Anda di halaman 1dari 99

UNIVERSITAS AWAL BROS

PENERAPAN RELAKSASI BENSON PADA Ny. A DENGAN NYERI


AKUT POST OP APENDEKTOMI DI RSUD KABUPATEN BINTAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

WA ODE OCTAVIA, S.Kep


NIM. 202214903037

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2023
UNIVERSITAS AWAL BROS
PENERAPAN RELAKSASI BENSON PADA Ny. A DENGAN NYERI
AKUT POST OP APENDEKTOMI DI RSUD KABUPATEN BINTAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

WA ODE OCTAVIA, S.Kep


NIM. 202214903037

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik
yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Wa Ode Octavia, S.Kep

Nim : 202214903037

Tanda Tangan :

Tanggal :

ii Universitas Awal Bros


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh :

Nama : Wa Ode Octavia, S.Kep

Nim : 202214903037

Program Studi : Profesi Ners

Judul : Penerapan Relaksasi Benson pPada Ny. A dengan Nyeri Akut

Post Op Apendektomi di RSUD Kabupaten Bintan

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program
Studi Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Awal Bros.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Fitriany Suangga, S.Kp,MSN

Penguji :

Penguji :

Ketua Program Studi :

Ditetapkan di :

Tanggal :

iii Universitas Awal Bros


KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat meneylesaikan karya ilmiah ini. Penulisan karya ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Ners pada Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Awal Bros. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya
ilmiah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Ennimay, SKP.,M kes selaku rektor Universitas Awal Bros beserta
jajarannya.
2. Ibu Bd. Aminah Atinaa Adhyatma, S.Si.T.M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Awal Bros beserta segenap civitas akademik.
3. Ibu Ns. Sri Muharmi, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan
Profesi Ners Universitas Awal Bros
4. Ibu Fitriany Suangga, S.Kp,MSN selaku pembimbing dalam penulisan Karya Tulis
Akhir Ners.
5. Direktur RSUD Kabupaten Bintan dr. Bambang Utoyo, M.AP dan seluruh staf
RSUD Kabupaten Bintan.
6. Keluarga tercinta yang telah memberikan segala dukungan moral, spiritual dan
material, serta doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini dengan baik.
7. Rekan-rekan seperjuangan Universitas Awal Bros Batam yang saling memberikan
semangat.
8. Rekan-rekan kerja yang sudah memberikan semangat dan segala dukungan.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Batam, 20 Juli 2023

iv Universitas Awal Bros


ABSTRAK

Nama : Wa Ode Octavia, S.Kep

Program Studi : Profesi Ners

Judul : Penerapan Relaksasi Benson pPada Ny. A dengan Nyeri Akut Post Op

Apendektomi di RSUD Kabupaten Bintan

Pembimbing :

Apendisitis adalah kondisi di mana terjadi peradangan pada usus buntu yang disebabkan
oleh parasit seperti E. Histolytica, dan kondisi ini merupakan penyebab umum dari nyeri
perut akut yang memerlukan tindakan operasi. Tindakan bedah seperti apendiktomi
dapat menyebabkan masalah perawatan seperti rasa nyeri. Nyeri adalah sensasi sensorik
yang timbul akibat rangsangan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, dan nyeri
setelah operasi termasuk dalam kategori nyeri akut yang dapat menghambat proses
penyembuhan pasien. Pengelolaan nyeri dapat dilakukan melalui pengobatan
menggunakan obat-obatan maupun metode non-farmakologi. Salah satu pendekatan
non-farmakologi adalah terapi relaksasi Benson. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memberikan perawatan yang komprehensif terhadap nyeri dengan menerapkan teknik
relaksasi Benson pada pasien yang menjalani operasi pengangkatan apendiks. Metode
studi kasus ini melibatkan pendekatan Asuhan Keperawatan, di mana subjek studi
adalah pasien yang mengalami nyeri setelah operasi dan diberikan terapi relaksasi
Benson selama 3 hari dengan durasi 10-15 menit setiap kali. Data dikumpulkan melalui
wawancara dan observasi pada periode asuhan keperawatan yang berlangsung dari
tanggal 21-23 Juli 2023. Hasil dari asuhan keperawatan menunjukkan penurunan tingkat
nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi. Skala nyeri pada hari pertama setelah
tindakan perawatan adalah 6 (nyeri sedang), namun setelah intervensi perawatan nyeri,
skala nyeri menurun menjadi 3 (nyeri ringan). Kesimpulan dari penelitian ini adalah
bahwa penerapan teknik relaksasi Benson efektif dalam mengurangi nyeri pada pasien
pasca operasi apendiktomi. Harapannya, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi
yang berguna dan panduan dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi nyeri pada
pasien pasca operasi apendiktomi dengan menggunakan teknik relaksasi Benson.

Kata Kunci : Post op Apendiktomi, Nyeri, Tehnik Relaksasi Benson

v Universitas Awal Bros


ABSTRAC

Name : Wa Ode Octavia, S.Kep

Study Program : Nurse Profession

Title : Nursing Care of Acute Pain in Post Op Patients Appendectomy in

Providing Benson Relaxation at the Hospital Bintan Regency

Advicer : Fitriany Suangga, S.Kp,MSN

Appendicitis is a condition characterized by inflammation in the appendix, brought


about by parasites like E. histolytica, and stands as the leading cause of acute
abdominal distress necessitating surgical intervention. Surgical procedures such as an
appendectomy inevitably introduce nursing challenges, notably pain. Pain constitutes a
sensory encounter triggered by stimuli due to tissue damage, while post-operative pain
signifies acute discomfort that significantly jeopardizes the client's recuperation
process. Pain control can be addressed through both pharmacological and non-
pharmacological means. One non-pharmacological intervention involves the utilization
of Benson relaxation therapy. The primary aim of this research was to deliver
comprehensive pain management within the nursing context by implementing the
Benson relaxation method on patients who have undergone post-operative
appendectomy. This particular case study nursing care appropach, wherein the subject
comprises a patient grappling with post-operative pain, and the Benson relaxation
approach is administered over a span of 3 days, each session lasting 10-15 minutes.
Data gathering ensues through interviews and observational outcomes. The
implementation of nursing care transpired between July 21-23, 2023. The findings from
the nursing care initiative exhibited a reduction in pain levels among post-operative
appendectomy patients. The pain scale on the initial day registered at 6 (indicative of
moderate pain), yet following nursing interventions, the pain scale dropped to 3
(reflecting mild discomfort). In summation, this scholarly piece concludes that the
utilization of the Benson relaxation technique effectively mitigates pain in post-
operative appendectomy patients. Anticipations rest on the aspiration that the outcomes
from this academic undertaking will function as an educational resource and point of
reference for healthcare provisions aimed at alleviating pain among post-operative
appendectomy patients through the application of the Benson relaxation technique.

Keywords : Post op Appendectomy, Pain, Benson's Relaxation Technique

vi Universitas Awal Bros


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iv

ABSTRAK................................................................................................................ v

ABTRACT................................................................................................................ vi

DAFTAR ISI.............................................................................................................vii

DAFTAR TABEL..................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................xi

A. Latar Belakang..................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teknik Relaksasi Benson.................................................................... 5

BAB III GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian keperawatan................................................................................... 8
B. Analisa Data..................................................................................................... 13

BAB IV PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A. Intervensi Keperawatan.................................................................................... 14
B. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.........................................................15

BAB V PEMBAHASAN

vii Universitas Awal Bros


A. Pengkajian........................................................................................................ 20
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................22
C. Intervensi keperawatan.....................................................................................24
D. Implementasi Keperawatan.............................................................................. 26
E. Evaluasi Keperawatan...................................................................................... 28
F. Evaluasi Inovasi Penerapan..............................................................................29
G. Keterbatasan..................................................................................................... 30

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................31
B. Saran................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA

viii Universitas Awal Bros


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 3.2 Terapi Obat Klien

ix Universitas Awal Bros


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram

x Universitas Awal Bros


DAFTAR LAMPIRAN

LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING

SOP RELAKSASI BENSON

JURNAL

VISUAL ANALOC SCALE

DOKUMENTASI KEGIATAN

LK (Laporan Kasus)

xi Universitas Awal Bros


xii Universitas Awal Bros
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Inflamasi pada usus buntu mengacu pada situasi apendisitis. Kondisi ini
sering kali menjadi pemicu utama rasa sakit perut tiba-tiba dan dianggap sebagai
keadaan darurat bedah umum. Apendisitis umumnya dipicu oleh penyumbatan di
saluran dalam usus buntu. Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh adanya batu di
dalam usus buntu atau oleh berbagai faktor mekanis lainnya (Henfa & Mayasari,
2022).

Berdasarkan informasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun


2019, ditemukan sekitar 259 juta kasus apendisitis yang tidak terdiagnosis pada
populasi pria di seluruh dunia, sementara pada populasi wanita tercatat sekitar 160
juta kasus apendisitis yang tidak terdeteksi. Di Amerika Serikat, sekitar 7% dari
populasi mengalami apendisitis, dengan tingkat kejadian sebesar 1,1 kasus per 1000
orang per tahun. Jumlah kasus apendisitis akut terus mengalami kenaikan dari 7,62
menjadi 9,38 per 10.000 dari tahun ke tahun. Meskipun apendisitis dapat ditemukan
pada berbagai kelompok usia, kasus yang melibatkan bayi dan anak-anak berusia ≤
1 tahun jarang tercatat. Di Indonesia, jumlah kejadian apendisitis dilaporkan sekitar
95 kasus per 1000 penduduk, dengan total kasus mencapai sekitar 10 juta setiap
tahun. Oleh karena itu, Indonesia memiliki angka kejadian tertinggi di antara
negara-negara di kawasan ASEAN. Angka prevalensi apendisitis akut tertinggi
tercatat sekitar 24,9 kasus per 10.000 populasi, dengan puncak kejadian terjadi pada
kelompok usia 20-30 tahun. Risiko seseorang mengalami apendisitis sepanjang
hidupnya mencapai 7-8%. Kasus apendisitis yang berujung pada perforasi memiliki
prevalensi sekitar 20-30%, namun angka ini meningkat menjadi 32-72% pada
individu yang berusia lebih dari 60 tahun dari seluruh kasus apendisitis yang terjadi
(Depkes, 2019).
2

Dari sudut pandang lain, informasi mengenai prevalensi yang disajikan oleh
Pemerintah Kabupaten Bintan menggambarkan bahwa dalam jangka waktu Januari
hingga Desember tahun 2021, terdapat 128 orang yang menjalani operasi apendiks.
Proporsi individu pria mencapai 35,04%, sedangkan individu perempuan sekitar
64,95%. Kejadian ini paling banyak tercatat pada kelompok usia 20-44 tahun.
Selanjutnya, jumlah pasien yang menjalani apendiktomi dan dirawat di kamar
Anyelir Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bintan dari Januari hingga Juli
tahun 2023 mencapai 10 pasien.

Apendiktomi, sebuah tindakan pembedahan yang melibatkan tindakan


bedah pada usus buntu, merupakan salah satu prosedur invasif yang memerlukan
akses fisik ke bagian tubuh yang memerlukan perhatian medis. Secara umum, akses
ini diwujudkan melalui pembuatan sayatan. Dalam skenario pembedahan
apendiktomi terbuka, metode insisi McBurney sering kali menjadi pilihan yang
diterapkan oleh para dokter bedah. Setelah tindakan pembedahan, pasien seringkali
mengalami variasi tingkat rasa sakit, berkisar dari intensitas yang sangat parah
hingga yang lebih ringan. Rasa sakit setelah operasi bisa memiliki implikasi serius,
menghambat kapasitas pasien untuk secara aktif ikut serta dalam proses pemulihan
dan meningkatkan peluang munculnya komplikasi. Jika rasa sakit yang timbul
setelah operasi tidak terkendali dengan baik, maka perkembangan pemulihan bisa
terganggu dan pasien mungkin perlu menjalani masa perawatan di rumah sakit yang
lebih lama. Sensasi nyeri yang berkelanjutan juga berpotensi mengganggu
perkembangan fisik dan mental pasien, karena perhatian utama pasien tertuju pada
upaya mengatasi rasa sakit yang mereka hadapi (Potter & Perry, 2021).

Individu yang telah menjalani apendiktomi umumnya melaporkan adanya


rasa sakit di wilayah perut akibat kerusakan pada lapisan dinding perut. Untuk
mengatasi situasi ini, diperlukan manajemen rasa sakit yang bertujuan untuk
mengurangi atau meredakan nyeri hingga pada tingkat kenyamanan yang diterima
oleh pasien. Dalam konteks ini, terdapat dua pendekatan dalam penanganan rasa
sakit, yakni melalui penggunaan obat-obatan (pendekatan farmakologis) atau tanpa
obat-obatan (pendekatan non-farmakologis). Di samping tindakan seperti
mengubah posisi tubuh, meditasi, dan mengatur pola makan yang membantu pasien

2
3

merasa lebih nyaman, tenaga medis juga bisa mengenalkan pasien pada teknik
relaksasi

Benson. Teknik ini memiliki tujuan untuk mengajarkan pasien cara


mengendalikan stres serta mengurangi ketegangan fisik dengan melalui latihan
relaksasi yang spesifik (Spalanzani & Sholahuddin, 2020).

Strategi untuk mengatasi nyeri dengan menggunakan pendekatan terapi non-


farmakologis melibatkan dua aspek utama, yaitu pendekatan fisik dan pendekatan
perilaku kognitif. Pendekatan fisik bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri,
memperbaiki gangguan fisik, mengubah respon fisiologis, serta mengurangi rasa
ketakutan terhadap dampak keterbatasan yang disebabkan oleh nyeri. Di sisi lain,
pendekatan perilaku kognitif bertujuan untuk mengubah persepsi serta perilaku
pasien terhadap nyeri. Selain itu, pendekatan ini juga melibatkan penyampaian
informasi kepada pasien tentang bagaimana mengelola nyeri secara lebih efektif,
salah satunya melalui teknik relaksasi seperti teknik relaksasi Benson (Warsono et
al., 2019).

Metode relaksasi Benson dijalankan setelah pasien sepenuhnya sadar dan


efek anestesi sudah mereda. Teknik relaksasi Benson merupakan pendekatan yang
melibatkan pola pernapasan tertentu, umumnya digunakan di lingkungan rumah
sakit untuk membantu pasien yang sedang mengalami rasa sakit atau kecemasan.
Dalam pelaksanaan relaksasi Benson, elemen tambahan berupa frasa yang
mencerminkan kekhawatiran atau kegelisahan yang dialami oleh pasien
diintegrasikan ke dalam latihan. Keistimewaan dari teknik relaksasi ini terletak
pada kemudahan penerapannya dan kurangnya efek samping yang perlu diwaspadai
jika dibandingkan dengan pendekatan relaksasi lainnya (Hanandia, dkk, 2022).

Nyeri sampai saat ini merupakan masalah dalam dunia keperawatan. Nyeri
bukan hanya berkaitan dengan kerusakan struktural dari sistem saraf dan jaringan
sajatetapi juga menyangkut kelainan transmiter yang berfungsi dalam proses
penghantaran implus saraf. Bila masalah nyeri tidak diatasi maka dampak dari
pasien yaitu akan mengalami hambatan mobilitas fisik, ansietas atau cemas, serta
mempengaruhi morbilitas, mortilitas, dan mutu kehidupan.

3
4

Berdasarkan masalah diatas, penulis ingin melakukan asuhan keperawatan


dengan menggunakan metode tindakan komplementer yaitu pemberian Asuhan

Keperawatan Nyeri Akut Dengan Post Op Apendiktomi dan Penerapan


Relaksasi Benson di RSUD Kabupaten Bintan.

B. RUMUSAN MASALAH

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah


tersebut maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana
Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Post Apendiktomi dalam pemberian
Relaksasi Benson di RSUD Kabupaten Bintan ?’’

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah Penulis dapat memberikan gambaran
pelaksanaan asuhan keperawatan nyeri pada pasien post op appendiktomi
dalam berbagai aspek biologis, psikososial dan spiritual dengan pendekatan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi ke perawatan dalam bentuk studi
kasus.
2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan pengkajian pada pasien Post Apendiktomi dengan Nyeri
Akut di Ruang Anyelir RSUD Kabupaten Bintan
b. Memaparkan analisis data dan diagnosis keperawatan pada pasien Post
Apendiktomi dengan Nyeri Akut di Ruang Anyelir RSUD Kabupaten
Bintan
c. Memaparkan rencana keperawatan pada pasien Post Apendiktomi dengan
Nyeri Akut di Ruang Anyelir RSUD Kabupaten Bintan
d. Memaparkan tindakan keperawtan pada pasien Post Apendiktomi dengan
Nyeri Akut di Ruang Anyelir RSUD Kabupaten Bintan
e. Memaparkan evaluasi keperawatan pada pasien Post Apendiktomi dengan
Nyeri Akut di Ruang Anyelir RSUD Kabupaten Bintan
f. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan pemberian teknik relaksasi
benson di Ruang Anyelir RSUD Kabupaten Binta

4
5

D. MANFAAT
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan penelitian ini berguna untuk perkembangan ilmu
keperawatan dalam penggunaan tindakan non farmakologis terutama dengan
menggunakan teknik relaksasi benson dan menerapkan sebagai salah satu
Intervensi Keperawatan.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai salah satu pilihan penanganan non farmakologis untuk
menurunkan skala nyeri pada pasien post op appendiktomi.
3. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan
mengenai terapi relaksasi benson sehingga dapat menerapkan ilmu asuhan
keperawatan untuk menurunkan skala nyeri pada pasien post op Apendiktomi.

Universitas Awal Bros


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP RELAKSASI BENSON


1. Pengertian
Pada tahun 1975, Herbert Benson, seorang profesor di Harvard Medical
School, memperkenalkan metode relaksasi yang sekarang dikenal sebagai
Teknik Relaksasi Benson. Awalnya, teknik ini dikenal dengan nama "Respon
Relaksasi" (Relaxation Response), yang mengacu pada kemampuan alami
seseorang untuk memicu respons tubuh yang merangsang pelepasan hormon
yang menurunkan aktivitas otot dan organ, serta meningkatkan aliran darah ke
otak. Seiring berjalannya waktu, istilah ini kemudian lebih sering disebut
"Relaksasi Benson". Pendekatan Teknik Relaksasi Benson melibatkan
pengembangan respon pernapasan yang menenangkan dengan menggabungkan
elemen keyakinan pribadi pasien, seperti kata-kata menenangkan yang sesuai
dengan keyakinan agama yang dipeluk oleh pasien. Frasa atau kalimat spiritual
ini diambil sebagai bentuk mantra dan diulang secara berulang. Pasien
diarahkan untuk fokus pada kata-kata ini sambil mengabaikan pikiran-pikiran
lain yang mungkin mengganggu (Mustika, 2019).
2. Manfaat
a) Mengurangi sensasi nyeri
b) Mengurangi tingkat kecemasan
c) Meredakan kelelahan
d) Mengurangi tingkat stres dan depresi
e) Meningkatkan kualitas tidur
f) Meningkatkan kesesuaian dalam menjalankan diet dan asupan cairan bagi
pasien yang menjalani hemodialisis
g) Meningkatkan kualitas hidup
3. Pengaruh Relaksasi Benson terhadap penurunan skala nyeri.

Hasil penelitian yang diacu dari (Wainsani & Khoiriyah, 2020) dalam
jurnal kesehatan (Apriani, dkk, 2023) menyimpulkan bahwa teknik relaksasi
Benson efektif dalam menurunkan skala nyeri pada pasien post operasi

6 Universitas Awal Bros


apendiksitis. Melalui penggabungan relaksasi fisik dengan keyakinan
filosofis atau agama yang dipegang oleh pasien, teknik ini menghasilkan
perubahan signifikan dalam skala nyeri. Pasien yang telah diberikan terapi
relaksasi Benson secara umum mengalami penurunan skala nyeri dari yang
sebelumnya signifikan menjadi nyeri ringan. Selain itu, teknik ini dapat
diaplikasikan tanpa mengganggu aktivitas lainnya. Terapi relaksasi Benson
melibatkan pengulangan ungkapan tertentu yang memiliki makna menenangkan,
terutama nama-nama Tuhan atau unsur-unsur keyakinan yang relevan bagi
pasien. Fokus relaksasi terletak pada pengucapan yang diulang-ulang dengan
ritme teratur, didukung oleh sikap yang pasrah. Kombinasi antara relaksasi dan
keyakinan agama atau filosofis ini kemudian memicu respons relaksasi yang
kuat, yang pada gilirannya dapat menurunkan kecemasan dan nyeri yang dialami
oleh pasien. Dalam konteks penelitian, subjek penelitian yang menderita
apendiksitis memiliki tanda dan gejala yang konsisten, yaitu nyeri di bagian
perut kanan bawah. Sebelum menjalani terapi relaksasi Benson, rata-rata skala
nyeri pasien adalah 5 dan 4. Namun, setelah menjalani tindakan terapi relaksasi
Benson, rata-rata skala nyeri pasien turun menjadi 3. Dengan demikian,
penerapan terapi relaksasi Benson terbukti efektif dalam menurunkan intensitas
nyeri pada pasien post operasi apendiksitis.

Hasil analisa uji t pre eksperimen dan post eksperimen kelompok kontrol
diperoleh nilai p = 0,00, yang berarti ada perbedaan penurunan skala nyeri pada
kelompok kontrol yang dilakukan relaksasi Benson. Hasil analisa uji t pre
eksperimen dan post eksperimen kelompok intervensi diperoleh nilai p = 0,00,
yang berarti ada perbedaan penurunan skala nyeri pada kelompok intervensi
yang dilakukan fisioterapi dada. Hasil anasisa uji t pre eksperimen kelompok
kontrol dan pre eksperimen kelompok intervensi diperoleh nilai p = 0,003, yang
berarti ada perbedaan penurunan skala nyeri antara pre eksperimen kelompok
kontrol dengan pre eksperimen kelompok intervensi yang dilakukan relaksasi
bensin. Hasil analisa uji t post eksperimen kelompok kontrol dan post
eksperimen kelompok intervensi diperoleh nilai p=0,00, yang berarti perbedaan
penurunan skala nyeri anatara post eksperimen kelompok kontrol dengan post

7 Universitas Awal Bros


eksperimen kelompok intervensi yang dilakukan relaksasi benson (Manurung,
dkk, 2019).

Hasil studi kasus dari (Hananida, dkk, 2023) setelah dilakukan


pengkajian skala nyeri subyek I (Tn.M) setelah dilakukan relaksasi benson hari
pertama yaitu skala nyeri 4 (skala nyeri sedang) kemudian hari kedua 3 (skala
nyeri ringan) dan hari ketiga penerapan skala nyeri menjadi 2 (skala nyeri
ringan). Skala nyeri subyek II (Nn. K) setelah dilakukan penerapan pada hari
pertama yaitu skala nyeri 3 (skala nyeri ringan), dan pada hari kedua dan hari
ketiga skala nyeri 2 (skala nyeri ringan). Penerapan ini dilakukan bahwa skala
nyeri subyek I (Tn.M) sebelum penerapan relaksasi benson (6-8 jam setelah
operasi) yaitu 5. Setelah dilakukan relaksasi benson hari pertama yaitu skala
nyeri 4 kemudian hari ke dua 3 dan hari ketiga penerapan skala nyeri menjadi 2.
Skala nyeri subyek II (Nn. K) sebelum penerapan relaksasi benson (6-8 jam
setelah operasi) yaitu skala nyeri 4 selanjutnya dilakukan penerapan pada hari
pertama yaitu skala nyeri 3 dan pada hari kedua dan hari ketiga skala nyeri 2.
Berdasarkan hasil pengkajian skala nyeri sebelum dan setelah penerapan
relaksasi benson diatas, menunjukan bahwa terjadi penurunan skala nyeri pada
kedua subyek.

8 Universitas Awal Bros


4. Kerangka Teori

Pengaruh relaksasi benson terhadap penurunan skala nyeri dapat dilihat


pada kerangka berikut, berdasarkan beberapa hasil penelitian :

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Appendisitis

Appendektomi

Nyeri Post Op :
- Ringan
- Sedang
- Berat

Relaksasi Benson : metode respon relaksasi pernafasan dengan melibatkan


faktor keyakinan pasien yaitu melalui kata-kata yang menenangkan sesuai
dengan agama yang dianut pasien

Penurunan skala
nyeri

9 Universitas Awal Bros


BAB III

GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2023 di ruang Anyelir


Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bintan atas pasien yang bernama Ny. A
(usia 42 tahun), dengan jenis kelamin wanita, status pernikahan menikah,
beragama Islam, bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan beralamat di Kp. Budi
Mulya RT 002/ RW 009. Pasien datang dengan diagnosis medis Acute Abdomen
Supp App saat pertama kali masuk IGD dan saat proses pengamatan setelah
menjalani operasi apendektomi.

Kondisi umum pasien pada saat masuk ruangan pertama kali


menunjukkan kelemahan, dengan kesadaran yang normal (compos mentis).
Menurut skala Coma Glasglow (GCS), pasien memiliki respon motorik sebesar
6, respon bicara sebesar 5, dan respon membuka mata sebesar 4, dengan total
GCS mencapai 15 yang menandakan kesadaran penuh. Tanda-tanda vital pasien
ketika masuk ruangan menunjukkan tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 101 kali
per menit, pernapasan 21 kali per menit dengan irama teratur, serta suhu tubuh
sekitar 36,7℃. Pasien memiliki berat badan sekitar 61 kg, tinggi badan 153 cm,
dan Indeks Massa Tubuh (IMT) sekitar 36,06 kg/m² (masuk dalam kategori
kelebihan berat badan).

Gambar 3.1 Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal
11

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Klien

Klien memberitahukan bahwa ia memiliki catatan penyakit maag sejak


saat melahirkan anak ketiganya, dan sebelumnya ia pernah mendapatkan
perawatan di rumah sakit sekitar satu tahun yang lalu di RSUD Bintan karena
mengalami gejala mual, muntah, dan pingsan. Klien juga memberikan informasi
bahwa ia memiliki riwayat penyakit diabetes melitus (DM) yang dimulai sekitar
10 tahun yang lalu. Ia juga menyebutkan bahwa ibunya juga menderita diabetes
melitus, dan klien telah mendapatkan perawatan di RSUD Kabupaten Bintan
sejak setahun yang lalu karena ia memiliki luka pada kaki kanannya yang
semakin parah akibat kontak dengan pecahan kaca, dan akhirnya perlu menjalani
operasi.

Selama masa sakit, klien melaporkan adanya nyeri pada bagian kanan
bawah dari luka insisi setelah menjalani apendiktomi pada hari pertama dan
kedua pasca operasi. Klien menggambarkan nyeri yang terasa seperti sensasi
tertusuk-tusuk. Pada hari pertama, nyeri dirasakan secara berkelanjutan,
sedangkan pada hari kedua, nyeri bersifat intermiten atau hilang timbul. Klien
juga merasa bahwa nyeri sedikit berkurang setelah berbaring dalam posisi
terlentang (supine). Penyebab dari nyeri ini adalah luka insisi setelah operasi
apendiktomi. Klien menggambarkan rasa nyeri seperti sensasi tertusuk-tusuk
dan perih yang terjadi selama 1-3 menit, tanpa waktu yang pasti, dengan skala
nyeri sekitar 6. Klien terlihat gelisah, terlihat meringis saat merasa nyeri,
kadang-kadang mengubah posisi tidur, dan tampak lemah. Ketika perban
diganti, kulit di sekitar luka tampak sedikit kemerahan, namun tidak ada tanda-
tanda infeksi pada luka insisi pasca operasi apendiktomi. Klien menyatakan
bahwa nyeri terlokalisir di bagian kanan bawah perut dan terasa menyebar
hingga ke daerah pinggang kanan. Nyeri ini mengganggu aktivitas klien secara
signifikan.

Universitas Awal Bros


12

Pola konsumsi makanan sebelum klien masuk rumah sakit adalah


sebagai berikut: klien mengindikasikan bahwa nafsu makannya baik dan ia
mampu makan secara teratur. Biasanya, klien mengambil tiga kali makan (pada
pagi, siang, dan sore hari) dan kadang-kadang lebih, serta mengonsumsi banyak
air putih. Klien juga menyatakan kecenderungan untuk menyukai makanan
dengan rasa pedas, dan di masa kecilnya, ia senang mengonsumsi biji jambu biji.
Namun, setelah mengalami masalah lambung (maag) sekitar satu tahun yang
lalu, klien telah menghindari makanan pedas.

Di sisi lain, pola konsumsi makanan selama berada di rumah sakit


mencerminkan adanya perubahan. Klien melaporkan bahwa nafsu makannya
menurun, dan porsi makan yang diberikan oleh rumah sakit kadang-kadang tidak
habis. Klien hanya mampu makan sekitar 3-4 sendok makan. Ia merasakan mual
dan kadang-kadang muntah, yang menyebabkan ia tidak mampu makan dalam
jumlah banyak. Konsumsi cairan juga menurun, dengan sekitar ±1500 ml
minuman saja. Klien terlihat berbaring dengan kelemahan, bibir yang pucat,
kulit yang kering, dan ia hanya mampu menghabiskan sekitar 3-4 sendok makan
dari satu porsi makanan yang diberikan oleh rumah sakit.

Mengenai pola eliminasi sebelum sakit, klien melaporkan bahwa fungsi


buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) berlangsung dengan lancar
dan tidak ada masalah. Klien mengungkapkan bahwa frekuensi BAB sekitar 1
kali sehari, kadang-kadang juga terjadi 2 hari sekali sebelum akhirnya BAB,
sementara BAK terjadi lebih dari 4 kali dalam sehari. Selama masa dirawat di
rumah sakit, klien mencatat perubahan dalam pola eliminasi. BAB hanya terjadi
setiap 2 hari sekali, sementara BAK tercatat sebanyak 4 kali dan berwarna
kuning. Tidak ada tanda-tanda distensi pada perut. Klien menjelaskan bahwa
selama masa sakit, pola BAB dan BAK tidak mengalami masalah.

Sebelum sakit, klien melaporkan bahwa ia dapat menjalani aktivitas


sehari-hari seperti biasa dan secara mandiri, seperti memasak, membersihkan
rumah, mencuci, dan tugas-tugas lain yang umumnya diemban oleh seorang ibu
rumah tangga. Namun, sejak mengalami sakit, klien merasakan perubahan dalam
pola aktivitasnya. Klien hanya mampu berbaring, dan ia sering merasakan nyeri

Universitas Awal Bros


13

pada bagian luka operasi saat berusaha untuk bergerak atau mengubah posisi
tubuh saat berbaring. Klien juga mengungkapkan bahwa ia membutuhkan
bantuan

dari anggota keluarganya untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum, dan
mengganti pakaian.

Sebelum mengalami sakit, klien menyatakan bahwa ia memiliki pola


istirahat dan tidur yang teratur. Namun, ia sering terbangun di malam hari karena
memiliki bayi berusia 8 bulan yang masih memerlukan perhatian. Selama masa
dirawat di rumah sakit, klien mencatat perubahan dalam pola istirahat dan
tidurnya. Klien melaporkan kesulitan dalam tidur di malam hari, dikarenakan
kepikiran mengenai bayinya yang berusia 8 bulan yang ada di rumah. Klien
menyebutkan bahwa ia baru bisa tidur sekitar pukul 24.00 dan bangun pada
pukul 06.00 pagi.

Sebelum mengalami sakit, klien mengungkapkan bahwa tidak ada


gangguan dalam daya ingat, konsentrasi, penglihatan, pendengaran, indera
pengecapan, dan indera perabaan. Namun, sejak mengalami sakit, klien
menyatakan keinginan kuat untuk sembuh dengan cepat. Ia juga
mengungkapkan keinginannya untuk dapat kembali seperti dulu, di mana ia bisa
mengurus rumah tangga dan keluarganya seperti biasa. Klien juga
mengungkapkan bahwa sejak mengalami sakit, ia sering merasakan nyeri di
bagian kanan bawah tubuhnya. Klien merasa bahwa berbaring dapat membantu
mengurangi rasa nyeri. Ekspresi klien mengindikasikan gelisah, meringis saat
merasa nyeri, dengan skala nyeri yang dirasakan mencapai 6 (nyeri sedang).

Sebelum mengalami sakit, klien merasa dirinya seperti biasa dan


menerima tubuhnya yang sehat tanpa mengalami gangguan terhadap konsep
dirinya. Namun, setelah sakit, klien melaporkan bahwa ia tidak merasa putus asa
menghadapi penyakit yang ia alami. Ia juga menyatakan keinginannya untuk
sembuh dengan cepat agar bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari seperti
dulu. Ketika berbicara, klien menjaga kontak mata, memiliki konsentrasi
perhatian yang baik, suara dan nada bicaranya tenang dan jelas. Namun, postur
tubuhnya terlihat lemah saat berbaring.

Universitas Awal Bros


14

Sebelum merasakan sakit, klien melaporkan bahwa ia sering


menghabiskan waktu bersama keluarganya. Klien juga menyatakan bahwa
hubungannya dengan tetangga juga positif. Namun, ketika berada di rumah
sakit, klien merasa bahwa ia masih memiliki waktu untuk berkumpul dengan
keluarganya yang setia mendampinginya selama masa perawatan di rumah sakit.
Selain itu, hubungan klien dengan perawat di ruangan juga terjalin dengan baik.
Ketika dilakukan pengkajian, klien menunjukkan sifat yang ramah, dan terlihat
sangat akrab dengan keluarganya yang mendampinginya selama masa dirawat di
rumah sakit.

Pola reproduksi seksualitas pada saat keadaan sebelum sakit klien


mengatakan alat reproduksinya tidak ada masalah, menstruasi secara teratur,
klien juga mengatakan dulu pernah mengikuti KB suntik 3 bulan, namun sejak 2
tahun kebelakang klien tidak pernah menggunakan KB lagi. Dan pada saat
dirumah sakit juga klien mengatakan tidak ada masalah pada alat reproduksinya.

Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress pada saat klien
sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan pernah mengalami stres/kepikiran
terhadap masalah ekonominya yang kurang untuk kebutuhan sehari-hari dan
sekolah anaknya. Setelah sejak sakit klien mengatakan selalu kepikiran anaknya
dirumah, klien mengatakan klien mempunyai anak bayi yang masih berumur 8
bulan yang sekarang dititipkan ke tetangganya. Klien berharap supaya cepat
sembuh dan bisa pulang kerumah untuk mengurus suami dan anaknya. Klien
tampak gelisah dan berharap semoga diberi kesembuhan dan ingin pulang
kerumah.

Pola sistem nilai kepercayaan keadaan sebelum sakit klien mengatakan


klien selalu melaksanakan sholet 5 waktu, klien mengatakan beragama Islam.
Klien percaya adanya tuhan dan klien percaya dengan agama yang dianutnya.
Setelah sakit klien mengatakan selama di rumah sakit klien tidak dapat
melakukan ibadah seperti biasanya. Klien hanya berdoa diberi kesembuhan
terhadap penyakitnya dan agar diberikan kesehatan selalu.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa kondisi rambut klien


terlihat bersih namun sedikit berminyak. Kulit terlihat kering dan hidrasi kulit

Universitas Awal Bros


15

tidak mencukupi. Pemeriksaan pada mata menunjukkan konjungtiva tidak


menunjukkan tanda-tanda anemia, serta sclera tidak menunjukkan tanda-tanda
ikterus. Hidung terlihat simetris tanpa tanda-tanda peradangan, dan indera
penciuman berfungsi baik. Klien tidak menggunakan gigi palsu, dan mampu
mengunyah dengan baik. Rongga mulut, gigi, dan lidah terlihat bersih tanpa
luka.

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di leher maupun kelenjar


tiroid. Saat inspeksi abdomen, tampak datar dengan simetri kiri dan kanan.
Terlihat luka jahitan bekas apendiktomi dengan panjang luka sekitar 2 cm. Pada
saat mengganti perban, terlihat sedikit kemerahan di sekitar luka bekas operasi
tersebut, dengan jenis luka sayatan horizontal. Tidak terlihat pembuluh darah
atau benjolan vena di area abdomen. Suara peristaltik usus terdengar sekitar 14
kali per menit. Saat palpasi, terasa nyeri tekan di perut kanan bagian atas (R.
Epigastric) dan di titik McBurney. Tidak ada tanda massa atau pembesaran pada
pankreas. Pada perkusi, tidak ada tanda-tanda cairan di rongga perut (ascites).

Pada pemeriksaan fisik di area dada, terlihat bentuk dada simetris tanpa
kelainan. Saat palpasi, getaran suara vokal teraba sama antara sisi kanan dan
kiri. Perkusi pada batas paru dan hati tidak teraba. Pada auskultasi, suara napas
vesikuler terdengar normal tanpa tambahan suara. Saat memeriksa jantung,
terlihat ictus cordis tanpa kelainan pada ICS 5 di garis midclavicularis kiri. Saat
palpasi ictus cordis, teraba di ICS 5 garis midclavicularis kiri. Batas atas jantung
terletak di ICS 3 garis midclavicularis kiri, batas kanan jantung di ICS 3 garis
parasternalis kanan, dan batas kiri jantung di ICS 4 garis midclavicularis kiri.
Pada auskultasi, terdengar bunyi jantung tunggal dari ICS 2 hingga 5 tanpa suara
tambahan. Denyut jantung (Heart Rate) tercatat sekitar 89 kali per menit.

Kekuatan otot 5 5

5 5

Universitas Awal Bros


16

Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium (21 Juli 2023)

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1. Hb 12,6 gr% P 12-16, L 14-18 gr%
2. Leukosit 6.800 mm3 5000-10000 mm3
3. Eritrosit 4,3 jt/mm3 P 3-5 jt, L 4-6 jt/ mm3
4. Trombosit 149.000 mm3 150.000-400.000 mm3
5. PCV 36 v% P 37-47, L 40-45 v%
6. GDP 171 mg/dl < 200 mg/dl
7. SGOT 12 u/l 10-35 u/l
8. SGPT 11 u/l 10-50 u/l
9. BUN/UREA 35 mg/dl 15-38 mg/dl
10. Creatinine Serum 0,9 mg/dl 0,51-95 mg/dl

Tabel 3.2 Terapi Obat Klien

TERAPI CARA
NO DOSIS INDIKASI
OBAT PEMBERIAN
1. Gentamicin 2x1 IV Mengurangi produksi
asam lambung.
2. Asam 2x1 IV Untuk mengurangi
Tranexamat atau mengatasi
perdarahan.
3 Ketorolac 2x1 Iv Menurunkan nyeri

4. Ranitidine 2x1 IV Untuk menetralkan


peningkatan asam
lambung.
5. Infus RL 500 cc IV Larutan infus yang
digunakan sebagai
sumber elektrolit dan
cairan untuk

Universitas Awal Bros


17

menghidrasi.
6 Norages 2x1 IV Untuk mengurangi
rasa sakit yang
bersifat akut maupun
kronis, termasuk nyeri
pasca trauma atau
operasi.
7 Ceftriaxone 2x1 IV Obat antibiotik
digunakan untuk
mengatasi beragam
infeksi bakteri.

B. ANALISA DATA
1. Masalah keperawatan : Nyeri Akut (D.0077)
Data Subjektif :
- Pasien melaporkan adanya rasa nyeri pada bekas sayatan setelah menjalani
apendiktomi.
- Pasien menggambarkan sensasi yang terasa perih dan seperti tertusuk-
tusuk.
- Pasien mengindikasikan bahwa nyeri yang dirasakan berlangsung sekitar
1-3 menit.
- Pasien menyebutkan bahwa nyeri muncul saat melakukan perubahan posisi
tubuh.
- Pasien melaporkan bahwa nyeri yang dirasakan menjalar hingga ke daerah
pinggang kanan.
P : luka insisi post op apendiktomi
Q : tertusuk-tusuk dan perih selama 1-3 menit
R : bagian kanan bawah di luka post operasi
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul dan tiba-tiba terutama pada saat bergerak atau pindah
posisi nyeri selama 1-3 menit.
Data Objektif :

Universitas Awal Bros


18

- Pasien terlihat dalam keadaan lemah dan agak cemas saat berbaring.
- Sesekali terlihat ekspresi meringis pada pasien yang mencoba menahan rasa
nyeri.
- Durasi nyeri berkisar sekitar 1-3 menit.
- Skala nyeri dilaporkan sebesar 6, mengindikasikan nyeri sedang.
TTV: Tekanan Darah: 140/80 mmHg, Denyut Nadi: 101x/menit, Suhu:
36,7℃, Laju Pernapasan: 21x/menit.

Universitas Awal Bros


BAB IV

PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN

A. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan menggunakan Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) sebagai
acuan dalam menyusun perencanaan keperawatan dalam mengatasi masalah
keperawatan Ny.A selain itu juga ditambahkan intervensi inovasi berdasarkan
konsep Evidence Based Practice dan penelitian terkait. Berikut susunan rencana
keperawatan yang diberikan yang berfokus pada masalah keperawatan dengan
penerapan Evidence Based Practice: Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik di
tandai dengan klien tampak meringis, gelisah dan adanya kondisi pembedahan
(D0077)
SLKI : Tingkat nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri
menurun dengan kriteria hasil : keluhan nyeri menurun dengan rentang 3-5,
Meringis menurun dalam rentang 4-5, gelisah menurun dalam rentang 3-5.
SLKI : Kontrol nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri terkontrol
rentang (1-3), kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis dalam
rentang (3-5).
SIKI : Manajemen nyeri (I.08238)
Observasi : Mengidentifikasi letak, sifat, lamanya, seringnya, kualitas, dan
tingkat keparahan rasa nyeri, mengenali skala penilaian nyeri, mengamati tanda-
tanda nonverbal nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperburuk dan
meringankan nyeri, mengevaluasi dampak rasa nyeri pada kualitas hidup,
memantau hasil dari terapi komplementer yang telah diberikan, dan memonitor
kemungkinan efek samping dari penggunaan analgetik.
istirahat dan tidur yang cukup, Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri saat
memilih strategi untuk meredakan sensasi nyeri.
Edukasi : Uraikan faktor pemicu, durasi, dan sumber nyeri, jelaskan pendekatan
untuk mengurangi nyeri, sarankan pengawasan pribadi terhadap tingkat nyeri,

19 Universitas Awal Bros


dorong penggunaan analgesik dengan penerapan yang benar, berikan pengajaran
mengenai metode non-farmakologis untuk mengatasi sensasi nyeri

Kolaborasi : kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.

SIKI : Pemberian Analgesik (I.08243)

Observasi : Pahami ciri-ciri nyeri (seperti penyebab, jenis, lokasi, tingkat


keparahan, seringnya, lamanya), kenali riwayat alergi terhadap obat, pantau hasil
dari penggunaan analgesik.
Terapeutik : Tentukan tujuan keberhasilan analgesik untuk memaksimalkan
tanggapan pasien, catat respons terhadap analgesik dan efek yang tidak
diinginkan dalam catatan medis.
Edukasi : jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
Kolaborasi : kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik sesuai indikasi
SIKI : Terapi Relaksasi (I.09326)
Observasi : Kenali gejala penurunan energi, gangguan fokus, atau tanda-tanda
lain yang mengganggu fungsi kognitif, identifikasi metode relaksasi yang
sebelumnya terbukti efektif, evaluasi ketegangan otot, detak jantung, tekanan
darah, dan suhu tubuh sebelum dan setelah latihan, pantau hasil respons setelah
sesi relaksasi.
Terapeutik : Buat suasana yang damai dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruangan yang nyaman bila mungkin, pilih pakaian longgar, pilih suara
yang lembut dengan ritme lambat, manfaatkan relaksasi sebagai dukungan
tambahan bersama analgesik atau langkah medis lainnya, sesuai keadaan.
Edukasi : Jelaskan tujuan, keuntungan, batasan, dan variasi teknik relaksasi
yang ada (seperti meditasi, relaksasi otot progresif, napas dalam, dan musik),
gambarkan secara terperinci strategi intervensi relaksasi yang telah dipilih,
sarankan mengambil posisi yang nyaman, dorong untuk merilekskan tubuh dan
merasakan sensasi relaksasi, anjurkan latihan berulang atau praktik teknik yang
dipilih secara berkala, tampilkan dan berlatih teknik relaksasi (seperti napas
dalam, peregangan, atau visualisasi terbimbing).

20 Universitas Awal Bros


B. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang sudah disusun sebelumnya dan dilakukan selama 3x24
jam.
1. Hari pertama (Jum’at, 21 Juli 2023)

Pada penerapan intervensi untuk diagnosa awal Nyeri Akut akibat agen
pencedera fisik, yakni Klien mengatakan nyeri pada luka insisi pasca
apendiktomi, ditemukan data subjektif dan objektif sebagai berikut: Klien
melaporkan bahwa rasa nyeri di bekas luka terasa seperti perih dan sensasi
tusukan-tusukan. Klien menjelaskan bahwa nyeri ini berlangsung sekitar 1-3
menit. Selain itu, Klien merasakan nyeri saat mengubah posisi tubuh dan
sensasi nyeri menjalar hingga ke daerah pinggang kanan. Secara visual, pasien
terlihat berbaring dalam kondisi lemah dengan sedikit rasa cemas. Ekspresi
meringis terkadang terlihat saat Klien berusaha menahan rasa nyeri. Durasi
nyeri juga berkisar antara 1-3 menit dengan skala nyeri sekitar 6, menunjukkan
intensitas nyeri sedang. Data vital tanda-tanda tubuh menunjukkan Tekanan
Darah: 140/80 mmHg, Denyut Nadi: 101x/menit, Suhu: 36,7℃, Laju
Pernapasan: 21x/menit. Klien memiliki infus RL yang mengalir dengan laju 20
tetes per menit. Dalam upaya penanganan nyeri, dilakukan pengkajian
mendalam terkait nyeri, meliputi lokasi, frekuensi, penyebaran, serta skala
nyeri. Pengamatan dilakukan melalui respons verbal dan nonverbal klien.
Tindakan dilakukan dengan mengatur posisi klien dalam posisi supine atau
berbaring yang nyaman. Selain itu, pasien diajarkan teknik relaksasi Benson, di
mana pasien memilih kalimat spiritual yang ingin diucapkan dalam hati, dan
dalam keadaan rileks, mata tertutup, otot-otot direlaksasikan, bernafas secara
perlahan melalui hidung sambil memusatkan pikiran pada ketenangan, dan
dengan hitungan 1-3, menghembuskan nafas melalui mulut sambil
mengucapkan kalimat spiritual yang dipilih. Observasi terus dilakukan
terhadap tanda-tanda vital pasien, serta kerjasama dengan dokter dilakukan
untuk memberikan analgetik sesuai kebutuhan pasien.

Dalam upaya penanganan nyeri, dilakukan pengkajian mendalam terkait


nyeri, meliputi lokasi, frekuensi, penyebaran, serta skala nyeri. Pengamatan

21 Universitas Awal Bros


dilakukan melalui respons verbal dan nonverbal klien. Tindakan dilakukan
dengan mengatur posisi klien dalam posisi supine atau berbaring yang nyaman.
Selain itu, pasien diajarkan teknik relaksasi Benson, di mana pasien memilih
kalimat spiritual yang ingin diucapkan dalam hati, dan dalam keadaan rileks,
mata tertutup, otot-otot direlaksasikan, bernafas secara perlahan melalui hidung
sambil memusatkan pikiran pada ketenangan, dan dengan hitungan 1-3,
menghembuskan nafas melalui mulut sambil mengucapkan kalimat spiritual
yang dipilih. Observasi terus dilakukan terhadap tanda-tanda vital pasien, serta
kerjasama dengan dokter dilakukan untuk memberikan analgetik sesuai
kebutuhan pasien.

Setelah melaksanakan intervensi keperawatan, hasil evaluasi mencakup


data subjektif dan objektif berikut: Klien melaporkan bahwa nyerinya telah
mengalami penurunan setelah menerapkan teknik relaksasi Benson. Pasien
juga mengungkapkan bahwa dia sudah mampu menerapkan teknik relaksasi
Benson secara mandiri saat mengalami nyeri. Secara visual, klien terlihat lebih
rileks dan mampu berbaring dalam posisi supine dengan nyaman. Nyeri tekan
di sekitar abdomen, dengan skala nyeri kini masih mencapai angka 6.
Meskipun demikian, masalah nyeri belum sepenuhnya teratasi, oleh karena itu
intervensi akan diteruskan dengan melibatkan manajemen nyeri, pemberian
analgetik, serta terapi relaksasi Benson.

2. Hari kedua (Sabtu, 22 Juli 2023)


Tindakan yang diterapkan pada diagnosa awal, Nyeri Akut akibat agen
pencedera fisik, melibatkan keterangan sebagai berikut: Klien masih
melaporkan adanya nyeri pada bekas luka pasca apendiktomi, dengan sensasi
perih yang masih dirasakan dalam tingkat yang rendah. Durasi nyeri
berlangsung sekitar 1 menit, dan skala nyeri yang dirasakan mencapai 4,
mengindikasikan tingkat nyeri yang sedang. Pasien kadang-kadang mengalami
episode menahan nyeri dan gelisah saat perawatan luka dilakukan. Klien
mampu mengikuti teknik relaksasi Benson dengan baik, yaitu dengan memilih
kalimat spiritual yang akan diucapkan dalam hati, berbaring dalam posisi
rileks, menutup mata, mengendurkan otot-otot tubuh, bernafas perlahan-lahan
melalui hidung dengan tetap menjaga ketenangan dan fokus, dan pada hitungan

22 Universitas Awal Bros


1-3 menghembuskan nafas melalui mulut sambil mengucapkan kalimat
spiritual yang telah dipilih. Parameter vital mengindikasikan Tekanan Darah:
120/80 mmHg, Suhu: 36,3°C, Denyut Nadi: 84x/menit, dan Laju Pernapasan:
20x/menit. Di hari kedua, dalam konteks diagnosis tersebut, tindakan
pengkajian terhadap nyeri, lokasi, frekuensi, penyebaran, serta skala nyeri
dilakukan lagi. Observasi verbal dan nonverbal terhadap pasien juga
dilanjutkan. Pengaturan posisi pasien dalam posisi supine atau berbaring tetap
diterapkan. Pasien dan keluarganya terus diajarkan mengenai teknik relaksasi
Benson. Pemantauan terhadap tanda-tanda vital pasien tetap dijalankan, dan
kerjasama dengan dokter diteruskan dalam rangka pemberian analgetik yang
sesuai kebutuhan.
Setelah melaksanakan intervensi keperawatan, hasil evaluasi mencakup
data subjektif dan objektif berikut: Klien melaporkan bahwa nyerinya telah
mengalami penurunan setelah menerapkan teknik relaksasi Benson. Pasien
juga mengungkapkan bahwa dia sudah mampu menerapkan teknik relaksasi
Benson secara mandiri saat mengalami nyeri. Secara visual, klien terlihat lebih
rileks dan mampu berbaring dalam posisi supine dengan nyaman. Nyeri tekan
di sekitar abdomen juga melaporkan adanya penurunan, dengan skala nyeri
kini mencapai angka 5. Meskipun demikian, masalah nyeri belum sepenuhnya
teratasi, oleh karena itu intervensi akan diteruskan dengan melibatkan
manajemen nyeri, pemberian analgetik, serta terapi relaksasi Benson.
3. Hari ketiga (Minggu, 23 Juli 2023)
Tindakan implementasi yang dijalankan dalam diagnosa pertama, Nyeri
Akut akibat agen pencedera fisik, mencakup informasi berikut: Durasi nyeri
berlangsung sekitar 10-30 detik. Klien melaporkan bahwa nyeri terutama terasa
saat dilakukan pergantian perban, dengan intensitas nyeri pada skala 3,
mengindikasikan tingkat nyeri yang ringan. Pasien menunjukkan tanda-tanda
rileksasi dan mengeluhkan bahwa rasa nyeri pada luka telah mengalami
penurunan. Klien mengatakan merasa nyaman, dan secara visual terlihat lebih
rileks. Klien juga mampu mengikuti teknik relaksasi Benson dengan baik, yaitu
dengan memilih kalimat spiritual yang ingin diucapkan dalam hati, berbaring
dalam posisi rileks, menutup mata, mengendurkan otot-otot tubuh, bernafas

23 Universitas Awal Bros


secara perlahan-lahan melalui hidung dengan tetap menjaga ketenangan dan
fokus, serta pada hitungan 1-3 menghembuskan nafas melalui mulut sambil
mengucapkan kalimat spiritual yang telah dipilih. Parameter vital menunjukkan
Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Suhu: 36,6°C, Denyut Nadi: 80x/menit, dan
Laju Pernapasan: 20x/menit. Dalam implementasi, dilakukan pengkajian
mengenai nyeri, termasuk lokasi, frekuensi, penyebaran, dan skala nyeri.
Observasi verbal dan nonverbal terhadap pasien juga tetap dijalankan.
Pengaturan posisi pasien dalam posisi supine atau berbaring tetap diterapkan.
Pasien dan keluarganya terus diajarkan mengenai teknik relaksasi Benson.
Pemantauan terhadap tanda-tanda vital pasien tetap dijalankan, dan kerjasama
dengan dokter diteruskan dalam pemberian analgetik yang sesuai kebutuhan.
Setelah dilakukan implementasi keperawatan didapatkan hasil evaluasi
keperawatan data subjektif dan objektif yaitu Klien mengatakan nyerinya
sudah berkurang setelah dilakukan tehnik relaksasi benson. klien juga
mengatakan jika nyeri timbul klien mencoba melakukan tehnik relaksasi
benson yang telah diajarkan secara mandiri, Klien tampak berbaring dengan
posisi supine, nyeri tekan disekitar abdomen berkurang, skala nyeri 3. Masalah
nyeri teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan dengan manajamen nyeri,
pemberian analgetik, terapi relaksasi dirumah.

24 Universitas Awal Bros


BAB V

PEMBAHASAN

Dalam menjalankan proses pemberian perawatan kepada pasien Post Op

Apendiktomi dengan penerapan Teknik Relaksasi Benson terhadap Skala Nyeri di

RSUD Kabupaten Bintan dari tanggal 21 Juli 2023 hingga 23 Juli 2023, penulis

telah berusaha sungguh-sungguh untuk mengaplikasikan pengetahuan ilmiah,

tindakan keperawatan yang sesuai, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya

yang tersedia agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan dasar teori

yang relevan. Penulis mengidentifikasi masalah-masalah keperawatan yang timbul

pada pasien dan merancang rencana intervensi serta implementasi yang sesuai

dengan masalah-masalah tersebut. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini,

penulis harus mematuhi keterbatasan dalam hal jarak dan waktu, yang

mengakibatkan hanya tiga kali intervensi yang dapat dilakukan. Sepanjang proses

intervensi, pasien selalu mendapatkan dukungan dari anggota keluarganya.

Apendiktomi merupakan tindakan medis yang melibatkan prosedur invasif

dan hanya digunakan untuk mengatasi apendisitis. Tindakan apendiktomi ini

sebaiknya dilaksanakan secepat mungkin untuk mengurangi risiko komplikasi yang

lebih serius seperti perforasi, peritonitis, atau pembentukan abses (Marijata seperti

yang dikutip oleh Pristahayuningtyas pada tahun 2015).

Tingkat keparahan nyeri mencerminkan sejauh mana tingkat rasa sakit yang

dirasakan oleh seseorang. Pengukuran intensitas nyeri sangatlah subjektif dan

personal, dan nyeri dengan tingkat intensitas yang sama dapat diartikan dengan

berbeda oleh individu yang berbeda. Salah satu metode yang lebih objektif untuk

25 Universitas Awal Bros


mengukur nyeri adalah dengan memperhatikan respons fisiologis tubuh

terhadap sensasi nyeri (Mubarak dkk., 2015).

Relaksasi Benson merupakan suatu pendekatan relaksasi yang

memanfaatkan teknik pernapasan, umumnya diterapkan di lingkungan rumah sakit

pada pasien yang mengalami nyeri atau kecemasan. Dalam teknik relaksasi Benson,

unsur keyakinan juga dimasukkan melalui kata-kata yang mencerminkan perasaan

cemas yang sedang dialami oleh pasien. Keunggulan teknik relaksasi Benson

dibandingkan metode lain adalah kemudahannya dalam pelaksanaan serta

minimnya risiko efek samping yang mungkin timbul (Solehati & Kosasih, 2015).

Dalam konteks ini, penulis berpendapat bahwa terapi relaksasi Benson

memiliki potensi sebagai salah satu bentuk intervensi dalam manajemen nyeri.

Keyakinan ini didukung oleh hasil berbagai penelitian dan studi kasus yang

menunjukkan efektivitasnya, termasuk pengalaman penulis sendiri dalam

memberikan intervensi langsung kepada pasien pasca apendiktomi.

Selain teknik relaksasi Benson, terdapat berbagai metode non-farmakologi

lain yang dapat diterapkan untuk mengurangi nyeri, seperti memberikan informasi

kepada pasien, memberikan sentuhan, melakukan pijatan, menggunakan sentuhan

terapeutik, menggunakan panduan visualisasi, melakukan relaksasi, hipnosis,

hidroterapi, akupresur, akupunktur, aromaterapi, stimulasi saraf listrik transkutan,

dan memberikan dukungan emosional. Dengan menerapkan berbagai metode ini,

tingkat kecemasan, ketegangan, dan nyeri yang dialami pasien dapat berkurang.

Bagian berikutnya akan membahas perbedaan antara kerangka teoritis dan

temuan kasus yang penulis alami selama studi lapangan. Penulis akan merinci

26 Universitas Awal Bros


proses asuhan keperawatan yang meliputi tahap Pengkajian, Diagnosa

Keperawatan, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan.

A. Pengkajian

Menurut Muttaqin (2018), pengkajian merupakan langkah awal yang

sistematik dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi serta mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian

dilakukan pada periode 21-23 Juli 2023, menggunakan metode wawancara dan

otonom, dimulai dari informasi dasar klien, catatan riwayat penyakit, evaluasi

pola kesehatan fungsional, pemeriksaan fisik menyeluruh, dan didukung oleh

hasil laboratorium, pemeriksaan tambahan, dan terapi medis.

Berdasarkan kerangka teoritis, apendisitis ditandai oleh gejala seperti

nyeri yang awalnya terasa di epigastrium dan kemudian menjalar ke perut kanan

bawah, mual, muntah, serta hilangnya nafsu makan. Tanda khas apendisitis

menurut teori meliputi nyeri tekan di kuadran kanan bawah serta demam yang

muncul akibat infeksi.

Dalam konteks teoritis, penanganan apendisitis biasanya melibatkan

tindakan pembedahan atau operasi, yang ternyata sesuai dengan temuan dalam

kasus tersebut. Dalam kasus ini, ditemukan bahwa kebiasaan mengonsumsi

makanan rendah serat berkontribusi terhadap risiko apendisitis melalui

pencetusan konstipasi.

1) Identitas klien

Sesuai dengan teori, apendisitis biasanya lebih umum terjadi pada

populasi pria, dan angka kejadian paling tinggi terjadi pada kelompok usia

27 Universitas Awal Bros


20-30 tahun. Namun, pada saat proses pengkajian pada pasien yang penulis

temui, kasus ini melibatkan seorang wanita yang berusia 42 tahun.

2) Faktor penyebab

Berdasarkan teori yang ada, faktor pemicu apendisitis dapat terkait

dengan kebiasaan mengonsumsi makanan yang rendah serat. Kebiasaan

tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya konstipasi, yang pada

gilirannya dapat menjadi faktor risiko terjadinya apendisitis. Dampak dari

konstipasi ini dapat meningkatkan tekanan di dalam usus besar, yang dapat

memicu pertumbuhan bakteri dalam flora kolon. (Sjamduhidahat, De Jong,

2012).

3) Riwayat kesehatan sekarang

Sesuai dengan teori, tanda dan gejala yang umum terlihat setelah

apendiktomi adalah nyeri di daerah abdomen kuadran kanan bawah, yang

sering disertai oleh demam ringan, mual, muntah, kurangnya nafsu makan,

serta nyeri pada luka insisi khususnya di daerah titik McBurney. Pada saat

melakukan pengkajian pada pasien, terlihat adanya tanda dan gejala yang

sesuai, termasuk nyeri pada luka insisi, demam ringan, mual dan muntah

setelah operasi, anoreksia, serta risiko infeksi pada luka insisi pasca

apendiktomi

4) Data laboratorium

Berdasarkan teori, pada pasien dengan apendisitis sering terjadi

peningkatan jumlah leukosit dalam darah karena adanya tanda-tanda infeksi

pada lumen apendiks. Namun, hemoglobin, trombosit, dan hematokrit biasanya

tetap berada dalam rentang normal. Namun, dalam kasus yang penulis temukan,

28 Universitas Awal Bros


data laboratorium pasien tidak sesuai dengan teori tersebut. Tidak terjadi

peningkatan jumlah leukosit dalam hasil pemeriksaan laboratorium klien.

5) Pemeriksaan fisik

Dari data pemeriksaan fisik ditemukan sebagian besar gejala yang

ada diteoritis ditemukan pada kasus.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien dengan apendisitis secara teoritis

berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu Nyeri Akut

b.d agen pencedera fisik. Setelah dikaji di dapatkan diagnosa keperawatan pada

Ny. A yaitu Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik di tandai dengan adanya klien

mengatakan nyeri bagian luka post operasi, nyeri di rasakan seperti ditusuk-

tusuk, skala nyeri 6, klien tampak meringis, nyeri disrasakan terus menerus 1-3

menit terutama pada saat pasien bergerak atau merubah posisi.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosis pertama yang terkait dengan nyeri akut akibat adanya luka

post op apendiktomi memiliki tujuan yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil

yang diinginkan. Sesuai dengan asumsi teoretis, hasil yang diharapkan termasuk

peningkatan relaksasi pada klien, pengurangan nyeri dengan skala nyeri berada

dalam kisaran 1-3, tekanan darah (TD) tetap dalam batas normal 140/80 mmHg,

denyut nadi klien mencapai 101 denyut per menit, dan penilaian tingkat nyeri

klien dilakukan. Rencana intervensi keperawatan untuk masalah nyeri akut yang

terkait dengan cedera fisik lebih menitikberatkan pada pendekatan non-

farmakologi, terutama teknik relaksasi Benson. Proses terapi relaksasi Benson

dimulai dengan menciptakan lingkungan yang damai dan nyaman di dalam

29 Universitas Awal Bros


ruangan. Setelah itu, klien dipandu untuk mengambil posisi yang nyaman.

Pemilihan kata atau ungkapan yang mencerminkan keyakinan klien perlu

diperhatikan dengan cermat. Kemudian, klien diminta untuk memejamkan mata

dengan lembut, tanpa menekan terlalu keras. Selama terapi, klien diajak untuk

bernapas secara perlahan dan alami, sambil melepaskan ketegangan otot dari

kaki hingga kepala. Napas diambil melalui hidung dengan fokus pada ekspansi

perut, dan saat napas dikeluarkan melalui mulut, klien mengucapkan ungkapan

yang telah dipilih sesuai dengan keyakinannya. Sikap pasif juga dijaga selama

proses relaksasi ini. Tujuan dari teknik relaksasi Benson adalah membantu klien

mengurangi intensitas nyeri dan mencapai tingkat relaksasi yang lebih optimal.

Dalam studi mengenai Efek Teknik Relaksasi Benson terhadap

Penurunan Skala Nyeri Pasca Operasi Apendiktomi di RSUD Porsea, analisis uji

t pre-eksperimen dan post-eksperimen pada kelompok intervensi menghasilkan

nilai p=0,000. Hasil ini mengindikasikan bahwa nilai p<0,05, yang menunjukkan

perbedaan signifikan dalam skala nyeri pasca operasi Apendiktomi di RSUD

Porsea setelah penerapan Teknik Relaksasi Benson (Manurung, 2019).

Menurut Benson (2019), ketika seseorang mulai merasakan kecemasan,

hal ini dapat merangsang respons saraf simpatis yang berpotensi memperburuk

gejala kecemasan yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu, siklus antara

kecemasan dan nyeri dapat dimulai lagi, dengan dampak yang semakin

merugikan bagi pikiran dan tubuh (Solehati & Kokasih, 2015). Hasil temuan dari

penelitian oleh Roykulcharoen (2019) berjudul "Efek Teknik Relaksasi

Sistematis terhadap Nyeri Pasca Operasi di Thailand" menyatakan bahwa

metode relaksasi sistematis, termasuk relaksasi Benson, telah membawa

30 Universitas Awal Bros


penurunan yang signifikan dalam sensasi dan intensitas nyeri pasca operasi pada

pasien di Thailand.

D. Implementasi Keperawatan

Pada tanggal 21 Juli 2023, tindakan intervensi dilakukan untuk

menangani diagnosis awal yang berkaitan dengan masalah nyeri akut.

Implementasi ini melibatkan beberapa langkah, termasuk mengenali lokasi,

durasi, dan frekuensi nyeri pada bekas luka operasi di perut bagian kanan bawah.

Nyeri ini terjadi selama sekitar 3 menit dengan sifat yang berulang-ulang. Skala

nyeri yang dirasakan oleh klien mencapai angka 6. Selain itu, faktor-faktor yang

memperburuk nyeri, seperti gerakan, juga diidentifikasi. Upaya untuk

mengendalikan lingkungan yang bisa memperburuk nyeri juga diterapkan. Salah

satu langkah adalah mengajarkan teknik nonfarmakologi, yakni terapi relaksasi

Benson. Prosedur terapi ini melibatkan penciptaan suasana yang tenang dan

nyaman. Klien diminta untuk memilih kata-kata atau ungkapan yang memiliki

arti khusus dan mencerminkan keyakinannya. Setelah itu, dengan mata tertutup,

klien diminta untuk bernafas perlahan dan mengendurkan otot-otot tubuh,

dimulai dari kaki hingga kepala. Pusatkan perhatian pada perut yang

mengembang saat menghirup udara melalui hidung, lalu hembuskan napas

melalui mulut sambil mengucapkan ungkapan yang telah dipilih. Langkah ini

diakhiri dengan sikap pasif. Selama penerapan, kolaborasi dengan dokter

dilakukan untuk pemberian analgetik guna meredakan nyeri. Seluruh langkah

yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan dan respons klien terhadap tindakan

yang diberikan.

31 Universitas Awal Bros


Pada tanggal 22 Juli 2023, langkah intervensi kedua terhadap klien masih

diterapkan sesuai rencana sebelumnya. Ini meliputi beberapa tindakan, termasuk

mengenali lokasi, durasi, dan frekuensi nyeri pada bekas luka operasi di perut

bagian kanan bawah. Nyeri ini terjadi selama sekitar 1-2 menit dengan sifat yang

berulang-ulang. Skala nyeri yang dirasakan oleh klien mencapai angka 5. Selain

itu, usaha untuk mengontrol faktor lingkungan yang memperburuk nyeri tetap

diteruskan. Seperti sebelumnya, tindakan berikutnya masih melibatkan

pengajaran teknik nonfarmakologi, khususnya terapi relaksasi Benson. Proses

relaksasi ini masih melibatkan menciptakan lingkungan yang tenang dan

nyaman, serta pemilihan kata atau ungkapan yang memiliki makna istimewa dan

sesuai dengan keyakinan klien. Setelah itu, dengan mata tertutup, klien diminta

untuk bernafas perlahan dan mengendurkan otot-otot tubuh, dimulai dari kaki

hingga kepala. Fokus pada perut yang mengembang saat menghirup udara

melalui hidung, lalu hembuskan napas melalui mulut sambil mengucapkan

ungkapan yang telah dipilih. Proses ini diakhiri dengan sikap pasif. Selama

implementasi, kolaborasi dengan dokter masih dijaga untuk memastikan

analgetik yang sesuai diberikan guna meredakan nyeri yang masih dirasakan

klien. Semua tindakan ini bertujuan untuk meminimalkan nyeri yang dirasakan

oleh klien dan memastikan pemulihan yang optimal serta kenyamanan.

Pada tanggal 23 Juli 2023, tindakan ketiga dilakukan setelah pelaksanaan

tindakan sebelumnya. Perubahan positif terlihat pada klien, dengan tingkat

relaksasi yang lebih nyata. Oleh karena itu, fokus utama pada tahap ini tetap

pada terapi relaksasi Benson untuk mengendalikan dan mengurangi nyeri. Skala

nyeri yang dirasakan oleh klien sekarang mencapai angka 3, menandakan bahwa

32 Universitas Awal Bros


nyeri yang dirasakan menjadi ringan. Semua langkah yang diambil pada tanggal

23 Juli 2023 dirancang untuk memastikan adanya perbaikan yang berkelanjutan

pada klien dan mendukung pemulihan optimal post op apendiktomi. Pada tahap

pelaksanaan ini, rencana keperawatan diubah menjadi tindakan konkret untuk

mencapai hasil yang diharapkan. Penerapan rencana ini berlangsung selama satu

shift kerja selama tiga hari. Selama proses Asuhan Keperawatan ini, dilakukan

dengan kerjasama antara perawat, klien, keluarga klien, dan tim kesehatan yang

terlibat.

E. Evaluas keperawatan

Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan yang

memberikan gambaran menyeluruh tentang perjalanan keseluruhan asuhan

keperawatan. Fokusnya adalah untuk mengukur sejauh mana masalah-masalah

keperawatan yang diidentifikasi telah diselesaikan, bagaimana pendekatan

pengobatan telah diterapkan, serta apakah semua isu telah diatasi dalam jangka

waktu yang ditentukan, yaitu 3 hari. Terkait dengan masalah nyeri akut yang

terkait dengan cedera fisik, hasil evaluasi mengindikasikan bahwa masalah ini

telah diatasi sebagian. Hal ini tercermin dari fakta bahwa skor nyeri pasien

berada pada angka 3, yang sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan dalam

rentang 1-3. Tambahan pula, pasien juga tidak melaporkan adanya nyeri yang

signifikan.

Tindakan keperawatan yang telah saya terapkan pada Ny. A dapat

dianggap berhasil mencapai tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan sesuai

dengan diagnosis yang ada. Pencapaian ini tentunya tidak terlepas dari

kerjasama yang efisien antara pasien, keluarganya, dan tim medis di unit

33 Universitas Awal Bros


perawatan. Dalam periode tiga hari sejak penerapan dimulai, evaluasi

memberikan gambaran positif mengenai perbaikan kondisi pasien. Diagnosis

nyeri akut yang terkait dengan cedera fisik telah teratasi, terbukti dengan

pengakuan pasien bahwa nyerinya telah berkurang dari skor 6 menjadi skor 3.

Berdasarkan uraian tentang perawatan keperawatan di atas, penulis

mengaitkannya dengan teori comfort oleh Kolcaba. Teori kenyamanan ini

menekankan pentingnya memenuhi rasa nyaman pasien dengan fokus pada

pemenuhan kebutuhan kenyamanan melalui tahapan comfort, yakni pengkajian

(kenyamanan fisik, psikososial, lingkungan, dan sosiokultural). Teori comfort

dalam konteks perawatan pasien setelah operasi dapat meningkatkan kepuasan

keluarga dan efektif mengurangi rasa nyeri pada pasien yang merasa tidak

nyaman karena faktor kecemasan. Teori ini sangat sesuai dengan kasus

perawatan di atas, di mana pasien setelah Apendiktomi mengalami nyeri dan

diharapkan bahwa teori ini dapat membantu meningkatkan kenyamanan secara

holistik pada pasien. Kenyamanan holistik ini akan mempengaruhi cara pasien

memandang dan menghadapi rasa nyeri, sehingga rasa nyeri dapat berkurang,

hilang, atau pasien dapat mengembangkan strategi positif dalam menghadapi

nyeri setelah operasi.

F. Evaluasi Inovasi Intervensi

Inovasi penggunaan terapi relaksasi dengan penerapan relaksasi Benson

dalam konteks perawatan kesehatan. Terapi ini melibatkan teknik pernapasan

dalam yang menggabungkan unsur keyakinan religi dengan kata-kata atau frasa

yang diyakini dapat membantu menurunkan beban atau meningkatkan kesehatan

dan kesejahteraan seseorang. Hasil dari terapi ini menunjukkan bahwa klien

34 Universitas Awal Bros


merasakan kenyamanan dan relaksasi yang lebih tinggi, serta mengalami

penurunan intensitas nyeri dari skala 6 menjadi skala 3 dari hari pertama hingga

hari ketiga. Dalam konteks perawatan, terapi relaksasi Benson ini terbukti efektif

dalam mengatasi masalah nyeri yang dialami oleh klien. Inovasi ini

menunjukkan bahwa terapi tersebut memiliki manfaat yang signifikan terutama

dalam mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien, dan yang lebih

penting lagi, terapi ini dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien,

memungkinkan mereka untuk melanjutkan perawatan di rumah. Secara

keseluruhan, terapi relaksasi Benson dengan penggunaan teknik pernapasan

dalam dan unsur keyakinan religi merupakan langkah yang sangat bermanfaat

dalam mengatasi masalah nyeri pada klien. Dengan memungkinkan pasien untuk

mengatasi nyeri secara mandiri, terapi ini memiliki potensi untuk membantu

meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan alternatif yang efektif

dalam pengelolaan nyeri.

G. Keterbatasan Study Kasus

Penulis mengakui bahwa tulisan ini masih memiliki kekurangan, meskipun

telah dilakukan usaha maksimal. Namun, terdapat beberapa batasan dalam

Karya Ilmiah Akhir Ners ini, yaitu:

1) Kondisi lingkungan yang tidak optimal, yang mengakibatkan gangguan

pada konsentrasi klien saat menjalani terapi teknik relaksasi Benson

untuk mengurangi nyeri.

2) Kendala teknis dalam mengatur waktu untuk melaksanakan tindakan

teknik relaksasi Benson pada klien.

35 Universitas Awal Bros


BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penjelasan lengkap oleh penulis dalam setiap bagian dari BAB

mengenai penerapan terapi relaksasi benson pada Ny. A dengan Post Op

apendiktomi untuk mengurangi skala nyeri di RSUD Kabupaten Bintan, yang

meliputi tahap pengkajian hingga tahap evaluasi, maka penulis dapat menarik

kesimpulan dengan tahapan dalam proses keperawatan yaitu sebagai berikut:

1. Apendisitis merujuk pada situasi di mana terjadi peradangan dalam umbai

cacing, suatu kantong tersembunyi yang terletak dekat katup ileocecal pada

bagian kanan bawah perut. Umumnya, kondisi ini dikenal sebagai penyakit

usus buntu.

2. Individu yang menjalani operasi apendektomi akan menghadapi berbagai

masalah, termasuk yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial, dan

spiritual. Beberapa isu keperawatan yang timbul termasuk rasa sakit akut

karena cedera fisik, gangguan mobilitas fisik karena nyeri, dan kecemasan

karena kurangnya informasi yang diterima.

3. Untuk mengatasi tantangan ini, kerjasama yang efektif antara tim medis,

pasien, dan keluarga menjadi sangat penting dalam pelaksanaan perawatan

keperawatan demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Penanganan khusus yang diberikan kepada pasien yang mengalami apendisitis

melibatkan tindakan bedah yang harus dilakukan segera. Ketika penanganan

dilambatkan, pasien berisiko mengalami rasa sakit yang berkelanjutan dan

bahkan dapat menghadapi komplikasi yang serius

36 Universitas Awal Bros


5. Salah satu pendekatan untuk meredakan nyeri setelah menjalani operasi

apendektomi adalah melalui penerapan teknik relaksasi benson. Metode ini

melibatkan pemilihan kalimat spiritual yang diucapkan dalam hati, sambil

pasien berbaring dalam keadaan santai dengan mata tertutup. Pasien juga

diarahkan untuk mengendurkan otot-otot tubuh, mengambil napas perlahan

melalui hidung dengan konsentrasi dan ketenangan pikiran, dan mengeluarkan

napas perlahan dalam hitungan 1-3 sambil mengucapkan kalimat spiritual yang

telah dipilih. Teknik relaksasi benson ini terbukti mengurangi tingkat rasa sakit

dari 6 (sedang) menjadi 3 (ringan) pada pasien, dan pasien dapat melakukannya

secara mandiri ketika mengalami nyeri.

B. SARAN

Berikut beberapa saran yang dapat diajukan oleh penulis mengenai


implementasi penerapan relaksasi benson Klien yang telah menjalani Apendiktomi:

1. Bagi Lembaga Pendidikan


Peran lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam
menghasilkan individu yang berkualitas, terutama dalam sektor keperawatan.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus bertekad untuk membentuk calon
tenaga kesehatan, termasuk perawat, agar mereka mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang unggul, khususnya bagi pasien pasca apendiktomi.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat, rumah sakit
mempunyai tanggung jawab besar dalam memberikan pelayanan yang bermutu
kepada seluruh pasien, tanpa memandang latar belakang ekonomi mereka. Hal
ini akan berdampak positif pada peningkatan standar pelayanan kesehatan bagi
seluruh kalangan, termasuk di wilayah Kepulauan Riau.

37 Universitas Awal Bros


3. Bagi Mahasiswa/i
Bagi para mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan di bidang
kesehatan, terutama keperawatan, sangat penting untuk memperkuat pendekatan
yang didasarkan pada kepercayaan dengan pasien. Pendekatan ini akan
membantu mencapai tujuan asuhan keperawatan yang sesuai dengan harapan
dan kebutuhan pasien secara efektif.

38 Universitas Awal Bros


DAFTAR PUSTAKA

Apriani, dkk. 2023. Penerapan Pendidikan Kesehatan Dalam Upaya Menurunkan


Intensitas Nyeri Melalui Terapi Benson Di Rumah Sakit Tk Ii Dr. Ak Gani
Palembang. Jurnal Mitra Rafflesia Volume 15 Nomor 1: STIKES Bhakti
Husada Bengkulu

De jong. 2012. BAB II Tinjauan pustaka Apendiktomi. Tesis ilmiah. UI. Diakses tanggal
20 Juli 2023, pukul 20.00
Depkes. 2019. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. 2021. Laporan Akuntabilitas Kinerja


Instansi Pemerintah Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat (SATKER 03).
Dinkes: Provinsi Kepri

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau. 2021. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP). Dinkes:Prov Kepri

Hananida, dkk. 2023. Penerapan Teknik Relaksasi Benson Terhadap Skala Nyeri Pada
Pasien Post Op Appendiktomi Diruang Bedah Di Rsud Jend. Ahmad Yani
Metro. Jurnal Cendikia Muda Volume 3, Nomor 4: Akademi Keperawatan
Dharma Wacana Metro

Kusuma. 2013. Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap skala Nyeri Pasien post
apendiksitis. www. jurnal keperawatan. Diakses tanggal 21 Juli pukul 19:00
Manurung, dkk. 2019. Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Post Appendixtomy Di Rsud Porsea. Jurnal Keperawatan Priority: Vol 2,
No. 2

Mubarak, dkk. 2015. Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap skala Nyeri Pasien
post SC www. jurnal keperawatan. Diakses tanggal 21 Juli pukul 19:00
PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Liuran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Universitas Awal Bros


Ramadhan, dkk. 2022. Penerapan Relaksasi Benson Untuk Menurunkan Intensitas
Nyeri Pasien Post Operasi Apenditomi Diruang Bedah Rsud Jend. Ahmad Yani
Metro. Volume 2, Nomor 4: Jurnal Cendekia Muda

Sabiston, David C. 2013. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC


Sjamsuhidajat, De jong. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC

Spalanzani, Sholahuddin. 2020. Penerapan Tehnik Relaksasi Benson Terhadap


Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomy. Sriwijaya Palembang:
Jurnal Kesehatan, Volume 9, nomor 2, Desember 2020 AKPER KESDAM 2

Suara, Mahyar. Dkk. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Cetakan 1. Jakarta : CV.Trans
Info Media

Universitas Awal Bros


LAMPIRAN 1

LEMBAR KONSUL KIAN


PRODI PROFESI NERS UNIVERSITAS AWAL BROS BATAM
TAHUN 2023

NAMA : WA Ode Oktavia S. Kep


NIM : 202214903037
JUDUL KIAN : Penerapan Relaksasi Benson Pada Ny. A Dengan Nyeri Akut
Post Op Apendektomi Di Rsud Kabupaten Bintan
PEMBIMBING : Fitriany Suangga, S.Kp, MSN

No Tanggal Materi Masukan Pembimbing Paraf


Konsultasi
1 21/07/2023 Judul KIAN Acc judul

2 26/07/2023 Bab I dan Bab II  Cara penulisan sumber penulis


 Menyatukan kalimat paragraf
 Cara memasukkan jurnal
 Pendukung studi kasus yang di
ambil
 Urutkan Bab II materi
pendukung Judul
3 31/07/2023 Bab I dan Bab II Bab I
 Penambahan teori dalam
mendukung studi kasus dalam
pemberian ntervensi
Relaksasi
benson
Bab II
 Kerangka Teori
 Perbaikan State of the art

4 07/08/2023 Bab III,IV,V,VI Bab IV


 Perbaikan pada intervensi
keperawatan
Bab V
 Penambahan pada inovasi
intervensi keperawatan

Universitas Awal Bros


5 08/08/2023 Bab Bab VI
 Kesimpulan agar lebih focus
I,II,III,IV,V,VI
pada tujuan kasus
6 10/08/2023 Konsul Revisi  Pembuatan SPO Relaksasi
Bab V,VI benson
 Merapikan penulisan
(perbaikan typo)

7 15/08/2023 Konsul Bab  Lengkapi dari cover sampai


I,II,III,IV,V,VI Lampiran
dan Hasil  Acc
Turnitin  Hasil Turnitin 20%

LAMPIRAN 2
SOP RELAKSASI BENSON

STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)
TEKNIK RELAKSASI BENSON

Universitas Awal Bros


Pengertian Teknik Relaksasi benson adalah teknik pernapasan
dalam yang melibatkan keyakinan seseorang dengan
kata-kata/frase religi yang diyakini dapat
menurunkan beban yang dirasakan atau dapat
meningkatkan Kesehatan
Tujuan Menurunkan atau mengurangi nyeri ,mengendalikan
ketegangan otot , dan juga mengendalikan pernapasan

Waktu Selama 10 – 15 menit, 1-2 x sehari, sebaiknya sebelum


makan.

Persiapan Klien 1. Identifikasi tingkat nyeri klien


dan lingkungan 2. Kaji kesiapan klien dan perasaan klien
3. Berikan penjelasan tentang terapi Benson
4. Minta klien mempersiapkan kata-kata yang diyakini
5. Ciptakan lingkungan yang nyaman di sekitar klien

Peralatan 1. Pengukur waktu


2. Catatan observasi klien
3. Pena dan buku Catatan Kecil

Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur

Prosedur 1. Anjurkan klien mengambil posisi yang dirasakan


paling nyaman, bisa berbaring atau duduk
2. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan,
sehingga tidak ada ketegangan otot sekitar mata.
3. Kendorkan otot-otot serileks mungkin, mulai dari
kaki, betis, paha, perut, dan lanjutkan ke semua otot
tubuh. Tangan dan lengan diulurkan kemudian
lemaskan dan biarkan terkulai wajar. Usahakan agar
tetap rileks.

4. Mulai dengan bernapas yang lambat dan wajar, serta


mengucapkan dalam hati kata-kata yang sudah dipilih
pada saat menarik napas dan diulang saat
mengeluarkan napas. Lemaskan seluruh tubuh.
5. Ulang terus point 4 selama 10-15 menit
Terminasi 1. Observasi skala nyeri setelah inervensi
2. Ucapkan salam

Dokumentasi Catat hasil observasi di dalam catatan perkembangan


klien

Universitas Awal Bros


LAMPIRAN 3
JURNAL
No Deskripsi Jurnal Pembahasan
1 Penerapan teknik relaksasi benson Hasil Penelitian :
terhadap skala nyeri pada pasien Hasil studi kasus setelah dilakukan
post op Apendiktomi diruang bedah pengkajian skala nyeri subyek I
di RSUD Jendral Ahmad Yani (Tn.M) setelah dilakukan relaksasi
Metro benson hari pertama yaitu skala nyeri
4 (skala nyeri sedang) kemudian hari
Tahun : 2023 kedua 3 (skala nyeri ringan) dan hari
ketiga penerapan skala nyeri menjadi
Peneliti : 2 (skala nyeri ringan). Skala nyeri
Salsabila Hananida Alza subyek II (Nn. K) setelah dilakukan
Anik Inayati penerapan pada hari pertama yaitu

Universitas Awal Bros


Uswatun Hasanah skala nyeri 3 (skala nyeri ringan),
dan pada hari kedua dan hari ketiga
Metode Penelitian : skala nyeri 2 (skala nyeri ringan).
Rancangan studi kasus deskriptif Penerapan ini dilakukan bahwa skala
nyeri subyek I (Tn.M) sebelum
Jurnal : penerapan relaksasi benson (6-8 jam
- Jurnal Cendekia Muda setelah operasi) yaitu 5. Setelah
- Akademi Keperawatan Dharma dilakukan relaksasi benson hari
Wacana Metro pertama yaitu skala nyeri 4 kemudian
hari ke dua 3 dan hari ketiga
penerapan skala nyeri menjadi 2.
Skala nyeri subyek II (Nn. K)
sebelum penerapan relaksasi benson
(6-8 jam setelah operasi) yaitu skala
nyeri 4 selanjutnya dilakukan
penerapan pada hari pertama yaitu
skala nyeri 3 dan pada hari kedua
dan hari ketiga skala nyeri 2.
Berdasarkan hasil pengkajian skala
nyeri sebelum dan setelah penerapan
relaksasi benson diatas, menunjukan
bahwa terjadi penurunan skala nyeri
pada kedua subyek.

Alasan Menjadi Tinjauan


Penelitian :
Jurnal berikut dapat memperkuat
penelitian ini dengen memberikan
referensi mengenai seberapa
signifikan pengaruh relaksasi benson
terhadap pasien Post Op
Apendiktomi.

Universitas Awal Bros


2 Penerapan teknik relaksasi benson Hasil Penelitian :
terhadap penurunan skala nyeri Pembahasan penelitian ini
pada pasien post apendiktomy difokuskan pada hasil penelitian dari
5 artikel yang disajikan secara, Quasi
Tahun : 2020 eksperimen, pada pasien post
apendiktomy biasanya mengalami
Peneliti : nyeri, nyeri ini akibat adanya
Yogi Spalanzani pembedaan abdomen yang bisa
Sholahuddin mengganggu kenyamanan pasien
sehingga sangat dubutuhkan cara
Metode : untuk mengontrol nyeri.
Penelitian naratif dan studi literatur Berdasarkan analisa yang telah
dilakukan oleh penulis maka semua
Jurnal : artikel penelitian menunjukan hasil
Jurnal Kesehatan signifikan terhadap penurunan skala
Akper Kesdam II/Sriwijaya nyeri post apendiktomy dengan
pemberian teknik relaksasi bason
dikarenakan pernapasan yang
panjang dapat memberikan energy
yang cukup, karena pada waktu
menghembuskan nafas
mengeluarkan karbondioksida (CO2)
dan saat menghirup nafas panjang
mendapatkan oksigen yang sangat
diperlukan tubuh untuk
membersihkan daran dan mencegah
kerusakan jaringan otak akibat
kekurangan oksigen di sertai dengan
kalimat spiritual yang dapat
menghilang berbagai pikiran yang
dapat menggangu. Maka dari itu
diharapkan untuk tenaga kesehatan

Universitas Awal Bros


agar dapat mengembangkan teknik
relaksasi benson ini terhadap
menurunkan nyeri pada pasien.

Alasan Menjadi Tinjauan


Penelitian :
Jurnal berikut dapat memperkuat
penelitian ini dengen memberikan
referensi mengenai seberapa
signifikan pengaruh relaksasi benson
terhadap pasien Post Op
Apendiktomi.
3 Pengaruh teknik relaksasi benson Hasil Penelitian :
terhadap penurunan skala nyeri post Hasil analisa uji t pre eksperimen
apendiktomy di RSUD Porsea dan post eksperimen kelompok
kontrol diperoleh nilai p = 0,00,
Tahun : 2019 yang berarti ada perbedaan
penurunan skala nyeri pada
Peneliti : kelompok kontrol yang dilakukan
Melva Manurung relaksasi Benson. Hasil analisa uji t
Tumpal Manurung pre eksperimen dan post eksperimen
Perawaty Siagian kelompok intervensi diperoleh nilai p
= 0,00, yang berarti ada perbedaan
Metode : penurunan skala nyeri pada
Rancangan penelitian kuasi kelompok intervensi yang dilakukan
eksperimen dengan rancangan fisioterapi dada. Hasil anasisa uji t
perbandingan kelompok statis pre eksperimen kelompok kontrol
(posttest only control group design) dan pre eksperimen kelompok
intervensi diperoleh nilai p = 0,003,
Jurnal : yang berarti ada perbedaan
Jurnal Keperawatan Priority penurunan skala nyeri antara pre
Akper Yayasan Tenaga eksperimen kelompok kontrol

Universitas Awal Bros


Pembangunan Arjuna Laguboti dengan pre eksperimen kelompok
intervensi yang dilakukan relaksasi
bensin. Hasil analisa uji t post
eksperimen kelompok kontrol dan
post eksperimen kelompok intervensi
diperoleh nilai p=0,00, yang berarti
perbedaan penurunan skala nyeri
anatara post eksperimen kelompok
kontrol dengan post eksperimen
kelompok intervensi yang dilakukan
relaksasi benson.

Alasan Menjadi Tinjauan


Penelitian :
Jurnal berikut dapat memperkuat
penelitian ini dengen memberikan
referensi mengenai seberapa
signifikan pengaruh relaksasi benson
terhadap pasien Post Op
Apendiktomi.

LAMPIRAN 4

PENILAIAN INTENSITAS NYERI

Universitas Awal Bros


Penilaian intensitas nyeri menurut (Sulistyo A, 2013) adalah: Intensitas nyeri
merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu, pengukuran
intensitas nyeri sangat subjektif dan individual serta kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan subjektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respons fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran yang pasti tentang nyeri itu
sendiri. Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
a. Skala Numerik
Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi teraupetik. Apabila digunakan skala untuk
menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10cm Contohnya, pasien post-
appendiktomi hari pertama menunjukkan skala nyerinya 9, setelah dilakukan
intervensi keperawatan, hari ketiga perawatan pasien menunjukkan skala nyerinya
4.

Gambar 2.1 Skala Numerik


Sumber: (Perry dan Potter, 2011; Sulistyo, 2013)

b. Skala Deskriptif
Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
lebih objektif. Skala pendeskriptif verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga smapai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking
dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan
klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang

Universitas Awal Bros


ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling
menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menykitkan. Alat Verbal
Descriptor Scale (VDS) ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk
mendeskripsikan nyeri (Potter & Perry, 2010; Sulistyo, 2013).

Gambar 2.2 Skala Deskriptif

Sumber: (Potter & Perry, 2011; Sulistyo, 2013)


c. Skala Analog Visual
Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu garis
lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus-
menerus dan pendeskipsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta untuk
menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis
tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”,
sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat”atau “nyeri yang paling
buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan
jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis
dalam centimeter (Sulistyo, 2013)

Gambar 2.3 Skala Analog Visual


Sumber: (Potter & Perry, 2011, Sulistyo, 2013)

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Universitas Awal Bros


Pelaksanaan hari ke 1 Pelaksanaan hari ke 2

Pelaksanaan hari ke 3

LAMPIRAN 6

LAPORAN KASUS

Universitas Awal Bros


1. Pengkajian Keperawatan

Unit / Ruangan : Anyelir Tanggal Pengkajian : 21 Juli 2023


Kamar / No. TT : Kamar B/ Bed 3 Waktu Pengkajian : 14:30 WIB
Tgl. Masuk RS : 20 Juli 2023 Auto Anamnesa : 
Allo Anamnesa : -
I. Identifikas
a. Klien
Nama (Initial) : Ny. A
Tempat / Tgl. Lahir (Umur) : Bukit Tinggi, 26 mei 1976 (42 Tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak : 4 Orang
Agama / Suku : Islam/ Minang
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah : Kp. Budi Mulya, RT 002/ RW 004.
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Alamat : Kp. Budi Mulya, RT 002/ RW 004.
Hubungan dengan klien : Suami
c. Data Medik
1. Dikirim oleh : UGD
2. Diagnosa Medik
Saat Masuk : Acute Abdomen Supp App
Saat Pengkajian : Post Op Apendiktomi
d. Keadaan Umum
1. Keadaan Sakit : Klien tampak sakit: ringan/ sedang / berat/
tampak tidak sakit

Universitas Awal Bros


Alasan : tidak bereaksi / berbaring lemah / duduk /
aktif / gelisah / posisi tubuh : supine / pucat /
sianosis / sesak nafas /
Penggunaan alat medik : Infus RL 20 tts/menit
Lain lain : Tidak ada
2. Kesadaran
Kualitatif : Compos mentis
Kuantitatif
Coma Glasglow Scale : Respon motorik :6
Respon bicara : 5 TOTAL = 15
Respon buka mata : 4
Kesimpulan : Kesadaran Penuh
Flaping Tremor / Asterixis : Tidak terdapat Flapping Tremor
3. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah : 140/80 mmHg
MAP : 140 + 2 (80) = 96,6
3
Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai
b. Denyut nadi : 101 x / menit
c. Pernapasan
Frekuensi : 21 x/menit
Irama : Teratur
d. Suhu : 36,7 oC
e. Jenis : Axillar
e. Pengkuran
1. Lingkar lengan atas : Tidak dikaji
2. Lingkar kulit triceps : Tidak dikaji
3. Tinggi badan : 153 cm Berat badan : 61 Kg
IMT : 36,06 Kg
Catatan : Berat badan berlebih

Universitas Awal Bros


f. Genogram

Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal Serumah

g. Pengkajian Pola Kesehatan (11 Pola Gordon)


1. Pola Persepsi Kesehatan – Pemeliharaan Kesehatan
(Sakit berat, dirawat, kecelakaan, operasi, gangguan kehamilan / persalinan,
abortus, transfusi, reaksi alergi)
Kapan : Catatan :
Klien mengatakan mempunyai
Maag 1 tahun yang
lalu riwayat penyakit maag sejak
melahirkan anaknya yang ke 3 dan
pernah di rawat dirumah sakit sejak 1
tahun yang lalu di RSUD Kota

Universitas Awal Bros


Tajungpinang karena mual muntah
dan pingsan.

Klien mengatakan mempunyai


Diabetes 1 tahun yang
Melitus lalu riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu,
klien juga mengatakan ibu klien juga
menderita DM, klien dirawat di RSAL
Kota tanjungpinang sejak 1 tahun
yang lalu karena klien mempunyai
luka di kaki sebelah kanan akibat
terkena serpihan kaca yang semakin
hari semakin memburuk dan harus
dioperasi.

a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Sebelum sakit klien mengatakan selalu pergi cek kesehatan ke
pelayanan kesehatan, klien juga mengatakan sering mengalami nyeri
perut di bagian kanan bawah yang disertai mual dan muntah, namun
saat klien pergi berobat ke puskesmas, dokter mengatakan maag klien
hanya kambuh saja. Klien mengatakan nyeri diperut bagian kanan
bawah hilang timbul, dan cara klien menghilangkan nyeri dengan
berbaring setengah duduk.
2) Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien mengatakan nyeri dibagian kanan bawah luka
insisi post apendiktomi pada hari pertama dan kedua, klien
mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Klien
mengatakan hari pertama nyeri terus menerus dan hari kedua nyeri
hilang timbul. Klien juga mengatakan setelah berbaring nyeri yang
dirasakan sedikit berkurang.

b. Data Obyektif

Universitas Awal Bros


1) Observasi

Kebersihan rambut : Tampak bersih, rambut hitam


Kulit kepala : Tampak bersih, tidak ada luka
Kebersihan kulit : Tampak bersih
Hygiene rongga mulut : Tampak bersih
Kebersihan genitalia : Tidak dikaji
Kebersihan anus : Tidak dikaji
Tanda / Scar vaksinasi : - BCG - Campak

2. Pola Nutrisi – Metabolik


a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit nafsu makan klien baik dan
dapat makan dengan teratur, klien mengatakan biasanya makan 3x
(pagi, siang, sore) sehari kadang lebih dan banyak minum air putih.
Klien juga mengatakan suka mengkonsumsi makanan yang pedas-
pedas dan waktu kecil klien juga mengatakan suka makan biji dari
jambu biji. Namun, klien mengatakan sejak 1 tahun yang lalu karena
terkena maag klien sudah tidak pernah lagi mengkonsumsi makanan
yang pedas.
2) Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien mengatakan nafsu makan berkurang, porsi
makan yang diberikan dari rumah sakit kadang tidak habis. Klien
mengatakan hanya makan 3-4 sendok saja. Klien mengatakan tidak
bisa makan banyak karena terasa mual dan kadang muntah. Klien
juga mengatakan hanya minum sekitar ±1500 ml saja.
b. Data obyektif
1) Observasi :
Klien tampak berbaring lemah, mukosa bibir tampak pucat, kulit
tampak kering, dan klien tampak hanya menghabiskan 3-4 sendok
saja dari satu porsi makanan yang diberikan dari rumah sakit.
2) Pemeriksaan fisik

Universitas Awal Bros


a) Keadaan rambut : Tampak bersih dan sedikit berminyak
b) Hidrasi kulit : Tampak kering
c) Palpebrae : Tampak gelap
d) Conjungtiva : Tidak Anemis
e) Sclera : Tidak Ikterik
f) Hidung : Tampak simetris, tidak ada peradangan,
penciuman baik
g) Gigi geligi : M3 M2 P1 P2 P1 C1 I1 I2 I1 I2 P1 P2 P1 M1 M3
M3 M2 P1 P2 P1C1 I1 I2 I1 I2 P1 P2 P1 M1 M3
h) Gigi palsu : Klien tidak menggunakan gigi
palsu.
i) Kemampuan mengunyah keras : Klien mampu mengunyah
keras
j) Lidah : Tampak bersih, tidak ada luka
k) Tonsil : Tidak ada peradangan
l) Faring : Tidak ada kelainan
m) Kelenjer getah bening leher : Tidak ada pembesaran
n) Kelenjer parotis : Tidak ada pembesaran
o) Kelenjer thyroid : Tidak ada pembesaran
p) Abdomen
- Inspeksi : Abdomen tampak datar, simetris
kiri dan kanan, tampak adanya
luka jahitan post apendiktomi luas
luka lebih kurang 1 cm. Pada saat
ganti perban tampak sedikit
kemerahan disekitar area luka
inisisi post apendiktomi dengan
jenis luka sayatan horizontal
Bentuk : Simetris
Bayangan vena : Tidak ada bayangan vena
Benjolan vena : Tidak ada benjolan vena
- Auskultasi : Peristaltik : 14 x/m

Universitas Awal Bros


- Palpasi
Tanda nyeri umum : Adanya nyeri abdomen
Massa : Tidak ada
Hidrasi kulit : Kulit kering
Nyeri tekan : R. Epigastric dan Titik Mc Burney
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak terdapat pembesaran pada
pankreas
- Perkusi : Ascites : Tidak ada
q) Kelenjar limfe inguinal : Tidak teraba ada pembesaran
r) Kulit : Kering
- Spider naevi : Tidak ada
- Uremic frost : Tidak ada
- Edema : Tidak ada
- Icteri : Tidak ada
- Tanda-tanda radang : Tidak ada
- Lesi : Ada luka post apendiktomi dengan
luas luka kurang lebih 1cm
3) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan laboratorium :
Tabel 3.1 Tabel Pemeriksaan Laboratorium Klin (27/04/2021)
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1. Hb 12,6 gr % p12-16, 14-18 gr %
2. Leukosit 6.800 mm3 5000-10000 mm3

3. Eritrosit 4,3 jt/mm3 p3-5 jt, 4-6 jt/mm3


4. Trombosit 149.000 mm3 150.000-400.000 mm3
5. PCV 36 v% p37-47. 40-45 v%
6. GDP 171 mg/dl < 200 mg/dl

4) Terapi :
Table 3.2 Tabel Terapi Obat Klien
CARA
NO TERAPI OBAT DOSIS INDIKASI
PEMBERIAN
1. Gentamicin 2x1 IV Menurunkan kadar
asam yang
diproduksi di dalam

Universitas Awal Bros


lambung
2. Asam 2x1 IV Untuk mengurangi
Tranexamat atau menghentikan
pendarahan.
3 Ketorolac 2x1 Iv Menurunkan nyeri

4. Ranitidine 2x1 IV Untuk penetral


peningkatan asam
lambung
5. Infus RL 500 cc IV Cairan infus yang
digunakan sebagai
sumber elektrolit
dan air untuk
hidrasi.

3. Pola Eliminasi
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit dapat BAB dan BAK dengan
lancar dan tidak ada masalah. Klien mengatakan frekuensi BAB 1x
dalam sehari tetapi kadang juga 2 hari sekali baru BAB, sedangkan
BAK lebih dari 4 kali dalam sehari.
2) Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien mengatakan BAB 2 hari sekali dan untuk BAK
hanya 4x berwarna kuning.
b. Data obyektif
1) Observasi :
Tidak teraba adanya distendi abdomen. Klien mengatakan pola
BAB dan BAK selama sakit tidak ada masalah.
2) Pemeriksaan fisik
a) Peristaltik usus : 14 x/m
b) Palpasi suprapublik : Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Kiri :Tidak ada nyeri
Kanan : Tidak ada nyeri
d) Mulut urethra : Tidak adanya lesi/ peradangan
e) Anus : Tidak dikaji
i. Peradangan : Tidak ada peradangan
ii. Fisura : Tidak ada fisura

Universitas Awal Bros


iii. Hemorhoid : Tidak ada hemoroid
iv. Prolapsus recti : Tidak ada prolapsus recti
3) Pemeriksaan diagnostic
a) Pemeriksaan laboratorium :
Tabel 3.3 Tabel pemeriksaan laboratorium klien
NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1. SGOT 12 u/l p10-35 u/l
2. SGPT 11 u/l p10-50 u/l
3. BUN/UREA 35 mg/dl 15-38 mg/dl
4 CREATININE SERUM 0,9 mg/dl p0,51-95 mg/dl

4. Pola Aktivitas dan Latihan


a. Data subjektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit dapat beraktivitas seperti biasa
dan secara mandiri seperti memasak, membereskan rumah, menyuci, dan
lain-lain selayaknya ibu rumah tangga.
2) Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien mengatakan hanya bisa berbaring, klien juga
mengatakan sering mengeluh nyeri di bagian luka oprasi saat mau
bergerak dan memindahkan posisi saat berbaring. Klien juga mengatakan
aktivitasnya seperti makan, minum, ganti baju dibantu keluarga
b. Data objektif
1) Observasi
a) Aktivitas harian
- Makan :2
0 : Mandiri
- Mandi :2
- Berpakaian :2 1 : Bantuan dengan alat

- Kerapian :2
2 : Bantuan orang
- Buang air besar :0
- Buang air kecil :0 3 : Bantuan orang dan alat
- Mobilisasi ditempat tidur : 0
- Ambulasi :2

Universitas Awal Bros


b) Postur tubuh : Berbaring lemah
c) Gaya berjalan : lurus, dan sedikit membungkuk
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
e) Fiksasi : Tidak ada
f) Trakheostomi : Tidak ada Trakheostomi
2) Pemeriksaan fisik
a) JVP : Tidak dikaji
Kesimpulan : Tidak dikaji
b) Capillary refill : Kembali < 3 detik
c) Thoraks dan pernapasan
- Inspeksi : Bentuk thoraks : Simetris, tidak ada kelainan
Stidor : Tidak ada
Dyspnea d’Effort : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
- Palpasi : vocal fremitus : sama perut kanan dan kiri
- Perkusi : Sonor
Batas paru hepar : Tidak teraba
Kesimpulan :-
- Auskultasi
Suara napas : Vesikuler
Suara ucapan : -
Suara tambahan : Tidak ada
d) Jantung
i. Inspeksi
Ictus cordis : Tidak terlihat adanya kelainan
Penggunaan alat pacu jantung : Tidak ada
ii. Palpasi :
Ictus Cordis : Teraba di ICS 5, línea
midclavicularis sinistra
Thrill : Negatif
iii. Perkusi :
Batas atas jantung : ICS 3, linea midclavicularis kiri.

Universitas Awal Bros


Batas kanan jantung : ICS 3, linea parasternalis kanan
Batas kiri jantung : ICS 4, linea midclavicularis kiri
iv. Auskultasi :
Bunyi Jantung II (A) : Tunggal di ICS 2 Linea Sternalis
kanan
Bunyi Jantung II (P) : Tunggal di ICS 2 Linea Sternalis
kiri
Bunyi Jantung I (T) : Tunggal di ICS 4 Linea Sternalis
kiri
Bunyi Jantung I (M) : Tunggal di ICS 5 Linea
Midclavicularis
Bunyi Jantung III : Irama Gallop : Negatif
Murmur : Negatif
Tempat :
Grade :
HR : 89x/menit
e) Lengan dan tungkai :
i. Atrofi otot : Tidak ada atrofi otot
Tempat : -
ii. Rentang gerak : Tidak ada keterbatasan rentang gerak
Mati sendi : Tidak ada
Kaku sendi : Tidak ada

iii. Uji kekuatan otot


Ekstremitas atas : Kiri 1 2 3 4 5
Kanan
1 2 3 4 5
Ekstremitas bawah : Kiri 1 2 3 4 5

Kanan 1 2 3 4 5
iv. Refleks fisiologis : Tidak dikaji
v. Refleks patologi : Babinski:
Kiri : Positif

Universitas Awal Bros


Kanan : Positif
vi. Clubing finger : Tidak ada
vii. Varices tungkai : Tidak ada
f) Columna vertebralis
i. Inspeksi : kelainan bentuk : Tidak ada
ii. Palpasi : nyeri tekan : Tidak ada
iii. Nervus Cranialis III – IV – VI : Dapat menggerakkan bola
mata
iv. Nervus Cranialis VII :Romberg test : Negatif
v. Nervus Cranialis XI: simetris antara kedua bahu, mampu
mengangkat bahu kiri dan kanan
vi. Kaku duduk : Tidak ada kaku duduk
5. Pola istirahat dan tidur
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit dapat tidur secara teratur,
namun klien mengatakan sering terbangun saat malam hari
karena klien mempunyai bayi yang masih berumur 8 bulan.
2) Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien mengatakan sulit tidur saat malam hari,
karena kepikiran sama anaknya yang bayi dirumah. Klien
mengatakan jam 24:00 wib baru tidur dan bangun jam 06:00
wib pagi.
b. Data Obyektif
1) Observasi
a) Ekspresi wajah : mengantuk : Tidak ada
b) Banyak menguap : Tidak ada
c) Palpebrae Inferior : Tidak ada
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :

Universitas Awal Bros


Klien mengatakan tidak ada gangguan daya ingat,
konsentrasi, gangguan penglihatan, pendengaran, pengecapan,
perabaan.
2) Keadaan sejak sakit:
Sejak sakit klien mengatakan ingin cepat sembuh, klien
mengatakan ingin seperti dulu yang bisa mengurus keluarga.
Klien juga mengatakan sejak sakit klien sering mengalami nyeri
di bagian sebelah kanan bawah. Klien hanya berbaring untuk
mengurangi rasa nyerinya.
Pengkajian Nyeri (PQRST)
1. Provocative / Palliative
 Apa penyebabnya :
Penyebab nyeri yang dirasakan karena luka insisi post op apendiktomi
 Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Klien mengatakan nyeri berkurang saat istirahat dan posisi supine.
2. Quality
 Bagaimana dirasakan :
Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan perih selama 1-3
menit dengan skala nyeri 6.
 Bagaimana dilihat :
Klien tampak gelisah, klien tampak meringis menahan nyeri, tampak sesekali
mengubah posisi tidurnya dan terlihat lemah. Pada saat ganti perban tampak kulit
disedikit kemerahan dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka insisi post
apendiktomi.
3. Region
 Dimana lokasinya :
Klien mengatakan nyeri di bagian kanan bawah di luka post operasi
 Bagaimana penyebarannya :
Klien mengatakan nyeri di bagian perut kanan bawah dan nyeri yang di rasakan
menyebar sampai ke daerah pinggang kanan.
4. Severity(menggangu aktivitas) :
Klien mengatakan sangat mengganggu aktivitas klien.
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) :
Klien mengatakan nyeri timbul kadang tiba-tiba, pada saat memindahkan posisi, dan saat
batuk, lama nyeri antara 1-3 menit dengan waktu yang tidak bisa ditentukan (pagi, siang
atau malam).

b. Data Obyektif
1) Observasi :
Klien tampak gelisah, klien tampak meringis menahan nyeri, skla
nyeri yang dirasakan 6 (nyeri sedang).
2) Pemeriksaan fisik
a) Penglihatan
- Cornea : Tampak bersih

Universitas Awal Bros


- Visus : Klien dapat melihat dengan baik
- Pupil : Isokhor kanan dan kiri
- Lensa mata : Lensa berwarna hitam
- Tekanan Intra Ocular (TIO) : Tidak ada nyeri tekan
b) Pendengaran
- Pina : Tampak
- Canalis : Tampak bersih
- Membran Tympani : Tampak utuh
- Test Pendengaran : Klien dapat mendengar dengan baik
c) Pengenalan rasa posisi pada gerakan lengan dan tungkai : -
d) Nervus Cranialis I : Klien dapat menjelaskan bau-bau saat
digunakan
e) Nervus Cranialis II : Kien dapat membaca dengan jarak 36
cm
f) Nervus Cranialis V (Sensorik) : klien dapat menunjuka refleks
kornea, peka terhadap
rangsangan nyeri dan
membedakan panas dan
dingin
g) Nervus Cranialis VII (Sensorik) : Klien dapat menggerakkan alis
h) Nervus Cranialis VIII (Pendengaran) : Klien dapat mendengar
dengan baik dan jelas
a) Test Romberg : Tidak dikaji
c. Terapi
Tabel 3.4 Tabel terapi obat klien
CARA
NO TERAPI / OBAT DOSIS INDIKASI
PEMBERIAN
1 Norages 2x1 IV Untuk meredakan
nyeri akut dan
kronik termasuk
nyeri
trauma/pasca
operasi
2 Ceftriaxone 2x1 IV Antibiotik, untuk
mengobati
berbagai macam
infeksi bakteri

Universitas Awal Bros


7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan sebelum sakit dirinya seperti biasa apa

adanya dengan tubuh yang sehat dan tidak ada gangguan dengan

konsep dirinya.

2) Keadaan sejak sakit :

Sejak sakit klien mengatakan tidak merasa putus asa dengan

penyakit yang dialaminya dan klien juga mengatakan ingin cepat

sembuh seperti dulu dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Data Obyektif
1) Observasi
a) Kontak mata : Ada kontak mata saat berbicara
b) Rentang perhatian : Baik
c) Suara dan cara bicara : Pelan dan jelas
d) Postur tubuh : Tampak berbaring lemah
2) Pemeriksaan fisik
a) Kelainan bawaan yang nyata : Tidak ada kelainan bawaan
b) Abdomen : Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Bayangan vena : Tidak ada bayangan vena
Benjolan / Massa : Tidak tampak adanya massa
c) Kulit : Lesi pada kulit : Tampak adanya lesi luka insisi
apendiktomi
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
a. Data subjektif
1) Keadaan sebelum sakit :

Universitas Awal Bros


Kien mengatakan sebelum sakit selalu berkumpul dengan
keluarganya. Klien juga mengatakan hubungan klien dengan
tetangga juga baik.
2) Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien mengatakan masih sering berkumpul dengan
keluarganya yang setia menemaninya saat ia di rawat di rumah
sakit dan hubungan klien dengan perawat ruangan juga baik.
b. Data Objektif
1) Observasi :
Selama pengkajian klien termasuk orang yang sangat ramah,
tampak sangat akrab dengan keluarganya yang menemaninya
selama dirumah sakit.
9. Pola Reproduksi – Seksualitas
a. Data subjektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit alat reproduksinya tidak ada
masalah, menstruasi secara teratur, klien juga mengatakan dulu
pernah mengikuti KB suntik 3 bulan, namun sejak 2 tahun
kebelakang klien tidak pernah menggunakan KB lagi.
2) Keadaan sejak sakit :
Sejak sakit klien mengatakan juga tidak ada masalah pada alat
reproduksinya.
b. Data obyektif
a. Observasi : Klien tampak tenang dengan kondisinya kesehatannya
yang sekarang.
2) Pemeriksaan fisik : Tidak dikaji
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit pernah mengalami stres/
kepikiran terhadap masalah ekonominya yang kurang untuk
kebutuhan sehari-hari dan sekolah anaknya.

Universitas Awal Bros


2) Keadaan sejak sakit:
Sejak sakit kien mengatakan selalu kepikiran anaknya
dirumah, klien mengatakan klien mempunyai anak bayi yang
masih berumur 8 bulan yang sekarang dititipkan ke tetangganya.
Klien berharap supaya cepat sembuh dan bisa pulang kerumah
untuk mengurusi suami dan anaknya.
b. Data Obyektif
1) Observasi :
Klien tampak gelisah dan berharap semoga diberi
kesembuhan dan ingin pulang kerumah.
2) Pemeriksaan fisik
a) Tekanan darah :Berbaring : 140/80 mmHg
Duduk : Tidak dikaji
Berdiri : Tidak dikaji
b) Kesimpulan : hipotensi ortostatik : Negatif
c) Heart rate : 101 x/menit
d) Kulit : Keringat dingin : Tidak ada
Basah : Tidak ada
11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu melaksanakan
sholat 5 waktu, klien mengatakan bergama islam. Klien percaya
adanya tuhan dan klien percaya dengan agama yang dianutnya.
2) Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan sejak sakit klien tidak dapat melakukan
ibadah seperti biasanya. Klien hanya berdoa diberi kesembuhan
terhadap penyakitnya dan agar diberikan kesehatan selalu.
b. Data Obyektif
1) Obervasi :
Klien tampak percaya dengan adanya tuhan, klien tampak berdoa
agar diberikan kesembuhan terhadap penyakitnya.

Universitas Awal Bros


ANALISA DATA

Nama Klien : Ny. A Ruangan/No.Bed : Anyelir/ B3


Umur : 42 Tahun Diagnosa Medis : Post Apendiktomi

NO SYMPTOM ETIOLOGI (PENYEBAB) PROBLEMN


(DATA SUBYEKTIF DAN (MASALAH)
OBJEKTIF)
1. DS : Agen cidera fisik Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri pada
luka insisi post apendiktomi.
- Klien mengatakan rasanya perih
dan seperti tertusuk-tusuk.
- Klien mengatakan nyeri
berlangsung ± 1-3 menit.
- Klien mengatakan nyeri timbul
saat mengubah posisi dan saat
batuk.
- Klien mengatakan nyeri
menyebar sampai ke daerah
pinggang kanan.
Pengkajian Nyeri (PQRST)
Provocative / Palliative
 Apa penyebabnya :
Penyebab nyeri yang
dirasakan karena luka insisi
post op apendiktomi
 Hal-hal yang memperbaiki
keadaan :
Klien mengatakan nyeri
berkurang saat istirahat dan
posisi supine.
Quality
 Bagaimana dirasakan :
Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan perih
selama 1-3 menit dengan
skala nyeri 6.
 Bagaimana dilihat :
Klien tampak gelisah, klien
tampak meringis menahan
nyeri, tampak sesekali
mengubah posisi tidurnya
dan terlihat lemah. Pada
saat ganti perban tampak
kulit disedikit kemerahan
dan tidak ada tanda-tanda
infeksi pada luka insisi post
apendiktomi.

Universitas Awal Bros


Region
 Dimana lokasinya :
Klien mengatakan nyeri di
bagian kanan bawah di luka
post operasi
 Bagaimana penyebarannya :
Klien mengatakan nyeri di
bagian perut kanan bawah
dan nyeri yang di rasakan
menyebar sampai ke daerah
pinggang kanan.
Severity(menggangu aktivitas) :
Klien mengatakan sangat
mengganggu aktivitas klien.
Time (kapan mulai timbul dan
bagaimana terjadinya) :
Klien mengatakan nyeri timbul
kadang tiba-tiba, pada saat
memindahkan posisi, dan saat
batuk, lama nyeri antara 1-3
menit dengan waktu yang tidak
bisa ditentukan (pagi, siang atau
malam).

DO :
- Klien tampak terbaring lemah
dan sedikit gelisah.
- Klien tampak sesekali meringis
menahan nyeri.
- Durasi nyeri ± 1-3 menit
- Skala nyeri 6 (nyeri sedang)
- TTV : - TD : 140/80 mmHg
- N : 101x/mnt
- S : 36,7oC
- RR : 21x/mnt
 Terpasang infus RL 20 Tpm
2. DS : Nyeri Ganggua mobilitas fisik
- Klien mengatakan badannya
terasa lemah.
- Klien mengatakan sulit untuk
beraktivitas karena nyeri.
- Klien mengatakan semua
aktivitasnya dibantu keluarga.

DO :
- Klien tampak berbaring lemah.
- Klien tampak terpasang infus
pada tangan kanan
- Tampak luka insisi apendiktomi
- Program pasien tirah baring
selama 24 jam setelah dilakukan
operasi
- TTV : - TD : 140/80 mmHg
- N : 101x/mnt
- S : 36,7oC
- RR : 21x/mnt

Universitas Awal Bros


3. DS Kurang terpapar informasi Ansietas
 Klien mengatakan sedikit gelisah
 Kien mengatakan sedikit cemas
dengan kondisi yang dihadapi
 Kien mengatkan susah tidur dan
gelisah
 Klien mengtakan merasa tidak
nyaman dengan kondisi nya.
Do:
 Tampak klien gelisah
 Klien tampak tegang
 Klien tampak mengeluh pusing
 Klien tampak merasakan tidak
nyaaman
 TTV : - TD : 140/80 mmHg
- N : 101x/mnt
- S : 36,7oC
- RR : 21x/mnt

Universitas Awal Bros


INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama klien : Ny. A Diagnosa Keperawatan : Post Apendiktomi


Umur : 43 Tahun Ruang : Anyelir

No. SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Akut Setelah dilakukn tindakan Manajemen Nyeri
DS : keperawatan 3x 24 jam diharapkan Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
- Klien mengatakan nyeri pada luka Tingkat nyeri menurun emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional
insisi post apendiktomi. Definisi : Pengalaman sensorik atau dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
- Klien mengatakan rasanya perih
emosional yang berkaitan dengan dan konstan
dan seperti tertusuk-tusuk.
- Klien mengatakan nyeri kerusakan jaringan aktual atau Observasi
berlangsung ± 1-3 menit. fungsional, dengan onset mendadak  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- Klien mengatakan nyeri timbul atau lambat dan berintensitas ringan nyeri
saat mengubah posisi dan saat hingga berat yang berlangsung kurang  Identifikasi skala nyeri
batuk. dari 3 bulan  Identifikasi respon non verbal
- Klien mengatakan nyeri Kriteria Hasil :
menyebar sampai ke daerah  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Keluhan nyeri menurun dalam  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
pinggang kanan.
Pengkajian Nyeri (PQRST) rentang (3-5)  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Provocative / Palliative  Meringis menurun dalam rentang  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Apa penyebabnya : (3-5)  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Penyebab nyeri yang  Kesulitan tidur menurun dalam
dirasakan karena luka insisi  Monitor efek samping penggunaan analgetik
rentang(3-5)
post op apendiktomi Terapeutik
 Hal-hal yang memperbaiki  Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis:
keadaan : TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
Klien mengatakan nyeri aromaterapi, teknik imajinasi, terbimbing, kompres hangat/dingin,
berkurang saat istirahat dan Kontrol nyeri
terapi bermain)
posisi supine. Definisi : Tindakan untuk meredakan
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
Quality pengalaman sensorik atau emosional
 Bagaimana dirasakan : pencahaayn, kebisingan)
yang tidak menyenangkan akibat
Klien mengatakan nyeri  Fasilitasi istirahat dan tidur

Universitas Awal Bros


yang dirasakan seperti kerusakan jaringan  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
tertusuk-tusuk dan perih Kriteria Hasil : meredakan nyeri
selama 1-3 menit dengan  Melaporkan nyeri terkontrol dalam Edukasi
skala nyeri 6.
rentang (1-3)  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Bagaimana dilihat :
Klien tampak gelisah, klien  Kemampuan mengenali onset nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri
tampak meringis menahan dalam rentang (3-5)  Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
nyeri, tampak sesekali  Kemampuan mengenali penyebab  Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
mengubah posisi tidurnya nyeri dalam rentang(3-5)  Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
dan terlihat lemah. Pada saat  Kemampuan menggunakan teknik
ganti perban tampak kulit  Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu
non-farmakologis dalam rentang Pemberian Analgetik
disedikit kemerahan dan
tidak ada tanda-tanda infeksi (3-5) Definisi : Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk
pada luka insisi post Status kenyamanan mengurangi atau menghilangkan rasa sakit
apendiktomi Definisi : Keseluruhan rasa nyaman Observasi
dan aman secara fisik, psikologis,  Identifikasi karakteristik nyeri (mis: pencetus, kualitas, lokasi,
Region spiritual, sosial, budaya dan lingkungan intensitas, frekuensi, durasi)
 Dimana lokasinya : Kriteria Hasil :
Klien mengatakan nyeri di  Identifikasi riwayat alergi obat
 Keluhan tidak nyaman dalam  Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis: narkotika, non-narkotik,
bagian kanan bawah di luka
post operasi rentang (1-3) atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
 Bagaimana penyebarannya :  Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
Klien mengatakan nyeri di  Monitor efektivitas analgesic
bagian perut kanan bawah
Terapeutik
dan nyeri yang di rasakan
menyebar sampai ke daerah  Diskusikan jenis analgetik yang disukai untuk mencapai analgesia
pinggang kanan. optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
Severity(menggangu aktivitas) :
 Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons
Klien mengatakan sangat
mengganggu aktivitas klien. asien
Time (kapan mulai timbul dan  Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan alat yang tidak
bagaimana terjadinya) : diinginkan
Klien mengatakan nyeri timbul
kadang tiba-tiba, pada saat Edukasi

Universitas Awal Bros


memindahkan posisi, dan saat  Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
batuk, lama nyeri antara 1-3 Kolaborasi
menit dengan waktu yang tidak  Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
bisa ditentukan (pagi, siang atau
malam).
Edukasi Teknik Napas
DO : Definisi : Mengajarkan teknik pernapasan untuk meningkatkan relaksasi,
- Klien tampak terbaring lemah dan meredakan nyeri dan ketidaknyamanan
sedikit gelisah. Observasi
- Klien tampak sesekali meringis  Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
menahan nyeri.
Terapeutik
- Durasi nyeri ± 1-3 menit
- Skala nyeri 6 (nyeri sedang)  Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- TTV : - TD : 140/80 mmHg  Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- N : 101x/mnt  Berikan kesempatan untuk bertanya
- S : 36,7oC Edukasi
- RR : 21x/mnt
 Jelaskan tujuan dan manfaat teknik napas
Terpasang infus RL 20 Tpm
 Jelaskan prosedur teknik napas
 Anjurkan memposisikan tubuh senyaman mungkin (mis: duduk,
baring)
 Ajarkan melakukan inspirasi dan ekspirasi dengan menghirup udara
melalui hidung secara perlahan
 Demonstrasikan menarik napas selama 4 detik, menahan napas selama
2 detik, dan menghembuskan napas selama 8 detik

Terapi Relaksasi
Definisi : menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan
gejala ketidaknyamanan seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan
Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan

Universitas Awal Bros


 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis: musik meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil posisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
No SDKI SLKI SIKI
2 Gangguan Mobilitas Fisik: Setelah dilakukn tindakan Activity Therapy
Keterbatasan dalam gerakan keperawatan 3x 24 jam diharapakan  Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
fisik ekstermitas secara  Energy conservation merencanakan program terapi yang tepat
mandiribergerak
Penyebab: Nyeri
 Activity tolerance  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
Minor dan mayor  Self Care : dilakukan
Mengeluhsulit ADLs Kriteria  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
mengerakan ekstermitas Hasil : kemampuan fisik, psikologi dan social
Nyeri saat bergerak  Berpartisipasi dalam aktivitas  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
Merasa cemas fisik tanpa disertai peningkatan diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

Universitas Awal Bros


Fisik lemah tekanan darah, nadi, dan RR  Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
DS :  Mampu melakukan roda,krek
- Klien mengatakan badannya aktivitas sehari-hari (ADLs)  Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
terasa lemah. secara mandiri
- Klien mengatakan sulit untuk  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Tanda tanda vital normal
beraktivitas karena nyeri.  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
- Klien mengatakan semua  Energy psikomotor kekurangan dalam beraktivitas
aktivitasnya dibantu keluarga.  Level kelemahan  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Mampu berpindah : dengan atau  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
DO : tanpa bantuan alat
- Klien tampak berbaring lemah.  Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
- Klien tampak terpasang infus
 Status kardio pulmunari adekuat
pada tangan kanan  Sirkulasi status baik
- Tampak luka insisi apendiktomi  Status respirasi : pertukaran gas
- Program pasien tirah baring dan ventilasi adekuat
selama 24 jam setelah dilakukan
operasi
- TTV : - TD : 140/80 mmHg
- N : 101x/mnt
- S : 36,7oC
- RR : 21x/mnt

NO SDKI SLKI SIKI


3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan kecemasan
Kondisi emosi dan 3x24 Jam pasien dapat menunjukan Definisi: Mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun
pengalaman subyektif dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan terkait dengan sumber-sumber bahaya yang tidak
individu terhadap objektif terdidentifikasi
yangtidak jelas dan spesifik Mengkontrol kecemasan secara Observasi
akibat antisipasi bahaya yang mandiri: 1. Observasi Kaji tingkat kecemasan
menungkinkan individu Definisi: tindakan personal untuk 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
melakukukan tindakan untuk mengurangi perasaan takut, tegang atau 3. Dengarkan klien
menghadapi ancaman gelisah, dari sumber yang tidak dapat 4. Berikan informasi factual diagnosis
Penyebab: kurang terpapar didefinisikan 5. Tenangkan pasien
informasi 6. Berikan objek yang menunjukan perasaan aman
Gelaja mayor dan minor: Dengan indicator: 7. Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan, dan
- Sulit konsentrasi progonosis

Universitas Awal Bros


- Tamoak gelisah 1. Rasa cemas yang di sampaikan 8. Bantu pasien untuk mengugkapkan hal-hal yang membuat cemas
- Mengeluh pusing secara lisan 9. Ajarkan pasein tehnik relaksasi
DS 2. Rasa takut yang di sampaikan 10. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
 Klien mengatakan sedikit secara lisan
gelisah 3. Peningkatan tekanan darah Peningkatan koping
 Kien mengatakan sedikit cemas 4. Peningkatan frekunsi nadi Definisi: Fasilitasi usaha kognitif dan prilaku untuk mengelola stressor
dengan kondisi yang dihadapi 5. Peningkatan frekunsi pernafasan yang dirasakan, perubahan, atau ancaman yang menggagu dalam rangka
 Kien mengatkan susah tidur dan 6. Memantau itensitas kecemasan untuk memenuhi kehidupan dan peran.
gelisah 7. Mengurangi penyebab kecemasan
 Klien mengtakan merasa tidak 8. Mengunakan stategi koping yang Edukasi
nyaman dengan kondisi nya. efektif 1. Edukasi Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka pendek
Do: 9. Menggunakan tehnik relaksasi dan jangka panjang yang tepat
 Tampak klien gelisah untuk mengurangi kecemasan 2. Bantu pasein dalam memeriksa sumber-sumber yang tersedia unyuk
 Klien tampak tegang 10. Mempertahankan kosentrasi mem enuhi tujuan-tujuannya
 Klien tampak mengeluh pusing 3. Dukung pengunaan sumber-sumber spiritual jika diinginkan
Koping yang baik: 4. Berikan susasana yang tenang
 Klien tampak merasakan tidak
Definisi: tindakan pribadi untuk 5. Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi pasien tentang
nyaaman
mengelola steresyang membembebani proses penyakit
 TTV : - TD : 140/80 mmHg
kemampuan individu:
- N : 101x/m
Dengan indicator:
1. Mengidentifikasi pola koping
yang efektif
2. Menyatakan perasaan akan control
diri
3. Mendukung system personal
4. Mengunakan prilaku untuk
mengurangi kecemasan

Universitas Awal Bros


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Hari/Tanggal : Jumat, 21 Juli 2023 Ruangan : Anyelir/B.3


Nama Klien : Ny. A Diagnosa : Post Op Apendiktomi
Umur : 42 Tahun

NO TANGGAL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


KEPERAWATAN NAMA
JELAS
1. 21 Juli 2023 14.30 Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri, lokasi, S: Octa
degan agen cidera fisik frekuensi, penyebaran, skala nyeri. Klien mengatakan masih nyeri
Hasil : namun sudah sedikit berkurang
a. Klien mengatakan nyeri dibagian setelah dilakukan tehnik
luka post apendiktomi. relaksasi benson. Klien
b. Rasanya perih dan seperti tertusuk- mengatakan saat nyeri timbul
tusuk. klien mencoba melakukan
c. Nyeri berlangsung ± 1-3 menit. tehnik relaksasi benson.
d. Klien mengatakan nyeri terasa
sampai ke pinggang sebelah kanan. O :
e. Nyeri yang dirasakan pada skala 6 Klien tampak sedikit rileks,
(nyeri sedang) tampak sesekali meringis
menahan nyeri, klien tampak
14:30 2. Observasi secara verbal dan non verbal berbaring dengan posisi supine,
Hasil: skala nyeri 6.
Klien tampak sesekali meringis menahan
nyeri dan sedikit gelisah. A:
Masalah nyeri belum teratasi.
15: 00 3. Mengatur posisi klien dengan supine
atau berbaring P:
Hasil: Intervensi dilanjutkan dengan:
Klien mengatakan nyaman, klien terlihat 1. Manajemen nyeri
lebih rileks 2. Pemberian analgetik
3. Manajemen lingkungan

Universitas Awal Bros


: kenyamanan
15.30 4. Mengajarkan tehnik relaksasi benson.
Hasil:
Klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
benson yaitu dengan cara memilih
kalimat spiritual yang ingin diucap di
dalam hati, baring dengan rilek,
menutup mata, mengendurkan otot-otot
tubuh, bernafas secara perlahan-lahan
dari hidung dengan pikiran tetap tenang
dan fokus, dan dengan hitungan 1-3
menghembuskan nafas melalui mulut
dengan mengucapkan kalimat spiritual
yang telah di pilih di dalam hati.

16:00 5. Memonitor tanda-tanda vital


TD : 120/80
S: 36,5 C
N: 88 x/m
RR : 22 x/m

18.00 6. Kolaborasi dengan dokter, pemberian


analgetik.
a. Norages 50 mg/2ml (2x1) suntikan
IV

2. 21 Juli 2023 14.45 Hambatan mobilitas fisik 1. Menganjurkan pasien mengungkapkan S: Octa
berhubungan dengan nyeri perasaan secara verbal mengenai Klien mengatakan badannya
luka insisi post apendiktomi keterbatasan yang dialami masih terasa lemah, klien
Hasil: memngatakan masih sulit
a. Klien mengatakan badannya melakukan aktivitas karena
terasa lemah nyeri.
b. Klien mengatakan sulit untuk
beraktivitas karena nyeri O:
c. Klien mengatakan semua Klien tampak berbaring lemah,
aktivitasnya di bantu keluarga. tampak segala kebutuhan klien

Universitas Awal Bros


masih dibantu keluarga.
15.30 2. Ajarkan pasien dan keluarga A:
melakukan latihan ambulasi dengan Masalah hambatan mobilisasi
melakukan ROM aktif dan melakukan fisik belum teratasi
16.00 perawatan diri secara mandiri sesuai
kemampuan klien. P:
3. Melakukan bantuan perawatan diri Intervensi dilanjutkan dengan :
pada klien 1. Terapi latihan: ambulasi
Hasil: 2. Bantuan perawatan diri
Personal hygine klien terpenuhi seperti
mandi dan mengganti baju

Universitas Awal Bros


Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Juli 2023 Ruangan : Anyelir/ B3
Nama Klien : Ny. A Diagnosa : Post Apendiktomi
Umur : 42 Tahun

NO TANGGAL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


KEPERAWATAN
NAMA
JELAS
1. 22/07/2023 14.30 Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri, lokasi, S: Octa
degan agen cidera fisik (luka frekuensi, penyebaran, skala nyeri. Klien mengatakan nyerinya
insisi post apendiktomi) Hasil : sudah sedikit berkurang setelah
a. Klien mengatakan masih nyeri dilakukan tehnik relaksasi
dibagian luka post apendiktomi. benson. Klien juga mengatakan
b. Rasanya masih sedikit perih. sudah bisa melakukan secara
c. Nyeri berlangsung ± 1 menit. mandiri tehnik relaksasi benson
d. Nyeri yang dirasakan pada skala 6 apabila nyeri timbul.
(nyeri sedang)
O :
14:30 2. Observasi secara verbal dan non verbal Klien tampak rileks, klien
Hasil: tampak berbaring dengan posisi
Klien tampak sesekali menahan nyeri supine, nyeri tekan disekitar
dan sedikit gelisah saat dilakukan abdomen berkurang, skala nyeri
perawatan luka. 5.
15: 00
3. Mengatur posisi klien dengan supine A:
atau berbaring Masalah nyeri belum teratasi.
Hasil:
Klien mengatakan nyaman, klien terlihat P:
lebih rileks Intervensi dilanjutkan dengan:
1. Manajemen nyeri
15.30 4. Mengajarkan tehnik relaksasi benson. 2. Pemberian analgetik
Hasil: 3. Manajemen lingkungan:
Klien mampu mengikuti tehnik relaksasi kenyamanan
benson yaitu dengan cara memilih

Universitas Awal Bros


kalimat spiritual yang ingin diucap di
dalam hati, baring dengan rilek,
menutup mata, mengendurkan otot-otot
tubuh, bernafas secara perlahan-lahan
dari hidung dengan pikiran tetap tenang
dan fokus, dan dengan hitungan 1-3
menghembuskan nafas melalui mulut
dengan mengucapkan kalimat spiritual
yang telah di pilih di dalam hati.

16:00 5. Memonitor tanda-tanda vital


TD : 120/80
S: 36,3 C
N: 84 x/m
RR : 20 x/m

18.00 6. Kolaborasi dengan dokter, pemberian


analgetik.
b. Norages 50 mg/2ml (2x1) suntikan
IV

2. 22/ 07/ 2023 14.30 Hambatan mobilitas fisik 1. Menganjurkan pasien mengungkapkan S: Octa
berhubungan dengan nyeri perasaan secara verbal mengenai Klien mengatakan badannya
luka insisi post apendiktomi keterbatasan yang dialami masih terasa lemah, klien juga
Hasil: mengatakan sudah bisa berjalan
a. Klien mengatakan badannya pelan-pelan melakukan
terasa lemah aktivitas secara mandiri
b. Klien mengatakans sudah bisa
beraktivitas pelan-pelan O:
Klien tampak masih lemah,
2. Ajarkan pasien dan keluarga tampak sudah bisa ke wc secara
14:30 melakukan latihan ambulasi dengan mandiri secara perlahan-lahan.
melakukan ROM aktif dan melakukan
perawatan diri secara mandiri sesuai A:
kemampuan klien. Masalah hambatan mobilitas
fisik belum teratasi.

Universitas Awal Bros


15: 00 3. Melakukan bantuan perawatan diri P:
pada klien Intervensi dilanjutkan dengan :
Hasil: 1. Terapi latihan: ambulasi
Personal hygine klien terpenuhi seperti 2. Bantuan perawatan diri
mandi dan mengganti baju.

3. 22/07/2023 14.30 Ansietas b.d kurang terpapar 1. Mengkaji pengetahuan klien S: Octa
informasi tentang definisi penyabab dan tanda Klien mengatakan luka post
gejela apendikomi apendiktomi masih terasa nyeri
Hasil: namun sudah sekit berkurang.
Klien mengatakan sedikit Klien mengatakan makan
memahami tentang penyebab dan makanan yang diberi dari
tanda gejala apendiktomi rumah sakit tidak habis hanya
14:30 2. Mengjaurkan klien diit yang tinggi menghabiskan 6 sendok saja.
protein seperti telur ikan dan sayur-
sayuran O:
Hasil: Luka tampak bersih, sudah
Klien menhgatakan dapat tidak tampak kemerahan di area
memahami apa yang di jelaskan luka, klien tampak tenang
perawat dan akan mekan-makannan
yang bergizi tinggi protein A:
15: 00 3. Mengajurkan klien agar tetap Masalah teratasi sebagian.
menjaga luka agat terhindar dari
infeksi P:
Hasil: Intervensi dilanjutkan dengan:
Klien memahami .

Universitas Awal Bros


Hari/Tanggal : Minggu, 23 Juli 2023 Ruangan : Anyelir / B3
Nama Klien : Ny. A Diagnosa : Post Apendiktomi
Umur : 42 Tahun

NO TANGGAL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


KEPERAWATAN NAMA
JELAS
1. 23/07/2023 14.30 Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian nyeri, lokasi, S: Octa
degan agen cidera fisik (luka frekuensi, penyebaran, skala nyeri. Klien mengatakan nyerinya
insisi post apendiktomi) Hasil : sudah berkurang setelah
a. Klien mengatakan nyeri dibagian dilakukan tehnik relaksasi
luka post apendiktomi. benson. klien juga mengatakan
b. Rasanya perih dan seperti tertusuk- jika nyeri timbul klien mencoba
tusuk. melakukan tehnik relaksasi
c. Nyeri berlangsung ± 10-30 detik. benson yang telah diajarkan
d. Klien mengatakan nyeri terasa saat secara mandiri
dilakukan ganti perban
e. Nyeri yang dirasakan pada skala 5 O :
(nyeri sedang) Klien tampak berbaring dengan
posisi supine, nyeri tekan
14:30 2. Observasi secara verbal dan non verbal disekitar abdomen berkurang,
Hasil: skala nyeri 3.
Klien rileks dan mengeluh tentang nyeri
di luka berkurang. A:
Masalah nyeri teratasi sebagian.
15: 00 3. Mengatur posisi klien dengan supine
atau berbaring P:
Hasil: Intervensi dilanjutkan dengan:
Klien mengatakan nyaman, klien terlihat 3. Manajemen nyeri
lebih rileks 4. Pemberian analgetik
5. Manajemen lingkungan
4. Mengajarkan tehnik relaksasi benson. : kenyamanan

Universitas Awal Bros


15.30 Hasil:
Klien mampu mengikuti tehnik relaksasi
benson yaitu dengan cara memilih
kalimat spiritual yang ingin diucap di
dalam hati, baring dengan rilek,
menutup mata, mengendurkan otot-otot
tubuh, bernafas secara perlahan-lahan
dari hidung dengan pikiran tetap tenang
dan fokus, dan dengan hitungan 1-3
menghembuskan nafas melalui mulut
dengan mengucapkan kalimat spiritual
yang telah di pilih di dalam hati.

16:00 5. Memonitor tanda-tanda vital


TD : 120/80
S: 36,6 C
N: 80 x/m
RR : 20 x/m

18.00 6. Kolaborasi dengan dokter, pemberian


analgetik.
a. Norages 50 mg/2ml (2x1) suntikan
IV

2. 23/ 07/ 2023 14.30 Hambatan mobilitas fisik 1. Menganjurkan pasien mengungkapkan S: Octa
berhubungan dengan nyeri perasaan secara verbal mengenai Klien mengatakan badannya
luka insisi post apendiktomi keterbatasan yang dialami sudah tidak lemah lagi, klien
Hasil: mengatakan sudah bisa
a. Klien mengatakan badannya melakukan aktivitas secara
sudah tidak lemah lagi. mandiri secara perlahan-lahan.
b. Klien mengatakn sudah bisa
beraktivitas secara mandiri O:
Klien tampak rileks dengan
15:00 2. Ajarkan pasien dan keluarga posisi duduk, tampak sudah
melakukan latihan ambulasi dengan bisa melalukan aktivitas
melakukan ROM aktif dan melakukan perlahan-lahan secara mandiri.

Universitas Awal Bros


perawatan diri secara mandiri sesuai
kemampuan klien.
15: 30 A:
3. Melakukan bantuan perawatan diri Masalah Hambatan mobilitas
pada klien fisik teratasi.
Hasil:
Personal hygine klien terpenuhi seperti P:
mandi dan berganti baju Intervensi dihentikan.

3. 23/ 07/ 2023 Ansietas b/d kurang terpapar 1. Mengkaji pengetahuan klien S: Octa
14.30 informasi tentang definisi penyabab dan tanda Klien mengatakan luka post
gejela apendikomi apendiktomi masih terasa nyeri
Hasil: namun sudah sekit berkurang.
Klien mengatakan sedikit Klien mengatakan makan
memahami tentang penyebab dan makanan yang diberi dari
tanda gejala apendiktomi rumah sakit tidak habis hanya
15:00 2. Mengjaurkan klien diit yang tinggi menghabiskan 6 sendok saja.
protein seperti telur ikan dan sayur-
sayuran O:
Hasil: Luka tampak bersih, sudah
Klien menhgatakan dapat tidak tampak kemerahan di area
memahami apa yang di jelaskan luka, klien tampak tenang
perawat dan akan mekan-makannan
yang bergizi tinggi protein A:
15: 30 3. Mengajurkan klien agar tetap Masalah teratasi sebagian.
menjaga luka agat terhindar dari
infeksi P:
Hasil: Intervensi dilanjutkan
Klien memahami .

Universitas Awal Bros

Anda mungkin juga menyukai