Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NASYWA SABINA SURYA

NIM : 11210183000016
KELAS/PRODI : 2A/PGMI

Kemampuan Memahami Filsafat Pendidikan tentang tanggung jawab


pendidikan
A. Tanggung jawab keluarga dalam Pendidikan
Keluarga yang mampu mempersiapkan generasi yang bermoral atau berakhlak
mulia adalah keluarga yang mampu memberikan pendidikan sikap atau watak sehingga
kepribadiannya terarah dan profesional. Apabila pendidikan mereka terabaikan dan
pembentukan pribadi mereka dilakukan secara tidak profesional, maka mereka akan
menjadi bencana bagi orang tua, dan gangguan bagi masyarakat dan umat manusia
secara keseluruhan (Muhammad Ali Al-Hasyimi, 2004: 199). Pendidikan dalam
keluarga sangat menentukan dalam membentuk moral anak. Kekokohan moral akhlak
anak akan menjadi filter dalam menghadapi berbagai persoalan hidup di kemudian hari
(Muhammad A.R, 2003: 5)
Keluarga sebagai lembaga terkecil dalam masyarakat diharapkan mampu
menyiapkan moral atau akhlak anak dalam menghadapi hidupnya pada masa yang akan
datang. Apabila didikan anak dalam keluarga baik dan terarah, maka kelak anak akan
tumbuh dewasa sebagai manusia yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat (Ali
Qaimi, 2002: 36).¹ Mempersiapkan generasi yang baik tidaklah mudah. Sebagai
pendidik di lingkungan rumah, orang tua tidak hanya perlu menyadari kewajibannya
dalam membesarkan anak, tetapi juga memiliki pengetahuan tentang pendidikan moral
dan perkembangan anak. Oleh karena itu, postingan ini menjelaskan tentang
pembentukan keluarga ideal yang dapat mempengaruhi moral dan kepribadian seorang
anak.

B. Tanggung jawab Guru dalam Pendidikan


Guru harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa, guru
bidang studi, orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan
programnya. Mulai dari program pelayanan dasar yang berupa rancangan kurikulum
bimbingan yang berisi materi tentang pendidikan karakter, seperti kerja sama,
keberagaman, kejujuran, menangani kecemasan, membantu orang lain, persahabatan,
cara belajar, menejemen konflik, pencegahan penggunaan narkotika, dan sebagainya.
Program perencanaan individual berupa kemampuan untuk membuat pilihan,
pembuatan keputusan, dan seterusnya. Program pelayanan responsif yang antara lain
berupa kegiatan konseling individu, konseling kelompok.²

C. Tanggung jawab Peserta didik dalam Pendidikan


Tanggung jawab utama peserta didik adalah belajar, menuntut ilmu serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. hal ini sebagaimana di kemukakan oleh
Syaiful Bahri Djamarah, yang dikutip oleh Hasan Basri mengatakan bahwa peserta
didik yang memiliki konsentrasi penuh dalam belajar itulah peserta didik yang mengerti
tugasnya dalam belajar. Oleh karena itu jika dalam belajar peserta didik tidak dapat

¹ Basidin Mizal, Pendidikan dalam Keluarga, (Jurnal Ilmiah Peuradeun-International Multidisciplinary


Journal. Vol. 2, No. 3, September 2014).
² Amka, Filsafat Pendidikan, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2019), hlm. 130.
konsentrasi, maka dia tidak akan mampu menyerap penjelasan yang disampaikan oleh
gurunya.³
Tanda-tanda keberhasilan belajar peserta didik sebagaimana aliran
kognitivisme merupakan perubahan mentalitas anak untuk menjadi lebih baik, lebih
dewasa dan lebih cerdas dalam memecahkan suatu permasalahannya. Perubahan ini
dapat diperoleh melalui pengembangan pada tiga ranah, yaitu: kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Dalam tataran penerapan dari pengembangan tiga ranah tersebut maka tugas
peserta didik adalah sebagai berikut:⁴ Pertama, ketika akan melakukan proses belajar
peserta didik harus mensucikan jiwanya dari kotoran dan penyakit jiwa. Sebab dalam
ajaran Islam itu sendiri bahwa belajar merupakan ibadah yang menuntut adanya
kebersihan hati. Kedua, Diperlukan kesungguhan serta konsentrasi terhadap ilmu yang
sedang dipelajarinya dan dapat mengurangi kesibukan duniawi, sebab kesibukan itu
bisa memecahkan konsentrasi pesrta didik. Ketiga, Menuntut ilmu itu harus dilakukan
secara bertahap dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Pada dasarnya ilmu
pengetahuan itu bisa diterima dengan baik oleh peserta didik jika prosesya sesuai
dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Keempat, peserta didik seharusnya
mengetahui nilai ilmu yang dipelajarinya. oleh karena itu setiap ilmu itu memiliki nilai
dan tujuan yang berbeda, sebagaimana dikemukakan al-Ghazali bahwa seorang pelajar
hendaknya tidak meninggalkan satu mata pelajaranpun dari ilmu pengetahuan yang
terpuji. Kelima, Terus menerus berusaha untuk mendapatkan ridha dari guru dan dan
selalu menghormati gurunya. Dengan bersifat rendah hati dan tidak sombong. Sebab
ilmu itu merupakan musuh bagi pemuda yang menyombongkan diri, seperti banjir yang
menjadi musuh tempat yang tinggi. dalam atian bahwa penuntut ilmu (peserta didik)
tidak dapat memperoleh ilmu, kecuali dengan kerendahan diri dan mengarahkan
pendengarannya kepada guru

³ Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 89.
⁴ Imam Syafi'i, Tinjauan Filsofis tentang Kebutuhan dan Tanggung Jawab Peserta Didik, (EL-BANAT:
Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam Volume 9, Nomor 2 (2019))hlm. 295-296.

Anda mungkin juga menyukai