Anda di halaman 1dari 14

KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ALLAUDYA


NOMOR : …/…………./.....…/……..………2

012
TENTANG
PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ALLAUDYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ALLAUDYA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Ibu dan Anak Allaudya, maka diperlukan adanya panduan
komunikasi efektif di Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya.
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Allaudya dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah
Sakit Ibu dan Anak Allaudya sebagai landasan bagi penyelenggaraan
panduan komunikasi efektif di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Allaudya.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a, b
dan c perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Ibu
dan Anak Allaudya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan.
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2004
tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No.772/Menkes/SK/VI/2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit.
4. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesahatan Kabupaten Gunungkidul
Nomor tentang Menyelenggarakan Rumah Sakit
tertanggal ;
5. Surat Keputusan Direktur PT. Nomor tentang
Pengangkatan DIrektur RSIA Allaudya.

M E M U T U S K A N :
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
ALLAUDYA TENTANG PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Kesatu : Kebijakan yang dimaksud adalah sebagaimana dalam lampiran keputusan
ini;

Kedua : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan komunikasi efektif di


Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya dilaksanakan oleh masing- masing
unit kerja di Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya;

Ketiga : Biaya yang timbul sebagai akibat diterbitkannya keputusan ini


dibebankan pada Anggaran Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya;

Kedua : Pada saat Keputusan ini berlaku, Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu
Dan Anak Allaudya Nomor ........................................... tentang Panduan
Komunikasi Efektif

Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Playen
Pada tanggal :
DIREKTUR RSIA ALLAUDYA,

dr. CHORI FADHILA PUTRI


NIP.

LAMPIRAN KEPUTUSAN
DIREKTUR RSIA ALLAUDYA
Nomor : .............................
Tanggal :

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ALLAUDYA

I. Latar Belakang
Kegiatan komunikasi sudah menjadi sebagian besar kegiatan kita seharihari, mulai
antar teman/pribadi, kelompok, organisasi atau massa.Kegiatan komunikasi pada prinsipnya
adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi
dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke
pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan
tersebut.

Begitu pula dengan pelayanan rumah sakit, keberhasilan misi sebuah rumah sakit
sangat ditentukan oleh keluwesan berkomunikasi setiap petugas, perawat dan dokter.
Pelayanan rumah sakit selalu berhubungan dengan berbagai karakter dan perilaku pasien
sehingga hubungan antara pasien , dokter , perawat dan petugas rumah sakit dapat bersinergi.
Sehingga dapat mencapai visi dan misi rumah sakit.Dalam profesi kedokteran, komunikasi
dokter dengan pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter.
Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian 2 masalah
kesehatan pasien. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup
untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,
dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut.

Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa berada dalam posisi lebih rendah di
hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau mengungkapkan diri. Hasilnya,
pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter. Paradigma inilah yang harus kita perbaiki.
Pasien dan dokter harus berada dalam kedudukan setara sehingga pasien tidak merasa rendah
diri dan malu untuk bisa menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas.
Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan
tentang rencana tindakan selanjutnya. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif
justru tidak memerlukan waktu yang lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan waktu
yang lebih sedikit karena petugas, perawat dasn dokter terampil mengenali kebutuhan pasien.
Atas dasar kebutuhan pasien, perawat dan dokter melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman komunikasi
efektif untuk petugas, perawat dan dokter di RSIA Allaudya untuk memudahkan
berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.

II. Definisi
Komunikasi merupakan proses bicara dalam bahasa inggris di akronimkan sebagai
TALK. TALK merupakan akronim dari T ( talk to each other ) yakni berbicara satu orang
dengan orang lainnya, A ( act together to car for our residents, patients and families) secara
bersama memberikan pelayanan antar petugas, residen, pasien dan keluarganya, L ( listen to
each other ) yakni satu dengan lainnya saling dengarkan dan K ( know and understand each
other ) yakni tau dan mengerti satu dengan lainnya.
Komunikasi melibatkan pembicara ( orang yang member informasi ), proses
penyampaian informasi, isi informasi dan pendengar ( orang yang menerima informasi ).
Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah suatu proses dimana seorang
individu, menyampaikan pemikiran – pemikiran atau informasi ( verbal atau non
verbal )untuk mengubah tingkah laku orang lain / individu lain. Untuk itu harus ada
kesepahaman arti dalam proses penyampaian arti tersebut agar tercapai komunikasiyang
efektif.
Berdasarkan definisi diatas, kita simpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah tingkah laku
orang lain / individu lain. Tujuan yang diharapkan dalam proses komunikasi yaitu perubahan
berupa penambahan pengetahuan, merubah pendapat, memperkuat pendapat, merubah sikap
dan perilaku komunikan atau dengan kata lain dikenal sebagai tiga tingkatan perubahan yaitu
kognitif, afektif dan behavioral.
Menurut Devito ( 1989 ), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan
oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera ( Effendy,
2003 ).
Bentuk komunikasi interpersonal di rumah sakit biasanya antara dokter, perawat,
ataupun paramedik dengan pasien dan keluarganya. Bentuk komunikasi interpersonal
seperti ini juga dikenal dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi semacam ini biasanya
berfokus pada pertukaran informasi mengenai kondisi kesehatan pasien.

III. Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan panduan komunikasi efektif ini adalah :
1. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter mengenai
cara berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
2. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan
pasien dan keluarganya.
3. Menghindarkan kesalahpahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktik.

IV. Pihak Terlibat


1. Masyarakat
2. Pasien ,Keluarga dan Pengunjung
3. Dokter, Tenaga Kesehatan lain, Perawat, Bidan, Tenaga non Medis, Tenaga non
Keperawatan
4. Institusi Pemerintah dan Swasta

V. Kegiatan
1. Tata Laksana Identifikasi Komunikasi Dan Populasi
a. RSIA Allaudya melakukan identifikasi komunikasi dan populasi internal dan
eksternal yang menjadi pusat perhatian dalam pemberian informasi melalui analisa
data demografi kunjungan kunjungan Rawat Jalan maupun Rawat Inap.
b. Pengolahan data dan penentuan sasaran/target harus memberikan gambaran dalam
pemberian informasi yang tepat dan cepat.
c. Proses identifikasi terhadap komunitas dan populasi dilakukan oleh bagian Humas
dan Marketing RSIA Allaudya
2. Komunikasi Dengan Masyarakat
2.1 Identifikasi komunitas dan populasi berdasar data demografi seluruh pengunjung RS
yang telah dianalisi tentang : penyakit, jenis kelamin, umur, agama dan tempat
domisili dll yg terkait untuk :
a. Komunikasi lanjutan tentang informasi pelayanan, jam pelayanan dan proses
mendapatkan pelayanan;
b. Informasi tentang kualitas pelayanan, yang diberikan kepada publik dan kepada
sumber rujukan.
c. Bentuk dan Strategi komunikasi :
 PKRS = Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit melalui individu maupun
kelompok pada :
1. Penyuluhan tentang rawat luka
2. Penyuluhan tentang rehabilitasi medik
3. Penyuluhan Gizi
4. Penyuluhan Farmasi
5. Penyuluhan KIA KB
 Melalui leaflet, brosur, spanduk, poster.
2.2. Komunikasi dengan masyarakat menggunakan perantara media :
a. Nomor Telepon :
b. WhatsApp :
c. Instagram :
d. Website :
e. Email :
f. Media leaflet, banner, spanduk, poster oleh Unit PKRS dan Humas

3. Komunikasi Dengan Pasien Dan Keluarga


Tata cara berkomunikasi efektif dengan pasien dan keluarga :
1. Nomor Telepon :
2. Email :
3. Media leaflet, banner, spanduk, poster oleh Unit PKRS dan Humas
4. Kotak saran /komplain
5. Pemberian informasi kepada pasien dan keluarga tentang edukasi kesehatan
6. Media leflet, banner, spanduk, poster, Koran oleh PKRS dan Humas

Komunikasi efektif memuat :


1. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang asuhan dan pelayanan melalui brosur,
leaflet, spanduk, banner atau melalui media masa seperti koran, majalah, radio dan
melalui perantara media website dan diberi informasi bagaimana mengakses
pelayanan di RSIA Allaudya.
2. Pasien dan keluarga diberi informasi bahwa RSIA Allaudya memberikan asuhan
dan pelayanan rawat jalan meliputi ruang lingkup Spesialis Kandungan, Spesialis
Anak , Gigi, IGD , Penunjang Medis antara Fisioterapi , Radiologi, Laboratorium.
3. Rumah sakit menyediakan pernyataan tertulis tentang hak dan tanggungjawab
pasien dan keluarga yang diberikan kepada pasien pada saat masuk rawat inap atau
rawat jalan. Pernyataan tertulis tersebut di pampang di rumah sakit.
4. Rumah sakit menyediakan akses kepada pemberi informasi di rumah sakit untuk
memberiakan pelayanan kepada pasien sehingga dapat menemukan dan mencari
kembali hasil asesmen di rekam medis.
5. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang bagaimana mengakses pelayanan di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya yaitu bagaimana cara mendaftar pelayanan di
rumah sakit. Rumah sakit juga memberikan penjelasan meliputi informasi tentang
pelayanan yang ditawarkan. Apabila pasien memungkinakan untuk dirujuk maka
Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya memberikan arahan rujukan ke rumah sakit
lain secara spesifik dan kriteria pasien.
6. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang sumber alternatif bagi asuhan dan
pelayanan diberikan apabila rumah sakit tidak bisa menyediakan asuhan dan
pelayanan. Rumah sakit menyediakan daftar nama rumah sakit alternatif yang bisa
memberikan pelayanan.
7. Rumah sakit memverivikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
pendidikan yang diberikan
8. Rumah Sakit memberikan pendidikan untuk mendorong pasien dan keluarganya
untuk bertanya dan memberi pendapat sebagai peserta aktif.
9. Rumah Sakit memberikan informasi verbal yang diperkuat dengan materi secara
tertulis yang terkait dengan kebutuhan pasien dan konsisten dengan memilih
pembelajaran pasien dan keluarganya.
10. Menggunakan informasi dengan bahasa Indonesia yang benar dan apabila pasien
dan keluarga menggunakan bahasa yang tidak dimengerti maka RSIA Allaudya
meminta bantuan anggota keluarga sebagai penterjemah apabila terpaksa dan
sebagai upaya akhir maka anak bisa dijadikan penterjemah atau melibatkan pihak
penterjemah bahasa di Rumah Sakit.
11. Rumah Sakit menjabarkan informasi spesifik pasien yang membutuhkan untuk
penelaahan yang efektif meliputi ketepatan dari obat, dosis, frekuensi dan rute
pemberisbaran, duplikasi terapi, alergi, interkasi obat, variasi, berat badan, dan
kontra indikasinya.
12. Rumah sakit menetapkan desain pelayanan yang mendukung kontinuitas pelayanan
dan koordinasi pelayanan yang meliputi pelayanan emergensi dan pendaftaran
pasien rawat inap, pelayanan diagnostik dan pelayanan pengobatan, pelayanan non
bedah dan tindakan bedah, program pelayanan rawat jalan, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya.
13. Rumah sakit mengidentifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan
dilingkungan rumah sakit yang berhubungan dengan pelayanan yang ada di rumah
sakit
14. Rumah sakit memberikan penjelasan pelayanan yang akan diperoleh pasien dan
memberikan perkiraan biaya perawatan selama pasien dirawat di rumah sakit.
15. Rumah sakit mendukung dan mendorong keterlibatan pasien dan keluarganya dalam
pelayanan. Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui
pembuatan keputusan tentang pelayanan, bertanya tentang pelayanan dan bahkan
menolak prosedur diagnostic dan pengobatan.
16. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan termasuk
informasi tentang hasil asuhan yang tidak diharapkan sehingga pasien dan keluarga
memahami bagaimana mereka akan diberi tahu dan siapa yang akan memberi tahu
mereka tentang hasil dari pelayanan dan pengobatan serta hasil yang tidak
diantisipasi dari pelayanan dan pengobatan.

4. Komunikasi Internal Rumah Sakit


4.1. Tata Laksana Komunikasi Efektif Internal Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya
Pimpinan rumah sakit menjamin terjadinya proses untuk mengkomunikasikan informasi
yang relevan di seluruh rumah sakit secra tepat waktu, menjamin komunikasi yang
efektif antar program di dalam rumah sakit. Pimpinan mengkomunikasikan visi, misi dan
kebijakan penting, rencana dan tujuan rumah sakit kepada semua staf rumah sakit.
Rumah sakit juga mensosialisasikan rencana strategi dan program rumah sakit Ibu dan
Anak Allaudya.
a. Rapat rutin yang diadakan di lingkungan RSIA Allaudya seperti
 Rapat Manjemen
 Rapat Kepala Bagian
 Rapat masing masing Pokja
 Rapat masing masing unit
 Pertemuan Kebidanan
b. Komunikasi melalui telepon antar petugas (dokter, perawat/bidan , petugas
lainnya)
c. Undangan, Absensi dan Notulen
d. Laporan laporan
e. Lembar edukasi yang berisikan tanggal, Materi, tanda tangan
f. Komunikasi efektif harus tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, mudah dipahami oleh
penerima sehingga dapat mengurangi kesalahpahaman.

4.2 Prinsip Komunikasi Efektif:


1. Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan
proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulis, baca kembali
dan konfirmasi ulang (TbaK) yaitu :
a. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan. Komunikasi dapat dilakukan
secara langsung atau melalui saran komunikasi seperti telepon. Pemberi pesan
harus memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan suara
(tidak besr dan tidak kecil), jelas, singkat, dan padat.
b. Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut (TULIS) untuk mengindari pesan
yang terlewat maka penerima psesanharus mencatat pesan yang diberikan
secara jelas
c. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan. (BACA)
Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan
tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahn dan pesan dapat
diterima dengan baik.
d. Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan pemberi pesan.
(KONFIRMASI) Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan
oleh penerima pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada
yang kurang atau salah.
2. Rumah Sakit Nur Rohmah menerapkan komunikasi lewat telepon dengan prinsip
Write Back, Read Back atau (TbaK) Setiap pesan yang dilaksanakan melalui
telepon, perlu di baca ulang ( readback ) ringkasan informasi oleh penerima berita
( receiver ) untuk mengecek akurasi berita dan kejelasan isi informasi tersebut. Hal
ini diperlukan untuk menyakinkan bahwa penerima informasi mengerti dan jelas
tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan informasi yang diterimanya. Setiap
informasi yang diterima, harus ditulis dalam catatan medis ( Rekam Medis ).
Komunikasi efektif harus dicatat dengan akurat pada rekam medis atau catatan
pasien. Catatan tersebut harus dapat dibaca ( Legible ), ditanda tangani ( signed ), diberi
tanggal ( dated ), dituliskan waktu serta ditulis dengan menggunakan tinta warna hitam.
Komunikasi efektif dapat terjadi dengan menggunakan suatu format baku agar
komunikasi terstandar dan berlangsung secara efektif dan efisien. Salah satu format baku
yang di pergunakan oleh rumah sakit Nur Rohmah adalah format SBAR
Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang adekuat merupakan
sumber kesalahan yang serius pada pusat pelayanan kesehatan. Analisis akar masalah
ditemukan sebagai sumber kesalahan yang terjadi secara umum di sebabkan dari kedua
macam komunikasi ini. Terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi antar petugas
pemberi pelayanan karena factor hirarki,gender, suku, perbedaan gaya komunikasi antar
disiplin ilmu dan gaya komunikasi individual.
SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi
hambatan dala komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari komunikasi
antara pemberi informasi dengan penerima informasi. SBAR mudah diingat yang praktis
untuk komunikasi atau percakapan. SBAR tersusun sebagai berikut :
S = Situation
B = Background
A = Assessment
R = Recommendation
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR ( Byred et al, 2009 ) ,yaitu :
a) Meningkatkan keamanan keselamatan pasien ( patient safety ).
b) Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.
c) Meningkatkan kekuatan atau penjelasan dari para pemberi pelayanan kesehatan
dalam mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau untuk
menyelesaikan informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan akurat.
d) Meningkatkan efektivitas kerja tim.
e) Dapat dipergunakan pada daerah spesifik COPD.
SBAR TERSUSUN ATAS :
S = Situation
Tanyakan kondisi pasien (Situation)
Identitas pasien, diagnose medis dan masalah yang belum maupun sudah
teratasi.
Mengawali suatu komunikasi di perlukan pengenalan antara penyampai berita dan
penerima berita. Dalam hal ini identitas saudara ( petugas ) dan unit pelayanan kesehatan
diinformasikan. Selain itu juga perlu disampaikan kepada siapa ( penerima ) informasi
yang petugas ajak berkomunikasi
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang dihadapinya
Misalnya pasien serta kekhawatiran bila tidak di lakukan tindakan. Dalam hal
menginformasikan pasien disebutkan identitas pasien.
B = Background
Tanyakan latar belakang pasien (Background)
Keluhan utama, intervensi yang telah dilakukan, respon pasien  diagnose keperawatan,
riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat infasif dan obat atau infuse
Berilah informasi riwayat medis pasien,atau informasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang ditemukan.untuk pasien perlu dijelaskan riwayat medisnya, perlu
dijelaskan atau digaris bawahi riwayat medis yang bermakna. Bila permasalahan di
bidang lain misalnya sampel darah atau permasalahan obat maka poin penting dari
permasalahan tersebut ditonjolkan
A = Assessment
Pengkajian kondisi pasien terkini (Assesment)
Sebutkan tanda vital, pain score, GCS, status restrain, Resiko jatuh, Status nutrisi,
eliminasi hal yang kritis dan lain lain.
Hasil pemerikasaan penunjang yang abnormal
Informasi lain yang mendukung
Penilaian terhadap masalah yang di temukan terkait dengan apa yang menjadi masalah
pada pasien. Berilah kesan pasien secara klinis serta hal yang terkait dengan hal tersebut.
Jelaskan pula tindakan apa yang sudah di berikan kepada pasien untuk mengatasi
permasalahan tersebut sambil menunggu rekomendasi yang diterima petugas
R = Recommendation
 Usulan pemeriksaan atau tindakan atas kondisi pasien saat ini.
 Tindakan apa yang direkomendasikan untuk memperbaiki masalah
 Apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien
 Kapan waktu yang di harapkan tindakan ini terjadi
Jelaskan kepada petugas rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana cara melaksanakan
saran serta tentukan waktu pelaksanaannya serta tindak lanjutnya. Terakhir, rekomendasi
yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan harapan pada akhir pembicaraan dengan
klinisi atau petugas tersebut.

PENGGUNAAN SBAR :
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal, tertulis lewat menyusun
surat , dari berbagai keadaan perawatan pasien antara lain :
a. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
b. Komunikasi pada kasus urgent dan non urgent.
c. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
d. Keadaan khusus antara dokter dan perawat.
e. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter.
f. Mendiskusikan dengan konsultan professional lain misal terapi respirasi, fisioterapi.
g. Komunikai dengan mitra bestari.
h. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga.
i. Meningkatkan perhatian
j. Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit. Dalam menyebutkan kata
yang sulit saat komunikasi maka pemberi pesan harus mengeja hurufnya dengan
menggunakan Kode Alfabet International sebagai berikut :
5. Komunikasi Eksternal Rumah Sakit
a. Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya menerapkan strategi komunikasi eksternal melalui
media dan layanan public
b. Melalui kesepakatan dalam bentuk kerjasama.
c. Pencapaian strategi di titik beratkan pada informasi dalam bentuk promosi yang berfokus
pada ketersediaan pelayanan kesehatan.
Tata cara komunikasi eksternal yang diterapkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya :
a. Penerimaan tamu secara langsung
b. Bekerja sama dengan pihak ketiga dengan cara membuat Kesepakatan Kerjasama
( MOU )
c. Melakukan surat menyurat
d. Brosur, leaflet, spanduk, poster, standing banner, majalah, radio, surat kabar.

VI. Kesimpulan
Demikian panduan komunikasi efektif ini kami buat gar dapat digunakan sebagai acuan dalam
pemberian komunikasi efektif pasien dan keluarga di Rumah Sakit Ibu dan Anak Allaudya..

Ditetapkan di : Playen
Pada tanggal :
DIREKTUR RSIA ALLAUDYA,

dr. CHORI FADHILA PUTRI


NIP.

Anda mungkin juga menyukai