Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CIRI – CIRI DAN PARADIGMA ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Disusun Oleh :

Faula Zhafirah

22042110

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3
C. Tujuan.......................................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 4
A. Ciri – Ciri Administrasi Pembangunan ......................................................................................... 4
B. Paradigma Pembangunan Administrasi .................................................................................... 6
BAB III .................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ............................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 12
B. Saran ......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-


keputusan yang telah di ambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (siagian, 2009:4). The liang gie
(dalam pasalong, 2011:3) mendefenisikan administrasi adalah rangkaian kegiatan
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok orang di dalam kerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Pasalong (2011:3) administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan atas dasar efektif,
efesien dan rasional. Selanjutnya ia menyatakan administrasi mempunyai dua dimensi
yaitu dimensi karakteristik dan dimensi unsure-unsur.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri – ciri administrasi pembangunan ?


2. Bagaimana paradigma pembangunan administrasi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui ciri – ciri administrasi pembangunan ?


2. Untuk mengetahui paradigma pembangunan administrasi ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri – Ciri Administrasi Pembangunan


administrasi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang
dalam bekerjasama untuk mencapai tujuan atas dasar efektif, efesien dan rasional.
Selanjutnya ia menyatakan administrasi mempunyai dua dimensi yaitu dimensi
karakteristik dan dimensi unsure-unsur. Dimensi karakteristik yang melekat pada
administrasi yaitu efesien , efektif dan rasional sedangkan dimensi unsure-unsur
administrasi yaitu:
a. Adanya tujuan atau sasaran yang ditentukan sebelum melaksanakan suatu
pekerjaan
b. Adanya kerjasama baik sekelompok orang atau lembaga pemerintah maupun
lembaga swasta
c. Adanya sarana yang digunakan oleh sekelompok atau lembaga dalam
melaksanakan tujuan yang hendak dicapai.
Pembangunan menurut Siagian (2009:4) didefenisikan sebagai rangkaian
usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang
ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangkaian pembinaaan
bangsa (nation-building).
Selanjutnya ia berpendapat paling sedikit tujuh ide pokok yang muncul dari
defenisi pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu
untuk dilaksanakan, pembangunan dilakukan secara terncana baik dalam arti jangka
panjang, jangka sedang, dan jangka pendek, rencana pembangunan mengandung
makna pertumbuhan dan perubahan, pembangunan mengarah ke modernitas,
modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan per defnisi
bersifat multi dimensional, semua hal yang disinggung di tujukan kepada usaha
pembinaan bangsa.
Sebagai suatu perubahan yang terencana dan berkesinambungan,
pembangunan pada hakikatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas hidup manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan perlu
diimplementasikan kedalam berbagai program pembangunan yang dapat secara
langsung menyentuh masyarakat.

4
Pembangunan memerlukan cara atau pedoman tindakan yang terarah
“bagaimana” meningkatkan kualitas hidup manusia tersebut. Suatu perangkat
pedoman untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan strategi-strategi pembangunan
dapat dikatakan sebuah kebijakan (Suharto, 2006:4). Selanjutnya Todaro (dalam
Suharto, 2006:3) mengemukakan bahwa sedikitnya pembangunan harus memiliki tiga
tujuan yang satu sama lain saling terkait yaitu:
a. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barangg
kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, kesehatan, dan
perlindungan kepada seluruh anggota masyarakat.
b. Menacapai kualitas hidup yang bukan hanaya untuk meningkatkan
kesejahteraan secara material, melainkan juga untuk mewujudkan
kepercayaan diri dan kemandirian bangsa. Aspek ini meliputi
peningkatan pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pendidikan dan
budaya serta nilai kemanusiaan.
c. Memperluas kesempatan ekonomi dan sosial bagi individu dan bangsa
melalui pembebasan dari perbudakan dan ketergantungan pada orang
atau bangsa lain serta pembebasan dari kebodohan dan penderitaan.
Dapat dipahami bahwa proses pembangunan dapat diupayakan kearah yang
positif serta lebih maju dari sebelumnya. Dalam membangun tentunya tidak akan
semudah membalikan telapak tangan. Perlu usaha-usaha secara sadar, pengorbanan
dan proses yang memakan waktu serta harus dilalui dengan kerjasama semua pihak
yang terlibat.
Upaya-upaya sadar yang dikaitkan dengan negara untuk melakukan perbaikan
dikenal dengan administrasi pembangunan. Siagian (2009:5) mendefenisikan
adminstrasi pembangunan yaitu seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu negara
bangsa untuk bertumbuh, berkembang, dan berubah secara sadar dan terencana dalam
semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam
rangka pencapaian tujuan akhirnya.
Mostopadidjaya dalam afiffudin (2010:51) menyatakan bahwa administrasi
pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana pembangunan suatu sistem
administrasi yang mampu menyelenggarakan berbagai fungsi pemerintahan dan
pembangunan secara efektif dan efesien. Dari pengertian administrasi pembangunan
diatas dapat dipahami sangat penting untuk kemajuan suatu negara melalui usaha-
usaha yang dilakukan pemerintah.

5
Administrasi pembangunan mempunyai fungsi dalam perumusan kebijakan
dan program-program pembangunan yang pelaksanaan diilakukan secara efekttif
untuk kesejahteraan rakyat.
Afiffudin (2010:64) fokus analisis administrasi pembangunan adalah proses
pembangunan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa dalam rangka pencapaian
tujuan dan cita-cita negara atau bangsa tertentu, termasuk cara-cara ilmiah yang
dipergunakan dalam pemecahan masalah, meghadapi tantangan, memanfaatkan
peluang dan menyingkirkan ancaman. Disiplin ilmu administrasi pembangunan
memiliki cirri-ciri yang membedakan dengan displin Ilmu-ilmu yang lain yaitu :
a. Orientasi administrasi pembangunan lebih mengarah kepada usaha perubahan-
perubahan keadaan yang dianggap lebih baik
b. Administrasi pembangunan melakukan perbaikan dan penyempurnaan
administrasi dikaitkan dengan aspek perkembangan di bidang-bidang lain seperti
ekonomi, sosial, politik dan lain-lain.

Jika dimasukan administrasi pembangunan dalam konteks idea menurut


Siagian maka dapat dipahami administrasi pembangunan adalah usaha-usaha yang
dilakukan oleh desa untuk bertumbuh, berkembang, dan berubah secara sadar dan
terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan desa yang bersangkutan
dalam rangka pencapaia tujuan akhirnya. Kegiatan pembangunan di desa dalam
Jayaditana (2006:87) meliputi bidang ekonomi, sosial, fisik dan prasarana dan
pemerintahan.

B. Paradigma Pembangunan Administrasi

Perubahan paradigma manajemen pemerintahan telah mendorong


perkembangannya administrasi publik yang sangat dinamis mengikuti dinamika
lingkungannya. Perubahan paradigma itu antara lain oleh Savas (1983), Osborne
(1992), Effendi (1995), Mustopadidjaja (1997), Mifta Thoha (1997) mengatakan
sebagai berikut :
a. Perubahan paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang
serba negara menjadi berorientasi pasar. Selama ini manajemen
pemerintahan mengikuti paradigma yang lebih mengutamakan

6
kepentingan negara. Kepentingan negara menjadi pertimbangan
pertama dan utama untuk mengatasi segala macam persoalan yang
timbul dimasyarakat. Pasar (dapat berupa rakyat atau masalah-masalah
yang dihadapi oleh masyarakat. Sekarang ini, paradigmanya berubah,
orientasi manajemen pemerintahan diarahkan kepada pasar. Segala
aspirasi masyarakat menjadi lebih penting artinya untuk menjadi bahan
pertimbangan pemerintah.
b. Perubahan paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang
otoritarian menjadi berorientasi kepada egelitarian dan demokrasi.
c. Perubahan paradigama dari sentralisasi kekuasaan menjadi
desentralisasi kewenangan.
d. Perubahan manajemen pemerintahan yang hanya menekankan pada
batas-batas dan aturan yang berlaku untuk satu negara tertentu,
mengalami perubahan kerah boundryless organization.
e. Perubahan dari paradigma yang mengikuti tatanan birokrasi
Weberian menjadi tatanan birokrasi yang post bureacracy government,
atau perubahan dari manajemen pemerintahan yang mengikuti struktur
fisik (phsical structure) ke tatanan manajemen pemerintahan
berdasarkan pada logical structure. Dengan kata lain, suatu tatanan
administrasi negara yang berorientasi pada paperwork menjadi tatanan
administrasi negara yang paperles.

Sebagai dampak dari perubahan global, administrasi publik akan mengalami


perubahan mendasar terutama peran dan orientasi yang ingin dicapai. Dalam era
global kita melihat berkembang dan tumbuhnya sistem administrasi publik dan
pemerintahan yang semakin efisien, efektif. Pergeseran peran telah mulai terjadi
dimana fungsi pemerintah dalam berbagai segi kehidupan ekonomi, sosial telah
bergeser dari peran pemerintah yang begitu besar ke arah mendorong lembaga-
lembaga masyarakat/swasta untuk mengambil bagian yang besar dalam menjalankan
sebagai fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat (Osborne 1993, Kartasasmita
1996, Kristiadi 1997).
Pemeritnah cukup hanya berfungsi sebagai pengarah tidak lagi berfungsi
sebagai pengatur yang dominan. Hal ini berimplikasi pada adanya keinginan

7
pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan partisipasi dalam
pembangunan.
Perubahan peran administrasi publik akan selalu seiring dengan dinamika
masyarakat dimana sistem administrasi negara itu berada. Frederickson (1983),
efektifitas, rasionalitas dan produktivitas, tetapi yang lebih penting adalah
administrasi negara harus menciptakan keadilan sosial, berdasarkan kebutuhan pada
semua lapisan masyarakat.
Hal ini berarti administrasi negara berusaha untuk merubah kebijakan-
kebijakan maupun struktur-struktur yang secara sistematis merintangi terciptanya
keadilansosial. Administrasi publik memiliki fungsi untuk menjalankan kebijaksanaan
dan program-program kegiatan pemerintahan untuk mecapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam keerangka hirarki kebijaksanaan (Bromley: 1984).
Sehubungan dengan hal ini perkembangan administrasi publik akan sangat
dipengaruhi oleh kondisi perkembangan tuntutan dan aspirasi dan pelayanan
kebutuhan masyarakat yang cenderung selalu dinamis.
Nicholas Henry (1995) telah mengidentifikasi alur perkembangan administrasi publik
sebagai kajian akademik ke dalam lima paradigma. Paradigma pertama adalah
dikhotomi politik administrasi publik, yang antara lain dipelopori oleh Woodrow
Wilson (1887 dengan tulisannya yang berjudul The Study of Administration).
Paradigma kedua adalah prinsip-prinsip administrasi yang berkembang antara tahun
1927-1937.
paradigma ketiga disebut paradigma administrasi publik sebagai ilmu politik.
Paradigma keempat, yang berkembang antara tahun 1956 hingga 1970 memandang
administrasi publik sebagai ilmu administrasi. Dalam konteks ini terdapat
perkembangan untuk menempatkan locus disiplin administrasi publik secara proposial
pada akar keilmuan administrasi dan manajemen yang berkembang sejak Henry Fayol
menulis bukunya yang berjudul Industrial and General Administration (1949).
Paradigma kelima yang berkembang sejak tahun 1970, menempatkan administrasi
publik sebagai disiplin akademik administrasi publik. Dalam hal ini bahwa
administrasi publik telah berkembang sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Administrasi publik yang berkembang setelah paradigma kelima yang
diidentifikasikan oleh Henry menurut Kristiadi (1997) adalah paradigma administrasi
pembangunan. Hal ini didasarkan pada temuan-temuan hasil kajian kelompok studi
komparatid administrasi (CAG) yang menyebutkan bahwa ”adminsitrasi publik lebih

8
berorientasi untuk mendukung usaha-usaha pembangunan negara-negara yang belum
maju”.
Pada umumnya proses kegiatan ini disebut sebagai administrasi pembangunan.
Sedangkan di negara-negara maju dewasa ini, administrasi publik lebih diarahkan
kepada upaya pencarian bentuk kelembagaan yang tepat, ketatalaksanaan dan aspek
kualitas sumebr daya manusia aparatus yang pada intinya adalah reformasi
administrasi. Setelah perkembangan paradigma administrasi publik sebagai
administrasi pembangunan, menurut Bintoro (1999), paradigma berikutnya adalah
mewirausahakan birokrasi yang dipelopori oleh Osborne, Gaebler (1992) dan
perkembangan yang terakhir adalah penyeleggaraan kepemerintahan/administrasi
publik yang baik (good governance) yang bercirikan kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitydankonsistensi.

Sementara beberapa teoritir administrasi berpendapat bahwa peranan


administrasi publik harus makin terfokuskan pada upaya menghasilkan barang dan
inilah menurut Kristiadi (1997) efisiensi dalam pelayanan publik melalui pengadaan
barang-barang publik (public goog) dan pelayanan jasa publik sama pentingnya
dengan mekanisme pasar yang dilaksanakan oleh pemerintah yang bercirikan good
governance. Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Osborne dan Gaebler (1992),
administrasi publik perlu didukung oleh birokrasi yang memiliki semangant
wirausaha.
Perubahan orientasi dan peran administrasi publik diperlukan untuk merespon
dinamika masyarakat yang tinggi terutama dalam menciptakan pelayanan yang efisien
dan efektif serta menciptakan keadilan sosial bagi warga masyarakat. Hal ini perlukan
karena administrasi publik berfungsi sebagai instrumen publik untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian fungsi aparatur sebagai pelayanan
masyarakat harus dominan dan diutamakan ketimbang fungsi sebagai abdi negara.
Kartasasmita (1996) melakukan analisis reposisi terhadap paradigma administrasi
pembangunan (birokrasi) yang selama 32 tahun memiliki peran yang besar dalam
pembangunan bangsa, yaitu : perubahan dalam polarisasi:
1. orientasi birokrasi bergeser dari yang kuat kepada yang lemah dan kurang berdaya,
2. birokrasi harus membangun partisipasi rakyat,
3. peranan birokrasi bergeser dari mengendalikan ke mengarahkan, dan

9
4. birokrasi harus mengembangakan keterbukaan dan kebertanggungjawaban.
Senada dengan itu, Moestopadijaja (1998) mengatakan bahwa penyelenggaraan
pemerintahan ke depan harus didasarkan pada prinsip-prinsip: pemberdayaan,
pelayanan, partisipasi, kemitraan, dan desentralisasi.

Fungsi pemberdayaan, aparatur pemerintah tidak harus berupaya melakukan


sendiri, tetapi mengarahkan (steering rather then rowing). Sesuatu yang sudah bisa
dilakukan oleh masyarakat, jangan dilakukan oleh pemerintah. Apabila masyarakat
atau sebagian dari mereka belum mampu atau tidak berdaya, maka harus
diberdayakan (empowering). Pemberdayaan berarti pula memberi peran kepada
masyarakat lapisan bawah di dalam keikutsertaannya dalam proses pembangunan.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam pambangunan, peran
pemerintah dapat ditingkatkan antara lain melalui :

(a) pengurangan hambatan dan kendala-kendala bagi kreativitas dan partisipasi


masyarakat,
(b) perluasan akses pelayanan untuk menunjang beerbagai kegiatan sosial ekonomi
masyrakat, dan
(c) pengembangan proses untuk lebih memberikan kesempatan kepada masyarakat
belajar dan berperan aktif (social learning process) dalam memamfaatkan dan
mendayagunakan sumber daya produktif yang tersedia sehingga memiliki nilai
tamabah guna meningkatkan kesejahteraan mereka.

Upaya pemberdayaan memerlukan semangat untuk melayani (a spirit of public


services), dan menjadi mitra masyarakat (partner of society); yaitu melakukan
kerjasama dengan masyarakat Esman dalam Moestopadidjaja (1997). Hal ini
memerlukan perubahan perilaku yang antara lain dapat dilakukan melalui
pembudayaan kode etik (code of ethical conducts) yang didasarkan pada dukungan
lingkungan (enabling strategy) yang diterjamahkan dalam standar tingkah laku yang
dapat diterima umum dan dijadikan acuan perilaku aparatur pemerintah.
Di samping itu, dalam pelaksanaan kode etik tersebut, aparatur dan sistem
manajemen publik harus bersikap terbuka, transparan dan accountable, untuk
mendorong para pemimpin dan seluruh sumber daya manusia aparatur menjadi
berwibawa, bersih dan menjadi panutan bagi masyarakat.

10
Pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi
dan keberhasilan dalam membangun yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku
melayani, bukan dilayani, mendorong bukan menghambat, mempermudah bukan
mempersulit, sederhana bukan berbelit-belit, terbuka untuk setiap orang bukan hanya
untuk segelintir orang. Dengan demikian makna administrasi publik sebagai wahana
penyelenggaraan pemerintahan negara yang harus melayani publik harus benar-benar
dihayati para penyelenggara pemerintahan negara.
Partisipasi masyarakat harus diikutsertakan dalam proses menghasilkan public
good atau services dengan mengembangkan pola kemitraan dan kebersamaan dan
bukan semata-mata dilayani. Untuk itulah kemampuan masyarakat harus diperkuat
(empowering rather than serving), kepercayaan masyarakat harus meningkat dan
kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi harus ditingkatkan.
Upaya pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha, peningkatan partisipasi
dan kemitraan sangat memerlukan keterbukan birokrasi pemerintah, juga disamping
itu memerlukan langkah-langkah yang tegas dalam mengurangi peraturan dan
prosedur yang menghambat kreativitas dan aktivtas mereka dan memebri kesempatan
kepada masyarakat untuk dapat berperan serta dalam proses penyusunan peraturan
kebijaksanaan, pelaksanaan, pengawasan pembangunan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-


keputusan yang telah di ambil dan diselenggarakan oleh dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya The liang gie mendefenisikan
administrasi adalah rangkaian kegiatan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh
sekelompok orang di dalam kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Pembangunan menurut Siagian didefenisikan sebagai rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh
oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangkaian pembinaaan bangsa
(nation-building).

B. Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan
saran dari bapak dan teman-teman sangat diperlukan untuk perbaikan makalah
ini kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Cheema, G. Shabbir dan Rondinelli, Dennis A (Ed), 1983. Decentralization and Development
: Policy Implementation in Developing Countries, Sage Publications, London.

Frederickson, G, 1988. Administrasi Negara Baru, LP3ES, Jakarta.

Handayaningrat, S, 1988. Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional, CV


Haji Masagung, Jakarta.

Kingsley, Thomas G, 1996. Perspectives on Devolution, APA Journal AUTUMN.

Rondinelli, Dennis A. etc, 1981. Decentralization in Developing Countries : A Review of


Recent Experience, World Bank Staff Working Papers. Washington DC.

Thoha, Miftah, 1991. Beberapa Aspek Kebijaksanaan Birokrasi, Widya Mandala, Jogjakarta.

Uphoff, Norman, “Grassroots Organizations and NGOs in Rural Development :


Opportunities with Diminishing States and Expanding Markets”. Dalam Janvry, Alain
de, et.all, 1995. State, market and Civil Organizations : New Theories, New Practices
and their Implications for Rural Development, Mac Millan Press LTD, London.

Zuhro, R Siti, 1998, “Otonomi dan Pemerintahan Daerah di Thailand”. Dalam Laporan
Penelitian : Pemerintahan Lokal dan Otonomi Daerah di Indonesia, Thailand dan
Pakistan, PPW-LIPI, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai