Makalah Empowering & Trust
Makalah Empowering & Trust
Dosen Pembimbing:
Fanny Ayudia, M.Biomed
Disusun Oleh :
Redia Saputri
Prodi : S1 Kebidanan
Kelas : 1B
Alhamdullilah dengan rahmat Allah SWT Yang Maha Esa, dan berkat hidayah-
Nya sehingga saya mampu menyelesaikan makalah “Empowering & Trust” dalam
mata kuliah praktek kebidanan, di profesi S1 kebidanan.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan waktu, doa, saran, dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman, dan pengetahuan yang Saya miliki. Oleh karena
itu, Saya mengharapkan segala bentuk saran, serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Agar nantinya menjadi lebih baik lagi setelah ini.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca, dan diharapkan bisa
bermanfaat untuk perkembangan, dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Hormat kami
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1. LATAR BELAKANG..............................................................................................4
2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
Tujuan Program Pendidikan Perempuan adalah Perempuan semua usia yang tidak
memiliki kemampuann/keterampilan, miskin dan rawan terhadap tindak
diskriminasi/kekerasan/trafiking.........................................................................................8
Karakteristik Trust...........................................................................................................8
Tschannen-Moran dan Hoy (1998: 189) melalui teori kepercayaannya, beliau membagi
lima karakteristik yang merupakan komponen utama yang digunakan untuk....................8
d. Jujur (Honesty) yaitu berkaitan dengan perwatakan, integriti dan ketulenan tingkah
laku seseorang yang menjadi dasar dari kepercayaan.........................................................9
e. Keterbukaan (Openness) yaitu adanya rasa untuk saling memahami antara satu
dengan yang lain. Menurut Zand kepercayaan akan meningkat bila seseorang atau suatu
pihak mau bersikapterbuka terhadap pengaruh dari pihak lain (dalam Laksmana, 2002:
7). 9
A. SARAN....................................................................................................................11
B. SARAN....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG.
Setiap perempuan merupakan pribadi yang mempunyai hak, kebutuhan serta harapan
(Sofie, 2011).
Perempuan mengambil tanggung jawab terhadap kesehatannya dan keluarganya melalui
pendidikan dan konseling dalam dalam membuat keputusan. Perempuan mempunyai hak
untuk memilih dan memutuskan tentang siapa yang memberi asuhan dan dimana tempat
pemberian asuhan. Sehingga perempuan perlu pemberdayaan dan pelayanan untuk
memperoleh pendidikan dan informasi dalam menjalankan tugasnya (Hidayat, dkk,
2009).
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, kepada
masyarakat khususnya perempuan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang
bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan
masa nifas, memimpin persalinan atas 3 tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir dan bayi.
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi
pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Kurnia, 2009).
Trust dalam kamus terjemahan Echols dan Hasan diartikan kepercayaaan atau percaya.
Sementara Kamus Webster’s Third New Internasional Dictionary menjelaskan Trust is
an implication of assured toward another which may rest on blended evidence of
experience and more subjective grounds such as knowlewdge,affection, admiration,
respect, or reverence (Gave, 1966: 1545).
trust diartikan sebagai suatu kecenderungan seseorang untuk yakin pada orang lain
4
(dalam Mckinght dkk, 2002:336). Sementara Yamagisi (1998) menjelaskan trust adalah
keyakinan orang kepada maksud baik orang lain yang tidak merugikan mereka, peduli
pada hak mereka, dan melakukan kewajibannya.
Moorman, dkk (dalam Zulganef dan Murni, 2008: 176) mengatakan trust sebagai
perilaku seseorang untuk bersandar (rely on) kepada reliabilitas dan integritas orang lain
dalam memenuhi harapannya dimasa yang akan datang.
Menurut Das danTeng (dalam Ojha & Gupta, 1998: 107) trust sebagai derajat dimana
seseorang yang percaya menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan
orang lain yang dipercayanya di dalam situasi yang berubah-ubah dan beresiko.
Sementara itu Mayer (dalam Ojha & Gupta, 1998: 107) merumuskan trust sebagai
keinginan suatu pihak untuk menjadi pasrah/menerima tindakan dari pihak lain
berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan sesuatu tindakan
tertentu yang penting bagi pihak yang memberikan kepercayaan.
TUJUAN
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dapat dirumuskan sebagai berikut ;
A. Apa yang dimaksud dengan Empowering & Trust?
B. Bagaimana tujuan Empowering & Trust?
C. Bagaimana pentingnya Empowering & Trust?
D. Peran Bidan Dalam Pemberdayaan Perempuan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Togive power of authority to, yang berarti memberi kekuasaan. Dalam konteks
pembangunan istilah pemberdayaan pada dasarnya bukanlah istilah baru melainkan sudah
sering dilontarkan semenjak adanya kesadaran bahwa faktor manusia memegang peran
penting dalam pembangunan.
Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998 :46) mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagi berikut : “membebaskan
seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung
jawab terhadap ide-idenya, keputusan – keputusannya dan tindakan – tidakannya.”
Sementara dalam sumber yang sama, Carver dan Clatter Back (1995 : 12) mendevinisikan
pemberdayaan sebagai berikut “upaya member keberanian dan kesempatan pada individu
untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan
kontribusi pada tujuan organisasi.”
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari “empowerment” menurut sarjana lain, pada intinya
diartikan sebagai berikut, “membentuk klien memperoleh daya untuk mengambil
keputusan dan mementukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri
mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan
tindakan.
6
Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain transfer daya dari lingkungan.”Sementara
Shardlow (1998 : 32) mengatakan pada intinya :
Pendidikan Perempuan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam rangka transformasi
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, nilai, dan budaya pada kaum perempuan agar
dapat mempertahankan kehidupan,
memahami keseimbangan antara hak dan kewajiban, meningkatkan daya saing sehingga
mampu berpartisipasi aktif dalam program pembangunan nasional. Program pendidikan
perempuan berada pada Sub. Direktorat Pendidikan Perempuan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal,
Departemen Pendidikan Nasional.
Trust dalam kamus terjemahan Echols dan Hasan diartikan kepercayaaan atau percaya.
Sementara Kamus Webster’s Third New Internasional Dictionary menjelaskan Trust is an
implication of assured toward another which may rest on blended evidence of experience
and more subjective grounds such as knowlewdge, affection, admiration, respect, or
reverence (Gave, 1966: 1545).
Intisari dari trust yang dikemukakan dalam kamus Webster’s Third New Internasional
Dictionary adalah implikasi dari sikap yakin terhadap orang/hal lain yang didasarkan pada
bukti-bukti campuran/perpaduan berbagai pengalaman dan pada dasarnya lebih subjektif
seperti pengetahuan, kasih sayang, kekaguman, rasa hormat, atau penghormatan.
Dalam kajian psikologi, Rotter mengatakan trust diartikan sebagai suatu kecenderungan
seseorang untuk yakin pada orang lain (dalam Mckinght dkk, 2002:336). Sementara
7
Yamagisi (1998) menjelaskan trust adalah keyakinan orang kepada
maksud baik orang lain yang tidak merugikan mereka, peduli pada hak mereka, dan
melakukan kewajibannya. Moorman, dkk (dalam Zulganef dan Murni, 2008: 176)
mengatakan trust
sebagai perilaku seseorang untuk bersandar (rely on) kepada reliabilitas dan integritas
orang lain dalam memenuhi harapannya dimasa yang akan datang. MenurutDas danTeng
(dalam Ojha & Gupta, 1998: 107) trust sebagai derajat dimana seseorang yang percaya
menaruh sikap positif terhadap keinginan baik dan keandalan orang lain yang
dipercayanya di dalam situasi yang berubah-ubah dan beresiko.
Sementara itu Mayer (dalam Ojha & Gupta, 1998: 107) merumuskan trust sebagai
keinginan suatu pihak untuk menjadi pasrah/menerima tindakan dari pihak lain
berdasarkan pengharapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan sesuatu tindakan
tertentu yang penting bagi pihak yang memberikan kepercayaan, terhadap kemampuan
memonitor atau mengendalikan pihak lain. Dan Doney et.al. (dalamOjha & Gupta, 1998:
107) memberikan definisi trust sebagai sesuatu yang diharapkan dari kejujuran dan
perilaku kooperatif yang berdasarkan saling berbagi norma-norma dan
Tujuan Program Pendidikan Perempuan adalah Perempuan semua usia yang tidak
memiliki kemampuann/keterampilan, miskin dan rawan terhadap tindak
diskriminasi/kekerasan/trafiking.
Karakteristik Trust
8
Tschannen-Moran dan Hoy (1998: 189) melalui teori kepercayaannya, beliau membagi
lima karakteristik yang merupakan komponen utama yang digunakan untuk
menilai dan mengukur trust yaitu :
Trust adalah kecenderungan sifat kepribadian yang umumnya stabil dan dapat diukur.
Individu yang cenderung trustnya tinggi atau rendah memiliki ciri-ciri kepribadian dan
karakteristik tertentu. Kecenderungan trust (Wade & Robison, 2012) merunjuk pada
seberapa banyak mereka bersedia untuk bergantung pada orang lain secara umum. Hal ini
dibentuk oleh pengalaman hidup.
9
a. Level of extroversion/neuroticism.
Orang dengan keterbukaan tinggi (fleksibel atau energik) dan neurotisisme yang rendah
(percaya diri) cenderung lebih dapat mempercayai.
b. Participation in religion.
Orang yang beragama memiliki tingkat trust yang lebih tinggi terhadap sesuatu hal atau
orang lain, daripadaorang yang tidak memiliki agama (atheis).
c. Family interaction.
Orang tua yang menepati sebagian besar janji-janji mereka dan lebih percaya kepada
anak mereka dapat menyebabkan anak cenderung memiliki trust yang tinggi.
d. Gender
Dalam beberapa penelitian telah melaporkan bahwa pria memiliki tingkat trust yang
lebih tinggi pada lembaga formal dan pemerintah bila dibandingkan dengan wanita
Adapun peran bidan dalam pemberdayaan perempuan yaitu bidan sebagai partnership bagi
perempuan. Partnership menurut terjemahan google adalah “kemitraan, persekutuan,
perekanan”.
Sebagaimana kita ketahui bahwa, pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan
dalam memberikan asuhan kepada kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan mulai
dari kehamilan sampai keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
Sehingga melihat daripada defenisi tersebut, maka dengan menerapkan pelayanan kebidanan,
bidan sebagai mitra bagi perempuan akan sangat membantu terhadap pemberdayaan
perempuan. Karena bidan akan lebih mudah memahami, bagaimana berkomunikasi dan
mengingat dari sifat seorang wanita menjadikan bidan mampu dengan mudah untuk
melakukan perannya terhadap pemberdayaan perempuan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, kepada
masyarakat khususnya perempuan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang
bertanggung jawab dan akuntabel., yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama hamil, masa persalinan dan masa nifas,
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. (Kurnia, 2009).
10
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan diperlukan upaya yang tepat. Salah satunya melalui pemberdayaan
masyrakat. Dalam melasanankan program pemberdayaan semua pihak harus mendpatkan
kesempatan yang sama untuk berpatisipasi aktif mensukseskan program pemberdayaan
tersebut, tanpa terkecuali perempuan.
A. SARAN
Pemberdayaan perempuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai
kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.
Pemberdayaan perempuan Indonesia masih harus terus ditingkatkan dengan
keikutsertaan seluruh elemen masyarakat dan ‘political will’ pemangku
kepentingan di berbagai level.
B. SARAN
penulis menyarankan agar programpemberdayaaan perempuan ini berjalan
secara kontinyu dengan sasaran peserta yang lebih luas lagi, sehingga semua
perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk ikut berpartisipasi dalam
program pemberdayaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
11
Trisnawati, Frisca. 2016. Pengantar Ilmu Kebidanan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Purwandari, Atik. (dkk),. 2014. Kebidanan Teori dan Asuhan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Suciati, Siti. (dkk),. 2015. Jurnal Teori Konsep Kebidanan. Tulungagung: Prodi D3
Kebidanan Universitas Tulungagung
Tajmiati, Atit. (dkk),. 2016. Modul Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam Praktik
Kebidanan. Surakarta: Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surakarta
12