 Etika dan Karakter Pendidik PAUD
10.15 – 10.30 BREAK
Overview 3
10.30 – 11.15 Perencanaan Pembelajaran
11.15 – 12.00 Perencanaan Pembelajaran Emelda, S.Pd, M.Ed
12.00 – 13.00 ISHOMA
13.00 – 13.45 Perencanaan Pembelajaran Emelda, S.Pd, M.Ed
B. MENYUSUN BAHAN AJAR PELATIHAN GURU PAUD

Profil Pelajar Pancasila


Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional.
Profil pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-
kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun
karakter serta kompetensi peserta didik. Profil pelajar Pancasila harus dapat dipahami oleh
seluruh pemangku kepentingan karena perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana
dan mudah diingat dan dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar dapat
dihidupkan dalam kegiatan sehari-hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, profil pelajar
Pancasila terdiri dari enam dimensi, yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5)
bernalar kritis, dan 6) kreatif.
Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu
kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Pendidik perlu mengembangkan
keenam dimensi tersebut secara menyeluruh sejak pendidikan anak usia dini. Selain itu,
untuk membantu pemahaman yang lebih menyeluruh tentang dimensi-dimensi profil
pelajar Pancasila, maka setiap dimensi dijelaskan maknanya dan diurutkan
perkembangannya sesuai dengan tahap perkembangan psikologis dan kognitif anak dan
remaja usia sekolah. Selanjutnya, setiap dimensi profil pelajar Pancasila terdiri dari
beberapa elemen dan sebagian elemen dijelaskan lebih konkrit menjadi subelemen. Berikut
uraian terkait profil pelajar Pancasila.
Taksonomi Bloom dianggap merupakan dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Tiga
aspek kognitif yang meliputi mengingat (C1), memahami (C2) dan aplikasi (C3) menjadi
bagian dari keterampilan berpikir tingkat rendah atau Low Order Thinking Skill (LOTs),
sedangkan tiga aspek kognitif lainya yang meliputi analisa (C4), evaluasi (C5), dan
mencipta (C6) merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher
Order Thinking Skill (HOTs).
Tahapan pembelajaran di satuan PAUD untuk menstimulasi keterampilan berpikir
tingkat tinggi (HOTS) dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
pembelajaran berbasis proyek yang di laksnakan di PAUD AL-FA’IZIN dengan tahapan
berikut: tahap inspirasi, tahap eksplorasi, tahap kreasi dan tahap refleksi.

1. Tahap Inspirasi

Inspirasi adalah istilah yang berkaitan dengan alasan atau motivasi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Menurut KBBI, inspirasi adalah ilham atau imajinasi yang
berbentuk daya cipta atau kreativitas. Sementara itu, menurut English Collins
Dictionary, inspirasi adalah stimulasi atau gairah pikiran, perasaan, untuk aktivitas atau
kreativitas khusus atau tidak biasa.
Inspirasi merupakan motivasi terbaik untuk melalukan pekerjaan, belajar,
bersosialisasi dan beragam aktivitas lainnya. Hal ini yang menjadi dorongan seseorang
untuk terus berpikir kreatif. Inspirasi merupakan dorongan penting untuk bisa
melakukan sesuatu yang diinginkannya.
Pada tahap ini, anak-anak diperkenalkan dengan masalah yang akan
diselesaikannya pada proyek yang sebelumnya desepakati bersama. Inspirasi ini bisa
berupa mengamati langsung obyek, video, foto dan/atau buku cerita. Berdasarkan
isu/topik yang dibicarakan, pendidik bertanya dengan kalimat pematik tentang apa yang
mereka ketahui tentang topik. Hal ini merupakan pengetahuan awal anak-anak yang
perlu diketahui oleh pendidik berdasarkan teori konstruktifistik.

2. Tahap Eksplorasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Eksplorasi, disebut


juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan
dengan tujuan menemukan sesuatu Dalam dunia pendidikan anak usia dini anak di
stimulasi untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya dalam bermain untk
menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi anak.
Pada tahap ini, anak-anak bersama pendidik mencari informasi dari buku cerita
yang sudah dibacakan, Mencari tahu tentang konsep-konsep yang berkaitan dan yang
sudah diketahui anak sebelumnya, tetapi mereka belum begitu paham, Pada tahap ini
anak membangun pengetahuan baru dan memperkuat pengetahuan yang sudah dimiliki
anak mengenai sesuatu yang akan dipelajari, Setelah mendapat informasi yang
diperlukan, anak diajak untuk bereksplorasi dengan mendiskusikan tentang ide mereka,
kemudian menentukan bersama-sama alat dan bahan yang akan digunakan selama
bermain dengan proyek.

3. Tahap Kreasi

Menurut KBBI Kreasi adalah sebuah nomina (kata benda) dan merupakan
sebuah sinonim untuk kata karya. Kata ini diambil dari bahasa Latin berdasarkan kata
verba: creare yang artinya menciptakan. Pada tahap ini, anak-anak membangun,
mencoba dan menghasilkan karya berdasarkan idenya, Anak bekerja dalam kelompok
kecil menggunakan alat, bahan dan teknologi yang sebelumnya telah disepakati
bersama, Anak boleh menambahkan atau mengurangi alat dan bahan sesuai ide anak.

4. Tahap Refleksi

Menurut KBBI, Refleksi berarti bergerak mundur untuk merenungkan kembali apa
yang sudah terjadi dan dilakukan. Ini adalah suatu yang harus dilakukan dengan sadar
dan terencana. Pada tahap ini, anak-anak merefleksikan proses pembelajaran yang
mereka lalui dan menceritakan tentang hasilkaryanya.
Dalam hal ini pendidik menanamkan nilai-nilai profil pelajar pancasila dalam diri
anak, Menstimulasi dengan kalimat-kalimat pematik, menghargai hasil karya teman
lain, memahami tentang alam dan budaya sekitarnya, memahami tentang Sains,
teknologi, art dan matematika.
C. PRAKTEK MELATIH
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam Pelatihan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DALAM PELATIHAN (RP3)

Materi : Pembelajaran di Satuan PAUD


Sub Topik : Overview Perencanaan Pembelajaran
Tanggal : 31 Juni 2023
Narasumber : Emelda, S.Pd, M.Ed
Jam Pelajaran : 3 JP x 45 Menit
Tujuan Pelatihan :
1. Menyusun design pembelajaran sesuai dengan tujuan, bermakna, dan mengikut sertakan
anak
2. Melaksanakan pembelajaran yang dinamis, menumbuhkan kegemaran belajar dan
kemampuan bernalar kritis anak.
3. Merefleksi design dan praktik pembelajaran serta menindaklanjutinya.

WAKTU SLIDE KEGIATAN METODE

5 Menit Salam Pembuka • Ucapkan salam pembuka.


• Sampaikan judul materi “Overview
untuk Membuka jendela Perencanaan Pembelajaran”
1-3
pengetahuan, • Perkenalkan diri.
menyamakan persepsi • Jelaskan kaitan judul ini dengan judul
yang lainnya, (Modul Substansi Diklat
Dasar)
WAKTU SLIDE KEGIATAN METODE

15 menit
Menyampaikan tujuan • Sampaikan yang menjadi tujuan
4-5
pelatihan pelatihan

• Bina suasana Mengajak peserta untuk


brain break

15 Menit 6-7 Curah Pendapat • Menanyakan kepada peserta Apakah


selama ini sudah menyusun RPP yang
baik dan benar sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak?
• Menanyakan apa saja tugas guru dalam
PBM

Membahas tentang :
20 menit 8-12 Presentasi tentang materi
• Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
• Struktur Kurikulum Merdeka
• Karakteristik Pembelajaran di PAUD
• Level berpikir manusia

• Bina Suasana

25 menit 13-20 Presentasi tentang materi


Melanjutkan Pembahasan

• Dimensi Profil Pelajar Pancasila


• Memahami Proyek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila
• Tahapan Proyek Penguatan Profil pelajar
Pancasila
• Capaian pembelajaran
WAKTU SLIDE KEGIATAN METODE

20 menit 21-22 Tugas Kelompok


• Peserta dibagi 3 kelompok, masing-
masing membuar resume dimensi,
elemen profil pelajar pancasila,
kemudian menuliskannya pada
kertas plano yang telah disediakan.
• Merumuskan tujuan pembelajaran
berdasarkan dimensi profil pelajar
pancasila

15 menit Peserta Presentasi • Peserta mempresentasikan hasil


kelompok diskusi kelompok

15 menit 23 Sesi tanya Jawab • Berikan waktu kepada peserta untuk


bertanya terkait tentang materi yang
ada

• Sampaikan kesimpulan dari materi


15 Menit 24 Kesimpulan tersebut dengan menekankan pesan-
pesan pentingnya merencanakan
Penutup pembelajaran
Ucapan terima kasih, apresiasi dan
melakukan refleksi terhadap materi diklat
• Memberikan pesan bermakna serta
penghargaan atas partisipasi aktif
peserta pada kegiatan ini.
b. Resume Materi

Pembelajaran Di Satuan PAUD


Sub Topik Perencanaan Pembelajaran
Tahapan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Perencanaan merupakan bagian penting yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Penyusunan perencanaan hendaknya dilakukan oleh seluruh unsur
organisasi, sehingga rencana yang disusun menjadi milik semua unsur organisasi, dan menjadi
tanggung jawab bersama untuk melaksanakan dengan baik. Dengan demikian, tujuan yang
hendak dicapai dapat terwujud secara optimal. Perencanaan yang baik akan memandu proses
pelaksanaan kegiatan, termasuk evaluasi yang akan dilakukan. Oleh karena itu, perencanaan
hendaknya dibuat secara komprehensif, dan bahkan sampai pada perencanaan untuk proses
evaluasi. Perencanaan juga akan memandu semua unsur untuk mendapatkan kesepahaman
persepsi dan tujuan organisasi yang akan dicapai.
Satuan atau lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan salah satu organisasi
yang harus memiliki perencanaan, baik perencanaan lembaga secara utuh, maupun
perencanaan pembelajaran. Perencanaan tersebut dimaksudkan agar layanan pendidikan
berkualitas, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup anak usia dini, dalam hal ini adalah
optimalnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Penting sekali bagi pendidik PAUD untuk
merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk keberhasilan program
pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan. Apabila pendidik tidak merencanakan
pembelajaran dengan baik, sama artinya merencanakan kegagalan bagi pembelajaran itu
sendiri.
Perencanaan merupakan bagian penting yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan pembelajaran memberikan panduan kepada pendidik untuk
memastikan ketercapaian kompetensi anak, mewujudkan profil pelajar Pancasila. Karakteristik
pelajar Pancasila ada beriman dan bertaqwa kepadaTuhan yang Maha Esa, berkebhinekaan
global, gotong royong, bernalar kritis, kreatif dan mandiri. Profil pelajar Pancasila adalah
pengejawantahan dari tujuan pendidikan nasional, sehingga ini menjaiwai perencanaan
pembelajaran, termasuk juga proyek penguatan profil pelajar Pancasila.
Identifkasi Kebutuhan Pendidikan AUD saat ini dan masa depan
a. Landasan Yuridis
Berikut adalah landasan yuridis yang mendukung Kuikulum Merdeka yaitu:
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2023 tentang SIstem Pendidikan
Nasional;
2. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;
5. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor
55 Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan
Anak Usia Dini, jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini,
jenjang Pendidikan Dasa, dan jenjang Pendidikan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia
Dini, jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 21 tentang Standar Penilaian pada Pendidikan Anak Usia Dini;
10. Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 6565/B/GT/2020
tentang Model Kompetensi dalam Pengembangan Profesi Guru.

b. Landasan Teoritis
Pengembangan kurikulum berdasarkan teori perkembangan anak memahami bahwa
anak sebaga individu yang unik memiliki minat, kebutuhan, dan kecepatan yang berbeda.
Beberapa ahli perkembangan, seperti Erikson mengemukakan anak adalah makhluk yang
aktif dan penjelajah yang adatif, dan selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya.
Dengan demikian, pendidik perlu menyiapkan lingkungan yang aman, nyaman, dan
mendukung rasa ingin tahu anak.
Piaget dan Vigotsky juga percaya bahwa pembelajaran perlu melibatkan anak
dalam interaksi aktif antara diri dan lingkungannya. Diharapkan proses stimulasi akan
memberikan dampak yang optimal pada peningkatan karakter, keterampilan, maupun
pengetahuan anak. Stimulasi tersebut dilakukan pada semua aspek perkembangan anak,
baik dari aspek moral dan agama, fisik motorik, emosi, dan sosial, bahasa, dan kogntiif
melalui kegiatan bermain.

Filosofi Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara


Dunia pendidikan nasional tidak akan pernah lepas dari salah satu sosok yang sangat
berjasa dalam bidang pendidikan yaitu Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau lebih dikenal
dengan Ki Hajar Dewantara.
Beliau dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden Soekarno pada
tahun 1959 dan ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Bahkan sebagai
penghormatan terhadap beliau maka tanggal lahir beliau ditetapkan sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Beliau lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Pemikiran-pemikirannya dalam dunia
pendidikan sangat luar biasa, dan tidak akan pernah hilang ditelan jaman. Berikut ini implikasi
filosofri pendidikan Ki Hajar Dewantara bagi seorang guru.

Pertama : Pendidikan dan Kebudayaan


Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam
masyarakat kebangsaan. Pendidikan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan. Untuk
mencapai kebudayaan dan peradaban bangsa yang dicita-citakan maka pendidikan merupakan
landasan pembentukan peradaban bangsa. Dengan kata lain, pekerjaan kita sebagai
pendidik/guru bukan hanya pekerjaan melayani saat anak belajar di sekolah, memberikan
tugas-tugas pembelajaran, transfer ilmu pengetahuan, berupaya agar nilai siswa hasilnya baik,
dan sebagainya. Tapi lebih dari itu bahwa pekerjaan kita sebagai guru merupakan pekerjaan
untuk menjemput kebudayaan yang kita cita-citakan. Ini sungguh luar biasa karena ini adalah
pekerjaan untuk membangun sebuah peradaban. Untuk itu sebagai pendidik/guru kita harus
melakukan upaya terbaik, dengan sekuat tenaga dan pikiran untuk kita curahkan pada proses
pendidikan anak-anak bangsa.
Kedua : Pendidikan dan kebudayaan adalah hal yang dinamis
Pendidikan dan kebudayaan adalah hal yang dinamis, selalu berubah dan bergerak sesuai
kodrat alam dan kodrat zaman. Pendidikan tidak boleh statis karena pendidikan harus dapat
menjawab tuntutan zaman. Kita sebagai guru juga harus berani berubah. Kita tidak boleh
merasa nyaman dengan apa yang sudah kita lakukan terhadap anak didik kita. Kita harus selalu
mencari hal yang baru, belajar hal yang baru untuk kita persembahkan kepada anak didik kita.
Kita harus menjadi guru yang transformatif, bergerak dan tidak menjadi guru jadul. Zaman
sudah berubah. Guru pun harus memberikan pelayanan pendidikan sesuai tuntutan zaman.
Ketiga : Guru itu menuntun
Guru menuntun segala kodrat yang ada pada anak. untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan dan Pendidik yang memandang anak dengan rasa
hormat. Semua yang kita lakukan di bidang pendidikan harus berorientasi penuh pada
anak/siswa. Ki Hajar Dewantara menyebutkan asas dari Taman Siswa yaitu “Bebas dari segala
ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak untuk meminta suatu hak namun untuk
berhamba pada sang anak”.
Ini artinya bahwa orientasi pada anak adalah hal yang paling utama dan esensial bagi kita
para pendidik. Asas tersebut sungguh menggetarkan hati, betapa untuk mendidik sebuah
generasi memerlukan ketulusan hati tanpa pamrih dan berupaya melakukan semua yang terbaik
demi anak didik menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, tangguh dan bijaksana.
Keempat : Cipta, Karsa dan Karya
Pendidikan adalah perubahan budi pekerti: Budi = cipta, rasa, karsa (pikiran, rasa,
kemauan), Pekerti = tenaga/raga
Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, perubahan cipta, rasa dan karsa harus
seimbang. Sebagai pendidik/guru kita mempunyai peran yang sangat besar dalam membantu
mereka untuk olah cipta (menajamkan pikiran), olah rasa (menghaluskan rasa), olah karsa
(memperkuat kemauan) dan olah raga (menyehatkan jasmani). Pendidikan itu harus holistik
dan seimbang. Jika kita sebagai guru melakukan pendidikan yang seimbang maka akan dapat
menghadirkan generasi yang penuh dengan kebijaksanaan.
Kelima : Berpihak pada anak
Pendidikan harus memenuhi tumbuh kembang anak. Anak tidak ada yang sama, bahkan
kembar identik sekalipun. Anak-anak berkembang sesuai keunikannya sendiri. Mereka pun
memiliki kemampuan yang berbeda, kecepatan belajar yang berbeda pula. Sebagai
pendidik/guru, maka harus benar-benar memahami hal tersebut. Mereka tidak bisa dipaksakan
untuk menguasai semua kompetensi yang ada. Kitalah sebagai gurunya yang harus mampu
memunculkan keunikan pribadi yang menjadi bakatnya untuk kemudian dikembangkan
menjadi suatu kelebihan yang membawa manfaat bagi dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
Kita fasilitasi mereka untuk mengoptimalkan potensinya sesuai dengan keunikannya masing-
masing.
Keenam : Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani
Guru sebagai aktor, motivator, fasilitator bagi peserta didiknya. Pembelajaran bermakna
akan tercipta jika iklim kelas kondusif dan peserta didik dapat belajar sesuai minat dan
bakatnya tanpa adanya intimidasi. Hal tersebut dikemukakan sesuai konsep “merdeka
belajar". Pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan dan pengajaran yaitu sesuai
dengan slogan pendidikan di Indonesia. Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso,
Tut Wuri Handayani. Artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di
belakang memberi dorongan. Contoh sederhana yaitu sebagai guru, kita harus mencontohkan
attitude yang baik di depan atasan, rekan, siswa dan orang tua siswa. Guru memberi semangat,
menjadi motivator untuk siswa-siswinya. Guru mendorong kepada siswa-siswinya dapat
berkembang sesuai potensi yang dimilikinya.

Keterampilan Berpikir Manusia


Teknologi yang berkembang pesat saat ini diikuti pula dengan munculnya pesaingan antar
negara di berbagai bidang termasuk didalamnya juga munculnya permasalahan-permasalahan
yang semakin tidak sedikit dan rumit. Kondisi ini tentunya menuntut generasi muda termasuk
di dalamnya anak usia dini lebih kreatif, produktif, dan kompetitif. Anak usia dini berada dalam
proses tumbuh kembang, mengalami perubahan kemampuan belajar dengan menguasai tingkat
yang lebih tinggi pada aspek gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama
maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya (Ernawulan S, 2011). Menjadi
tantangan tersendiri bagi anak usia dini untuk memiliki keterampilan berpikir yang tidak hanya
mengaplikasikan apa yang sudah dipahami, namun juga mampu melakukan analisis, evaluasi
dan bahkan melakukan sintesis dari suatu permasalahan guna mendapatkan solusi terbaik.
Inilah yang menjadikan pentingnya mempersiapkan pada anak usia dini untuk menyikapi
perubahan yang terjadi dengan memiliki ketrampilan abad 21. Ketrampilan yang harus dimiliki
menurut Fadel (2008) adalah: kreativitas (Creativity), kemampuan berpikir kritis (Critical
Thinking) kemampuan berkolaborasi (Colaboration) juga kemampuan berkomunikasi
(Communication). Dalam sebuah penelian yang dilakukan ATC21S (Assessment & Teaching
of 21st Century Skills) yang terdiri dari 250 peneliti dari 60 institusi dunia, membagi
kecakapan abad 21 ke dalam 4 kategori. Standar kompetensi lulusan yang berbasis pada
kompetensi pembelajaran abad 21 seperti tertuang dalam Permendikbud No.21 Tahun 2016
menekankan pada kemampuan peserta didik menggali informasi dari berbagai sumber,
melakukan perumusan masalah, kemampuan berfikir analitis, kerjasama serta kemampuan
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Guna menghadapi tuntutan abad 21, seseorang yang memiliki ketrampilan berpikir
mampu menerapkan pengetahuan yang didapatkan dan mengolahnya untuk menemukan solusi
bahkan menemukan jawaban dari permasalahan yang muncul. Saat permasalahan yang
dimiliki terlalu kompleks dan tidak terselesaikan, menjadi dasar dibutuhkannya ketrampilan
berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikannya. Perlunya adanya perubahan cara
pembelajaran termasuk pada anak usia dini yang menurut Tan (2003) disiapkan guna
menghadapi abad 21 dengan kemampuan: Belajar mandiri, Mencari informasi, Menggunakan
tantangan dunia nyata, Menggunakan permasalahan tidak terstruktur, Kontekstualisasi
pengetahuan, Menggunakan ketrampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTs), Siswa menentukan lindkup dan isu pembelajaran, Pembelajaran teman sejawat,
Evaluasi oleh teman sejawat, Kerja kelompok, Pembelajaran multi-disiplin, Penilaian
ketrampilan proses.
Benjamin S. Bloom, M. D. Engelhart, E. J. Furst, W. H. Hill dan D. R. Krathwohl pada
tahun 1965, mengenalkan sebuah konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taksonomi
Bloom. Taksonomi Bloom adalah struktur hirarki dengan mengklasifikasikan keterampilan
atau skill mulai dari tingkat renda (sederhana) hingga tingkat yang lebih tinggi (kompleks).
Benjamin S. Bloom dalam kerangka konsep, membagi tujuan pendidikan menjadi tiga
domain atau ranah kemampuan intelektual yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
ranah kognitif terdapat enam kategori yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan
evaluasi (evaluation) (Utari, 2011).

Integrasi keterampilan dalam program pembelajaran akan mendukung anak memperoleh


dan menguasai keterampilan secara eksplisit, agar hidup tidak menemui banyak kesulitan
dengan kemampuan anak beradaptasi pada situasi baru, mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri, mengemukakan ide serta merefleksikan bagaimana usaha anak mempengaruhi orang
lain. Kedepan anak diharapkan dapat memberikan reaksi positif pada perubahan yang tak
terhindarkan di sekitar mereka dan memecahkan masalah yang timbul. Tantangan terbesar
adalah bagaimana mengembangkan pembelajaran, khususnya yang menuntut keterampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTs) yaitu bagaimana anak dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dengan menganalisa, bagimana usaha untuk mencari solusi, melakukan berbagai cara dalam
menyelesaikannya dan melihat apakah usaha yang dilakukan tepat.
Realita yang dijumpai, masih banyak pendidik atau guru yang belum memahami dan
memberikan stimulasi yang tepat dalam perkembangan anak usia dini. Guru masih
menggunakan keterampilan berpikir tingkat rendah atau Low Order Thingking Skills (LOTs).
Kemampuan ini hanya menggunakan kemampuan mengingat, memahami dan mengaplikasi
(Ridwan A, 2019). Guru masih memandang bahwa ketika memberikan materi sebanyak-
banyaknya kepada anak dan meminta mereka untuk mengingatnya menjadi tugas utama
mereka. Masih dijumpai guru yang tidak menyadari bahwa banyak hal terlewat dipelajari anak
saat guru tidak memberikan aktivitas menantang dan melibatkan anak dalam proses
memperoleh pengetahuannya. Selama ini pembelajaran bagi anak usia dini lebih
mengutamakan pada calistung sehingga perlu perubahan pembelajaran yang memfasilitasi
anak berpikir secara bebas, mengembangkan ide -ide dalam proses menemukan solusi dari
permasalahan yang dihadapi. Dominasi guru inilah yang membuat kesempatan anak untuk
aktif berpikir menjadi sangat tidak terfasilitasi. Akibat terbesar adalah anak mengalami
kesulitan bahkan tidak mampu menyelesaikan persoalan yang membutuhkan ketrampilan
berpikir tingkat tinggi mereka terlebih saat anak diminta untuk memunculkan ide baru atau
inovasi. Upaya dilakukan yaitu dengan melakukan transformasi pembelajaran dari LOTs
menjadi HOTs dan mengintegrasikan HOTs kedalam pembelajaran dalam hal ini pembelajaran
anak usia dini.
Ketrampilan berpikir tingkat tinggi (HOTs) mencakup kemampuan berpikir kritis,
berpikir kreatif, problem solving dan membuat keputusan (Lewis & Smith, dalam Ridwan A.S,
2019, h.3). Keterampilan ini dapat dilatih dan berkembang dengan dukungan pembelajaran
yang sesuai dan dapat mendorong anak mengembangkan kemampuan terutama kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa
disiplin ilmu pengetahuan bagi anak usia dini yaitu pembelajaran dengan pendekatan STEAM
(Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics). STEAM dijelaskan Irmatani.L, dkk
(2019) sebagai pendekatan pembelajaran yang mampu menstimulasi keingintahuan dan
motivasi anak memiliki keterampilan pemecahan masalah, kerjasama, belajar secara mandiri
melalui pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis tantangan dan penelitian.
Pembelajaran dengan pendekatan STEAM membutuhkan ketrampilan berpikir berpikir tingkat
tinggi (HOTs) karena anak akan dihadapkan pada kegiatan yang menuntut kemampuan dalam
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, merancang hingga mampu
mengkomunikasikan apa yang sudah dihasilkan (Yuliati. S, 2020).
Untuk itu, tulisan ini bertujuan memberikan gambaran bagaimana menyiapkan
pendidikan yang membekali anak usia dini dengan keterampilan yang dibutuhkan sebagai
inovator sukses dalam dunia kerja abad 21 menggunakan konsep pembelajaran STEAM untuk
mengembangkan keterampilan HOTs pada pendidikan anak usia dini dini melalui perencanaan
pembelajaran.
c. Bahan Ajar (PPT)
d. Soal Tes

Jawablah pertanyaan berikut dengan cara menyilang (x) memilih satu jawaban yang
benarr a,b,c, atau d

1. Salah satu tugas guru dalam Proses Belajar Mengajar………….


a. Merencanakan Proses Pembelajaran
b. Menyiapkan Lembar Kerja Anak
c. Datang ke sekolah tepat waktu
d. Mengandalkan kepala sekolah menyusun RPP

2. Berikut adalah karakteristik pembelajaran di PAUD, kecuali…


a. Mendukung terbentuknya kesejahteraan diri (well-being) anak;
b. Menghargai dan menghormati anak
c. Pendidik memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif agar terbangun sikap
pembelajar mandiri
d. Mendorong rasa ingin tahu anak

3. Pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik,
serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra disebut sebagai pembelajaran
yang…
a. Konkret
b. Memudahkan
c. Menyenangkan
d. Relevan

4. Berikut ini yang merupakan dimensi Profil Pelajar Pancasila adalah..., kecuali
a. Nilai agama dan Moral
b. Berkebinekaan Grobal
c. Mandiri
d. Berpikir Kritis

5. Strategi pembelajaran yang berpusat pada anak memberikan ruang yang luas bagi
anak untuk menumbuhkan ….
a. Tanggung Jawab
b. Kemandirian
c. Membangun Pengalaman Belajar yang Bermakna
d. Semua benar
6. Diantara pernyataan berikut yang merupakan Kemampuan berpikir tingkat tinggi
(HOTS) adalah…
a. Berpikir kritis
b. Berpikir Kreatif
c. Problem solving
d. Semua benar

7. Perencanaan pembelajaran yang menunjukkan keterkaitan antara kegiatan yang dipilih


dengan tujuan pembelajaran dan adanya bentuk asesmen untuk menilai ketercapaian
dari tujuan adalah peencanaan pembelajaran yang ….
a. Tepat
b. Dinamis
c. Efektif
d. Efesien

8. Yang merupakan level berpikir tingkat rendah (LOTS) menurut Taxonomi Bloom
adalah, kecuali
a. Mengingat
b. Memahami
c. Menganalisa
d. Mengaplikasikan

9. Yang merupakan level berpikir tingkat tinggi (HOTS) menurut Taxonomi Bloom
adalah, kecuali
a. Menganalisa
b. Mengaplikasikan
c. Mengevaluasi
d. Mencipta

10. Dalam pembelajaran berbasis proyek anak-anak bersama pendidik mencari informasi
dari buku cerita yang sudah dibacakan. Tahap ini merupakan tahap....
a. Tahap Inspirasi
b. Tahap eksplorasi
c. Tahap kreasi
d. Tahap refleksi
e. Foto Pelaksanaan Pelatihan
f. Refleksi diri Pelatihan yang dilakukan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan tepat


1. Apakah ada hal hal yang baru yang menginspirasi Bapak/Ibu dari Bimtek ini?
2. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan atau alami saat mengikuti Bimtek ini
sesuai harapan?
3. Hal apa menurut Bapak/Ibu perlu lakukan untuk menigkatkan kompetensi diri agar
menjadi pelatih Nasional Profesional?
4. Apakah rencana yang akan Bapak/Ibu lakukan setelah menerima materi dan
mengikuti Bimtek ini?
BAGIAN III PENUTUP

KESIMPULAN

Perencanaan merupakan bagian penting yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Perencanaan pembelajaran memberikan panduan kepada pendidik
untuk memastikan ketercapaian kompetensi anak, mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Karakteristik pelajar Pancasila ada beriman dan bertaqwa kepadaTuhan yang Maha Esa,
berkebhinekaan global, gotong royong, bernalar kritis, kreatif dan mandiri. Profil pelajar
Pancasila adalah pengejawantahan dari tujuan pendidikan nasional, sehingga ini
menjaiwai perencanaan pembelajaran, termasuk juga proyek penguatan profil pelajar
Pancasila.
Perencanaan pembelajaran disusun agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai
tujuannya, yaitu pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Menyusun
perencanaan pembelajaran merupakan salah satu tugas profesional pendidik. Guna
menghadapi tuntutan abad 21, seseorang yang memiliki ketrampilan berpikir mampu
menerapkan pengetahuan yang didapatkan dan mengolahnya untuk menemukan solusi
bahkan menemukan jawaban dari permasalahan yang muncul. Saat permasalahan yang
dimiliki terlalu kompleks dan tidak terselesaikan, menjadi dasar dibutuhkannya
ketrampilan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikannya. Perlunya adanya
perubahan cara pembelajaran termasuk pada anak usia dini.
Taksonomi Bloom merupakan dasar bagi berpikir tingkat tinggi. Tiga aspek kognitif
yang meliputi mengingat (C1), memahami (C2) dan aplikasi (C3) menjadi bagian dari
keterampilan berpikir tingkat rendah atau Low Order Thinking Skill (LOTs), sedangkan
tiga aspek kognitif lainya yang meliputi analisa (C4), evaluasi (C5), dan mencipta (C6)
merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking
Skill (HOTs).
Integrasi keterampilan dalam program pembelajaran akan mendukung anak
memperoleh dan menguasai keterampilan secara eksplisit, agar hidup tidak menemui
banyak kesulitan dengan kemampuan anak beradaptasi pada situasi baru, mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri, mengemukakan ide serta merefleksikan bagaimana
usaha anak mempengaruhi orang lain. Kedepan anak diharapkan dapat memberikan
reaksi positif pada perubahan yang tak terhindarkan di sekitar mereka dan memecahkan
masalah yang timbul. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengembangkan
pembelajaran, khususnya yang menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTs)
yaitu bagaimana anak dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan menganalisa,
bagimana usaha untuk mencari solusi, melakukan berbagai cara dalam menyelesaikannya
dan melihat apakah usaha yang dilakukan tepat. Karena itu diperlukan mengintegrasikan
tahapan berpikir manusia tersebut dalam perencanaan pembelajaran anak usia dini.

Anda mungkin juga menyukai