Anda di halaman 1dari 5

SYARAT SYARAT HADITS SHOHIH

HADITS SHOHIH
Haidir Ali
IAIN Pontianak, Pontianak, haidripnk@gmail.com
Deni Wantono
IAIN Pontianak, Pontianak, deniwantono@gmail.com

Abstrak
Hadits Sahih yaitu hadis yang kualitasnya sangat penting dalam kaidah hukum ajaran
islam,karena hadits shohih ini yang dimana hadits ini yang paling benar tidak bisa kita
ragukan lagi sebab hadits shohih ini memanglah harus kita pelajari sebab hadits inilah yang
bisa mengetahui mana yang dhoif dan mana yang shohih.hadits shohih ini sanad nya tidak
terputus (bersambung), periwayatnya adil, dhabit, tidak cacat. Jadi hadits ini tidak
sembarangan orang mengeluarkan nya. Hadits ini yang mengeluarkannya yaitu orang yang
memang dekat kepada allah swt dan yang rindu kepada allah swt serta mahabbah atau cinta
kepada nabi muhammad SAW, orang ini harus terhindar dari suatu yang tidak di sukai allah
swt.kitab hadits shohih seperti manhallul latif, Nadzom Baikuni, Qowoidul As-syasiah
Karangan As-Sayyid Muhammad Bin Alwi Al Maliki Al Hasani.

Kata kunci: Hadits Shohih.

A. Pendahuluan
Hadits Nabi adalah pegangan hidup dan kaidah hukum setelah Al-Qur'an. Sebab
itu beliau memerintahkan para sahabatnya dan kaum muslimin yang datang setelahnya
untuk menyebarkan dan menyampaikan hadits-haditsnya kepada mereka yang tidak
mendengarkannya. Perawi adalah orang yang menerima dan meriwayatkan hadits dan
secara fitrah mereka adalah makhluk Allah yang tidak luput dari kesalahan dan
kelupaan. Sifat ini terkadang disengaja dan terkadang dilupakan. Apapun bentuk dan
jenis kesalahannya, akan mempengaruhi otentisitas dan otentisitas hadits. Untuk
mengetahui hadits tersebut aman dari kesalahan atau cacat, maka perlu dilakukan
kegiatan penelitian hadits yang bertujuan untuk melihat apa benar hadits itu benar dari
Rasul atau membuktikan otentisitas hadits tersebut.1

B. Pembahasan

1
Manhallul Latif hl.ii
1. Tersambungnya Sanad
Hendaknya setiap periwayat harus mendengar dengan baik dan benar dari
perowi-perowi sebelumnya dan perowi sebelumnya harus mendengar dengan baik dan
benar dari orang-orang sebelum mereka begitulah sampai seterusnya. 2
Contohnya :
Jika bertemu langsung tempat dan hidup pada tahun tersebut baru bisa di katakan
hadits shohih
Menceritakan kepada kami Abdullah Bin Yusuf memberitahu kami Malik dari abu
zanad dari Al-A’rodz dari Abi Khurairah RA Anhu Bahwasanya dia Berkata Rasulullah
SAW bersabda makanan 2 orang cukup untuk 3 orang di riwayatkan Imam Bukhori di
bab makanan.
Maka sanad ini bersambung dan maksud nya imam bukhori mendengar hadits
dari Abdullah, dan Abdullah mendengar hadits dari Malik, dan malik dari Abu Zinad dan
dia mendengarnya dari Al-A’rodz dan Al-A’rodz mendengarnya dari abu Khurairah dan
abu Khurairah mendengar Langsung dari Rosulullah SAW.
Hadits yang keterkaitannya terus menerus, di kalangan ulama hadits disebut
dengan berbagai nama al-Khatib. jika semua mata rantainya lengkap. lanjutkan, tidak
ada yang terputus dari awal hingga akhir.
kesinambungan hadis muttasil atau maushul tidak dapat dijadikan tolak ukur
untuk menentukan otentisitas suatu hadis, berbeda dengan kesinambungan hadis
musnad, karena sebagian hadis muttashil atau mawshul ada kaitannya dengan Nabi. ,
ada yang terhubung dengan teman dan ada juga yang bahkan hanya tabi. 'sehingga di
balik rantai koneksi ada kemungkinan terputusnya informasi dari Nabi. Berbeda dengan
hadits musnad, yang menjamin kelangsungan mata rantai hingga Nabi, sehingga dapat
dijadikan sebagai tolak ukur kriteria mata rantai seperti yang telah di jelaskan pada
sebelumnya. Supaya di ketahui ada atau tidaknya sebuah hadits, pendapat M. Shuhudi
Ismail, para ulama biasanya melalui prosedur meniliti sebagai berikut :
a. Dicatat semua nama periwayat yang di teliti.
b. Memahami hidupnya para periwayatnya.
Menurut pemahaman saya tersambungnya sanad para yang meriwayatkan
hadits yaitu jelas berurutan tidak ada terputus dan sanadnya itu langsung bersambung
pada rosulullah Saw.

2
Qowo’idul As-shasiah Fi ilmi Mustolahil Hadits Ta’lif As-Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-
Maliki(Mandalawangi 09 malang) hlm. 15-17.
2. Adilnya Perowi
Orang yang adil adalah orang muslim yang berakal yang selamat dari sifat fasiq
dan dosa dosa kecil yang menghinakan maka orang kafir dan orang fasiq, gila dan orang
bodoh mereka bukan termasuk orang yang adil berbeda dengan perempuan maka
riwayatnya di terima apa. bila dia muslimah ber akal yang selamat dari sifat fasiq dan
sifat sifat yang hina dan begitu juga budak di terima riwayatnya apabila dia muslim ber
akal yang selamat dari sifat fasiq dan sifat sifat yang menghina. 3 Dan mungkin kita
katakan bahwasanya adilnya seorang rowi itu bersihnya perilakunya dan sucinya kisah
kehidupannya, dan dia mencakup seluruh akhlak.
Ulama banyak berbeda pendapat tentang perawi hadis untuk dikatakan 'adil.
Pendapat al hakim kepada seseorang disebut 'adil jika dia orang yang beragama. 128.
tidak melakukan yang melenceng dari ajaran islam, dan tidak melakukan kemaksiatan.
Pendapat ulama yang namanya As-shalah ada 5 sifat seorang periwayat hadits yaitu
Adil, agama islam, telah baligh, mempunyai akal, memelihara maruah dan jauh dari sifat
keji.
Pendapat ulama di atas dapat kita ketahui sifat periwayat hadits yang di katakan
adil. Sebagai berikut :
1. Beragama islam
2. Sudah Baligh
3. Mempunyai akal
4. ketaqwaan
5. Memelihara maruah
6. Pendirian agama
7. syirik
8. jauh dari bermaksiat
9. Terhindar dari kemelencengan
10. Terhindar dosa kecil
sifat perowi di rangkum jadi 4 sifat sebagai berikut :
1. agama Islam
2. Sudah baligh
3. Mengerjakan apa yang di tentukan agama
4. Menjaga maru’ah
Penggunaan ketiga metode ini bersifat irreversible.

3
Baikuni, Nadzom Bet 3-4
Menurut pemahaman saya adilnya periwayat hadits ini yaitu dia tidak
melakukan apa apa yang tidak sukai allah swt dan mereka itu menjaga dari suatu yang
tidak sesuai dengan syariat islam.
3. Kuatnya Hafalan
Kuatnya hafalan hendaknya melekat apa yang di dengarnya di otaknya sekiranya
dia bisa menjawab apabila di tanya kapan saja. Lebih banyak suara atau pendapat itulah
yang di ambil dari kuat nya hafalan Maka keluar dari itu orang banyak salah di hafalan
dan orang yang lemah hafalannya.
Ada hubungan yang sangat erat antara sifat 'adil' dan dhabith. 'Orang yang adil
dengan kualitas pribadi yang baik, misalnya jujur, dapat dipercaya dan objektif, tidak
dapat menerima informasi jika dia tidak dapat menjaga informasi tersebut. Di sisi lain,
orang mampu menjaga, menghafal dan memahami informasi yang mereka ketahui,
tetapi jika mereka tidak jujur, pembohong dan curang, maka informasi yang mereka
sampaikan tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu, oleh para ulama hadits, keadilan dan
hafalan yang kuat serta memelihara catatan perawi hadits kemudian digabungkan
dengan istilah tsiqah. Jadi, perawi tsiqah adalah perawi yang adil dan kuat hafalannya. 4
seseorang disebut dhabith menurut Muhammad ajaj al khatib, yaitu seorang
perowi terjaga disaat dia menerima sebuah hadits dan dipahaminya di saat dia
mendengar dan menghafalnya dari menerimanya hingga disampaikan kepada orang
lain.
Pendapat ulama yang dijadikan inti dari ulama hadits di atas Muhammad
Syuhudi Ismail di Rangkum bahwa sifat kuat Hafalannya yaitu :
Pertama, perawi memahami dengan baik riwayat hadits yang didengarnya.
Sebagian ulama tidak mewajibkan perawi untuk memahami dengan baik riwayat hadits
yang didengarnya, mengingat kemungkinan bahwa:
1. Jika seorang perowi telah hafal dengan baik riwayat yang diterimanya, maka dia
akan paham semuanya.
2. Yang penting bagi seorang narator adalah hafalannya sangat kuat bukan hanya
pemahaman nya yang di perlukan. Pertimbangan pertama tidak kuat karena
orang yang menghafal tidak otomatis memahami apa yang telah dihafalnya. Oleh
karena itu, pertimbangan kedua adalah dasar dari dhâ bit menurut beberapa
ulama di atas.5

4
Manhallul Latif hl.55.
5
Manhallul latif hl.56.
Kedua, perowi mengetahui dengan baik riwayat hadits yang pernah didengar
atau diterimanya. Kekuatan hafalannya yaitu syarat untuk di sebut seorang dhabit.
Menurut pemahaman saya seorang yang hafalannya kuat bukan sekedar cepat
menghafal tapi dia cepat memahami dan bisa mengulangi apa yang dia dengar.
4. Kosongnya Hadits Tersebut Dari pada Penyimpangan(SYAD)
Hadits itu tidak menyalahi atau melanggar orang yang lebih kuat hafalannya dari
pada perowi.
Menurut imam as-syafi’I suatu hadits yang dinyatakan hadits syad yaitu
1. jika hadits itu dimiliki lebih dari sanad
2. periwayat hadits semua tsiqah
3. sanad nya berisi bertentangan
5. Kosongnya Hadits Itu daripada Cacat (illat)
Cacat adalah sifat yang tersembunyi yang merusak di terimanya hadits. Dan
hukum hadits tersebut bahwasanya hadits itu bisa di jadikan dalil di dalam akidah
6
akidah dan hukum hukum dan selain itu dan wajib mengamalkannya. Rusak
nya logika seperti zaman nya sayyidina ali dan muawwiyah

C. Penutup
Dari pembahasan di atas kita bisa mengambil kesimpulannya dari segi
kualitasnya baik maupun buruk hadits tersebut, pembahasan di atas syarat hadits dan
pendapat para ulama’.

DAFTAR PUSTAKA
Qowo’idul As-shasiah Fi ilmi Mustolahil Hadits Ta’lif As-Sayyid Muhammad Bin Alawi
Al-Maliki(Mandalawangi 09 malang) hlm. 15-17.
Baikuni Nadzom 3-4
Manhalul Latif

6
Manhalul Latif

Anda mungkin juga menyukai