Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SUMBER HUKUM ISLAM Suddadz


Drazi'ah, Mazhab Shahaby, dan
Dalalatul Iqtiran

Guru Pengajar : Helyani, S.Ag, M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Rahadatul Aisy
2. Ramadhan Syah Harahap
3. Tasya Khairunisa
4. Wahyu Aji Kurniawan

MAN 1 METRO T.P 2023/2024


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah


Ta’ala. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“SUMBER HUKUM ISLAM” dapat kami selesaikan dengan baik. Begitu pula
atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui
kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah
SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

Latar belakang.............................................................................. iv

Saddudz Dzari’ah ......................................................................... v-vi


Mazhab Shahaby ..........................................................................................vii-viii

Dalalatul Iqtiran............................................................................................. ix-x

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... xi

3
A. Latar Belakang

Dimasa sekarang dimana jaman sudah canggih, dan dengan pesatnya


perkembangan ini banyak sekali sumber sumber informasi mengenai hukum islam
ataupun segala hal yang tidak kita ketahui dan ingin kita cari. Karena sekarang
kita hidup di zaman modern, kita bisa lebih mudah mencari tahu banyak sekali
berita dan informasi mengenai sumber hukum islam. Selain mengambil referensi
dari buku pustaka semua orang bisa mencari nya lewat handphone nya.

Dengan materi ini kami harap teman teman semua mengerti mengenai beberapa
sumber hukum islam yaitu tentang Saddu Al-dzariyah, Madzhab Shahabi dan juga
Dalaltul Iqtiran. Mengenai pengertiannya baik secara istilah ataupun bahasa,
contohnya, kekurangan serta kelebihannya bahkan sumber hukumnya juga. Tidak
hanya mengerti semoga teman teman semua serta kami yang membuat makalah ini
dapat memahami lebih dalam serta dapat menyebarkan ilmu ini kepada orang
orang diluar sana kelak.

4
B. Saddudz Dzari'ah
1. Pengertian
Secara bahasa, Saddu artinya: menutup, mencegah, menghalangi.
Dzari’ah artinya: jalan, perantara, wasilah.

Secara istilah, Saddu Dzari’ah artinya: melarang sesuatu yang zahirnya mubah,
namun menjadi jalan menuju sesuatu yang haram atau melarang sesuatu yang
secara zahir mubah, namun mengantarkan dan mengakibatkan pada mafsadah dan
perbuatan haram.

Dengan demikian, Saddu Dzari’ah memiliki dua ciri-ciri sebagai berikut:


• Secara zahir merupakan perbuatan halal/mubah
• Perbuatan halal itu menjadi pintu gerbang kepada perbuatan haram.

2. Kedudukan Saddudz Dzari’ah


Para ulama berbeda pendapat mengenai kedudukan Saddu Dzari’ah. Apakah
Saddu Dzari’ah merupakan sebuah dalil atau bukan. Berikut beberapa pendapat
menurut para ulama:
1. Menurut Imam Malik, suddudz dzari’ah dapat dijadikan sumber hukum.
Sebab sekalipun mubah akan tetapi dapat mendorong dan membuka
perbuatan-perbuatan yang dilarang agama.
Al-Qurtubi, seorang ulama Mazhab Maliki menyatakan: “sesungguhnya
apa-apa yang dapat mendorong terjerumus kepada perkara yang dilarang
(maksiat) adakalanya secara pasti menjerumuskan dan tidak pasti
menjerumuskan.

Di antara argumen pendapat ini, adalah banyaknya isyarat dalam al-Qur’an


dan hadits mengenai Saddu Dzari’ah ini. Misalnya:
• Al-Qur’an melarang kaum muslimin mengejek sesembahan orang
kafir. Karena perbuatan itu akan membuat orang kafir balas
mengejek sesembahan kaum muslimin. Yaitu Allah Swt.

5
• Rasulullah Saw. Melarang kaum muslimin berduaan dengan lawan
jenis yang bukan mahram. Karena perbuatan itu akan
menjerumuskan kepada perzinahan.

2. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, saddudz dzari’ah tidak
dapat dijadikan sumber hukum. Karena sesuatu yang menurut hukum
asalnya mubah, tetap diperlakukan sebagai yang mubah. Dalam sebuah
hadits Nabi
SAW dikatakan :

‫ذمرتلا هاور‬H‫يئاسنلاو ي‬، ‫ذمرتلا لاقو‬H‫ ي‬:‫ حيحص نسح ثيدح‬Artinya:


“Tinggalkan apa yang meragukan bagimu kepada apa yang tidak
meragukan”.

3. Contoh Saddudz Dzari’ah


Berikut ini beberapa contoh kasus Saddu Dzari’ah:
1. Menanam anggur
Pada dasarnya, menanam anggur itu hukumnya adalah boleh. Namun
apabila kita menanam anggur untuk memasok pabrik minuman keras,
maka hukum menanam anggur itu menjadi haram.

2. Bekerja di diskotik dan pelacuran


Bekerja di tempat yang haram. Asalkan kita bisa menjaga diri. Dan
pekerjaan kita berkaitan dengan hal-hal yang mubah. Seperti menjadi juru
parkir atau tukang kebersihan. Maka hukum asalnya adalah halal. Namun
bila ditelaah lebih lanjut. Bahwa pekerjaan kita itu berarti telah
berpartisipasi kepada kemaksiatan. Ditambah kita sendiri lama-lama akan
terjatuh pada jurang maksiat. Maka hukum bekerja di tempat-tempat
seperti menjadi haram.

3. Chatting dengan lawan jenis


Bertegur sapa melalui media sosial. Seperti whatsapp, facebook, instagram.
Pada dasarnya hukumnya adalah halal. Namun apabila percakapan tersebut

6
dikhawatirkan akan mengantarkan kepada pertemuan. Lalu berduaan.
Maka chatting seperti itu pun menjadi haram.

C. Mazhab Shahaby
1. Pengertian
Secara bahasa, Mazhab artinya: perkataan, pendapat.
Adapun Shahaby, secara bahasa artinya: sahabat, teman karib, kawan akrab.
Secara istilah, Mazhab artinya: pendapat, perspektif, mazhab, jalan berpikir.
Adapun Shahaby atau Shahabat secara istilah memiliki dua makna.
Pengertian shahabi yang pertama:
• Shahaby adalah orang yang pernah bertemu meskipun hanya sekali dengan
Nabi Muhammad Saw. Dalam keadaan beriman, dan dia pun mati dalam
keadaan beriman. Inilah pengertian Shahabi yang digunakan oleh para ahli
hadits.
Pengertian shahaby yang kedua:
• Shahabiy adalah orang yang banyak bersama dengan Nabi Muhammad
Saw. Dalam keadaan beriman, dan dia pun mati dalam keadaan beriman.
Dengan demikian, Mazhab Shahaby berupa dua macam:
• Perkataan shahabat
• Perbuatan shahabat
Jadi meskipun Mazhab itu artinya perkataan, namun Mazhab Shahaby artinya
pendapat. Di mana yang namanya pendapat itu bisa diungkapkan secara lisan
(perkataan), dan bisa diungkapkan melalui tindakan (perbuatan).

2. Kedudukan Mazhab Shahaby

Menurut pendapat para sahabat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Madzhab shahaby yang berdasarkan sunah rasul wajib ditaati, sebab


hakekatnya ia merupakan sunnah Rasul.
2. Madzhab shahaby yang berdasarkan ijtihad dan sudah mereka
sepakati (ijma’ shahabi) dapat dijadikan hujjah dan wajib ditaati.
Sebab mereka disamping dekat dengan Rasul, mereka mengetahui
rahasia rahasia tasyri’ Dan mengetahui perbedaan pendapat mengenai
peristiwa yang sering terjadi.

vii
3. Madzhab shahaby yang tidak mereka sepakati (tidak bisa dijadikan
hujjah dan tidak wajib ditaati,

3. Contoh Mazhab Shahaby


Berikut ini beberapa contoh Mazhab Shahaby:
1. Talak Tiga Yang Diucapkan Sekaligus
Pada zaman Rasulullah Saw. Bila seseorang menjatuhkan talak tiga secara
sekaligus, lalu dia mengaku niatnya hanya talak satu. Maka dihitung hanya
satu talak. Itulah keputusan Rasulullah Saw.
Pada zaman Umar bin Khatthab. Bila seseorang menjatuhkan talak tiga
secara sekaligus, lalu dia mengaku niatnya hanya talak satu. Maka tetap
dihitung talak tiga. Di mana suami tidak boleh rujuk kepada istrinya,
kecuali istrinya itu sudah menikah dengan lelaki yang lain dan bercerai.

2. Adzan Shalat Jum’at Dua Kali


Pada zaman Rasulullah Saw. Adzan untuk Shalat Jum’at itu hanya
dilakukan sekali. Namun pada zaman Utsman bin Affan, adzan untuk
shalat Jum’at itu dilakukan sebanyak dua kali. Tambahan adzan itu
dilakukan karena jumlah kaum muslimin semakin banyak. Dan perlu
diketahui, bahwa adzan tambahan itu dilakukan di pasar. Tujuannya
mengumumkan kaum muslimin yang masih ada di pasar untuk segera
meninggalkan pasar. Jadi adzan tambahan itu tidak dilakukan di masjid
seperti zaman sekarang. Tapi di pasar.

3. Kijang disamakan dengan kambing


Para shahabat menyamakan hukum kijang dengan kambing. Tentu saja
kijang di sini bukan merek kendaraan roda empat. Melainkan nama
binatang. Yang secara kasat mata memang mirip dengan kambing. Karena
sama dengan kambing, maka kita juga boleh melaksanakan aqiqah dan
qurban dengan menggunakan seekor kijang.

8
D. Dalalatul Iqtiran
1. Pengertian
Dalalatul iqtiran secara bahasa berarti dalil yang bersama-sama.
secara istilah adalah dalil yang menunjukkan bahwa sesuatu itu sama hukumnya
dengan sesuatu yang disebut bersama-sama, dan dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan dalalatul iqtiran adalah dalil-dalil yang menunjukkan kesamaan
hukum terhadap sesuatu yang disebutkan bersamaan dengan sesuatu yang lain.

2. Kedudukan Dalalatul Iqtiran


Para ulama berbeda pendapat menganai kedududkan dalalat al-iqtiran sebagai
sumber hukum:
• Jumhur ulama berpendapat bahwa dalalat al-iqtiran tidak dapat dijadikan
hujjah, sebab bersama dalam satu susunan tidak harus bersama dalam
hukum.
• Abu Yusuf dari golongan Hanafiyah, Ibnu Nashr dari golongan Malikiyah
dan Ibnu Ibnu Abu Hurairah dari kalangan Syafi'iyah mernyatakan dapat
dijadikan contoh hujjah. Alasan mereka bahwa sesungguhnya 'athf itu
menghendaki musyarakat.

3. Kelebihan dan Kekurangan Dalalatul Iqtiran


Kelebihan Dalalatul Iqtiran:
1. Mengajarkan kesederhanaan
Konsep ini membuat seseorang tidak terpaku pada kesenangan duniawi
dan mempersiapkan segala jalan agar dapat tunduk pada Tuhan.
2. Mengajarkan nilai-nilai sopan santun
3. Mengajarkan tentang peran dosa
Konsep ini penting karena akan membuat seseorang merenungkan dosa
dan kejahatan yang diperbuatnya sehingga mampu melakukan kebaikan.
4. Memberikan pandangan holistik tentang diri manusia Dalam dalalatul
iqtiran, manusia dipandang sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah yang
tergabung dalam alam semesta. Dengan begitu, manusia harus memahami
bahwa dirinya merupakan bagian dari keseluruhan alam.

9
5. Meningkatkan kesadaran tentang kekuasaan Tuhan
Dalalatul iqtiran mengingatkan kembali manusia bahwa menyerahkan diri
pada sang Pencipta adalah pilihan yang sangat tepat serta akan membawa
banyak manfaat bagi kehidupan kita di dunia dan di akhirat.
6. Memberikan pandangan tentang kehidupan pasca-mati
Dalalatul iqtiran mengajarkan manusia agar menjalani kehidupan dengan
persiapan menuju akhirat dan terus memperbaiki diri.
7. Memberikan rasa kebersamaan yang kuat Untuk menjadikan suatu umat
Islam yang mempunyai ikatan yang erat dengan Tuhan dan antar sesama
secara spiritual.

Kekurangan Dalalatul Iqtiran:


1. Pengertian dan Pelajaran Yang Rumit
2. Keliru dalam Pemahaman
3. Membahayakan Kesehatan Mental dan Fisik
4. Mampu Menyepelekan Hakikat Rahmat Allah
5. Menunjukkan Sisi Positif Saja tidak Akurat
6. Memiliki Standar Kemoralan Yang Tinggi
7. Tidak Secara Kuantitatif Diukur

4. Contoh Dalalatul Iqtiran


Contoh dalalat al-iqtiran adalah firman Allah swt :
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫لِل ةرمعل او جحلا اومت او‬


Yang Artinya: "Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 196)

Berdasarkan ayat ini, Imam Syafi’I menyamakan hukum umrah dengan haji, yaitu
fardhu, sebab kedua ibadah ini disebutkan dalam satu ayat.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ahadabina.com, Saddudz Dzari’ah
https://www.ahadabina.com, Mazhab Shahaby
https://www.kompasiana.com, Dalalatul Iqtiran
https://belajarnarengilmifiqihislam.blogspot.com, Dalalatul Iqtiran
https://Journal.umpr.ac.id, Kandungan Surat Ar-Rum 41-42
Buku Modul Hikmah KMA 347, Fiqih kelas 12 semester Ganjil, Saddu Al-
dzariyah, Mazhab Shahaby, Dalalatul Iqtiran.
Al-Qur’an Indonesia https://quran-id.com

11

Anda mungkin juga menyukai