Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR


ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI

DISUSUN OLEH:

NAMA : UMBU KERUNG PAMARA


NIM : 113220243
PLUG :M

LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR
ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Fluida Reservoir


Minggu Kedua ”Analisa Kimiawi Air Formasi” , Tahun Akademik 2023/2024,
Program Studi S1 Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

DISUSUN OLEH:
NAMA : UMBU KERUNG PAMARA
NIM : 113220243
PLUG :M

Disetujui untuk Pratikum Analisa Fluida Reservoir


Program Studi S1 Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta

Disetujui untuk Laboratorium


Analisa Fluida Reservoir
Oleh:
Asisten Praktikum

Fahri Amrullah
NIM. 113200015
9.6 PEMBAHASAN
Pratikum yang dilakukan pada minggu ketiga acara kedua berjudul Analisa
Kimiawi Air Formasi yang bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang saling
bercampur di dalam air formasi dan mengetahui sifat dari air formasi (asam atau
basa) serta dapat dianalisa lebih lanjut problem yang mungkin terjadi seperti
problem korosif atau pengendapan scale. Serta mengetahui treatment yang tepat
untuk mengatasi problem yang terjadi. Percobaan yang dilakukan adalah
menentukan pH, alkalinitas, kandungan kalsium, magnesium, barium, sulfat, ferro,
klorida, sodium, dan perhitungan indeks stabilitas kalsium karbonat. Air formasi
berasal dari air formasi lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktivitasnya
yang disebabkan oleh penyemenan yang kurang baik dan kebocoran casing yang
disebabkan oleh korosi pada casing, sambungan yang kurang baik dan pengaruh
gaya tektonik bumi / patahan.
Prinsip kerja yang digunakan pada praktikum kali ini adalah menggunakan
titrasi. Titrasi merupakan metode kimia yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikannya melalui larutan lain yang
sudah diketahui konsentrasinya.
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum kali yaitu burret dan statiff
yang masih-masing memiliki prisnip kerja tirasi, gelas ukur, labu erlenmayer, gelas
beker, corong, kertas lakmus, pipet, magnesium, calcium, dan sulfat instan test.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu sampel air formasi, indikator
Phenolphtalein (PP), indikator methyl orange (MO), larutan H2SO4, larutan
AgNO3, dan K2CrO4.
Langkag percobaan pada pratikum kali ini yaitu diawali dengan melakukan
pengamatan fisik terhadap bau, rasa dan warna. Setelah itu baru dilakukan
penentuan kadar pH air formasi menggunakan kertas lakmus dengan cara
menuangkan air formasi secukupnya kedalam gelas beker dan mencelupkan kertas
lakmus kedalam sampel air formasi tersebut, lalu diamati perubahan warna yang
terbaca pada indikator lakmus. Pada percobaan kadar kalsium, langkah pertama
diawali dengan mengambil 5 ml air formasi dan memasukkan kedalam tube,
kemudian menambahkan 10 tetes cairan Ca -1 dan larutan akan berubah menjadi
warna merah muda dan memasukkan juga 2 sendok Ca-2 ke dalam tabung dan
diaduk, campuran kemudian akan berubah menjadi ungu, lalu mengisi mini buret
dengan Ca-3, dan menitrasi sampai warna berubah menjadi ungu, dan mencatat
volume Ca-3 yang digunakan. Selanjutnya, langkah percobaan penentuan kadar
klorida diawali dengan memindahkan 5 ml air formasi ke erlenmeyer, kemudian
tambahkan 3 tetes K2CrO4 dan amati perubahan warna larutan menjadi kuning
bening. Kemudian dilanjutkan dengan mentitrasikan lagi menggunakan larutan
AgNO3, sambil digoncangkan hingga teramati perubahan warna dan teramati
adanya endapan berwarna putih. Setelah itu, lakukan pencatatan total volume
AgNO3 yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kandungan
magnesium diawali dengan mengambil 1 tetes air formasi kemudian
memasukkannya kedalam tube A dan menambahkan larutan Mg-1 kedalam tube A
hingga batas 5 ml. Lalu, mengambil 2 tetes larutan dari tube A dan memasukkannya
kedalam tube B lalu memasukkan 10 tetes Mg-1 kedalam tube B dan aduk hingga
tercampur dan memasukkan Mg -2 kedalam tube B sebanyak 10 tetes dan amati
perubahan warna dan membandingkannya dengan indikator warna yang tersedia.
Selanjutnya alkalinitas diawali dengan mengambil sampel air formasi pada gelas
titrasi sebanyak 10 ml kedalam gelas beker. Kemudian tambahkan dengan indikator
MO ke dalam larutan tadi sebanyak 3 tetes dan amati perubahan warna larutan
menjadi orange dari merah muda. Setelah itu, lakukan titrasi lagi menggunakan
H2SO4 sampai larutan berubah bewarna orange muda dan diikuti dengan melakukan
pencatatan volume total H2SO4 yang digunakan.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil pengamatan dan
perhitungan antara lain sifat fisik air formasi berbau tidak sedap, rasa asam,
berwarna bening, dan memiliki pH 5 atau asam. Kemudian didapatkan jumlah anion
sebesar 29,47 dan jumlah kation 4,92 dan jumlah total ionic strength sebesar
0,0328. Selain itu, diperoleh pula harga SI pada temperature 0℃ sebesar -3,2; 10℃
sebesar -3,1; 20℃ sebesar -2,8; 30℃ sebesar -2,7; 40℃ sebesar -2,4; 50℃ sebesar
-2,24; 60℃ sebesar -2,08; 70℃ sebesar -1,88; 80℃ sebesar -1,8; 90℃ sebesar -0,6
dan 100℃ sebesar -0,6. Berdasarkan hasil percobaan dan perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh nilai yang negatif sehingga problem air formasi yang terjadi
pada suhu tersebut adalah korosi.
Dari data diatas kita dapat melakukan pengamatan diagram SI yang
menunjukkan angka negatif dan semakin meningkat. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa ketika suhu fluida semakin meningkat, maka air formasi
cenderung menyebabkan korosi. Namun, problem scale juga mungkin terjadi
karena adanya faktor luar dalam rentang waktu yang cukup lama. Oleh karena itu,
diperlukan juga tindakan pencegahan untuk mencegah terjadinya scale. Dengan
demikian, melalui pembacaan terhadap diagram stiff, dapat disimpulkan apabila
harga anion cenderung ke arah negatif, berarti cenderung bersifat asam yang dapat
menyebabkan korosi.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kandungan
anion dan kation yang terkandung di dalam air formasi. Dimana dengan
diketahuinya kandungan anion atau kation yang ada pada air formasi maka dapat
diidentifikasi air formasi bersifat asam, basa, atau stabil. Dengan demikian dapat
diketahui potensi air formasi untuk mengakibatkan problem korosi jika air bersifat
asam dan juga akan mengakibatkan scale jika air bersifat basa. Agar laju produksi
berjalan lancar dan normal, kedua problem tersebut harus treatment sedemikian
rupa. Apabila terjadi problem korosi dapat dilakukan dengan menginjeksikan
corossion inhibitor dan penggantian peralatan surface facilities yang telah
terindikasi korosif dan juga melapisi flowline menggunakan bahan stainlessteal
atau zink. Namun jika terjadi problem scale, maka dapat dicegah dengan melakukan
pengijeksian scale inhibitor. Selain itu, dapat juga ditanggulangi dengan
menginjeksikan asam. Apabila problem scale tersebut terjadi pada flowline, maka
dapat dilakukan dengan menggunakan pigging.
9.7 KESIMPULAN
1. Pratikum kali ini berjudul Analisa Kimiawi Air Formasi.
2. Tujuan percobaan pada pratikum kali ini yaitu untuk mengetahui unsur-
unsur yang saling bercampur di dalam air formasi dan mengetahui sifat
dari air formasi (asam atau basa) serta dapat dianalisa lebih lanjut
problem yang mungkin terjadi seperti problem korosif atau
pengendapan scale. Serta mengetahui treatment yang tepat untuk
mengatasi problem yang terjadi.
3. Prinsip kerja yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
menggunakan titrasi. Titrasi merupakan metode kimia yang digunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara
mereaksikannya melalui larutan lain yang sudah diketahui
konsentrasinya.
4. Hasil perhitungan antara lain, sebagai berikut:
 0 oC = -3,2
 10 oC = -3,1
 20 oC = 2,8
 30 oC = 2,7
 40 oC = -2,4
 50 oC = -2,24
 60 oC = -2,08
 70 oC = -1,88
 80 oC = -1,8
 90 oC = -0,6
 100 oC = -0,6
5. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah untuk menentukan potensi
terjadinya korosi maupun scale yang dapat menyebabkan kerusakan
pada peralatan produksi. Sehingga, dapat dilakukan langkah
pencegahan terjadinya korosi maupun scale terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai