Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nastiti Arifah Fauziah

NIM : 1223040098

Mata Kuliah : Perbandingan Fikih Muamallah

Kelas : PMH 2 C

SOAL & JAWABAN

1. Jelaskan metodelogi 8 madzhab sunni-syiah-ibadi tentang Harta dan kepemilikannya?


Jawab :
Metodologi delapan madzhab Sunni, Syiah, dan Ibadi tentang harta dan
kepemilikannya mencerminkan perbedaan dalam interpretasi hukum Islam. Berikut adalah
ringkasan singkat tentang perspektif masing-masing madzhab:
- Madzhab Hanafi (Sunni): Menurut madzhab Hanafi, kepemilikan harta adalah hak
individu yang diakui kuat. Hakikat kepemilikan berada pada individu, dengan batasan
hukum yang ditetapkan oleh syariat. Dalam hal warisan, pewaris memiliki kebebasan
untuk membagi harta dengan cara yang dia pilih, dengan beberapa kesulitan
berdasarkan hukum Islam.
- Madzhab Maliki (Sunni): Madzhab Maliki juga mengakui kepemilikan pribadi sebagai
hak individu, tetapi mereka lebih mempertimbangkan aspek kepentingan umum.
Mereka mendorong untuk menawarkan hak kepemilikan pribadi tetapi dengan batasan
dan spesifikasi yang sesuai dengan kepentingan sosial dan syariat.
- Madzhab Syafi'i (Sunni): Madzhab Syafi'i memberikan tekanan pada keadilan sosial
dalam kepemilikan harta. Mereka mengakui hak individu untuk memiliki harta secara
pribadi, tetapi juga menganggap penting untuk memastikan distribusi yang adil dan
kepentingan umum. Dalam hal warisan, madzhab Syafi'i mengikuti kaidah yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur'an dan Hadis.
- Madzhab Hanbali (Sunni): Madzhab Hanbali memiliki pandangan yang lebih merusak
dalam hal kepemilikan harta. Mereka menghargai kepemilikan pribadi sebagai hak
individu, tetapi juga mengutamakan kepentingan sosial dan syariah dalam membatasi
hak tersebut. Madzhab Hanbali menerapkan hukum-hukum Islam secara ketat dalam
masalah kepemilikan harta.
- Madzhab Ja'fari (Syiah): Madzhab Ja'fari, salah satu mazhab Syiah, memiliki
perspektif yang sedikit berbeda. Mereka menganggap kepemilikan harta sebagai hak
individu, tetapi juga tekanan aspek keadilan sosial dan distribusi yang adil. Mazhab
Ja'fari menerapkan hukum-hukum Islam dengan mempertimbangkan kepentingan
umum dan pengaturan yang lebih besar untuk mencapai keadilan dalam kepemilikan
harta.
- Madzhab Zaidi (Syiah): Madzhab Zaidi, juga dikenal sebagai Zaydiyah, memiliki
pandangan serupa dengan madzhab Ja'fari dalam hal kepemilikan harta. Mereka
mengakui hak individu untuk memiliki harta, tetapi juga menempatkan penekanan pada
aspek keadilan sosial dan distribusi yang adil. Mereka memperhatikan kepentingan
umum dalam pembagian harta.
- Madzhab Ibadi: Madzhab Ibadi menganggap harta sebagai kepemilikan individu
dengan batasan tertentu. Mereka menekan pentingnya adil dalam membagi dan
memperoleh harta, serta mempromosikan keadilan sosial dan pemberdayaan
masyarakat.
- Madzhab Ismaili (Syiah): Madzhab Ismaili melarang pentingnya menjaga
keseimbangan antara hak-hak individu dan kepentingan umum dalam kepemilikan
harta. Mereka mendorong para penganutnya untuk memberikan kontribusi kepada
komunitas dan mempromosikan kesejahteraan bersama.

2. Madzhab Hanafi adalah madzhab yang dikenal dengan pemikiran ekonominya,jelaskan


metodelogi madzhab hanafi disertai contohnya?
Jawab:
Madzhab Hanafi merupakan salah satu dari empat madzhab dalam Islam yang
dikenal dengan pemikiran ekonominya yang komprehensif. Metodologi Madzhab Hanafi
dalam hal ekonomi didasarkan pada prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) yang meliputi
ajaran Al-Quran, Hadis, ijma' (konsensus ulama), dan qiyas (hukum analogi).
Berikut adalah beberapa contoh metodologi Madzhab Hanafi dalam konteks ekonomi:
- Kepemilikan Pribadi: Madzhab Hanafi mengakui hak kepemilikan pribadi yang kuat.
Mereka memandang harta sebagai milik individu yang dapat diperoleh melalui usaha,
warisan, atau persembahan. Contoh-contoh dari prinsip ini adalah seorang individu
yang memiliki hak kepemilikan atas tanah, harta benda, dan kekayaan pribadi lainnya.
- Perdagangan dan Kontrak: Madzhab Hanafi memberikan pedoman tentang transaksi
dan perdagangan yang adil dan halal. Mereka mengakui prinsip kebebasan berkontrak
antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis, dengan syarat-syarat yang jelas
dan adil. Contoh-contoh meliputi jual beli, sewa-menyewa, dan kontrak bisnis lainnya.
- Zakat: Madzhab Hanafi wajib membayar zakat sebagai salah satu rukun Islam. Mereka
memberikan petunjuk tentang penghitungan zakat, proporsi yang harus dikeluarkan,
dan penerima zakat. Contoh-contoh meliputi zakat fitrah, zakat mal, dan zakat
penghasilan.
- Pewarisan: Madzhab Hanafi memiliki aturan yang terperinci tentang pewarisan harta.
Mereka menetapkan bagaimana harta akan dibagi di antara ahli waris berdasarkan
hubungan keluarga dan peran masing-masing ahli waris. Contoh-contoh meliputi
pembagian harta antara suami, istri, anak-anak, orang tua, dan saudara kandung.
- Pembiayaan dan Investasi: Madzhab Hanafi mengakui prinsip-prinsip keuangan Islam,
seperti mudarabah (usaha bersama), murabahah (jual beli dengan markup), dan
musyarakah (kemitraan). Mereka memberikan pedoman tentang bagaimana melakukan
investasi yang halal dan menghindari riba (bunga) atau praktik keuangan yang tidak
sesuai dengan prinsip syariah.
- Penting untuk dicatat bahwa Madzhab Hanafi tidak hanya terkait dengan pemikiran
ekonomi, tetapi juga mencakup berbagai aspek kehidupan lainnya. Prinsip-prinsip
ekonomi dalam Madzhab Hanafi bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil,
berkeadilan, dan berkelanjutan dalam hal ekonomi.
3. Pilih satu metode istinbat hukum dari mazhab-mazhab fikih baik sunni maupun syi’i
tentang SAHAM dengan contohnya?
Jawab:
-Madzhab Hanafi (Sunni): Dalam Madzhab Hanafi, hukum saham dianalisis berdasarkan
prinsip-prinsip kepemilikan pribadi dan perdagangan yang adil. Dalam hal saham, mereka
memandang saham sebagai bentuk kepemilikan dan hak partisipasi dalam suatu
perusahaan. Prinsip-prinsip seperti kesepakatan bebas, keadilan dalam pembagian
keuntungan, dan transparansi dalam transaksi perusahaan menjadi pertimbangan dalam
menentukan kehalalan saham. Contoh istinbat hukum dalam Madzhab Hanafi adalah
bahwa saham diperbolehkan jika perusahaan yang menerbitkannya beroperasi dalam
sektor yang halal dan tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti larangan riba atau
perjudian.
-Madzhab Ja'fari (Syiah): Dalam Madzhab Ja'fari, hukum saham dianalisis berdasarkan
prinsip-prinsip keadilan, kepentingan umum, dan keberlanjutan ekonomi. Mereka
mengakui hak kepemilikan individu dalam saham sebagai pemilik modal dan partisipasi
dalam keuntungan serta pengambilan keputusan perusahaan. Namun, mereka juga
menekankan pentingnya menghindari sektor-sektor yang dilarang oleh syariah, seperti
sektor perbankan konvensional atau industri yang merusak lingkungan. Contoh istinbat
hukum dalam Madzhab Ja'fari adalah bahwa saham di perusahaan yang beroperasi secara
halal dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah diperbolehkan, sementara
saham di perusahaan yang terlibat dalam kegiatan yang diharamkan atau merugikan umat
dilarang.

4. Jelasan konsep jual beli on line dan contohnya disertasi analisa rukun dan syarat jual beli
tentang kehalalan dan keharamannya dalam perspektif mazhab-mazhab fikih?
Jawab:
Konsep jual beli online adalah praktik transaksi perdagangan yang dilakukan
melalui platform elektronik atau internet. Dalam hal ini, penjual dan pembeli dapat
berinteraksi dan melakukan transaksi secara virtual, tanpa perlu bertemu secara fisik. Pada
dasarnya, konsep jual beli online mengikuti prinsip-prinsip umum jual beli dalam Islam,
namun ada beberapa perbedaan dan pertimbangan yang perlu dipertimbangkan.
Berikut adalah penjelasan mengenai konsep jual beli online dan contohnya, serta analisa
rukun dan syarat jual beli tentang kehalalan dan keharamannya dalam perspektif mazhab-
mazhab fikih:
Rukun dan Syarat Jual Beli:
- a. Rukun Jual Beli: Rukun jual beli dalam Islam meliputi ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) yang saling disepakati oleh penjual dan pembeli. Rukun ini juga
melibatkan objek transaksi (barang atau jasa), serta timbulnya manfaat dan
kepemilikan dari penjual ke pembeli.
- B. Syarat Jual Beli: Syarat-syarat jual beli dalam Islam meliputi persetujuan kedua
belah pihak, kejelasan objek transaksi, keabsahan dan kehalalan objek transaksi, serta
ketentuan pembayaran dan pengiriman yang jelas.
Perspektif Mazhab-Mazhab Fikih:
- a. Mazhab Hanafi (Sunni): Dalam Madzhab Hanafi, jual beli online diperbolehkan
asalkan memenuhi syarat-syarat jual beli yang telah disebutkan di atas. Mereka
menganggap transaksi jual beli online sama dengan transaksi jual beli konvensional,
dengan syarat-syarat yang sama diterapkan.
- B. Mazhab Maliki (Sunni): Madzhab Maliki juga memperbolehkan jual beli online jika
memenuhi syarat-syarat jual beli yang telah ditetapkan dalam Islam. Mereka juga
memperhatikan elemen transaksi seperti kejelasan objek, pembayaran, dan pengiriman
barang.
- C. Mazhab Syafi'i (Sunni): Madzhab Syafi'i mengizinkan jual beli online jika
memenuhi syarat-syarat jual beli yang ditetapkan. Mereka menekankan pentingnya
transparansi dan kejelasan dalam transaksi online, serta keabsahan objek transaksi
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
- D. Mazhab Hanbali (Sunni): Madzhab Hanbali juga memperbolehkan jual beli online
dengan syarat-syarat yang sama seperti dalam transaksi konvensional. Mereka
merasakan betapa pentingnya keadilan dan keabsahan objek transaksi dalam jual beli
online.
- E. Mazhab Ja'fari (Syiah): Dalam Madzhab Ja'fari, jual beli online dianggap sah jika
memenuhi syarat-syarat jual beli dalam Islam. Mereka juga menekankan pentingnya
keadilan, kejelasan, dan keabsahan objek transaksi, serta menjaga kepentingan
5. Jelaskan tentang konsep upah bagi pekerja dalam bidang muamalah dalam perspektif
mazhab-mazhab fikih disertai contoh dan ukuran upah itu seperti apa?
Jawab:
Konsep upah bagi pekerja dalam bidang muamalah (ekonomi) dalam perspektif
mazhab-mazhab fikih mengacu pada prinsip-prinsip syariah yang mengatur hubungan
antara pekerja dan pemberi kerja. Setiap mazhab memiliki pandangan dan pertimbangan
sendiri mengenai upah, termasuk syarat-syarat, contoh, dan ukurannya.
Berikut adalah penjelasan mengenai konsep upah dalam perspektif mazhab-mazhab fikih
beserta contoh dan ukuran upah yang dapat dijadikan acuan:
- Mazhab Hanafi (Sunni): Dalam Madzhab Hanafi, upah disebut sebagai ujrah atau ajr.
Mereka memandang upah sebagai ketidakseimbangan yang diberikan kepada pekerja
sebagai balas jasa yang dilakukan. Upah harus disepakati secara sukarela oleh kedua
belah pihak, dan pembayarannya harus dilakukan pada waktu yang telah disepakati.
Jumlah upah dapat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan, kualifikasi, dan
kesepakatan antara pekerja dan majikan. Contoh: Sebagai contoh, seorang pekerja
diberikan upah per jam atau upah per bulan untuk pekerjaan yang dilakukan. Jumlah
upah dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan antara pekerja dan majikan, serta
mempertimbangkan standar upah yang berlaku di wilayah atau industri tersebut.
- Mazhab Maliki (Sunni): Dalam Madzhab Maliki, dikenal sebagai ajr atau mahr. Mereka
menganggap upah sebagai ketidakseimbangan yang harus dilakukan pekerja sebagai
ketidakseimbangan atas pekerjaan yang dilakukan. Upah harus disepakati dengan jelas
dan sukarela antara pekerja dan majikan. Jumlah upah dapat ditentukan berdasarkan
kesepakatan dan nilai yang adil, serta memperhatikan standar upah yang berlaku di
wilayah atau industri tersebut. Contoh: Sebagai contoh, seorang pekerja dibayar upah
per hari atau upah per proyek yang telah diselesaikan. Jumlah upah dapat ditetapkan
berdasarkan kesepakatan awal dan berbagai faktor seperti tingkat keahlian, waktu yang
diperlukan, dan tingkat pengalaman pekerja.
- Mazhab Syafi'i (Sunni): Dalam Madzhab Syafi'i, kuah dikenal sebagai ujrah atau ajr.
Mereka memandang upah sebagai ketidakseimbangan yang harus dimiliki pekerja
sebagai ganti dari jasa pekerjaan yang dilakukan. Upah harus disepakati dengan jelas
dan sukarela, dan pembayarannya harus dilakukan pada waktu yang telah disepakati.
Jumlah upah dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan dan standar upah yang berlaku
di wilayah atau industri tersebut. Contoh: Sebagai contoh, seorang pekerja diberikan
upah per minggu atau upah per unit hasil produksi yang dicapai. Jumlah upah dapat
ditentukan berdasarkan kesepakatan awal dan mempertimbangkan berbagai faktor
seperti produktivitas, kualitas pekerjaan, dan tingkat inflasi.

6. Jelaskan tentang konsep barang jaminan dalam perspektif mazhab-mazhab fikih dan
dihubungkan dengan konsep fidusia?
Jawab:
Konsep barang jaminan dalam perspektif mazhab-mazhab fikih terkait dengan
perlindungan hak dan keabsahan transaksi. Barang jaminan adalah aset yang diberikan oleh
peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai jaminan pelunasan hutang. Konsep ini terkait
dengan prinsip-prinsip keadilan, keabsahan, dan keamanan transaksi dalam fikih Islam.
Namun, perlu ditegaskan bahwa konsep barang jaminan dalam fikih Islam tidak
sepenuhnya identik dengan konsep fidusia dalam hukum sipil modern. Fidusia adalah suatu
mekanisme hukum yang memberikan hak jaminan kepada kreditur atas aset tertentu yang
menjadi jaminan pelunasan utang. Meskipun ada beberapa kesamaan konseptual, terdapat
perbedaan signifikan antara fidusia dalam hukum sipil dengan konsep barang jaminan
dalam mazhab-mazhab fikih. Dalam perspektif mazhab-mazhab fikih, termasuk Mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali, terdapat beberapa prinsip dan ketentuan terkait barang
jaminan, seperti:
- Objek Jaminan: Barang jaminan harus memiliki nilai dan dapat ditaksir dengan jelas.
Barang tersebut dapat berupa harta bergerak (misalnya emas, perak, kendaraan, atau
barang berharga lainnya) atau harta tidak bergerak (misalnya tanah atau bangunan).
- Pemilikan dan Penggunaan: Meskipun barang jaminan menjadi jaminan bagi pemberi
pinjaman, peminjam tetap memiliki hak kepemilikan dan penggunaan atas barang
tersebut selama tidak ada pelanggaran dalam pelunasan hutang.
- Pelunasan Hutang: Jika peminjam tidak dapat melunasi hutang, pemberi pinjaman
berhak menggunakan barang jaminan tersebut untuk memenuhi kewajiban yang belum
terpenuhi. Namun, proses pelunasan hutang harus dilakukan dengan keadilan dan
transparansi.
- Penting untuk dicatat bahwa interpretasi dan implementasi konsep barang jaminan
dapat berbeda di antara mazhab-mazhab fikih. Setiap mazhab memiliki penekanan dan
persyaratan tertentu yang dapat berbeda satu sama lain.
- Adapun kaitannya dengan konsep fidusia dalam hukum sipil modern, meskipun
terdapat beberapa persamaan konseptual, implementasi dan mekanisme hukumnya
mungkin berbeda dalam konteks fikih Islam.

7. Konsep ekonomi adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya, islam menawarkan dengan


sistem bagi hasil, apakah konsep ini bisa meraih keuntungan lebih besar dari konsep riba
atau prosentase yang keuntungannya lebih stabil ? jelaskan disertai contoh
perbandingannya
Jawab:
Konsep ekonomi dalam Islam tidak semata-mata tentang mencari keuntungan sebesar-
besarnya, tetapi juga mencakup prinsip-prinsip keadilan, etika, dan berkelanjutan. Islam
melarang bahwa ekonomi harus dijalankan dengan cara yang adil dan tidak merugikan
pihak lain. Dalam hal ini, sistem bagi hasil (mudharabah, musyarakah, dll.) merupakan
alternatif yang ditawarkan oleh Islam untuk menggantikan riba (bunga) yang dianggap
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sistem bagi hasil berarti bahwa keuntungan
atau kerugian dalam sebuah transaksi ekonomi dibagi antara pihak-pihak yang terlibat atas
kesepakatan sebelumnya. Keuntungan dibagikan berdasarkan proporsi modal atau
kontribusi yang dilakukan oleh masing-masing pihak. Karena itu, sistem ini memberikan
kesempatan bagi semua pihak yang terlibat untuk berbagi keuntungan dan risiko.
Perbandingan antara sistem bagi hasil dan sistem bunga (riba) dalam mencapai keuntungan
dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti jenis usaha, risiko, pasar, dan lain-
lain. Namun, penting untuk dicatat bahwa sistem bagi hasil memiliki beberapa keunggulan
dan kelebihan dibandingkan dengan sistem bunga yang terlarang dalam Islam. Berikut
adalah beberapa contoh perbandingannya:
- Prinsip Keadilan: Sistem bagi hasil lebih sesuai dengan prinsip keadilan karena
keuntungan dan kerugian dibagi secara adil antara pihak-pihak yang terlibat dalam
transaksi. Ini memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk mendapatkan bagian
yang layak dari hasil usaha. Contoh: Dalam suatu bisnis, investor (modalis) dan
pengelola (mudharib) melarang untuk berinvestasi dalam suatu proyek. Keuntungan
yang diperoleh dari proyek tersebut dibagi berdasarkan persentase kesepakatan awal.
Jika proyek berjalan sukses, kedua pihak akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan
proporsi kontribusi masing-masing.
- Keberlanjutan: Sistem untuk hasil mendorong partisipasi aktif dan saling mendukung
antara pihak modalis dan pengelola. Ini dapat meningkatkan motivasi dan kinerja
dalam mengelola usaha, karena keberhasilan usaha secara langsung berdampak pada
keuntungan yang diperoleh. Contoh: Dalam investasi dalam usaha pertanian, pemilik
modal (modalis) dan petani (pengelola) bekerja sama dalam menanam dan mengelola
lahan. Hasil panen kemudian dibagi berdasarkan kesepakatan awal. Jika hasil panen
baik, kedua pihak akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan saling
menguntungkan.
Resiko Bersama: Dalam sistem bagi hasil, resiko usaha dibagi bersama antara modalis dan
pengelola. Jika usaha mengalami kerugian, kedua pihak akan berbagi kerugian tersebut
sesuai dengan kesepakatan awal.

8. Apa yang membedakan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari segi kehalalan dan
keharaman, jelaskan disertai kalkukasi untung rugi dan akibat hukumnya kepada
masyarakat
Jawab:
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional terletak pada prinsip-prinsip
yang mendasari operasional mereka, serta pengaturan hukum yang mengatur transaksi
yang dilakukan oleh masing-masing jenis bank. Perbedaan ini berdampak pada kehalalan
dan keharaman dari perspektif syariah Islam.
- Bank Syariah:
Prinsip-prinsip: Bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
meliputi larangan riba (bunga), larangan maysir (perjudian), larangan gharar
(ketidakpastian atau larangan yang berlebihan), dan larangan haram lainnya. Bank
syariah mengikuti prinsip ekonomi Islam yang bertumpu pada keadilan, keberlanjutan,
dan pembangunan masyarakat.
Transaksi: Bank syariah melakukan transaksi berdasarkan prinsip-prinsip syariah
seperti mudharabah (bagi hasil), musyarakah (kerjasama), murabahah (jual beli dengan
keuntungan tetap), ijarah (sewa), wakalah (amanah), dan lain-lain. Transaksi ini
dilakukan dengan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Contoh:
Dalam konteks pembiayaan, bank syariah dapat memberikan pembiayaan melalui
prinsip mudharabah atau musyarakah, di mana bank sebagai modalis dan pelaku usaha
sebagai pengelola usaha berbagi keuntungan dan risiko sesuai dengan kesepakatan
awal.
- Konvensional Bank:
Prinsip-prinsip: Konvensi bank beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip konvensi
ekonomi yang umumnya menerbitkan bunga dan praktik-praktik keuangan lainnya.
Bunga adalah komponen utama dalam sistem perbankan konvensional. Transaksi:
Konvensi bank melakukan transaksi dengan menggunakan instrumen konvensi
keuangan seperti bunga, pinjaman bunga, obligasi, saham, dan derivatif. Konvensi
bank mengikuti hukum perdata dan peraturan hukum yang berlaku dalam sistem hukum
yang diterapkan. Contoh: Dalam konteks pembiayaan, bank konvensional memberikan
pinjaman dengan bunga yang dikenakan pada pinjaman tersebut. Keuntungan bank
diperoleh melalui bunga yang dibebankan pada penawaran.
Dampak Hukum bagi Masyarakat: Dampak dari kehalalan atau keharaman bank
syariah dan konvensi bank terhadap masyarakat tergantung pada perspektif syariah dan
keyakinan individu atau kelompok. Bagi masyarakat yang mematuhi prinsip-prinsip
syariah Islam, bank syariah dianggap halal dan sesuai dengan nilai-nilai agama mereka.
Mereka memilih bank syariah karena percaya bahwa transaksi yang dilakukan di
dalamnya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
9. Untuk melihat halal haram sebuah produk dalam hukum ekonomi syariah, diperlukan
prinsip atau asas sebagai dasar hukumnya, jelaskan disertai contohnya.
Jawab:
Dalam hukum ekonomi syariah, terdapat beberapa prinsip atau asas yang digunakan
sebagai dasar untuk menentukan kehalalan atau keharaman sebuah produk atau transaksi.
Berikut adalah beberapa prinsip atau asas yang relevan:
- Larangan Riba: Riba adalah larangan dalam Islam terhadap praktik pemberian atau
penerimaan bunga. Prinsip ini mengharuskan transaksi keuangan dilakukan tanpa
adanya elemen riba yang jelas. Contoh: Bank syariah memberikan pembiayaan kepada
individu atau perusahaan tanpa membebankan bunga. Sebagai gantinya, bank syariah
menggunakan mekanisme seperti bagi hasil atau jual beli dengan keuntungan tetap
(murabahah) yang dianggap sesuai dengan prinsip riba.
- Larangan Maysir dan Qimar: Maysir dan qimar adalah larangan terhadap praktik
perjudian dan spekulasi yang berlebihan. Prinsip ini melarang transaksi yang bersifat
spekulatif dan tidak menjamin adanya pertukaran barang atau jasa yang nyata. Contoh:
Berjudi dalam bentuk permainan atau taruhan dianggap haram dalam Islam karena
melibatkan unsur ketidakpastian dan risiko yang tinggi. Investasi saham di pasar saham
konvensional juga dapat dianggap maysir jika dilakukan secara spekulatif tanpa
pertimbangan fundamental yang jelas.
- Prinsip Keadilan dan Kesetaraan: Prinsip ini menekankan pentingnya keadilan,
kesetaraan, dan saling menguntungkan dalam transaksi ekonomi. Prinsip ini melarang
praktik yang merugikan salah satu pihak secara tidak adil. Contoh: Ketika menjual
barang atau jasa, prinsip keadilan dan kesetaraan menuntut agar harga yang ditawarkan
adil dan tidak melibatkan penipuan atau penyalahgunaan kekuasaan. Jika harga yang
ditawarkan jauh di atas atau di bawah harga pasar yang wajar, hal tersebut dapat
dianggap tidak adil dan melanggar prinsip keadilan.
- Prinsip Transparansi dan Informasi yang Jelas: Prinsip ini menekankan pentingnya
transparansi dan penyampaian informasi yang jelas kepada semua pihak yang terlibat
dalam transaksi ekonomi. Contoh: Bank syariah wajib menyampaikan informasi yang
jelas tentang mekanisme pembiayaan yang ditawarkan, termasuk persentase bagi hasil,
syarat-syarat, dan risiko yang terkait. Hal ini memungkinkan pihak yang terlibat untuk
membuat keputusan yang cerdas berdasarkan informasi yang akurat.

10. Bank syariah melahirkan berbagai produk untuk masyarakat seperti mudhorobah,
musyarokah dan murobaah, jelaskan disertai contohnya.!
Jawab:
Bank syariah memang mengembangkan berbagai produk berbasis prinsip syariah untuk
memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat. Berikut adalah penjelasan tentang tiga produk
utama yang ditawarkan oleh bank syariah:
- Mudharabah: Mudharabah adalah sebuah bentuk kemitraan antara pemilik modal
(shahibul maal) dan pengelola modal (mudharib). Pemilik modal menyediakan modal
awal, sementara pengelola modal bertanggung jawab atas pengelolaan risiko usaha dan
yang terkait. Keuntungan dari usaha dibagi berdasarkan kesepakatan sebelumnya,
sementara kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Contoh: Seorang investor
(shahibul maal) memberikan dana kepada bank syariah untuk diinvestasikan dalam
proyek usaha. Bank syariah bertindak sebagai pengelola modal (mudharib) yang
bertanggung jawab atas pengelolaan proyek tersebut. Keuntungan yang dihasilkan
kemudian dibagi sesuai kesepakatan antara investor dan bank syariah.
- Musyarakah: Musyarakah adalah bentuk kerjasama atau kemitraan antara dua pihak
atau lebih untuk melaksanakan suatu usaha. Setiap pihak dalam musyarakah
kehilangan modal atau sumber daya lainnya dan berbagi keuntungan serta kerugian
sesuai dengan kesepakatan awal. Contoh: Dua atau lebih pihak (misalnya, bank syariah
dan pelaku usaha) dapat membentuk musyarakah untuk mendirikan suatu perusahaan.
Setiap pihak membayar modal sesuai dengan kesepakatan dan berbagi keuntungan
sesuai dengan proporsi kontribusi mereka.
- Murabahah: Murabahah adalah transaksi jual beli di mana bank syariah membeli
barang yang diinginkan oleh klien dan menjualnya kembali kepada klien dengan
keuntungan yang telah disepakati sebelumnya. Murabahah digunakan untuk
pembiayaan pembelian barang dengan skema pembayaran yang ditentukan.Contoh:
Seorang klien ingin membeli kendaraan, tetapi tidak memiliki dana yang cukup. Bank
syariah dapat membeli kendaraan tersebut dan menjualnya kepada klien dengan
keuntungan tetap. Klien membayar kendaraan tersebut kepada bank syariah dalam
jangka waktu dan dengan skema pembayaran yang telah disepakati sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai