Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BESAR

JALAN KERETA API


DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT REL KERETA API PADA
PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI STASIUN KERETA API
PALEMBANG

DOSEN PEMBIMBING
KHODIJAH AL QUBRO,
S.T.,M.T

Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Ayuni Patrisia (2020250055)
2. Yeyen Fitria (2020250075)
3. Muhamad Rafi Kenedi (2020250001)

PROGRAM STUDY TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.wr.wb
Alhamdullilah puji syukur kehadiran allah swt yang telah memberikan hidayah
dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas besar jalan kereta api ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar
Muhammad saw yang telah membawa kita di zaman kegelapan sehingga zaman terang
menderang yang kita rasakan saat ini.
Penyusunan tugas besar ini berdasarkan materi yang didapatkan sesuai dengan
peruntukan tugas besar jalan kereta api, dengan judul “Dampak lingkungan akibat
rel kereta api pada permukiman pada penduduk yang pada di stasiun kereta api
Palembang”
Tujuan tugas besar ini adalah sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah
jalan kereta api program studi teknik sipil universitas indo global mandiri Palembang
Kami menyadari bahwa tugas besar yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna, mungkin saja terdapat kekurangan dalam penyusunan,penulisan ataupun
materi pembahasan baik dari gaya bahasa atau kata kata yang kami gunakan kurang
tepat,oleh karena itu para pembaca dan pakar atau ahli dalam bidang pembahasan ini
kami minta maaf,karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt.,semata, Kami akhiri
Waalaikumu’sallam, wr.wb

Palembang, Juni 2023

Perencana.

i
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
1.3. Tujuan..............................................................................................................................................4
1.4. Manfaat Tugas..................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................6
2.1. Pengertian Singkat Mengenai jalur Kereta api di Prabumuli - Kertapati Palembang.......................6
2.2. Definisi Dampak Lingkungan Akibat Kebisingan Rel Kereta Api...................................................6
2.2. Tugas dan Fungsi Kereta api.............................................................................................................7
BAB III........................................................................................................................................................8
HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................................................8
3.1. Pengertian kebisingan kereta api......................................................................................................8
3.2. Sumber Bising Kereta Api................................................................................................................8
3.3. Dampak kebisingan terhadap permukiman masyarakat....................................................................9
A. Pemukiman pinggiran rel kereta api Kertapati Palembang..........................................................9
B. Dampak getaran pada kesehatan................................................................................................10
3.4. Tindakan yang dilakukan KAI Palembang.....................................................................................11
A. Tindakan yang bisa dilakukan oleh KAI terhadap tingkat kebisingan.......................................11
B. Pengendalian kebisingan............................................................................................................12
C. Pengendalian kebisingan pada manusia.....................................................................................12
D. Pemetaan Kebisingan.................................................................................................................12
3.5. Tanggapan masyarakat terhadap kepadatan permukiman di stasiun...............................................12
BAB IV.....................................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................................13
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Stasiun Kertapati (KPT) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di
Kemas Rindo, Kertapati, Palembang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 m ini adalah
stasiun kereta api utama PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional III Palembang serta
merupakan stasiun utama Sumatra Selatan. Stasiun ini berada di atas pertemuan Sungai
Ogan dan Musi, dan merupakan salah satu dari dua stasiun kereta api yang bertipe terminus
(ujung) di Sumatra Selatan. Jalur kereta api dari stasiun ini seluruhnya merupakan rel
berukuran 1.067 mm yang termasuk sempit.
Kereta api merupakan salah satu sarana transportasi umum yang diminati oleh
masyarakat Indonesia karena kereta api memiliki banyak keunggulan terutama untuk
transportasi darat jarak jauh diantaranya yaitu harga tiket perjalanan yang murah dan mudah
didapatkan, waktu tempuh yang cepat karena kereta api memiliki jalur sendiri dan
diutamakan daripada transportasi darat lainnya, kereta/gerbong yang nyaman, dan tempat
pemberhentian/stasiun kereta yang banyak dan strategis baik kawasan dalam kota atau
pinggiran kota sehingga penumpang dapat dengan mudah memilih tempat turun yang paling
dekat dengan tujuannya. Selain itu, kereta api merupakan sarana transportasi yang paling
ramah lingkungan jika dibandingkan dengan jenis transportasi lain, masalah terbesar dari
kereta api adalah kebisingan yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.

Dalam Rancangan Induk Perkeretaapian Nasional tahun 2030, Pemerintah Indonesia


merancang untuk menjadikan kereta api sebagai Leading Transportation Mode atau ingin
menjadikan kereta api sebagai transportasi unggulan yang menjadi pilihan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah semakin meningkatkan sarana dan prasarana
perkeretaapian. Berbagai bentuk pengembangan dan peningkatan sarana dan prasara
perkeretaapian mulai dilakukan diseluruh Indonesia demi mewujudkan Rencana Induk
Perkretaapian Nasional (RIPNAS) 2030. Salah satu upaya dalam peningkatan sarana
perkeretaapian yaitu proyek pembangunan jaringan jalan kereta api ganda (double track).
Hal yang akan dibahas dalam tugas akhir ini yaitu dampak peningkatan kebisingan
lingkungan setelah dilakukan proyek double track terutama pada kawasan yang digunakan
untuk pemukiman. Karena pada proyek double track selain penambahan volum kendaraan
juga meningkatkan kecepatan kereta api. Secara teori apabila terdapat dua sumber suara
dengan diasumsikan memiliki tingkat kebisingan yang sama jika dijumlahkan akan
meningkatkan tingkat kebisingannya.
3
1.2. Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam tugas ini
adalah :

1. Apa dampak kebisingan terhadap permukiman-permukiman yang dilewati oleh Rel


kereta api ?

2. Apa tindakan yang dilakukan KAI untuk mengurangi tingkat kebisingan lingkungan
pada permukiman tersebut ?

3. Apa tanggapan Masyarakat terhadap kepadatan permukiman di stasiun kereta api


kertapati palembang ?

1.3. Tujuan
Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam tugas ini adalah :

1. Untuk mengetahui dampak dari kebisingan terhadap permukiman sekitar rel kereta api

2. Untuk mengetahui tindakan KAI terhadap masyarakat yang terdampak

3. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap kepadatan permukiman di stasiun


kereta api

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Singkat Mengenai jalur Kereta api di Prabumuli - Kertapati Palembang
Jalur kereta api Prabumuli-Kertapati beserta stasiun-stasiunnya diresmikan pada tanggal
1 November 1915 oleh Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen (ZSS), divisi dari Staatsspoorwegen
(SS). Pembangunan diarahkan ke Kota Palembang, dengan dibagi menjadi dua wilayah kerja
yaitu Lampung dan Palembang. Pada tanggal 22 Februari 1927 Palembang dan Bandar
Lampung akhirnya bisa terhubung, dengan ditandainya peresmian segmen ke arah Blambangan
Umpu oleh Kepala Jawatan SS.[3] Dengan menggunakan lebar sepur 1.067 mm, ZSS berhasil
membangun jalur kereta api di rute Palembang–Bandar Lampung sejauh 529 kilometer.
Kesuksesan yang diraih SS menginspirasi perusahaan ini untuk menyusun masterplan agar
seluruh wilayah Sumatra terhubung dengan rel kereta api, tetapi Depresi Besar (zaman malaise)
yang terjadi di akhir dekade 1920-an menyebabkan rencana ini gagal

2.2. Definisi Dampak Lingkungan Akibat Kebisingan Rel Kereta Api


Dalam Undang-undang No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian diatur mengenai
batas-batas ruang pada jalur kereta api. Jalur kereta api dibagi menjadi tiga yaitu ruang manfaat
kereta api, ruang milik kereta api, dan ruang pengawasan kereta api. Ruang manfaat kereta api
diperuntukan khusus untuk kepentingan pengoperasian kereta api sehingga pendirian bangunan
pada ruang manfaat kereta api tidak diperkenankan. Sedangkan pendirian bangunan pada ruang
milik kereta api diijinkan dengan syarat tertentu asalkan tidak mengganggu kepentingan
pengoperasian kereta api. Tanah pada ruang manfaat dan ruang milik kereta api merupakan aset
milik PT. Kereta Api Indonesia dan disertifikatkan.

Data pengukuran yang didapatkan diolah untuk mengetahui tingkat kebisingan


lingkungan pada batas-batas ruang jalur kereta api. Jika tingkat kebisingan suatu pemukiman
yang berada dalam ruang milik kereta api melampaui standar baku maka untuk mereduksi
tingkat kebisingannya bukan menjadi tanggung jawab dari pihak PT. Kereta Api Indonesia.
Sedangkan jika tingkat kebisingan suatu pemukiman yang berada diluar ruang milik kereta api
melampaui standar baku maka untuk mereduksi tingkat kebisingannya menjadi tanggung jawab
bagi pihak PT. Kereta Api Indonesia

Nilai kebisingan lingkungan yang sangat tinggi akibat kereta api memberikan dampak
yang tidak nyaman bagi pemukiman yangberada dipinggir rel kereta api. Peraturan Pemerintah
tentang Perkeretaapian mengatur bahwa jarak antara ruang manfaat jalur kereta api dengan
5
pemukiman penduduk minimum adalah 15 meter. Namun berdasarkan pengukuran nilai tingkat
kebisingan lingkungan yang telah dilakukan pada tugas akhir ini, pendirian bangunan pada
jarak tersebut masih menghasilkan nilai kebisinganlingkungan yang tinggi yaitu 69 dBA. Untuk
mengurangi tingkat kebisingan tersebut dapat dilakukan dengan cara pemasangan noise barrier
atau penambahan jarak pendirian bangunan dengan rel kereta api. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan jarak minimum agar nilai tingkat kebisingan lingkungan dapat memenuhi
standar atau berada dalam batas toleransi baku mutu tingkat kebisingan yaitu pada jarak 180
meter. Pada jarak tersebutnilai LSM sebesar 58 dBA

2.3 Fungsi Kereta api

Fungsi

1. Perumusan kebijakan di bidang penyelengggaraan lalu lintas, angkutan, sarana, dan


prasarana transportasi kereta api, serta peningkatan keselamatan transportasi kereta api;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan lalu lintas, angkutan, sarana, dan


prasarana transportasi kereta api, serta peningkatan keselamatan transportasi kereta api;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan lalu


lintas, angkutan, sarana, dan prasarana transportasi kereta api, serta peningkatan
keselamatan transportasi kereta api;

4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan lalu


lintas, angkutan, sarana, dan prasarana transportasi kereta api, serta peningkatan
keselamatan transportasi kereta api;

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan lalu lintas, angkutan,


sarana dan prasarana transportasi kereta api, serta peningkatan keselamatan transportasi
kereta api;

6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian; dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengertian kebisingan kereta api


Bising adalah suara atau mengganggu atau tidak dikehendaki. Dalam kesehatan kerja,
bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif
(peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum
pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu. Kebisingan
dalam keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP48/MENLH/11/1996 diartikan sebagai
bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat
kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). dBA adalah
satuan tingkat kebisingan dalam kelas A yaitu kelas yang sesuai dengan respon telinga manusia
normal. Kebisingan mempengaruhi orang baik secara fisiologis maupun psikologis. Tingkat
kebisingan di atas 40 dBA dapat mempengaruhi kesejahteraan, dengan kebanyakan orang
mengalami gangguan pada 50 dBA dan sangat terganggu pada 55 dBA. Tingkat kebisingan di
atas 65 dBA merugikan kesehatan. (Khan, 2011).

Bising umumnya diklasifikasikan dalam kategori berikut:


1. Bising kontinyu/steady. Contoh bising yang ditimbulkan oleh mesin pendingin ruangan,
kipas angin, dan lain sebagainya
2. Bising intermiten/ terputus-putus. Contoh : suara kereta api, pesawat, bising lalu lintas,
dan lain sebagainya.
3. Bising yang bervariasi waktu.
4. Bising impulsive. Contoh shunting kereta, kopling, berhenti, mulai, dll.).

3.2. Sumber Bising Kereta Api


Sumber bising kereta api dihasilkan oleh gerakan kereta api yang melintas. Sumber bising
tersebut berasal dari:

1. Bunyi deru dari sistem penggerak kereta api atau lokomotif,


2. Kebisingan dari peralatan (misalnya kipas angin, mesin, sistem pendingin atau
kompresor),
3. Kebisingan aerodinamis, dan

7
4. Kebisingan roda akibat interaksi antara roda dengan permukaan rel

3.3 Dampak kebisingan terhadap permukiman masyarakat


Kebisingan yang terjadi pada suatu daerah mempunyai pengaruh penting terhadap
kesehatan masyarakat, kenyamanan hidup masyarakat, pada binatang ataupun gangguan pada
ekosistem alam. Dampak dari kebisingan pada manusia yaitu dapat merubah ketajaman
pendengaran, mengganggu pembicaraan dan mengganggu kenyamanan. Secara umum
kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang merugikan terhadap manusia dan lingkungannya

Salah satu kelompok yang menerima dampak tingkat kebisingan dan getaran kereta api
ketika beroperasi adalah ibu rumah tangga yang tinggal di pemukiman pinggiran rel kereta api.
Paparan kebisingan dan getaran dari kereta api ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan, salah satunya adalah hipertensi yang ditandai dengan
naiknya tekanan darah. Selain kebisingan dan getaran dari kereta api, terdapat beberapa faktor
lain yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah, yaitu faktor individu berupa
usia, riwayat penyakit, dan riwayat keturunan, faktor perilaku yang terdiri dari merokok,
konsumsi minuman alkohol, dan konsumsi kopi, serta faktor pemaparan yang terdiri dari lama
terpapar dalam satu hari dan lama tinggal. Dari beberapa faktor yang telah disebutkan, peneliti
memilih variabel yang dinilai sebagai variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan tekanan darah pada ibu rumah tangga yaitu tingkat kebisingan dan getaran. Selain
itu juga terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada ibu
rumah tangga yang tinggal di sekitar rel kereta api yaitu faktor individu yang terdiri dari usia,
riwayat penyakit, dan riwayat keturunan, faktor perilaku yaitu kebiasaan konsumsi kopi dan
garam, serta faktor pemaparan yaitu lama tinggal. Ibu rumah tangga merupakan anggota
keluarga yang paling sering terpapar kebisingan di area pemukiman sekitar rel kereta api,
karena ibu rumah tangga hampir melakukan semua aktivitasnya di rumah. Sehingga ibu rumah
tangga menjadi sasaran dalam penelitian ini.

8
A. Pemukiman pinggiran rel kereta api Kertapati Palembang

Pada area pemukiman pinggiran rel kereta api, memiliki dua karakteristik yaitu:
1. Permukiman Permanen
Permukiman permanen adalah permukiman yang dibangun di sekitar wilayah yang
berada di belakang pagar pembatas rel kereta api dengan menggunakan batu bata dan
batako sebagai bahan bangunannya. Permukiman tersebut tidak memenuhi persyaratan
administratif karena tidak mempunyai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) mereka hanya
memiliki surat Hak Guna Bangunan (HGB) dan membayar sewa atas tanah yang
digunakan kepada PT. KAI.
2. Permukiman Non-Permanen
Permukiman non-permanen merupakan permukiman di pinggiran rel kereta api,
terutama di dekat palang perlintasan kereta api. Bangunan rumahnya sebagian besar
terbuat dari seng dan tidak layak huni.

kebisingan terhadap permukiman adalah sebagai berikut :

1. Menurunkan kenyaman dalam permukiman. Tidak semua permukiman terganggu akan


kebisingan yang ada. Ini disebabkan mereka sudah sangat terbiasa oleh kondisi yang
ada dalam jangka waktu yang cukup lama.

2. Mengganggu komunikasi/ percakapan antar masyarakat.

3. Mengurangi konsentrasi. Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara atau
permanen. Tuli akibat kebisingan

4. Tercemarnya lingkungan permukiman yang diakibatkan oleh asap dan debu ketika
kereta api melintas di daerah permukiman.

9
Sumber Bising Kereta Api Sumber bising kereta api dihasilkan oleh gerakan kereta api yang
melintas. Sumber bising tersebut berasal dari :

1. Bunyi deru dari sistem penggerak kereta api atau lokomotif,

2. Kebisingan dari peralatan (misalnya kipas angina, mesin, sistem pendingin atau
kompresor),

3. Kebisingan aerodinamis, dan 4. Kebisingan roda akibat interaksi antara roda dengan
permukaan rel

B. Dampak getaran pada kesehatan


Menurut Siswanto (1991), respon fisiologis terhadap getaran seluruh tubuh pada tingkat
pemaparan yang masih bisa ditolerir oleh tubuh manusia adalah sebagai berikut:

1. Denyut jantung meningkat 10-15 denyut per menit pada kondisi eksperimen yang
normal, tanpa memperhatikan frekuensi dan denyut jantung akan pulih pada
pemajanan yang berkelanjutan.

2. Tekanan darah meningkat pada frekuensi 5 Hz dan menurun pada frekuensi 10-
20 Hz.

3. Tidak volume meningkat pada semua frekuensi, namun kenaikan maksimum


terjadi pada frekuensi 5-7 Hz dimana pada frekuensi ini paru akan menurun dan
ocsigen uptake akan meningkat.

4. Hiperventilasi dan respiratory rate akan meningkat dan besarnya peningkatan


tersebut ditentukan oleh intensitas getaran yang terpapar.

5. Belum atau tidak terdapat bukti yang jelas tentang efek getaran pada ginjal,
darah, dan kelenjar endokrin pada tingkat pemaparan yang sedang.

6. Getaran seluruh tubuh dapat mempengaruhi keseimbangan seseorang (man


equilibrium ability). Hal ini terjadi ketika paparan sangat tinggi dalam waktu
lama dan sangat dipengaruhi oleh kerentanan individu.

3.3. Tindakan yang dilakukan KAI Palembang


Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki manusia. Dikatakan tidak
dikehendaki karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian tersebut akan dapat mengganggu
10
ketenangan kerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi bahkan
kebisingan yang serius dapat mengakibatkan kematian

Maka ini lah tindakan KAI bagaimana menganggulanginya dan mengendalikan kebisingan
tersebut agar tidak mengganggu lagi. Berikut ini tindakan mengendalikan kebisingan tersebut:

1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya


Hal ini bisa dilakukan dengan menempelkan alat peredam suara pada alat yang
bersangkutan. Pada waktu sekarang penelitian dan perencanaan yang disertai teknologi
modern, mesin-mesin baru yang mutakhir tidak lagi banyak menimbulkan kebisingan.
Suara yang ditimbulkan juga suda tidak lagi mengganggu dan membahayakan
lingkungan.
2. Penembatan penghalang pada jalan transmisi
usaha ini dilakukan dengan jalan mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat penyebab
kebisingan dengan jalan menempatkan bahan-bahan yang mampu menyerap suara
sehingga suaara-suara yang keluar tidak lagi merupakan gangguan bagi ligkungan

A. Tindakan yang bisa dilakukan oleh KAI terhadap tingkat kebisingan


1. Alat Ukur Kebisingan
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur suara menggunakan Sound
Level Meter (SLM). Adapun prinsip kerja dari alat SLM adalah apabila terjadinya suatu
getaran yang bersumber dari aktivitas manusia dan yang lainnya, hal ini akan
menimbulkan perubahan tekanan udara yang mana perubahan tersebut yang akan
direspon oleh alat SLM. Suara yang paling lemah yang dapat didengar manusia disebut
nilai ambang pendengaran. Alat ini terdiri dari mikrofon dan display pembacaan.
Mikrofon berfungsi untuk mendeteksi tekanan udara yang bervariasi, kemudian dengan
adanya bunyi maka akan mengubahnya menjadi sinyal elektrik. Sinyal ini kemudian
akan diproses dan pembacaan akan terlihat dalam satuan desibel (Buchari, 2007).

2. Pengendalian Kebisingan
Secara umum pengendalian kebisingan dilakukan pengurangan dan pengendalian
tingkat bising yang dapat dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu
3. Pengendalian pada sumber

B. Pengendalian kebisingan
1. Perlindungan pada peralatan, struktur, dan pekerja dari dampak bising.
Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber.Reduksi kebisingan pada
11
sumber biasanya memerlukan modifikasi atau mereduksi gaya-gaya penyebab getaran
sebagai sumber kebisingan dan mereduksi komponen-komponen peralatan.
Pengendalian kebisingan pada sumber relatif lebih efisien dan praktis dibandingkan
dengan pengendalian pada lintasan/rambatan dan penerima.

2. Pengendalian pada rambatan


Pengendalian pada media rambatan dilakukan diantara sumber dan penerima
kebisingan. Prinsip pengendaliannya adalah melemahkan intensitas kebisingan yang
merambat dari sumber ke penerima dengan cara membuat hambatan-hambatan. Ada dua
cara pengendalian kebisingan pada media rambatan yaitu outdoor noise control dan
indoor noise control.

C. Pengendalian kebisingan pada manusia


Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi tingkat kebisingan
yang diterima setiap hari. Pengendalian ini terutama ditunjukkan pada orang yang setiap
harinya menerima kebisingan. Pada manusia kerusakan akibat kebisingan diterima oleh
pendengaran (telinga bagian dalam) sehingga metode pengendaliannya memanfaatkan
alat bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga.

D. Pemetaan Kebisingan
Pemetaan kebisingan adalah suatu sketsa peta wilayah yang berwarna sesuai dengan
tingkat kebisingan di daerah yang diukur tingkat kebisingannya. Tingkat kebisingan
dapat ditunjukkan oleh garis kontur yang menunjukkan batas-batas antara tingkat
kebisingan yang berbeda di suatu wilayah. Tingkat kebisingan di beberapa lokasi
sampling akan berbeda. Hal ini dikarenakan karena adanya perbedaan banyaknya
transportasi yang lalu lalang di sekitar lokasi. Tingginya tingkat kebisingan berada pada
jamjam puncak karena banyaknya aktivitas lalu lalang transportasi.

3.4. Tanggapan masyarakat terhadap kepadatan permukiman di stasiun


Masyarakat mengajukan keluhan terkait kebisingan di tengah pemukiman stasiun
kertapati Palembang. Masyarakat yang hidup berdampingan dengan rel kereta api memiliki
resiko yang sangat besar dan dalam keselamatan banyak orang. Terkhususnya anak-anak yang
kadang-kadang main di rel kereta api, tak menutup kemungkinan terjadi kelengahan orang tua
dan banyak terjadi kecelakaan. Sebagai negara yang demokratis pemerintah berupaya untuk
terus memberikan edukasi kepada masyarakat luas agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan. Sebagai masyarakat awam, kita harus selalu waspada dan selalu mengawasi anak-
12
anak agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan. Tanggapan masyarakat mereka sepakat untuk
tidak meninggalkan pemungkiman walau resiko bahayanya tinggi.

13
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan mengenai kebisingan dan
dampak pengaruh rel kereta api di permukiman masyarakat di kertapati palembang
adalah tidak bisa di hindari bahwasanya banyak sekali penduduk yang bertempat
tinggal di permukiman tersebut, walau pihak KAI melakukan beberapa tindakan seperti
memasang alat ukur kebisingan untuk mengurangi pengaru ketidak sehatan terhadap
masyarakat yang tinggal disana.
 Tingkat Kebisingan Siang Malam (LSM) pada pemukiman yang berjarak 15 m
dari jalur rel adalah sebesar 69 dBA. Sedangkan pada pemukiman yang berada
pada jarak 11 meter dari rel adalah sebesar 70-72 dBA. Nilai ini melampaui baku
tingkat kebisingan yang ditetapkan dalam SK Menteri Lingkungan Hidup No.
Kep-48/MENLH/11/1996, tentang Baku Tingkat Kebisingan, yaitu 55 dBA
dengan toleransi 3 dBA.
 Melalui simulasi, LSM di pemukiman akan turun menjadi 58 dBA pada jarak
180 meter tanpa diberi penghalang (barrier). Pemasangan penghalang
(barrier) pada jarak
1.5 m dari rel, setinggi 4 meter dengan material “cinder concrete” dapat
mereduksi Tingkat Kebisingan menjadi 58 dBA.
Saran

Saran Untuk memperbaiki kesalahan maupun keberlanjutan penelitian tentang topik


sejenis dimasa mendatang, yaitu untuk desain penghalang bising pada tugas akhir
ini disarankan menggunakan metode simulasi software.

Anda mungkin juga menyukai