Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI MIKRO

Supporting Article and Critical Review


“Berpikir sebagai seorang Ekonom”

Kelompok 1
Nicholas Abimanyu (141230145)
Benediktus Christ Setyawan (141230146)
Salwa Aurelia Ayushita (141230147)
Pramudita Paramahanindya (141230148)
Rozan Ghaza Adroni (141230149)
Lioni Batubara (141230150)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN VETERAN YOGYAKARTA
2023
Supporting Article 1

Bisakah ASEAN Tinggalkan Dolar AS?


republika.co.id, 07 April 2023

Kalangan ekonom menyambut baik rencana negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) untuk
mengurangi penggunaan mata uang dolar AS dalam transaksi di kawasan.

Negara-negara ASEAN diketahui telah berkomitmen mengutamakan penggunaan mata uang lokal
untuk transaksi perdagangan dan konektivitas mekanisme pembayaran. Ekonom Center of Reform on
Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy menilai wacana ASEAN untuk mengurangi penggunaan
dolar AS dapat mengurangi risiko volatilitas. Itu karena mata uang dolar AS merupakan salah satu
mata uang yang paling banyak digunakan perdagangan global.

Menurut dia, wacana itu perlu direalisasikan Indonesia dan negara ASEAN lainnya. Dengan begitu,
negara-negara ASEAN tak lagi bergantung pada mata uang dolar AS dalam melakukan transaksi
perdagangan internasional.

Pandangan serupa disampaikan ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima
Yudhistira. Dia berpendapat, wacana ASEAN untuk mengurangi penggunaan dolar AS dapat
menguntungkan stabilitas kurs dan cadangan devisa. Hal itu juga dapat mengurangi ketergantungan
terhadap dolar AS dalam jangka panjang.

Menurut Bhima, kebijakan tersebut mampu mendorong stabilitas moneter Indonesia yang mengalami
fluktuasi. “Karena sumber fluktuasi utama ada pada ekonomi AS, maka porsi dolar AS yang
berkurang sama dengan kurs rupiah yang lebih stabil, sehingga kebijakan transaksi mata uang lokal
sangat menguntungkan stabilitas kurs dan cadangan devisa,” kata Bhima.

Sumber : https://www.republika.id/posts/39381/bisakah-asean-tinggalkan-dolar-as

Teori Pendukung :
Diversifikasi Risiko, merupakan teknik yang mungkin digunakan oleh Ekonom Yusuf Rendy
mencapai kesimpulan dari pernyataan “Wacana ASEAN untuk mengurangi penggunaan dolar AS
dapat mengurangi risiko volatilitas”. Teknik ini memiliki tujuan untuk mengurangi risiko saat
melakukan investasi. Teknik tersebut bisa dilakukan dengan mengalokasikan investasi ke berbagai
instrumen keuangan, industri, dan kategori lainnya. Hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan
keuntungan karena investasi dilakukan di beberapa area berbeda.

Critical Review :
Seperti yang tertulis di teori pendukung, teknik Diversifikasi Risiko mungkin digunakan oleh
ekonom dalam mencapai kesimpulan tersebut (Kalimat berwarna biru). Teknik ini mengurangi
ketergantungan pada dolar AS sebagai mata uang utama dalam perdagangan negara-negara ASEAN.
Hal ini dapat mengurangi risiko volatilitas1 yang terkait dengan fluktuasi nilai tukar dolar AS.
Diversifikasi penggunaan mata uang dapat membantu negara-negara tersebut mengurangi dampak
dari perubahan tiba-tiba dalam nilai tukar dolar terhadap mata uang mereka sendiri.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah Ekonom Yusuf Rendy memberikan sebuah asumsi,
hipotesis ataupun ramalan melalui pendekatan teori-teori ekonom yang mengacu pada pertanyaan
bisakah ASEAN meninggalkan Dollar AS sebagai alat transaksi di kawasan. Tentu dengan
menggunakan pendekatan teori ekonom tidak selalu dapat mencapai kesimpulan 100% akan terjadi.
Meski tidak sepenuhnya memprediksi kebenaran, setidaknya dapat menaikan angka kemungkinan
keberhasilan ASEAN dalam meninggalkan Dollar AS sebagai alat transaksi perdagangan di kawasan.

Supporting Article 2

1
Risiko Volatilitas : merujuk pada kemungkinan fluktuasi besar dan cepat dalam nilai aset, harga, atau indikator
ekonomi dalam jangka waktu tertentu, yang dapat mengakibatkan ketidakpastian dan dampak yang signifikan pada
pasar dan portofolio.
Pemerintah naikkan harga BBM subsidi, ekonom: ‘Kebijakan yang
salah sasaran dan cari gampangnya saja’
bbc.com, 06 September 2022

Kebijakan pemerintah Indonesia menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan alasan
karena sekitar 70% subsidi BBM dinikmati kelompok masyarakat mampu, disebut pengamat
ekonomi sebagai upaya "yang tidak tepat dan salah sasaran".

“Ini seperti targetnya menyembuhkan batuk, tapi yang diobati panu. Ini kan salah sasaran, dan
kebijakan mencari gampangnya saja,” kata pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada,
Fahmy Radhi, kepada BBC News Indonesia, Senin (05/09/2022).

Alih-alih meningkatkan harga BBM, menurut Direktur Celios (Center of Economic and Law
Studies), Bhima Yudhistira, pemerintah harus melakukan pembatasan dan pengawasan ketat dalam
penyaluran BBM.

“Kesalahan dalam pengelolaan, pembatasan hingga pengawasan oleh pemerintah, malah dibebankan
kepada seluruh masyarakat,” katanya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter A Redjalam mengatakan,
subsidi BBM tidak sekadar dilihat dari nilai transaksi jual beli di SPBU, tapi pengaruhnya ke
perekonomian yang melindungi kelompok miskin.

Pada Sabtu (03/09) lalu, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi.

Salah satu alasan yang disampaikan Jokowi adalah 70% BBM subsidi selama ini dinikmati oleh
kalangan warga yang mampu secara finansial.

Alasan lain di antaranya adalah peningkatan tajam anggaran subsidi dan kompensasi tahun anggaran
2022 dari yang awalnya Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun.

"Inilah yang lucunya itu. Mereka yang salah hitung-hitungannya, tapi malah menaikkan harga BBM.
Ini kan yang dirugikan rakyat kecil seperti kami. Kenapa mereka yang salah tapi justru kami yang
dirugikan?" katanya.

Teori Pendukung :
1. Teori Kesejahteraan Sosial
= (Menurut Suharto, 2006:3) Kesejahteraan sosial juga termasuk sebagai suatu proses atau usaha
terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-
badan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial
dan tunjangan sosial.
2. Teori Inflasi Keynes
= Keynes berpendapat bahwa inflasi dapat muncul sebagai akibat dari pertumbuhan permintaan
agregat2 yang terlalu cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penawaran agrega3t.
3. Teori Efisiensi Ekonomi
= Merujuk pada sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan
seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa (Sullivan, Arthur, 2003, Economics:
Principles in action).

Critical Review
Menurut Teori Kesejahteraan Sosial, Ekonom mungkin berpendapat bahwa kenaikan harga
BBM yang berdampak pada kenaikan biaya hidup dapat memberikan tekanan lebih besar pada
kelompok masyarakat yang lebih rentan. Jika tujuan utama kebijakan adalah meningkatkan
kesejahteraan sosial, maka pemerintah seharusnya mencari cara lain untuk mengurangi subsidi
kepada kelompok yang tidak membutuhkannya tanpa memberikan beban berlebih pada kelompok
yang lebih rentan.

Menurut Teori Inflasi Keynes, Ekonom mungkin berpendapat bahwa kenaikan harga BBM
dapat berpotensi menyebabkan inflasi atau peningkatan umum dalam tingkat harga, terutama jika
inflasi mengurangi daya beli masyarakat dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Dalam hal
ini, kebijakan kenaikan harga BBM mungkin dianggap "tidak tepat" karena dapat memicu
ketidakstabilan ekonomi.

Menurut Teori Efisien Ekonomi, Ekonom mungkin berpendapat bahwa pentingnya alokasi
sumber daya yang efisien dalam perekonomian. Ekonom mungkin berpendapat bahwa
mengalokasikan subsidi besar kepada kelompok masyarakat mampu untuk BBM dapat dianggap
sebagai pemborosan sumber daya pemerintah. Kebijakan tersebut mungkin akan dianggap tidak
tepat karena tidak mendukung efisiensi penggunaan anggaran publik.

2
Permintaan agregat : Jumlah total barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen, bisnis, pemerintah,
dan sektor luar negeri dalam suatu ekonomi.
3
Penawaran agregat : Jumlah total barang dan jasa yang dihasilkan atau tersedia.

Anda mungkin juga menyukai