Anda di halaman 1dari 5

TUGAS METODELOGI PENELITIAN HUKUM

A. JUDUL : PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN SEMPADAN


SUNGAI DI KABUPATEN ACEH BESAR

B. PELAKSANA PENELITIAN
1. Nama : Munawar Khalil
2. Nomor Induk mahasiwa : 1703101010112
3. Angkatan : 2017
4. Jurusan : ilmu hukum
5. Alamat : Gampoung Meunasah Papeun

C. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kawasan sempadan sungai mempengaruhi perkembangan Wilayah aceh besar, kecamatan krueng barona
jaya baik aspek fisik, sosial,dan ekonomi. Pembangunan di Wilayah kecamatan krueng barona jaya
berkaitan dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi dapat berakibat bagi terjadinya tekanan terhadap
lingkungan fisik, sosial, budaya sehingga menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan.
Pembangunan bangunan semi permanen dengan berbagai jenis kerap kali mengesampingkan aturan-
aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Dalam kenyataannya banyak ditemukan indikasi adanya
penyimpangan berupa pemanfaatan ruang yang tidak sesuai atau menyimpang dari tata ruang yang telah
ditetapkan sebelumnya, atau implementasi penataan ruang yang tidak sesuai dengan peraturan pemndang-
undangan yang beriaku sehingga tujuan penataan ruang tersebut menjadi tidak tercapai.
Pemandangan tepian sungai yang indah dan dekat mata air menjadi daya tarik bagi pemilik modal untuk
membangun warung kopi maupun peternakan hingga melanggar garis sempadan sungai. Ini sudah
terbukti dengan dibangunnya di sepanjang Sungai krueng aceh dengan sebagiannya yaitu krueng barona
jaya.
Sungai krueng aceh adalah sungai terpanjang di aceh besar. Sungai yang dilaksanakan penegakannya ini
mengalir sepanjang 9,6 km. Lahan di kawasan sungai krueng aceh di wilayah krueng barona jaya yang
dulunya merupakan lahan yang sebagiannya telah dibeli oleh pemerintah dan lahan tersebut tidak dipakai
sehingga saat ini menjadi lahan dengan nilai jual yang tinggi. Kegiatan pakai ekonomi yang dapat
dijumpai yaitu kegiatan berupa dibukanya warung kopi, pertanian dan pembangunan peternakan.
Pada qanun Nomor 4 tahun 2013 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten aceh besar tahun 2012-
2032 mengatur jarak sempadan sungai pada huruf L angka (3) dan (4). (3) sungai besar ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan (4) pada sungai kecil
ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan dan guna menciptakan tata ruang kabupaten aceh
besar yang baik, maka perlu adanya pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang untuk mengurangi
adanya pelanggaran atau ketidaksesuaian sehingga kesesuaian pemafaatan ruang dapat terjaga.
Pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilakukan melalui penetapan zonasi, perizinan, pemberian intensif
dan disintensif serta adanya pengenaan sanksi.
Dengan latar belakang diatas maka di angkatlah tulisan dengan judul: Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pada Kawasan Sempadan Sungai di Kabupaten aceh besar.

2. Identifikasi Permasalahan
Sehubungan dengan hal – hal yang telah terurai diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tindakan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar dalam pengendalian pemanfaatan
ruang pada kawasan sempadan sungai di Kabupaten aceh besar?
2. Faktor – faktor apakah yang mendorong dan menghambat Pemerintah Daerah Kabupaten aceh
besar dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sempadan sungai di Kabupaten aceh
besar?
3. Dampak ekonomi bagi pengelola tanah di sekitaran sempadan sungai oleh masyarakat?

4. Tinjauan Pustaka
A. Tindakan pemerintah daerah kabupaten Aceh Besar dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada
kawasan sempadan sungai di kabupaten Aceh besar
Melalui wawancara bersama dengan kepala seksi pengendalian pemanfaatan ruang DInas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang sebagai narasumber terkait sempadan sungai Krueng Aceh ini menurut
penulis tindakan pemerintah daerah kabupaten Aceh Besar ini dalam mengeluarkan surat keputusan
berupa surat keputusan pembongkaran dan pembersihan bantaran sungai Krueng Aceh yang penerbitan
surat keputusan ini oleh Bupati Aceh Besar yang berdasarkan disurati nya oleh Kepala Balai Wilayah
Sungai sumatera I nomor SA.0401-Bwal/185 tertanggal 12 Februari 2020 . Surat tersebut mengenai
permohonan fasilitas penerbitan dalam rangka penataan kawasan Krueng Aceh floodway. Dengan adanya
surat permohonan oleh kepala balai wilayah sungai ini, menjadi dasar dalam proses selanjutnya berupa
pemantauan ke lokasi oleh Dinas PUPR Aceh besar yang berlanjut ke evaluasi, identifikasi tindakan
pelanggarannya, setelah itu pembahasan rapat forum disertai dengan rekomendasi sanksi administratif,
setelah pemahasan forum tersebut disampaikan kepada kepala daerah dan dikeluarkan nya surat
pemberitahuan untuk mengembalikan fungsi kawasan sebagai floodway.
Dari hasil temuan di atas, seluruh tindakan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar berkaitan
dengan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan sempadan sungai tergolong dalam tindakan hukum
publik. Tindakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah didasarkan pada hukum publik dalam
kedudukannya sebagai pemegang jabatan pemerintahan yang dilakukan berdasarkan kewenangan
pemerintah yang bersifat hukum publik.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di


Kawasan Sempadan Sungai
Berdasarkan media berita terkait pemberitaan bantaran sungai Krueng Aceh di kabupaten Aceh
Besar ini, diketahui faktor-faktor pendorong dan penghambat Pemerintah Kabupaten Aceh Besar dalam
pengendalian pemanfaatan ruang dikawasan sempadan sungai dikaitkan dengan faktor faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah : 1
1. Faktor Undang-undang
Melalui instrumen tata ruang berbagai kepentingan pembangunan baik antara pusat dan daerah,
antardaerah, antarsektor, maupun antarpemangku kepentingan dapat dilakukan dengan selaras, serasi,
seimbang, dan terpadu. Peraturan Perundang-undangan, menyebutkan mengenai jenis-jenis hierarki
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Dalam penataan ruang, adanya tujuan negara untuk mensejahterakan kehidupan rakyat sebagaimana
yang tercantum dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945 alinea keempat yang dijabarkan lebih lanjut
dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 merupakan dasar dalam penetapan suatu aturan
hukum nasional dalam bidang penataan ruang, yaitu Undang Undang Nomor 23 tahun 2014.
sehubungan dengan wewenang mengatur dan mengurus sendiri rumah tangga daerahnya, termasuk
perihal pengaturan penataan ruang. Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Besar Nomor Qanun Aceh Nomor
19 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh Tahun 2013-2033 ini merupakan acuan
dari dibentuknya Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Besar Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012-2032 terkait dengan pengaturan penataan ruang.
2. Faktor Penegak Hukum
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan sempadan sungai Kabupaten Aceh Besar yang
bertindak sebagai penegak hukum adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar yaitu melalui DInas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta SKPD terkait.
Maka dapat dipahami faktor penegak hukum merupakan salah satu faktor mendorong Pemerintah
Daerah Kabupaten Aceh Besar dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sempadan sungai di
Kabupaten Aceh Besar, karena Kabupaten Aceh Besar telah memiliki susunan penegak hukum yang
dilengkapi dengan standar operasional prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas dan kewenanganannya
sesuai dengan kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan
hubungan dan perbuatan hukum.2
3.Faktor Masyarakat

1
Soerjono Soekanto. 2004, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum Cetakan Kelima, Raja Grafindo Persada, Jakarta h. 8
2
Marbun SF, 1997, Peradilan Administrasi dan Upaya Administrasi di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta, h.154.
Penegak hukum yaitu berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam
masyarakat itu sendiri.Setiap masyarakat pasti memiliki kesadaran akan hukum, namun tidak semua
masyarakat memiliki kepatuhan hukum yang tinggi. Derajat kepatuhan inilah yang menjadi indikator
berfungsi atau tidaknya suatu hukum Namun pada kenyataanya terdapat adanya pelanggaran terhadap
garis sempadan sungai di kawasan sungai Krueng Aceh mencerminkan kurangnya kesadaran hukum di
masyarakat padahal sudah ada papan pemberitahuan ancaman pidana bila mendirikan bangunan di
sempadan sungai.
Hal ini terjadi akibat kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai sempadan sungai. Pengetahuan
masyarakat yang kurang memadai mengenai hukum.
Maka dapat dipahami faktor masyarakat merupakan salah satu faktor penghambat Pemerintah
Kabupaten Aceh Besar dalam pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan sempadan sungai di
Kabupaten Aceh BeBesar.
C. Dampak ekonomi bagi pengelola tanah di sekitaran sempadan sungai oleh masyarakat
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Aceh Besar ini
memanglah sudah sesuai dengan peraturan berupa RTRW kabupaten Aceh Besar nomor 4 tahun 2013.
Dalam Qanun tersebut memang tidak memandang siapa yang melanggar terhadap adanya membangun
bangunan di sempadan sungai atau bisa disebut tidak tebang pilih dalam penegakan sempadan sungai
termasuk dalam hal ini masyarakat yang mengunakan tanah sempadan sungai tersebut sebagai tempat satu
satunya mata pencahariannya. Penulis mengamati bahwa masyarakat yang mengelola tanah sempadan
sungai sebagai mata pencaharian utama nya dengan pekerjaannya sebagai petani dan peternak kehilangan
tempat untuk mencari nafkahnya.
Penulis mewawancarai beberapa petani dan peternak kambing serta ayam dengan hasil nya berupa 3
peternak kambing dan 2 peternak ayam kehilangan tempat mereka bekerja serta mengalami penurunan
omzet penjualan, hal ini disebabkan para peternak kambing dan ayam ini tidak memiliki waktu yang
cukup melakukan pemindahan ternak mereka sebab terbenturnya masalah keuangan. Terhadap 4 petani
yang salah satunya petani buah naga harus kecewa terhadap tanaman nya yan belum panen tetapi telah di
tertibkan yang mengakibatkan mengalami kerugian serta mereka merasa sakit hati terhadap
ditertibkannya pakan ternak berupa pohon pisang.
Dari hal diatas tersebut penulis memahami bahwa dalam penertiban ini memiliki dampak yang besar
kepada masyarakat yang mengelola tanah sempadan sungai tersebut dan juga menyayangkan terhadap
petani yang tanaman nya belum panen tetapi ditertibkan.

5. Definisi Operasional Variable

1.Pengendalian menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai kata dasar “ kendali” yang dapat
berarti proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan, pengawasan atas kemajuan (tugas)
dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan)
dengan hasil pengawasan. Pengendalian merupakan pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan
membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil
pengawasan.
2.Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan pola ruang sesuai dengan
rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
3.Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai,termasuk sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yangmempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarianfungsi sungai.

6. Metode pengambilan sampel


Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penentuan sample dalam penelitian ini
dilakukann secara purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan metode penetapan
sample yang dinilai sesuai dengan tujuan atau masalah penelitian dalam sebuah populasi. Adapun
responden dan informannya adalah:

1)Responden
a. Peternak sebanyak 5 (lima) orang
b. Petani sebanyak 4 (empat) orang.

2)informan
kepala seksi pengendalian pemanfaatan ruang Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Aceh Besar sebanyak 1 (satu) orang.

Anda mungkin juga menyukai