Proses penetasan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio di
dalam telur hingga menjadi DOC selama 21 hari masa inkubasi. Telur yang ditetaskan merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sperma yang dihasilkan dari peternakan ayam pembibitan bukan dari peternakan ayam petelur komersil (Saptorohadi, 2011). Penetasan dibagi dua yakni penetasan secara alami dan penetasan secara buatan. Penetasan secara alami memanfaatkan induk ayam yang sudah siap dierami, atau unggas lain yang sedang mengeram (Sarwono, 2002). Penetasan buatan merupakan suatu rekayasa penetasan telur yang sudah tidak menggunakan induk/ayam betina tetapi menggunakan alat (mesin tetas) (Mulyantini, 2010). Proses penetasan meliputi kegiatan setting, candling, hatching, dan pullchick. Setting telur tetas merupakan kegiatan memasukkan telur tetas dari ruang penyimpanan telur tetas yang telah diset pada rak dan memasukkan dalam mesin inkubator (setter). Proses pengeraman atau setting telur dilakukan pada 18 hari pertama dengan menjaga temperatur dengan standar suhu yang ditetapkan oleh perusahaan. Menurut Sudaryani dan Santosa (2002) menyatakan bahwa suhu dan kelembaban pada mesin inkubator harus dijaga agar tetap stabil, suhu yang ideal berkisar 99,5ºF sampai 100ºF, dimesin setter telur disusun menggunakan egg tray khusus dengan posisi bagian tumpul telur diatas. Telur diputar 45º dengan total pemutaran 90º. Pemutaran ini dimaksudkan agar permukaan yolk (kuning telur) tidak melekat pada membran kulit telur (Kartasudjana dan Suprijatna, 2011). Selain itu sirkulasi udara pada mesin setter harus selalu diperhatikan hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi dalam mesin tetap optimal dan udara dalam mesin dapat berganti. Sesuai dengan pendapat Kartasudjana dan Suprijatna (2006) yang menyatakan bahwa embrio memerlukan O2 selama perkembangannya. Apabila gas CO2 ini terlalu banyak, mortalitas embrio akan tinggi dan menyebabkan daya tetas telurnya rendah.
22 23
Candling atau peneropongan telur atau candling bertujuan untuk mengetahui
kondisi telur fertil (dibuahi oleh ayam jantan) atau telur infertil. Telur infertil dipengaruhi karena tidak dibuahi oleh induk sewaktu di farm dan atau embrio dalam telur tetas tidak berkembang karena pengaruh mesin setter, kontaminasi mikroorganisme atau pengaruh lain. Proses candling dilakukan dengan menggunakan lampu. Ciri telur yang fertil dapat dilihat dengan adanya gurat-gurat darah tetapi jika tidak dibuahi telur akan terlihat bening. Menurut Sudaryani dan Santosa (2002) candling telur biasanya dilakukan pada saat telur umur 18 hari akhir atau awal 19 hari. Proses candling tidak boleh terlalu lama karena telur yang terlalu lama diluar akan menyebabkan embrio mengalami shock dan mati (Zakaria, 2010). Hatching merupakan tahap terkahir dalam proses penetasan yang dilakukan pada mesin hatcher yang di mulai dari hari ke 19 sampai dengan hari 21 (Kartasudjana, 2006). Pada saat proses hatching telur fertil diletakkan dengan posisi horisontal. Suhu dalam mesin harus tetap dijaga optimum agar tidak terlalu panas karena akan menyebabkan DOC mengalami dehidrasi dan kering. Proses hatching membutuhkan suhu 98,8ºF dan kelembaban hari ke-19 sekitar 55-60% serta hari ke 20-21 kelembaban sekitar 80%. (Sudaryani dan Santosa, 2002). Pull chick merupakan menetasnya telur menjadi DOC atau disebut dengan panen DOC dari hasil penetasan. Telur ayam mulai menetas pada hari ke-21. Saat menetas DOC tidak langsung dikeluarkan dari mesin. Hal tersebut menurut Suprijatna, dkk. (2008) menyatakan bahwa anak ayam yang menetas jangan tergesa- gesa dikeluarkan dari mesin tetas. Biarkan dahulu sampai bulunya kering dan dapat berdiri tegak untuk mencegah terjadinya cacat. Setelah dikeluarkan dari mesin tetas, tempatkan anak ayam pada boks atau kotak kardus yang telah dipersiapkan yang kemudian akan dilakukan seleksi, vaksinasi dan pengemasan.