Anda di halaman 1dari 6

RESUME

Penerimaan Penugasan Pengauditan Dan Perencanaan pengauditan


Kelompok 1
1. A’aliyah Khoirunnisa 2001021162
2. Eva Febria Permatasari 2001021180
3. Marcylia Ayu Farahiya 2001021189
4. Veronica Fitri Setya 2001021202
5. Vivin Meiliana 2001021203

1. Penerimaan Penugasan Pengauditan


Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk
menerima (atau menolak) suatu kesempatan menjadi auditor untuk klien baru, atau untuk
melanjutkan sebagai auditor bagi klien yan sudah ada. Pada umunya keputusan menolak (atau
menerima) ini sudah dilakukan sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku
yang akan diperiksa.
Auditor tidak wajib menerima setiap permintaan untuk melakukan audit laporan
keuangan yang diajukan oleh calon kliennya. Apabila auditor memutuskan untuk menerima
suatu penugasan audit, maka auditor harus memikul tanggungjawab profesional terhadap
masyarakat, klien, dan terhadap anggota profesi akuntan publik yang lain. Auditor harus menjaga
kelangsungan kepercayaan masyarakat terhadap profesi dengan menjaga independensi,
integritas, dan objektivitas. Kepentingan klien harus dilayani dengan memperhatikan kompetensi
dan profesionalitas. Terhadap anggota lain seprofesi, auditor bertanggung jawab untuk turut
menungkatkan dan menjaga nama baik profesi, serta meningkatkan kemampua dalam memberi
pelayanan kepada masyarakat.
Pertimbangan dalam memutuskan untuk menerima penugasan juga berhubungan
langsung dengan kemampuan auditor untuk memenuhi persyaratan seperti diminta oleh standar
auditing serta kode etik akuntan. Berikut langkah-langkah dalam penerimaan penugasan audit

MENGIDENTIFIKASI
MENGEVALUASI MENETAPKAN
KEADAAN-KEADAAN
INTEGRITAS KOMPETENSI UNTUK
KHUSUS DAN RISIKO MELAKUKAN AUDIT
MANAJEMEN
TIDAK BIASA

MENENTUKAN
MENGEVALUASI KEMAMPUAN UNTUK MENYIAPKAN SURAT
INDEPENDENSI BERKERJA DENGAN PENUGASAN
CERMAT DAN SEKSAMA
2. Surat Penugasa Audit
Bentuk dan isi surat berbeda-beda untuk setiap klien, namun secara umum setiap surat
penuasan hendaknya berisi hal-hal sebagai berikut:
 Menyebutkan dengan jelas nama perusahaan atau satuan organisasi dan laporan keuangan
yang akan diperiksa.
 Menyebutkan tujuan audit.
 Menyebutkan bahwa audit akan dilakukan berdasarkan standar profesional yaitu standar
auditing yang diterapkan oleh ikatan akuntansi indinesia.
 Menjelaskan tentang sifat dan lingkup audit dan tanggung jawab auditor
 Menyebutkan bahwa walaupun audit telah dirancang dan dilaksanakan dengan baik,
namun audit mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidak beresan material.
 Mengingatkan manajemen, bahwa manajemen bertanggung jawab atas penyusunan
laporan keuangan dan menerapkan struktur pengendalian intern yang memadai.
 Menyeutkan bahwa manajemen akan diminta untuk memberikan representasi tertulis
kepada auditor.
 Menjelaskan mengenai dasar perhitungan honorarium audit dan cara penagihan
honorarium
 Meminta klien untuk menegaskan kesepakatan atas berbagai hal yang tercantum dalam
surat penuasan dengan mendatangani surat penugasan tersebut dan mengirimkan kembali
salinannya kepada auditor.
Surat penugasan merupakan surat perjanjian atau kontrak yang secara hukum mengikat
auditor dengan klien. Dengan adanya kontrak yang jelas menyebutkan sifat jasa yang akan
diberikan dan tanggung jawab auditor, maka surat ini akan sangat berguna bagi auditor agar
tidak terkena tuntutan hukum.
3. perencanaan pengauditan
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan
pelaksanaan audit. Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam
tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit. Luas dan kelengkapanperencanaan sangat
tergantung pada :
1. Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
2. Pengalaman auditor dengan klien,
3. Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya.
Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku
klien. Dalam perencanaan audit terdapat beberapa Langkah yang harus dilakukan :
1. Mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
Auditor harus memiliki pengetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian,
transaksi, dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan.
Auditor harus mengetahui hal-hal berikut :
 Jenis usaha,jenis produk dan jasa, lokasi perusahaan, dan karakteristik operasi
perusahaan.
 Jenis industry, dan mudah tidaknya industry terpengaruh oleh kondisi ekonomi,
serta praktik dan kebijakan yang lazim dalam industry tersebut.
 Ada tidaknya transaksi-tansaksi yang memiliki hubungan istimewa.
 Peraturan pemerintah yang berpengaruh terhadp perusahaan dan industry.
 Struktur pengendalian intern perusahaan.
 Laporan-laporan yang harus disampaikan ke instansi tertentu.

4. Pemahaman Industri Bisnis Klien
Penghimpunan pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan
untuk mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan
digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang
mungkin timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan.
Hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah
sebagai berikut:
a. jenis bisnis dan produk klien.
b. lokasi dan karakteristik operasi klien seperti metoda produksi dan pemasaran,
c. jenis dan karakteristik industri,
d. eksistensi ada tidaknya pihak terkait yang mempunyai hubungn erat dengan klien
misalnya sama-sama anak perusahaan dari suatu holding company,
e. peraturan pemerintah yang mempengaruhi bisnis dan industri klien,
f. karakteristik laporan yang harus diberikan kepada instansi tertentu.

Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industry klien dapat diperoleh
melalui:
a. Mereview kertas kerja tahun lalu
Kertas kerja menunjukkan masalah yang muncul dalam audit pada tahun lalu.
Yang mungkin kan berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya. Bagi kleen baru,
kertas kerja yang disusun auditor pendahulu bisa membantu. Klien harus
memberi ijin auditor pengganti untuk mereview.
b. Mereview data industry dan data bisnis klien.
Informasi mengenai inbdustri yang didalamnya klien beroperasi dapat
diperoleh dengan membaca data industry yang dikumpulkan oleh kantor
akuntan dan berbagai publikasi yang diterbitkan industry yang bersangkutan.
Informasi yang diperoleh harus didokumentasikan oleh auditor dan disimpan
dalam arsip permanen untuk digunakan dalam audit berikutnya.
c. Melakukan peninjuan ketempat operasi klien
Dari peninjauan langsung kepabrik, auditor akan mengetahui tata letak pabrik,
proses operasi (produksi), fasilitas pergudangan dan hal-hal yang sekiranya
bisa menimbulkan masalah.
d. Mengajukan pertanyaan kepada komite audit
Komite audit dari dewan komisaris bisa memberi penjelasan penting kepada
auditor mengenai bisnis dan industry klien.
e. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen
Diskusi dengan manajemen akan berguna bagi auditor untuk dapat
mengetahui perkembangan terakhir perusahaan yang mungkin berpengaruh
signifikansi pada audit yang akan dilakukan auditor.
f. Menentukan adanya hubungan istimewa
Prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup keharusan membuat
pengungkapan khusus dan dalam hal tertentu menetapkan perlakuan akuntansi
khusus, untuk transaksi-transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Untuk memperoleh pengetahuan tentang bisnis klien, auditor bisa:
1. mereview anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan,
2. membaca notulen rapat dewan komisaris dan dewan direksi untuk mendapatkan
informasi-informasi tertentu,
3. analisis laporan keuangan tahunan dan interim, laporan pajak penghasilan, dan
laporan ke instansi-instansi terkait,
4. mempelajari berbagai peraturan pemerintah yang relevan,
5. membaca kontrak-kontrak yang belanjut,
6. membaca publikasi-publikasi yang berkaitan dengan industri dan perdagangan
untuk mempelajari perkembangan bisnis dan industri mutahir.

5. Asesmen Risiko Bisnis Klien


Risiko bisnis klien adalah risiko dimana klien akan gagal mencapai tujuannya,
yang berhubungan dengan kendaln laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi
serta kepatuhan terhadap dan pemerintah
 Menentukan tingkat risiko audit awal
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari,
tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji merial. Jenis jenis risiko:
a. Risiko audit yang dapat di terima adalah suatu ukuran seberapa besar auditor
menerima salah saji metrial dalam laporan keuangan setelah audit di
selesaikan dan opini wajar tanpa pengecualian telah di keluarkan
b. Risiko bawaan adalah kerentaan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asusmsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait
c. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu
asersi yang tidak dapat di cegah atau di deteksi secara tepat waktu oleh
struktur pengandalian intern entitas
d. Risiko deteksi adalah yang timbul sebagai akibat auditor tidak dapat
mendetksi salah siji material yang terdapat dalam suatu asersi.
6. Prosedur Analisis Tahap Awal
Prosedur analisis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan logis ntara data keuangan dan non keuangan. Prosedur analitis
meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengqan ekpektasi auditor.
Penggunaan prosedur analitis dalam tahapan perencanaan audit yang efektif,
meliputi tahapan-tahgapan sistematis berikut:
a. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang akan dibuat
b. Mengembangkan ekspektasi atau harapan.
c. Melakukan perhitungan atau perbandingan
d. Menganalisis data dan menidentifikasi perbedaan signifikan
e. Menyelidiki selisih tak diharapkan yang signifikan.
f. Menentukan pengaruh atas perencanaan audit.
Prosedur analitis dapat membantu auditor dalam perencanaan dengan cara:
a. Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien.
b. Mengidentifikasi hubungan-hubungan yang tidak biasa dan fluktuasi yang
tidak diharapkan dalam data yang bisa menunjukkan didang-bidang yang
kemungkinan mencerminkan risiko salah saji.

Anda mungkin juga menyukai