Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bima Bagus Sadewa

Winanda Kelas : F / 12
NIT : 23324815

Tugas Resuem Pharafrase


Halaman 88 ( Mengurai Konflik dan Ketimpangan Kasus Agraria)

2
Ketiga, isu hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal lain- nya; konsepsi negara yang menguasai
tetapi yang memiliki adalah masyarakat (adat/lokal); semakin menguatnya pengakuan dan
penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat/lokal dalam UUD yang baru; namun, masih banyak
praktek politik dari para penye- lenggara negara yang tidak mencerminkan pengakuan dan perlin-
dungan atas hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal lain- nya.
Sejumlah isu kritis (critical issues) yang dapat dipetik dari hasil KP di Jawa Barat dan Pulau Jawa pada
umumnya meliputi butir- butir sebagai berikut: Pertama, isu penguasaan dan konflik yang menonjol;
banyaknya praktek penggusuran tanah rakyat untuk kepentingan investasi; adanya ketimpangan
penguasaan lahan, terutama yang diakibatkan penguasaan secara berlebihan oleh badan usaha besar
pekebunan dan kehutanan; sebagian besar peraturan perundang-undangan dan kebijakan lama tidak
berpihak kepada rakyat kecil-seperti kaum tani.Yang relevan dan penting bagi mereka saat ini adalah
adanya undang-undang yang mampu menyelesaikan konflik dan ketimpangan atas tanah dan kekayaan
alam lainnya.

Ketiga, bagi isu hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal lainnya, diidealkan peran negara
sebagai fasilitator dan regulator dalam menerapkan kebijakan pengelolaan SDA yang menjunjung
tinggi asas keadilan dan keberlanjutan. Per- tanyaannya, siapakah yang paling pokok untuk diajak
dan diberi ruang terlebar bagi proses konsultasi ini?
Jika mengacu kepada visi pembaruan agraria yang berpihak kepada massa rakyat, maka pihak
rakyatlah yang harus diprioritas- Kedua, dalam hal penanganan konflik agraria, ke depan diperlu- kan
pembatasan dan pengaturan yang jelas mengenai hak menguasai dari negara agar tidak
menenggelamkan hak rakyat atas tanah dan kekayaan alam lainnya. Kedua, isu konflik agraria yang
mencerminkan: konsepsi pengu- asaan tanah dan kekayaan alam lainnya oleh negara secara salah
kaprah menyebabkan konflik; masyarakat kecil biasanya menjadi korban konflik; tidak ada mekanisme
dan kelembagaan penyelesaian konflik.
Jadi yang dibutuhkan rakyat sesungguhnya di lapangan yang setiap hari menghadapi persoalan tanah
dan kekayaan alam, adalah adanya kerangka hukum formal dalam bentuk undang-undang yang ber-
Dalam hemat kata, hasil konsultasi di Jawa Barat menyerukan: "Selesaikan dahulu konflik dan
ketimpangan penguasaan, barulah kemudian ditetapkan pengaturan baru atas sistem pengelolaan tanah
dan kekayaan alam lainnya secara adil dan berkelanjutan
Penting pula untuk disadari bahwa konsultasi dan konsolidasi adalah upaya yang perlu
dilangsungkan terus-menerus, karena dialog dan penyatuan adalah pekerjaan yang tidak harus ada
akhirnya. Subjek utama yang terlibat dalam KP ini adalah kalangan petani yang sudah tergabung dalam

berbagai tingkatan organisasi, dari yang berbasis lokal hingga


3
Mengingat perkembangan terakhir dari penyusunan RUU-PSDA, perlu kiranya beragam temuan dan
pandangan yang muncul dari kalangan yang terlibat dalam konsultasi publik RUU-PSDA wilayah
Jawa (termasuk Jawa Barat) itu dijadikan acuan pokok. deran ataupun di dalam batang tubuhnya,
belum menunjukkan satu sikap yang tegas untuk melindungi dan memprioritaskan rakyat yang
termarjinalkan Selain pertimbangan ketergan tungan pokok rakyat terhadap tanah dan kekayaan alam
lainnya, kita tahu bahwa selama ini rakyatlah yang paling lemah posisi
tawarnya di hadapan pihak-pihak lain. Dari proses konsultasi publik di wilayah Jawa, dan sejumlah
wilayah lainnya, tampak bahwa RUU-PSDA bukan merupakan undang-undang yang prioritas
dibutuhkan oleh rakyat tani.

Anda mungkin juga menyukai