Anda di halaman 1dari 3

A.

Phobia

1. Pengertian phobia

Fobia adalah perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang terhadap situasi atau objek
tertentu. Mayoritas pengidap phobia menyadari bahwa ketakutannya ini berlebihan, tetapi mereka
tetap tidak bisa mengendalikannya.

Ketakutan berlebihan ini tidak jarang menyebabkan depresi, kecemasan, dan kepanikan yang parah. Itu
sebabnya, mereka memilih menghindari objek atau situasi yang mereka takuti. Kondisi inilah yang
membedakan takut berlebihan dengan ketakutan biasa.

Setiap orang bisa jadi memiliki rasa takut akan suatu objek atau situasi. Namun, rasa takut ini termasuk
dalam fobia apabila:

-Ketakutan yang dirasakan tidak sebanding dengan situasi bahaya yang bisa terjadi akibat situasi atau
objek tertentu.

-Berlangsung lebih dari enam bulan.

-Ketakutan yang dialami berdampak langsung pada kondisi kesehatan mental dan aktivitas sehari-hari.

2. Jenis-jenis phobia

Phobia spesifik

Fobia spesifik umumnya berkembang sejak pengidapnya berusia anak-anak atau remaja. Misalnya, rasa
takut berlebihan terhadap hewan (laba-laba atau ular), takut tertular penyakit seksual (fobia
seksualitas), takut jarum suntik (fobia fisik), takut terhadap lingkungan (ketinggian), atau fobia situasi
(takut berkunjung ke dokter).

Jenis phobia spesifik, antara lain:

a. Aerophobia atau aviophobia, merupakan ketakutan untuk terbang.

b. Acrophobia, takut terhadap ketinggian. Pengidap biasanya menghindari wilayah tinggi seperti gunung,
jembatan, dan gedung tinggi. Gejalanya berupa vertigo, pusing, berkeringat, dan penurunan kesadaran.

c. Anuptaphobia, kondisi ini membuat pengidapnya takut dengan kesendirian (tidak bisa hidup sendiri)
atau tak memiliki pasangan hidup.

d. Ablutophobia, phobia mandi. Masalah ini membuat seseorang takut ketika harus mencuci muka,
membersihkan tubuh, atau mandi.

e. Astraphobia, ketakutan pada petir atau kilat hingga pengidapnya mengalami serangan panik dengan
gejala berkeringat, nyeri dada, mual, mati rasa, jantung berdebar, dan sulit bernapas.
f. Latrophobia, jenis fobia yang menimbulkan ketakutan irasional dan membuat seseorang menghindari
untuk pergi ke dokter.

g. Ombrophobia, ketakutan berlebih pada petir dan kehujanan. Pengidap fobia jenis ini biasanya
menganggap hujan atau mendung gelap sebagai sesuatu berbahaya yang bisa mendatangkan bencana.

h. Pagophobia, rasa takut akan es atau benda yang dingin dan beku.

i. Pogonophobia, takut berlebihan pada jenggot.

j. Nomophobia, ketakutan yang tidak normal saat berada jauh atau tidak menggunakan gadget.

k. Trypophobia, rasa takut berlebihan terhadap lubang yang saling berdekatan.

2. Phobia kompleks

Fobia kompleks memiliki dampak yang lebih mengganggu daripada spesifik. Kondisi ini biasanya
berkembang saat seseorang memasuki usia dewasa. Ada dua jenis phobia kompleks yang paling umum
terjadi, yaitu:

a. Fobia sosial

Pengidap akan merasa takut dalam situasi sosial, sehingga kerap menghindari berbagai situasi sosial
yang terjadi. Pasalnya, mereka bisa mengalami kekhawatiran yang berlebih mengenai situasi sosial yang
sedang terjadi.

Ketakutan berlebihan dalam lingkup sosial kerap membuatnya kesulitan untuk menjalankan kehidupan
sehari-hari, seperti berbicara dalam kelompok, bertemu dengan orang baru, jalan-jalan ke tempat ramai,
hingga makan dan minum bersama banyak orang.

Selain itu, kondisi ini juga dapat memengaruhi rasa percaya diri seseorang, membuat mereka sulit
berkembang, hingga menghambat kemampuan untuk bekerja.

b. Agoraphobia

Selanjutnya adalah agoraphobia atau ketakutan berlebihan pada tempat terbuka. Pengidap kelainan
mental ini akan merasa cemas berlebihan ketika berada pada tempat umum, ruangan tertutup,
keramaian, atau situasi yang menyebabkan mereka merasa kesulitan mendapat pertolongan.

Selain itu, kondisi ini juga bisa menyebabkan masalah pada hidup pengidapnya, seperti penurunan
kualitas hidup. Tak heran jika banyak pengidapnya sulit untuk meninggalkan tempat tinggalnya.

3. Penyebab Fobia

Rasa takut yang berlebihan terhadap suatu hal bisa terjadi karena banyak kondisi, misalnya:

a. Kejadian trauma
Situasi yang pernah terjadi bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma sehingga menyebabkan
ketakutan berlebihan terhadap situasi, objek, atau tempat tertentu.

Misalnya, pengidap pernah mengalami turbulensi yang sangat parah saat berada dalam pesawat, kondisi
ini bisa memicu rasa takut naik pesawat atau berada pada ruang yang tertutup.

b. Lingkungan

Fobia juga bisa muncul akibat respon terhadap kondisi lingkungan sekelilingnya. Misalnya, pengidap
memiliki orang tua atau kerabat dekat dengan kondisi ketakutan tertentu, hal ini bisa memengaruhi
anggota keluarga lainnya.

c. Pengelolaan stres yang kurang tepat

Stres dapat memicu kondisi cemas dan depresi. Hal ini bisa menurunkan kemampuan seseorang untuk
beradaptasi dengan situasi maupun tempat yang menjadi pemicunya.

Jika tidak mendapatkan penanganan, kondisi ini menyebabkan cemas dan depresi yang lebih buruk dari
sebelumnya. Inilah yang dapat memicu munculnya rasa takut pada situasi atau tempat tertentu.

4. Faktor Risiko Phobia

Rasa takut berlebihan bisa terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang bisa membuat
seseorang lebih berisiko mengalami kondisi ini, yaitu:

-Riwayat keluarga atau faktor genetik.

-Cedera psikologis atau peristiwa traumatis.

-Karakteristik diri, seseorang kemungkinan mengidap masalah ini bila terlalu malu, pesimis dalam hidup,
atau sensitif.

-Usia, ketakutan berlebihan lebih sering dialami mereka yang masih mudah, misalnya anak-anak atau
remaja berusia 13 tahun.

-Mendengar sesuatu atau mendapat informasi yang menakutkan, misalnya seperti kecelakaan pesawat

Anda mungkin juga menyukai