DOSEN PEMBIMBING
KHODIJAH AL QUBRO,
S.T.,M.T
Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Ayuni Patrisia (2020250055)
2. Yeyen Fitria (2020250075)
3. Muhamad Rafi Kenedi (2020250001)
Assalamu’alaikum.wr.wb
Alhamdullilah puji syukur kehadiran allah swt yang telah memberikan hidayah
dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar jalan kereta api ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar
Muhammad saw yang telah membawa kita di zaman kegelapan sehingga zaman terang
menderang yang kita rasakan saat ini.
Penyusunan tugas besar ini berdasarkan materi yang didapatkan sesuai dengan
peruntukan tugas besar jalan kereta api, dengan judul “Dampak lingkungan akibat
rel kereta api pada permukiman pada penduduk yang pada di stasiun kereta api
Palembang”
Tujuan tugas besar ini adalah sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah
jalan kereta api program studi teknik sipil universitas indo global mandiri Palembang
Kami menyadari bahwa tugas besar yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna, mungkin saja terdapat kekurangan dalam penyusunan,penulisan ataupun
materi pembahasan baik dari gaya bahasa atau kata kata yang kami gunakan kurang
tepat,oleh karena itu para pembaca dan pakar atau ahli dalam bidang pembahasan ini
kami minta maaf,karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt.,semata, Kami akhiri
Waalaikumu’sallam, wr.wb
Perencana.
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................................................4
1.4. Manfaat Tugas..................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................6
2.1. Pengertian Singkat Mengenai jalur Kereta api di Prabumuli - Kertapati Palembang.......................6
2.2. Definisi Dampak Lingkungan Akibat Kebisingan Rel Kereta Api...................................................6
2.2. Tugas dan Fungsi Kereta api.............................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................................8
3.1. Pengertian kebisingan kereta api......................................................................................................8
3.2. Sumber Bising Kereta Api................................................................................................................8
3.3. Dampak kebisingan terhadap permukiman masyarakat....................................................................9
A. Pemukiman pinggiran rel kereta api Kertapati Palembang..........................................................9
B. Dampak getaran pada kesehatan................................................................................................10
3.4. Tindakan yang dilakukan KAI Palembang.....................................................................................11
A. Tindakan yang bisa dilakukan oleh KAI terhadap tingkat kebisingan.......................................11
B. Pengendalian kebisingan............................................................................................................12
C. Pengendalian kebisingan pada manusia.....................................................................................12
D. Pemetaan Kebisingan.................................................................................................................12
3.5. Tanggapan masyarakat terhadap kepadatan permukiman di stasiun...............................................12
BAB IV.....................................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................13
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Apa tindakan yang dilakukan KAI untuk mengurangi tingkat kebisingan lingkungan
pada permukiman tersebut ?
1.3. Tujuan
Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam tugas ini adalah :
1. Untuk mengetahui dampak dari kebisingan terhadap permukiman sekitar rel kereta api
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Singkat Mengenai jalur Kereta api di Prabumuli - Kertapati Palembang
Jalur kereta api Prabumuli-Kertapati beserta stasiun-stasiunnya diresmikan pada tanggal
1 November 1915 oleh Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen (ZSS), divisi dari Staatsspoorwegen
(SS). Pembangunan diarahkan ke Kota Palembang, dengan dibagi menjadi dua wilayah kerja
yaitu Lampung dan Palembang. Pada tanggal 22 Februari 1927 Palembang dan Bandar
Lampung akhirnya bisa terhubung, dengan ditandainya peresmian segmen ke arah Blambangan
Umpu oleh Kepala Jawatan SS.[3] Dengan menggunakan lebar sepur 1.067 mm, ZSS berhasil
membangun jalur kereta api di rute Palembang–Bandar Lampung sejauh 529 kilometer.
Kesuksesan yang diraih SS menginspirasi perusahaan ini untuk menyusun masterplan agar
seluruh wilayah Sumatra terhubung dengan rel kereta api, tetapi Depresi Besar (zaman malaise)
yang terjadi di akhir dekade 1920-an menyebabkan rencana ini gagal
Nilai kebisingan lingkungan yang sangat tinggi akibat kereta api memberikan dampak
yang tidak nyaman bagi pemukiman yangberada dipinggir rel kereta api. Peraturan Pemerintah
tentang Perkeretaapian mengatur bahwa jarak antara ruang manfaat jalur kereta api dengan
5
pemukiman penduduk minimum adalah 15 meter. Namun berdasarkan pengukuran nilai tingkat
kebisingan lingkungan yang telah dilakukan pada tugas akhir ini, pendirian bangunan pada
jarak tersebut masih menghasilkan nilai kebisinganlingkungan yang tinggi yaitu 69 dBA. Untuk
mengurangi tingkat kebisingan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemasangan noise barrier
atau penambahan jarak pendirian bangunan dengan rel kereta api. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan jarak minimum agar nilai tingkat kebisingan lingkungan dapat memenuhi
standar atau berada dalam batas toleransi baku mutu tingkat kebisingan yaitu pada jarak 180
meter. Pada jarak tersebutnilai LSM sebesar 58 dBA
Fungsi
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
4. Kebisingan roda akibat interaksi antara roda dengan permukaan rel
Salah satu kelompok yang menerima dampak tingkat kebisingan dan getaran kereta api
ketika beroperasi adalah ibu rumah tangga yang tinggal di pemukiman pinggiran rel kereta api.
Paparan kebisingan dan getaran dari kereta api ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan, salah satunya adalah hipertensi yang ditandai dengan
naiknya tekanan darah. Selain kebisingan dan getaran dari kereta api, terdapat beberapa faktor
lain yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah, yaitu faktor individu berupa
usia, riwayat penyakit, dan riwayat keturunan, faktor perilaku yang terdiri dari merokok,
konsumsi minuman alkohol, dan konsumsi kopi, serta faktor pemaparan yang terdiri dari lama
terpapar dalam satu hari dan lama tinggal. Dari beberapa faktor yang telah disebutkan, peneliti
memilih variabel yang dinilai sebagai variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan tekanan darah pada ibu rumah tangga yaitu tingkat kebisingan dan getaran. Selain
itu juga terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada ibu
rumah tangga yang tinggal di sekitar rel kereta api yaitu faktor individu yang terdiri dari usia,
riwayat penyakit, dan riwayat keturunan, faktor perilaku yaitu kebiasaan konsumsi kopi dan
garam, serta faktor pemaparan yaitu lama tinggal. Ibu rumah tangga merupakan anggota
keluarga yang paling sering terpapar kebisingan di area pemukiman sekitar rel kereta api,
karena ibu rumah tangga hampir melakukan semua aktivitasnya di rumah. Sehingga ibu rumah
tangga menjadi sasaran dalam penelitian ini.
8
A. Pemukiman pinggiran rel kereta api Kertapati Palembang
Pada area pemukiman pinggiran rel kereta api, memiliki dua karakteristik yaitu:
1. Permukiman Permanen
Permukiman permanen adalah permukiman yang dibangun di sekitar wilayah yang
berada di belakang pagar pembatas rel kereta api dengan menggunakan batu bata dan
batako sebagai bahan bangunannya. Permukiman tersebut tidak memenuhi persyaratan
administratif karena tidak mempunyai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) mereka hanya
memiliki surat Hak Guna Bangunan (HGB) dan membayar sewa atas tanah yang
digunakan kepada PT. KAI.
2. Permukiman Non-Permanen
Permukiman non-permanen merupakan permukiman di pinggiran rel kereta api,
terutama di dekat palang perlintasan kereta api. Bangunan rumahnya sebagian besar
terbuat dari seng dan tidak layak huni.
3. Mengurangi konsentrasi. Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara atau
permanen. Tuli akibat kebisingan
4. Tercemarnya lingkungan permukiman yang diakibatkan oleh asap dan debu ketika
kereta api melintas di daerah permukiman.
9
Sumber Bising Kereta Api Sumber bising kereta api dihasilkan oleh gerakan kereta api yang
melintas. Sumber bising tersebut berasal dari :
2. Kebisingan dari peralatan (misalnya kipas angina, mesin, sistem pendingin atau
kompresor),
3. Kebisingan aerodinamis, dan 4. Kebisingan roda akibat interaksi antara roda dengan
permukaan rel
1. Denyut jantung meningkat 10-15 denyut per menit pada kondisi eksperimen yang
normal, tanpa memperhatikan frekuensi dan denyut jantung akan pulih pada
pemajanan yang berkelanjutan.
2. Tekanan darah meningkat pada frekuensi 5 Hz dan menurun pada frekuensi 10-
20 Hz.
5. Belum atau tidak terdapat bukti yang jelas tentang efek getaran pada ginjal,
darah, dan kelenjar endokrin pada tingkat pemaparan yang sedang.
Maka ini lah tindakan KAI bagaimana menganggulanginya dan mengendalikan kebisingan
tersebut agar tidak mengganggu lagi. Berikut ini tindakan mengendalikan kebisingan tersebut:
2. Pengendalian Kebisingan
Secara umum pengendalian kebisingan dilakukan pengurangan dan pengendalian
tingkat bising yang dapat dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu
3. Pengendalian pada sumber
B. Pengendalian kebisingan
1. Perlindungan pada peralatan, struktur, dan pekerja dari dampak bising.
Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber.Reduksi kebisingan pada
11
sumber biasanya memerlukan modifikasi atau mereduksi gaya-gaya penyebab getaran
sebagai sumber kebisingan dan mereduksi komponen-komponen peralatan.
Pengendalian kebisingan pada sumber relatif lebih efisien dan praktis dibandingkan
dengan pengendalian pada lintasan/rambatan dan penerima.
D. Pemetaan Kebisingan
Pemetaan kebisingan adalah suatu sketsa peta wilayah yang berwarna sesuai dengan
tingkat kebisingan di daerah yang diukur tingkat kebisingannya. Tingkat kebisingan
dapat ditunjukkan oleh garis kontur yang menunjukkan batas-batas antara tingkat
kebisingan yang berbeda di suatu wilayah. Tingkat kebisingan di beberapa lokasi
sampling akan berbeda. Hal ini dikarenakan karena adanya perbedaan banyaknya
transportasi yang lalu lalang di sekitar lokasi. Tingginya tingkat kebisingan berada pada
jamjam puncak karena banyaknya aktivitas lalu lalang transportasi.
13
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan mengenai kebisingan dan
dampak pengaruh rel kereta api di permukiman masyarakat di kertapati palembang
adalah tidak bisa di hindari bahwasanya banyak sekali penduduk yang bertempat
tinggal di permukiman tersebut, walau pihak KAI melakukan beberapa tindakan seperti
memasang alat ukur kebisingan untuk mengurangi pengaru ketidak sehatan terhadap
masyarakat yang tinggal disana.
Tingkat Kebisingan Siang Malam (LSM) pada pemukiman yang berjarak 15 m
dari jalur rel adalah sebesar 69 dBA. Sedangkan pada pemukiman yang berada
pada jarak 11 meter dari rel adalah sebesar 70-72 dBA. Nilai ini melampaui baku
tingkat kebisingan yang ditetapkan dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-48/MENLH/11/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu 55 dBA
dengan toleransi 3 dBA.
Melalui simulasi, LSM di pemukiman akan turun menjadi 58 dBA pada jarak
180 meter tanpa diberi penghalang (barrier). Pemasangan penghalang
(barrier) pada jarak
1.5 m dari rel, setinggi 4 meter dengan material “cinder concrete” dapat
mereduksi Tingkat Kebisingan menjadi 58 dBA.
Saran