Anda di halaman 1dari 2

BAB 5.

PROSES PENETASAN

Proses penetasan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio di


dalam telur hingga menjadi DOC selama 21 hari masa inkubasi. Telur yang
ditetaskan merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sperma yang
dihasilkan dari peternakan ayam pembibitan bukan dari peternakan ayam petelur
komersil (Saptorohadi, 2011). Penetasan dibagi dua yakni penetasan secara alami dan
penetasan secara buatan. Penetasan secara alami memanfaatkan induk ayam yang
sudah siap dierami, atau unggas lain yang sedang mengeram (Sarwono, 2002).
Penetasan buatan merupakan suatu rekayasa penetasan telur yang sudah tidak
menggunakan induk/ayam betina tetapi menggunakan alat (mesin tetas) (Mulyantini,
2010). Proses penetasan meliputi kegiatan setting, candling, hatching, dan pullchick.
Setting telur tetas merupakan kegiatan memasukkan telur tetas dari ruang
penyimpanan telur tetas yang telah diset pada rak dan memasukkan dalam mesin
inkubator (setter). Proses pengeraman atau setting telur dilakukan pada 18 hari
pertama dengan menjaga temperatur dengan standar suhu yang ditetapkan oleh
perusahaan. Menurut Sudaryani dan Santosa (2002) menyatakan bahwa suhu dan
kelembaban pada mesin inkubator harus dijaga agar tetap stabil, suhu yang ideal
berkisar 99,5ºF sampai 100ºF, dimesin setter telur disusun menggunakan egg tray
khusus dengan posisi bagian tumpul telur diatas. Telur diputar 45º dengan total
pemutaran 90º. Pemutaran ini dimaksudkan agar permukaan yolk (kuning telur) tidak
melekat pada membran kulit telur (Kartasudjana dan Suprijatna, 2011). Selain itu
sirkulasi udara pada mesin setter harus selalu diperhatikan hal ini bertujuan untuk
menjaga kondisi dalam mesin tetap optimal dan udara dalam mesin dapat berganti.
Sesuai dengan pendapat Kartasudjana dan Suprijatna (2006) yang menyatakan bahwa
embrio memerlukan O2 selama perkembangannya. Apabila gas CO2 ini terlalu
banyak, mortalitas embrio akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telurnya rendah.

22
23

Candling atau peneropongan telur atau candling bertujuan untuk mengetahui


kondisi telur fertil (dibuahi oleh ayam jantan) atau telur infertil. Telur infertil
dipengaruhi karena tidak dibuahi oleh induk sewaktu di farm dan atau embrio dalam
telur tetas tidak berkembang karena pengaruh mesin setter, kontaminasi
mikroorganisme atau pengaruh lain. Proses candling dilakukan dengan menggunakan
lampu. Ciri telur yang fertil dapat dilihat dengan adanya gurat-gurat darah tetapi jika
tidak dibuahi telur akan terlihat bening. Menurut Sudaryani dan Santosa (2002)
candling telur biasanya dilakukan pada saat telur umur 18 hari akhir atau awal 19
hari. Proses candling tidak boleh terlalu lama karena telur yang terlalu lama diluar
akan menyebabkan embrio mengalami shock dan mati (Zakaria, 2010).
Hatching merupakan tahap terkahir dalam proses penetasan yang dilakukan
pada mesin hatcher yang di mulai dari hari ke 19 sampai dengan hari 21
(Kartasudjana, 2006). Pada saat proses hatching telur fertil diletakkan dengan posisi
horisontal. Suhu dalam mesin harus tetap dijaga optimum agar tidak terlalu panas
karena akan menyebabkan DOC mengalami dehidrasi dan kering. Proses hatching
membutuhkan suhu 98,8ºF dan kelembaban hari ke-19 sekitar 55-60% serta hari ke
20-21 kelembaban sekitar 80%. (Sudaryani dan Santosa, 2002).
Pull chick merupakan menetasnya telur menjadi DOC atau disebut dengan
panen DOC dari hasil penetasan. Telur ayam mulai menetas pada hari ke-21. Saat
menetas DOC tidak langsung dikeluarkan dari mesin. Hal tersebut menurut
Suprijatna, dkk. (2008) menyatakan bahwa anak ayam yang menetas jangan tergesa-
gesa dikeluarkan dari mesin tetas. Biarkan dahulu sampai bulunya kering dan dapat
berdiri tegak untuk mencegah terjadinya cacat. Setelah dikeluarkan dari mesin tetas,
tempatkan anak ayam pada boks atau kotak kardus yang telah dipersiapkan yang
kemudian akan dilakukan seleksi, vaksinasi dan pengemasan.

Anda mungkin juga menyukai