Anda di halaman 1dari 25

REKONSTRUKSI NILAI-NILAI BUDAYA

SEBAGAI BASIS STRATEGIS


PENGEMBANGAN PARIWISATA FLORES

Yoseph Yapi Taum


Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma
Surel: yosephyapi@usd.ac.id

ABSTRAK

Perkembangan pariwisata Pulau Flores kini tengah memasuki sebuah fase baru dengan ditetapkannya
Perpres Nomor 32 Tahun 2018 tentang Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Pariwisata Labuan Bajo.
Kajian-kajian akademis maupun berbagai peraturan pemerintah telah menawarkan strategi
pengembangan pariwisata Flores. Studi ini bermaksud melakukan sebuah rekonstruksi ulang terhadap
nilai-nilai budaya yang dapat digunakan sebagai basis strategis dan peta paradigma pengembangan
pariwisata Flores. Inventarisasi dan identifikasi objek-objek wisata budaya Flores memperlihatkan nilai-
nilai mentifact, sociofact, dan artifact yang sangat khas, unik, dan menarik minat wasatawan.
Pendekatan dan pengembangan nilai-nilai budaya lokal ini perlu diselaraskan dengan tahapan-tahapan
strategis perkembangan pariwisata Flores agar memberikan dampak yang positif bagi komunitas-
komunitas masyarakat Flores.

Kata kunci: rekonstruksi, nilai budaya, mentifact, sociofact, artefact

ABSTRACT

Flores Island tourism development has entered a new phase with the enactment of Presidential Regulation
No.32 of 2018 concerning the Labuan Bajo Tourism Area Management Authority. Various academic
research as well as government regulations have offered a strategy for developing Flores tourism. The
objective of this research is to reconstruct cultural values that might serve as a strategic foundation and
paradigm map for Flores tourism development. The inventory and identification of cultural tourism objects
in Flores demonstrates the importance of mentifacts, sociofacts, and artifacts that are very distinctive,
unique, and attracts visitor interest. This approach and development of local cultural values needs to be
aligned with the strategic stages of Flores tourism development to have a beneficial influence on the Flores
community.

Keywords: reconstruction, culture value, mentifact, sociofact, artefact

1. PENDAHULUAN an). Alam pikiran sesudah Perang Dunia II


diwarnai secara kuat oleh aspirasi manusia
Rekonstruksi merupakan salah satu gerakan untuk menjadi bahagia, diwarnai pula dengan
berpikir dalam bidang ilmu filsafat dan sosial termin-termin psikologis untuk mengungkap
yang berkembang pasca Perang Dunia I (tahun situasi batas manusia, tetapi juga amat
1918) dan dilanjutkan Perang Dunia II (1930- menyadari ambivalensi sejarah manusia:

17
18 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

antara optimisme dan pesimisme. Sebagai dan sesuai pula dengan karakteristik industri
sebuah aliran pemikiran, rekonstruksionisme pariwisata.
menjadi sebuah aliran pemikiran yang
berusaha merombak tata susunan lama dan 2. LANDASAN TEORI DAN
membangun tata dunia baru, modus hidup METODE PENELITIAN
kebudayaan yang bercorak modern, yang
dipandang lebih serasi dengan corak Istilah rekonstruksi berasal dari kata bahasa
kehidupan. Inggris re-construct yang berarti ‘menyusun
Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara kembali’. Bila kedua kata tersebut digabung
Timur (NTT) memiliki potensi pariwisata yang maka dapat dimaknai menjadi ‘penyusunan
sangat besar, baik dalam bidang wisata alam, kembali’ (Partanto dan al-Barry, 2001: 664).
budaya, minat khusus (Taum, 1997). Kajian- Istilah rekonstruksionisme menegaskan
kajian akademis tentang pariwisata Pulau bahwa gerakan ini juga merupakan suatu
Flores menghasilkan berbagai pandangan dan paham atau aliran tertentu.
kebijakan tentang pola dan strategi Peristiwa perang dunia merupakan
pengembangan pariwisata Pulau Flores ke peristiwa dahsyat yang menyentakkan
depan. kesadaran manusia tentang kenyataan sejarah
Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang amat pahit tentang kekejaman,
(Jokowi) memandang pariwisata Pulau Flores pembunuhan, permusuhan, penderitaan, dan
memiliki potensi yang sangat besar untuk kehancuran (Pranarka, 1987: 162). Para filsuf
dikembangkan secara lebih terkoordinasi, rekonstruksi, seperti George S. Count (1889—
terpadu, dan terarah. Melalui Peraturan 1974) dan Harold Rugg (1886—1960), ingin
Presiden (Perpres) Nomor 32 Tahun 2018 membangun masyarakat baru, masyarakat
tentang Badan Otorita Pengelolaan Kawasan pantas dan adil. Mereka bermaksud
Pariwisata Labuan Bajo, pariwisata yang merekonstruksi tatanan sosial saat ini.
meliputi seluruh kawasan Pulau Flores akan Dalam konteks filsafat pendidikan,
dikembangkan untuk menjadi salah satu rekonstruksionisme adalah aliran yang
tujuan wisata nasional. berupaya merombak tata susunan lama dan
Pulau Flores, Alor, dan Pantar membangun tata susunan hidup kebudayaan
merupakan lanjutan dari rangkaian Sunda yang bercorak modern. Rekonstruksionisme
System yang bergunung api. Flores memiliki berupaya mencari kesepakatan antarsesama
musim penghujan yang pendek dan musim manusia atau agar dapat mengatur tata
kemarau yang panjang. Daerah Pulau Flores kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan
untuk waktu yang sangat lama hanya terdiri seluruh lingkungannya. Maka, proses dan
dari lima kabupaten, yakni Kabupaten lembaga pendidikan dalam pandangan
Manggarai, Ngadha, Ende, Sikka, Flores rekonstruksionisme perlu merombak tata
Timur. Sejak era reformasi, dimulai 1999, susunan lama dan membangun tata susunan
beberapa kabupaten dimekarkan sehingga hidup kebudayaan yang baru. Untuk tujuan
muncul empat kabupaten baru, yaitu Lembata, tersebut diperlukan kerja sama antarumat
Riung, Manggarai Barat, Manggarai Timur. manusia (Jalaluddin, 2010: 119).
Rekonstruksi nilai-nilai budaya Flores Sebagai sebuah aliran,
diperlukan untuk menata ulang sebuah sistem rekonstruktivisme merupakan kelanjutan
yang dirasa kurang sesuai dengan situasi dan aliran progresivisme yang mengutamakan
tantangan yang dihadapi masyarakat modern peradaban manusia di masa depan. Dalam
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 19

konteks pendidikan, rekonstruksi bertujuan bunga.’ Nama ini semula diberikan oleh S. M.
membangun suatu konsensus tentang tujuan Cabot untuk menyebut wilayah paling timur
pokok dan utama dalam kehidupan manusia, dari Pulau Flores (Taum, 2002). Nama ini
dengan merombak kembali tata susunan kemudian dipakai secara resmi sejak tahun
pendidikan lama dan menggantinya dengan 1636 oleh Gubenur Jenderal Hindia Belanda,
tata susunan pendidikan yang sama sekali Hendrik Brouwer. Sesungguhnya nama flores
baru (Zuhairini, 1991: 29). Di samping yang sudah hidup hampir empat abad ini
menekankan perbedaan individual seperti kurang mencerminkan kekayaan flora yang
pada progresivisme, rekonstruktivisme dikandung oleh pulau ini. Oleh sebab itu,
menekankan pemecahan masalah, berpikir lewat sebuah studi yang cukup mendalam,
kritis dan sejenisnya. Aliran ini terutama terhadap berbagai mitologi yang
mempertanyakan untuk apa berpikir kritis, hidup di wilayah ini, Orinbao (1969)
memecahkan masalah, dan melakukan mengungkapkan bahwa nama asli Pulau
sesuatu. Penganut aliran ini menekankan pada Flores adalah “Nusa Nipa” (yang artinya
hasil belajar dari pada proses. pulau ular). Dari sudut antropologi, istilah ini
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem lebih bermanfaat karena mengandung
gagasan (mentifact), tindakan (sociofact), dan berbagai makna filosofis, kultural, dan ritual
hasil karya manusia (artifact) yang dijadikan masyarakat Flores (Taum, 2002).
pedoman bagi manusia untuk bersikap dan Sejarah kependudukan masyarakat
berperilaku baik sebagai individu maupun Flores menunjukkan bahwa pulau ini dihuni
berkelompok (Koentjaraningrat, 2010). oleh berbagai kelompok etnik yang hidup
Kebudayaan itu diperoleh dengan cara belajar dalam komunitas-komunitas yang hampir-
dan dimaksudkan untuk memenuhi hampir eksklusif sifatnya. Masing-masing
kebutuhan manusia. etnis menempati wilayah tertentu lengkap
Penelitian ini merupakan sebuah kajian dengan pranata sosial budaya dan ideologi
deskriptif kualitatif yang dilaksanakan melalui yang mengikat anggota masyarakatnya secara
studi lapangan (observasi, wawancara, utuh (Barlow, 1989; Taum, 1997b).
kuesioner, dan perekaman) dan studi pustaka Heterogenitas penduduk Flores terlihat dalam
(mengumpulkan berbagai informasi tertulis). sejarah asal-usul, suku, bahasa, filsafat, dan
Analisis data dilaksanakan melalui teknik pandangan dunia.
klasifikasi dan reduksi data (Miles & Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya,
Huberman, 1992). Reduksi data adalah proses ada enam sub-kelompok etnis di Flores (Keraf,
pemilihan, pemusatan perhatian, 1978; Fernandez, 1996). Keenam sub-kelompok
penyederhanaan, pengabstrakan, dan etnis itu adalah: etnis Manggarai-Riung (yang
transformasi data kasar menjadi informasi meliputi kelompok bahasa Manggarai, Pae,
yang terorganisasi, ringkas, dan sesuai dengan Mbai, Rajong, dan Mbaen). Etnis Ngadha-Lio
tema dan topik yang mengarah kepada (terdiri dari kelompok bahasa-bahasa Rangga,
pengambilan kesimpulan final. Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende dan
Lio. Kelompok etnis Mukang (meliputi bahasa
4. PEMBAHASAN Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang).
4.1 Sekilas Tentang Pulau Flores Kelompok etnis Lamaholot (meliputi
kelompok bahasa Lamaholot Barat, Lamaholot
Nama Pulau Flores berasal dari bahasa Timur, dan Lamaholot Tengah). Terakhir
Portugis, cabo de Flores yang berarti ‘tanjung
20 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

kelompok bahasa Kedang (yang digunakan di penduduk di daerah-daerah lain di Indonesia,


wilayah Pulau Lembata bagian selatan). mayoritas masyarakat Pulau Flores memeluk
Keenam kelompok etnis di Flores agama Katolik.
sesungguhnya memiliki asal-usul genealogis Meskipun kristianitas sudah dikenal
dan budaya yang sama. Fernandez (1990) sejak permulaan abad ke-16, kehidupan
mengungkapkan bahwa bahasa-bahasa di keagamaan di Pulau Flores memiliki pelbagai
Flores, termasuk bahasa Kedang, bersumber kekhasan. Bagaimanapun, hidup beragama di
pada sebuah bahasa proto yang sama, yaitu Flores–sebagaimana juga di berbagai daerah
bahasa Flores. Menurutnya, ada kekerabatan lainnya di Nusantara (lihat Muskens, 1978)–
bahasa dan budaya di kalangan orang Flores. sangat diwarnai oleh unsur-unsur kultural yaitu
Bukti lain mengenai kekerabatan ini diberikan pola tradisi asli warisan nenek-moyang. Di
oleh Fernandez (1990) tentang agama dan samping itu, unsur-unsur historis, yakni tradisi-
kepercayaan, dan Orinbao (1960) tentang tradisi luar yang masuk melalui para
mitos dan ritual asli orang Flores. misionaris turut berperan pula dalam
Kristianitas, khususnya Katolik, sudah kehidupan masyarakat. Kedua unsur ini diberi
dikenal penduduk Pulau Flores sejak abad ke- bentuk oleh sistem kebudayaan Flores
16. Sejarah menunjukkan bahwa pada tahun sehingga Vatter (1984: 38) menilai di beberapa
1556 Portugis pertama kali tiba di Solor. Pada tempat di Flores ada semacam percampuran
tahun 1561, Uskup Malaka mengirim empat yang aneh antara kristianitas dan kekafiran.
misionaris Dominikan untuk mendirikan Untuk dapat mengenal secara singkat
sebuah misi permanen di sana. Pada tahun gambaran agama-agama di Flores, Tabel 1
1566, Pastor Antonio da Cruz membangun mendeskripsikan 'wujud tertinggi' orang
sebuah benteng di Solor dan sebuah seminari Flores. Tabel itu menunjukkan bahwa orang
di dekat K ota Larantuka. Tahun 1577 saja Flores memiliki kepercayaan tradisional pada
sudah ada sekitar 50.000 orang Katolik di Dewa Matahari-Bulan-Bumi. Kepercayaan
Flores (Pinto, 2000: 33—37). Kemudian tahun yang bersifat astral dan kosmologis ini berasal
1641 terjadi migrasi besar-besaran penduduk dari pengalaman hidup mereka yang agraris,
Melayu Kristen ke Larantuka ketika Portugis yang hidup dari kebaikan langit (hujan) dan
ditaklukkan Belanda di Malaka. Sejak itulah bumi (tanaman) (Fernandez, 1990). Lahan
kebanyakan penduduk Flores mulai mengenal pertanian yang cenderung tandus membuat
kristianitas, dimulai dari Pulau Solor dan orang Flores sungguh-sungguh berharap pada
Larantuka di Flores Timur kemudian penyelenggaraan Dewa Langit dan Dewi
menyebar ke seluruh daratan Flores dan Bumi.
Timor. Dengan demikian, berbeda dari
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 21

Tabel 1
Wujud Tertinggi Orang Flores

NO KABUPATEN WUJUD TERTINGGI MA


1. Flores Timur Lera Wulan Tanah Ekan Matahari-Bulan-Bumi
KN
2. Lembata Lera Wulan Tanah Ekan Matahari-Bulan-Bumi
A
3. Sikka Ina Niang Tana Wawa// Ama Bumi-Matahari-Bulan
Lero Wulang Reta Wula
4. Ende/Lio Leja Tana Watu Deva Bulan-Matahari-Bumi
5. Ngadha zeta-Nitu zale Langit-Bumi
6. Manggarai Mori Kraeng, bergelar: Tana wa Tanah di bawah, langit di
awang eta//Ine wa ema eta atas

(Diolah dari berbagai sumber oleh Taum, 2002)

Selain itu, hampir semua etnis antara alam manusia dengan alam ilahi. Tabel
masyarakat Flores memiliki tempat-tempat 2 menunjukkan altar tempat upacara ritual
pemujaan tertentu, lengkap dengan altar orang Flores.
pemujaannya yang melambangkan hubungan

Tabel 2
Altar/Tempat Pemujaan Orang Flores

NO KABUPATEN NAMA TEMPAT KETERANGAN


1. Flores Timur Nuba Nara 1 Menhir dan Dolmen
2. Lembata Nuba Nara Menhir dan Dolmen
3. Sikka Ende/Lio Watu Make Menhir dan Dolmen
4. Ngadha Manggarai Watu Boo Dolmen
Vatu Leva - Vatu Meze Menhir dan Dolmen
Compang – Lodok Menhir
(Diolah dari berbagai sumber oleh Taum, 2002)

Altar yang disebutkan dalam Tabel 2 di Pariwisata merupakan kegiatan dan


atas merupakan tempat dilaksanakannya industri yang tidak mengenal batas ruang dan
persembahan hewan korban dalam upacara wilayah. Pengembangan pariwisata harus
ritual formal, misalnya: upacara panen, diarahkan secara terpadu lintas wilayah
pembabatan hutan, pendirian rumah, untuk membangun daya tarik kolektif yang
perkawinan adat, dan sebagainya. Upacara kuat sebagai suatu destinasi yang kompetitif
ritual itu sendiri menduduki posisi penting dalam skala nasional, regional bahkan
sebagai sarana pembentukan kohesi sosial dan internasional. Tabel 3 berikut ini
legitimasi status sosial. Ritus persembahan di memperlihatkan pemetaan tata ruang
altar tradisional itu memengaruhi berbagai kawasan strategis Flores yang dibuat oleh
struktur dan proses sosial di Flores2. Tim Konsorsium dan pemetaan menurut
22 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo


(disingkat BOP-LB).

Tabel 3
Perbandingan Struktur Tata Ruang Kawasan Strategis Flores

No Tim Konsorsium BOP-LB Keterangan


1 Lembata dan Kepulauan Larantuka dan Sekitarnya Tidak ada perubahan
di sekitarnya
2 Teluk Maumere Maumere-Sikka Tidak ada perubahan
dan Sekitarnya
3 Moni Ende-Kelimutu dan Dua klaster digabung
4 Ende dan Sekitarnya Sekitarnya menjadi satu klaster

5 Riung Bajawa dan Sekitarnya Dua klaster


digabung menjadi
6 Bajawa dan Sekitarnya
satu klaster
7 Komodo Komodo dan Sekitarnya Satu klaster
Labuan Bajo dan Sekitarnya dipecah
menjadi tiga klaster
Ruteng dan Sekitarnya

Perubahan tata ruang yang sangat mencolok Lamaholot. Dalam kesatuan ini menyebar
terjadi pada klaster Komodo di Manggarai, begitu banyak suku dan kelompok etnis
yang kini menjadi tiga klaster, yakni Komodo yang masing-masing mempunyai sejarah dan
dan sekitarnya, Labuan Bajo dan sekitarnya, adat istiadat yang unik dan spesifik.
dan Ruteng dan sekitarnya. Pembagian ini Masyarakat Kabupaten Flores Timur dahulu
dibuat dengan pertimbangan wilayah ini telah kala telah mendapat pengaruh dari luar seperti
menjadi ikon baru pariwisata Flores, terutama Sriwijaya, Majapahit, Cina, Arab, Belanda,
dengan tercatatnya komodo sebagai binatang Jepang serta dari berbagai daerah lainnya di
langka. Mengingat keterbatasan tempat, Nusantara. Sementara itu, Portugis secara
dalam tulisan ini, ketiga klaster ini tidak khusus mempunyai pengaruh yang begitu
dimasukkan. mengakar sehingga Larantuka disebut sebagai
“Kota Reinha.”
4.2 Larantuka dan Sekitarnya Dari sudut rekonstruksi nilai budaya,
kawasan Larantuka dan sekitarnya sangat
Larantuka dan sekitarnya mencakup dua kaya akan jejak-jejak kepurbakalaan, sejarah
wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Flores kebudayaan dan kesenian. Kawasan
Timur yang mencakup wilayah ujung timur Larantuka dan sekitarnya menyimpan dua
Pulau Flores, Pulau Solor, dan Pulau Adonara objek wisata unggulan, yaitu 1) wisata religi
dan Kabupaten Lembata yang mencakup dan sejarah, dan 2) wisata budaya dan adat
kawasan Pulau Lembata. istiadat.
Kedua wilayah ini dikenal sebagai Pada abad ke XV para pedagang
wilayah kesatuan adat-istiadat dan budaya Portugis datang ke Solor dan Larantuka. Rute
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 23

ekspedisi pedagang Portugis adalah Sumatra, pastor paroki Lewoana saat itu. Gangguan
Jawa, Nusa Tenggara kemudian terus ke keamanan juga datang dari kompeni Belanda
Maluku. Mereka mampir ke Flores untuk dengan menyerang Benteng Lohayong dan
mengisi air, membeli makanan, dan kayu memblokirnya selama 3 bulan dan
cendana yang sangat laris dalam perdagangan menembakinya dengan meriam dari laut.
dengan Cina. Bersamaan dengan ekspedisi Jatuhnya benteng mengakibatkan banyak
dagang tersebut, agama Katolik mulai orang Portugis pergi menuju Malaka.
diperkenalkan. Pada tahun 1529, oleh Sri Paus, Sedangkan P. Agustinho de Magdalena dan
wilayah Solor dan Timor diserahkan kepada Kapitan Fransiskus Fernandez beserta
para misionaris Portugis sebagai daerah misi. beberapa pengikut setia dan orang-orang
Agama Katolik berkembang dengan Portugis hitam (indo) menuju Larantuka. P.
baik. Oleh sebab itu pada tahun 1561, Uskup Agustinho de Magdalena memilih sebuah
Malaka mengirim beberapa orang misionaris tempat yang bagus dan strategis untuk
di antaranya P. Antonio da Cruz, OP, P. Simao pertahanan keamanan, yakni San Dominggo
da Chagas, OP, dan Bruder Alexio, OP, untuk (sekarang menjadi istana Uskup Dioses
mendirikan misi Katolik pertama yaitu Misi Larantuka).
Solor yang berpusat di Desa Lohayong. Demi Setelah menguasai benteng Lohayong,
keamanan, atas prakarsa Pater Antonio da Belanda sering mengancam Larantuka. Di
Cruz, OP dibangun sebuah benteng dengan antaranya adalah penyerangan bersejarah
nama Fort Henriques di pusat misi, di Desa pada tahun 1621 dan 1641. Pada tanggal 16
Lohayong pada tahun 1556. Kini benteng ini Mei 1621, empat buah kapal Belanda diikuti 17
tidak terawat dan dihuni penduduk setempat. buah perahu pribumi non-Katolik melakukan
penembakan terhadap Larantuka selama 2
a. Larantuka, Sejarah Sebuah Kota jam, sehingga penduduk melarikan diri ke
Reinha hutan. P. Luis de Andrada sebagai pastor
paroki, memikul tanggung jawab besar untuk
Agama Katolik berkembang dengan baik di menyelamatkan Larantuka sebagai pusat misi
Flores dan Solor. Jumlah orang pribumi yang Katolik saat itu. Akhirnya pasukan Belanda
memeluk agama Katolik bertambah secara dapat ditumpas. Serangan Belanda tersebut
signifikan. Pada tahun 1559, laporan Pater dimengerti oleh orang Katolik Larantuka dan
Baltazar Diaz menyebutkan bahwa ada sekitarnya sebagai upaya untuk
seorang saudagar yang mempermandikan ± menghancurkan agamanya.
200 orang di sebuah pulau besar ± 16 km dari Pada tanggal 20 Januari 1641 terjadi
Solor, lalu membawa seorang bangsawan penyerangan yang berasal dari jatuhnya
pribumi ke Malaka untuk dididik kemudian Malaka ke tangan Belanda yang
dipermandikan agar merasul. mengakibatkan Portugis mulai terdesak. Raja
Pada masa itu ada persaingan dagang Tella, seorang raja yang diangkat oleh Sultan
antara Portugis dan Jawa yang juga Makasar menganggap telah tiba saatnya untuk
membahayakan bagi keamanan misi. Hal itu merebut kepulauan Solor yang menjadi
ditunjukkan dengan terbunuhnya orang- wilayah Kerajaan Larantuka yang pada saat itu
orang Katolik yang kemudian disebut martir. telah pula memiliki pengaruh. Raja Tella tiba
Mereka yang menjadi martir saat itu adalah P. di Larantuka dengan sebuah armada yang
Antonio Pestana, P. Simao de Monthanas, P. terdiri dari 150 buah perahu dan ± 6000
Simao da Chagas dan P. F. Calassa yang adalah prajurit. Raja Tella menuntut P. Antonio de S.
24 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

Jacinto dan Kapitan Fransikus Fernandez berkepala emas kepada Bunda Maria Reinha
untuk berunding. Oleh sebab tuntutan ditolak, Rosari. Pandangannya tentang tampuk
maka Raja Tello marah dan memusnahkan kekuasaan adalah Raja Larantuka yang
kota Larantuka dengan pedang dan api. sesunguhnya adalah Maria Reinha Rosari dan
Penduduk melarikan diri ke hutan dan raja adalah wakilnya di dunia.
menyaksikan kehancuran kotanya. Dengan Ketika Don Lorenso II yang bernama asli
semangat dan kemarahan yang berkobar- Raja Usi Nenno naik tahta pada tahun 1882,
kobar mereka menyerang balik dan memukul beliau mengadakan kembali upacara
mundur musuh. Raja Tello dan pengikutnya penyerahan tongkat kerajaan berkepala emas
lari ke Timor. Sebanyak 300 orang prajuritnya seperti yang telah dilakukan leluhurnya, Raja
tewas. Dari peristiwa ini pula akhirnya Don Fransisco Ola Ado Bala. Maka sejak itu
keselamatan Larantuka diserahkan kepada Larantuka secara resmi mendapat gelar “Kota
perlindungan Bunda Maria Reinha Rosari. Reinha.”
Peristiwa itu ditandai dengan pemberian
tongkat kerajaan Larantuka kepada Bunda b. Benteng Lohayong/Fort Henriques
Maria Reinha Rosari.
Jatuhnya Malaka pada tanggal 14 Januari Tempat ini merupakan tempat wisata sejarah.
1641 menyebabkan pula terjadinya Pada abad ke XV para pedagang Portugis
pengungsian orang Portugis secara besar- bersama beberapa misionaris, pertama kali
besaran. Sebuah rombongan pengungsi mengunjungi Pulau Solor dan menyinggahi
berlayar menuju Larantuka di bawa pimpinan Larantuka. Bersamaan dengan ekspedisi
P. Lukas da Cruz, OP. Pada tahun 1665 dagang tersebut mereka mulai
mengungsi pula orang-orang Portugis dari memperkenalkan agama Katolik hingga
Makasar menuju Larantuka dipimpin Vikjen kemudian berdirilah misi Katolik pertama
Antonio Fransisco Vieyra de Figuiredo yang yaitu Misi Solor yang berpusat di Desa
merupakan seorang hakim tinggi dan Lohayong. Oleh sebab gangguan keamanan,
pedagang kaya. Yang menjadi pertanyaan maka atas prakarsa Pater Antonio da Cruz, OP
adalah; mengapa justru Larantuka yang didirikan benteng di pusat Misi Solor di
dipilih sebagai tempat pengungsian bukannya Lohayong, yang bernama Fort Henriques, yang
ke Macao Goa, Maluku, atau Timor? Apakah selesai dibangun pada tahun 1556.
karena kota Larantuka sampai pada saat itu Kondisi bangunan benteng saat ini
tidak pernah tunduk kepada pemerintah sudah mengalami kerusakan akibat gempa
kolonial Belanda? Apakah karena Larantuka bumi pada tahun 1992. Namun, sejarah
telah berkembang menjadi pusat perdagangan keberadaan benteng masih dapat dilihat
yang makin penting artinya sebagai tumpuan melalui sisa-sisa bangunan yang ada, juga
Portugis? Ataukah karena ada keyakinan akan beberapa buah meriam. Tepat di tengah
perlindungan Reinha Rosari? benteng terdapat sebuah bangunan berbentuk
Sejarah Gereja Katolik Indonesia mazbah, yang oleh masyarakat setempat
menyimpulkan bahwa Raja Ola Ado Bala raja disebut “senuduk” yang berarti ‘sebagai tempat
ke-10 merupakan Raja Larantuka I yang persembunyian’. Ketinggian benteng ±10 m di
dipermandikan secara Katolik dengan nama atas permukaan laut, panjang 72 m dan lebar 45
Don Fransisco Ola Ado Bala DVG. Raja ini m, dapat dicapai dari Larantuka dengan motor
jugalah menjadi tokoh yang mengadakan laut langsung ke Desa Lohayong selama 1,5
upacara penyerahan “Tongkat Kerajaan” jam perjalanan.
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 25

c. Semana Santa seperti itu tak lagi dilakukan. Yang ada hanya
lamentasi dengan pelataran sunyi senyap,
Semana santa adalah istilah orang Larantuka tenang, jauh dari hingar-bingar. Larantuka
mengenai puasa 40 hari dalam pekan-pekan menjadi “kota berkabung”, konsentrasi pada
suci. Doa bersama semana santa biasa dilakukan kesucian batin dan kebersihan hidup. Jalan-
pada Hari Rabu Abu (permulan masa puasa) jalan yang akan menjadi rute prosesi mulai
sampai dengan Hari Rabu Trewa. Pada Hari ditata, mempersiapkan bahan untuk
Rabu Abu, umat menerima abu di gereja, “turo”/armida/perhentian.
tanda dimulainya masa puasa. Sore harinya
dilakukan doa bersama yang disebut sinja di e. Hari Kamis Putih
kapela atau Tori-tori. Tori adalah tempat doa
suku di kampung tempat disimpan patung- Larantuka masih diliputi keheningan. Di jalan-
patung pusaka. Dewasa ini hanya dilakukan di jalan raya dilakukan tikan turo (menanam
Kapela Tuan Maria yang diatur menurut adat tiang-tiang lilin). Tugas ini dilakukan oleh
dan tradisi di mana setiap suku mendapat para merdomu sesuai “promesanya”
gilirannya. Suku-suku itu antara lain: suku (nasarnya). Siang hari upacara muda tuan,
Kabelen, Kabu-Laveri, Diaz Aliandu, upacara pembukaan peti yang selama satu
Amamaran, Ama Kelen-Vlanterang de Rosari, tahun ditutup, oleh petugas konferia yang telah
Diaz Pohon Asam, Ama Hurint (Lamuri), dan diangkat melalui sumpah. Arca Mater Dolorosa
suku Lawerang. dibersihkan dan dimandikan lalu dihiasi.
Setelah itu, kesempatan diberikan kepada
d. Hari Rabu Trewa umat untuk menyembah, bersujud, melakukan
promesa (intensi-intensi khusus), mohon berkat
Hari ini merupakan hari penutup semana santa dan rahmat, kiranya permintaan dikabulkan
yang merupakan giliran Kapitan Jentera oleh Tuhan Yesus melalui perantaraan Bunda
Kampung Larantuka. Doa semana santa Maria “Per Mariam ad Yesum.”
dihantar oleh ma-ma muji (ibu-ibu penyanyi) Pintu Kapela Tuan Ana dan Tuan Ma
yang biasanya dalam bahasa Latin atau baru dibuka pada sore hari. Sesuai tradisi,
Portugis. Kegiatan yang dilakukan pada masa- Bapak Raja keturunan Diaz Viera de Godinho
masa persiapan pekan suci ialah: Dominggo Ramu yang membuka pintu kapela. Malam hari, di
(Minggu Palma) dan Rabu Trewa. Pada Rabu Gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka
Trewa pagi diadakan doa di Kapela Maria di diadakan Ekaristi pembasuhan kaki yang
mana upacara diatur oleh suku-suku dengan dilanjutkan dengan adorasi umum, doa
tugas yang sudah baku dan mentradisi. bergilir di depan Sakramen Maha Kudus,
Sore hari diadakan lamentasi (ratapan berikut mencium Tuan Ma di Kapela Tuan Ma
Nabi Yeremia) di gereja katedral. Lamentasi dan mencium Tuan Ana di Kapela Tuan Ana.
diakukan menurut ritus Romawi zaman dulu. Malam “Cium Tuan” yang hening dan sakral.
Pada masa lalu, setelah lamentasi ditimbulkan Pada masa ini disiapkan secara sukarela empat
semacam kegaduhan/kegemparan dengan orang melakukan promesa lakademu. Tugas
membunyikan tong-tong besi juga dinding lakademu (Nikodemus) hanya dari gereja
rumah rakyat sambil berteriak “trewa...trewa” sampai kembali ke gereja untuk menandu
sebagai pertanda mengusir roh jahat. Perahu- Tuan Ana selama prosesi. Ketika di gereja
perahu di tepi pantai atau di laut pun dilempari sedang diadakan upacara lamentasi, para
dengan batu. Namun, dewasa ini kegiatan lakademu melaksanakan jalan kure yaitu: jalan
26 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

bergandengan tangan sepanjang rute prosesi Prosesi laut melawan arus ini berakhir di
nanti dan berhenti di setiap armida, Pantai Kuce, disambut di sana oleh umat, lalu
maksudnya untuk meneliti keamanan jalan diarak ke armida Tuan Meninu di Kampung
dan keadaan sekitar armida. Pohon Sirih. Pada malam hari Tuan Ma dan
Tuan Ana diarak keliling Kota Larantuka.
f. Prosesi Jumat Agung Sepanjang prosesi ini terdapat delapan
armida/perhentian. Letak armada tersebut
Pada akhir abad ke XVI, Misi Solor, sudah berturut-turut sebagai berikut. (1) di batas
banyak stasi/paroki yang bertumbuh. Padri- Desa Lohayong dan Kampung Pohon Sirih,
padri Dominikan tentu sudah mengatur (2) di batas Kampung Pohon Sirih dan
prosesi Jumat Agung, walaupun dengan Kampung Balela, (3) di Kapela St. Philipus-
sederhana. Pada pekan suci 1599, tercatat Balela (4) di armida Larantuka yang
prosesi suci secara hikmat penuh tobat syukur. berlindung Amu Tuan Trewa (Tuan
Ritus ini terjadi setelah tahun pemberontakan Terbelenggu) (5) di depan Kapela Tuan Ma
begitu menggelora, malapetaka, musibah demi (6) di Kapela Benteng Daud/Pohon Sirih, (7)
musibah, yang menurut Kitab Suci Perjanjian di armida Kuce, di depan Istana Raja, dan (8) di
Lama adalah akibat murka Tuhan. depan Kapela Tuan Ana/Patung Pieta. Dari
Kemenangan dalam periode ini dihayati armida kedelapan ini, prosesi berarak kembali
sebagai berkat dan rahmat Tuhan. Oleh sebab menuju gereja katedral sebagai akhir dan pusat
itu, devosi prosesi Jumat Agung digelar begitu dari prosesi Jumat Agung.
sakral, sebagai simbol upaya perbaikan hidup Prosesi Jumat Agung, sebuah perarakan
secara moral. Orang Larantuka menyebutnya yang begitu semarak dan sakral. Sejak
dengan sesa pera. perarakan keluar dari gereja, ana muji
Prosesi Jumat Agung merupakan melagukan “popule meus....”. Keluhan Allah
perarakan menghantar jenazah Yesus Kristus atas rahmat dan kebaikan-Nya yang disia-
yang bermakna Yesus adalah inti, sedangkan siakan umat-Nya. Sementara putri-putri
Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda Yerusalem meratapi penderitaan dan
yang bersedih, Bunda yang Berduka Cita kesengsaraan Kristus dalam alunan Ejus
(Mater Dolorosa). Dalam pelaksanaannya, Domine. Di setiap armida, dalam keheningan
perjalanan prosesi mengelilingi kota Larantuka ketika semua doa dan lagu dihentikan
terdapat 8 perhentian pada 8 armida (lambang 8 berkumandanglah ratapan Kristus yang
suku yang berfungsi). memilukan, “O Vos Omnes est Dolor Sicut Dolor
Pada hari Jumat siang sekitar pukul Meus....”, “Wahai kalian yang melintas di jalan
14.00, ritus tuan meninu digelar dari kota. ini adakah deritamu sehebat deritaku.” Lagu
Setelah berdoa di kapela, patung Tuan Meninu yang pilu ini dinyanyikan oleh seorang
diarak lewat laut dengan acara yang lebih perempuan berkerudung biru, sembari secara
semarak dan sakral. Arakan itu terdiri dari perlahan-lahan membuka gulungan
beberapa lapis, intinya adalah perahu berlukiskan “Ecce Homo” atau wajah Yesus
tradisional dari Lamalera, serta rombongan bermahkotakan duri dan berlumur darah.
perahu-perahu motor lainnya. Adanya Momentum ini kembali mengingatkan
perahu-perahu tradisonal Lamalera adalah Veronika mengusap wajah Yesus ketika dalam
simbol bahwa dahulu kala sebagai kerajaan perjalanan berdarah menuju bukit tengkorak.
Bunda Maria, yang menjadi pengawal utama Kemudian disusul lagu Sinyor Deo
kerajaan adalah para nelayan Lamalera.
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 27

Missericordia yang begitu agung oleh barisan Dengan demikian, berakhirlah prosesi suci
confreria. sepanjang semana santa dengan prosesi Jumat
Agung sebagai mahkotanya. Sebagai budaya
g. Hari Sabtu Santo sakral warisan Portugis, ritus suci ini juga
digelar di Konga dan Wureh.
Sejak selesai prosesi Jumat Agung pada dini
hari Sabtu umat mengunjungi Tuan Ma dan i. Makam Suci Mgr. Gabriel Manek, SVD
Tuan Ana di Gereja Katedral Larantuka. Pada
pagi hari kesempatan ini ditutup, para irmau Di kapel induk biara pusat Putri Reinha Rosari
dan pesadu conferia berkumpul di gereja untuk (PRR) di Lebao, Larantuka, ada sebuah makam
mengarak kembali Tuan Ma dan Tuan Ana yang kini menjadi tempat ziarah rohani
menuju kapela masing-masing. Perarakan banyak orang untuk meminta doa dan
bergerak pertama menuju Kapela Tuan Ana di kesembuhan. Makam yang tertata di dalam
mana Tumba Tuan Ana dan seluruh ornamento sebuah gedung mirip kapela itu adalah makam
sengsara (persisan kecil) disemayamkan Mgr. Gabriel Manek, SVD, pendiri kongregasi
kembali di dalam Kapela Tuan Ana. PRR.
Sementara itu sebagian umat terus Mgr. Gabriel Manek, SVD meninggal
mengarak Tumba Tuan Ma ke Kapela dunia tanggal 30 November 1989 di RS Sint
Pantekebis. Di kapela ini arca keramat Tuan Ma John, Lakewood, Denver, Amerika Serikat
disemayamkan kembali oleh para pesadu (AS) dan dimakamkan di Techny (AS) tanggal
conferia untuk setahun penuh. Upacara ini 5 Desember 1989. Ketika jenazah Mgr. Gabriel
disebut kesumi Tuan. Juga disimpan ornamen Manek digali dan diangkat atas permintaan
lainnya untuk dibuka di tahun mendatang. para suster PRR, terjadi sebuah mukjizat.
Sebagai puncak, Sabtu petang digelar Misa Jenazah dan peti mati yang sudah terkubur
Agung Paskah peristiwa kebangkitan Kristus selama 17 tahun itu masih utuh meskipun
Penyelamat Dunia. tidak diawetkan. Jenazah ini kemudian
ditempatkan di kapel pusat biara PRR di
h. Hari Minggu Paskah Larantuka.

Pada hari Minggu Paskah, pagi harinya j. Perburuan Ikan Paus


dilaksanakan upacara ekaristi Paskah di gereja.
Sedangkan sore harinya, umat bersama irmau Di Pulau Lembata, wisata budaya mencakup
dan pesadu confreria menghantar patung Maria berbagai perkampungan tradisional beserta
Alleluia dari Kapela Pantekebis ke gereja ritus-ritusnya. Terdapat empat objek wisata
katedral untuk disemayamkan selama upacara budaya yang dikemukakan Tim Konsorsium
Ekaristi. sebagai pelopor pariwisata Lembata, yakni:
Selesai misa, para irmau dan pesadu perkampungan Ile Ape, Waienga, Tapolango,
confreria bersama sebagian umat mengarak dan Lamalera. Masing-masing perkampungan
kembali Patung Maria Alleluia ke Kapela tradisional itu menyajikan tradisi, ritual, dan
Pantekebis untuk kemudian dibuka kembali jejak kepurbakalaan yang menarik.
tahun mendatang. Setelah penakhtaan Patung Kampung nelayan Lamalera memiliki
Maria Alleluia, dilakukan acara serah terima salah satu objek wisata unggulan yaitu
punto dama dari mordomu pintu Tuan Ma dan perburuan ikan paus. Kampung itu juga
Tuan Ana, yang lama kepada yang baru. menyajikan kampung tradisional dengan
28 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

rumah adat yang digunakan untuk Di Larantuka dan sekitarnya yang


menyimpan paledang atau perahu untuk didominasi kebudayaan Lamaholot, tenun ikat
berburu ikan paus. Paledang merupakan mempunyai nilai tinggi. Kegiatan menenun
kehormatan suku dan terus dijaga oleh rutin dilakukan kaum perempuan turun-
anggota suku. Lamalera juga merupakan salah temurun. Biasanya perempuan Lembata
satu suku nelayan di dunia yang sampai kini menenun saat musim kemarau. Pasalnya,
masih menjalankan ritual perburuan ikan proses pembuatan kain tenun memerlukan
paus. Perburuan ikan paus dilakukan di pengeringan alami dari sinar matahari agar
Lamalera dan Lamakera. Di Lamalera hasil akhirnya lebih maksimal. Kain tentun
perburuan itu dilakukan dengan ikat Lamaholot memiliki warna khas merah
menggunakan perahu adat, dilakukan antara marun. Motif gambar pada kain tenun ikat ini
bulan Mei sampai September. Perburuan ikan menyerupai bentuk belah ketupat. Jika proses
paus di Lamalera terikat pada aturan-aturan pembuatan tenun ikat menggunakan benang
yang sangat ketat. Jika melanggar aturan, yang dijual di toko, hanya membutuhkan
akibatnya akan mendapat kecelakaan. Hal waktu satu minggu. Pembuatan tenun adat
yang bisa terjadi adalah ketegangan antarsuku dari awal, dari membuat benang hingga kain
karena pembagian hasil tangkapan yang utuh, butuh waktu maksimal 15 tahun.
dianggap tidak adil. Di Lamakera perburuan Pewarna kain adat dibuat dari akar mengkudu,
ikan paus dilakukan dengan menggunakan sehingga warna aslinya pun berasal dari akar
perahu nelayan biasa yang sudah bermesin. mengkudu. Akar direndam dua hari, lalu
dijemur. Oleh sebab itu, saat musim hujan
k. Kampung Adat dan Tenun Ikat proses pembuatan benang tenun tidak bisa
dilakukan sebab warna tidak menempel, tidak
Di kampung ini terdapat rumah tradisional. bertahan lama. Pembuatan kain tenun adat
Terdapat nuba (kuburan batu) tempat untuk Lamaholot dari akar mengkudu
menyembah roh nenek moyang. Terdapat membutuhkan waktu belasan tahun. Kegiatan
pembuatan makanan tradisional jagung titi, menenun benang dari akar mengkudu sudah
tenun ikat dan tarian-tarian tradisional yang termasuk di dalamnya, dan biasanya
disuguhkan kepada para wisatawan. membutuhkan waktu satu bulan. Lain lagi
Kampung Ile Ape mempunyai 77 rumah untuk proses pembuatan tenun dari benang
adat, barang antik seperti gading yang telah toko.
berumur ratusan tahun, anting-anting, guci,
piring dari dinasti Ming, Moko dan alat 4.3 Maumere-Sikka dan Sekitarnya
perang. Terdapat dua makam manusia purba
yang dipercaya masyarakat dapat memberi Maumere sebagai ibu kota Kabupaten Sikka
berkah baik untuk panen yang baik maupun terletak di pantai utara berhadapan dengan
untuk keselamatan dan kesehatan. Terdapat Laut Flores. Pada zaman dahulu Maumere
korke atau rumah panggung, tempat disebut dengan Sikka Alok atau Sikka Kesik.
perjamuan khusus suku-suku. Perkembangan Maumere mulai terasa sejak
Festival/upacara kacang diselenggarakan oleh kedatangan Belanda ke tempat itu. Selain
orang Ile Ape yang dilakukan sebagai Belanda dan Jepang, Maumere juga disinggahi
ungkapan rasa syukur atas panen yang baik. para pedagang dari berbagai daerah seperti
Suguhan utama pada saat festival adalah Cina, India, Malaka, Jawa, Makasar, dan lain
kacang serta arak/tuak. sebagainya. Hasil kontak dengan dunia masih
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 29

membekas sampai sekarang seperti berbagai disembah oleh masyarakat sekitar. Menurut
peninggalan barang dagangan dari masa lalu. Antonio Pinto da Franca, raja Sikka diangkat
Selain itu, bangsa yang singgah dan dan diumumkan dalam bahasa Portugis.
memberi pengaruh kuat pada budaya Sikka Sebelum kedatangan bangsa Portugis,
adalah bangsa Portugis. Pengaruh itu begitu Belanda, dan Jepang, Sikka sudah mempunyai
kuat karena Raja Sikka, Moa’ng Alesu, telah sistem pemerintahan lokal. Pada masa
terpengaruh oleh Portugis sewaktu beliau pemerintahan Mbegu-Paga (dua nama
mengunjungi Malaka. Pengaruh Portugis itu pemimpin awal), sudah dikenal sistem
terutama pada bidang agama dan pemerintahan yang disebut Ria Bewa Resi
pemerintahannya (misalnya mahkota Raja Langga dengan baitan-nya: ria sai ai meti, bewa
Sikka). Setelah Moa’ng Alesu menjadi Katolik sai watu dusu, yang secara bebas dapat
rakyat Sikka pun dibaptis menjadi Katolik diartikan sebagai “Yang besar dan berkuasa sejak
(agama raja adalah agama rakyat). tanah dan batu ada di perut bumi.” Mbegu
Sikka, sebuah kampung yang terletak di bertugas menangani urusan dalam, sedangkan
sebelah selatan (berhadapan dengan Laut Paga adiknya turun di Puu Boro (yang
Sawu) kota Maumere. Di tempat ini terlihat kemudian diubah jadi Paga) untuk urusan
pengaruh kuat bangsa Portugis dalam agama keluar dengan para penantang. Kehadiran
(Katolik), kerajaan Sikka masa lalu, dan nama orang Portugis (de Hornay dan da Costa)
(yang kemudian diturunkan terus kepada anak memberi pengaruh pada masyarakat Paga-
cucu sebagai nama marga/fam seperti da Mbegu dalam hal keagamaan dan
Silva, da Cunha, Parera, dan sebagainya). pemerintahan. De Hornay kemudian ke
Pengaruh dalam agama masih terlihat dalam Larantuka sementara da Costa terus ke Sikka
upacara Minggu Paskah setiap tahun. Mereka dan Paga. De Hornay (de Hornay) kemudian
telah mewarisi ke-katolik-an dari nenek dikenal sebagai sebuah klan di Larantuka dan
moyang mereka sejak abad ke-16. Misionaris da Costa di Paga. Da Costa merupakan
Dominikan asal Portugis mempunyai penyebar agama Katolik dan penguasa utusan
pengaruh yang besar di Sikka dan di tempat ini Portugis di Paga dan diangkat menjadi “Raja
pula tertanam devosi keagaman yang kuat. Muda dari Paga.”
Dekat pesisir pantai di Sikka, tidak Walaupun Sikka sudah mempunyai
seberapa jauh dari kompleks gereja, didirikan pemerintahan lokal, gelar resmi raja baru
sebuah bangunan dari kayu yang baru untuk digunakan pada masa Mo’ang Alessu atau
mengenang istana raja Sikka. Di dalamnya dengan gelar Raja Mo’ang Ratu Don Alexius
tertera silsilah berdasarkan aturan tradisi dan Alessu Ximenes da Silva. Gelar ini
juga nama-nama Portugis. Kehadiran raja diperolehnya setelah perjalanannya, “Mencari
dipresentasikan dengan sebuah lukisan. dunia tanpa kematian,” (Niang loguk ganu ular,
Sebelum masuk pada istana ini, kita dapat tanah kokah ganu ko’at) ke Tana Bara Malaka,
melihat dua meriam Portugis pada pintu pada tahun 1607 (sesuai dengan angka yang
bangunan itu. Dalam gereja setempat terdapat tertera pada mahkota kerajaan). Raja inilah
sebuah patung Yesus yang disimpan dalam yang meletakkan dasar pemerintahan secara
peti yang disembah dalam devosi. Masyarakat permanen sekaligus sebagai yang pertama
setempat percaya bahwa patung itu berasal membangun bumi Sikka sebagai “bumi
dari Malaka tahun 1641. Dalam rumah Dona Katolik.” Kutipan tentang “Agama Raja adalah
Felicia da Silva, saudari raja Sikka, terdapat agama rakyat” yang dilakukan Portugis –
sebuah patung kanak-kanak Yesus yang biasa berdasarkan hak patronus dari Paus – ke
30 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

seluruh dunia, dilakukan sangat berhasil oleh indah. Maumere menjadi tempat menyelam
Raja Alessu di Sikka. Raja Alessu dalam paling baik di pulau Flores, surga bagi para
pemerintahannya didukung oleh Mo’ang penyelam, fotografer bawah laut, dan
Puluh (sebagai dewan pleno dan penguasa menyimpan kekayaan biota laut yang sangat
hoak-hewer-nya), “Dewan Kapitan” sebagai menarik. Museum Ledalero banyak
Menteri Kerajaan dan para tua adat yang menyimpan berbagai peninggalan sejarah dari
bergelar mangung lajar sebagai pendukung berbagai daerah di kawasan Flores pada
wilayahnya. Pada tahun 1859, hak serta umumnya dan Maumere pada khususnya.
kekuasaan Portugis atas Hindia Timur Objek wisata unggulan terdapat di
dialihkan seluruhnya kepada Belanda. Pada 10 perairan dan pulau-pulau di Teluk Maumere.
Juni 1893, berdasarkan perjanjian Lisabon Di sepanjang pantai kabupaten ini, terdapat
ditetapkan bahwa Portugis hanya berkuasa banyak pantai berpanorama indah dan taman
atas Timor-Timur (Dili). Akhirnya Sikka lepas laut yang konon adalah taman laut terindah di
dari Portugis. Pada zaman Belanda dunia. Ada 17 pulau yang masuk dalam
(diterapkan sistem devide et impera), Kerajaan kawasan Kabupaten Sikka juga menampilkan
Sikka (1507—1945) dipecah dan ditambah dua panorama alam yang sungguh indah. Khusus
kerajaan lagi yaitu Kerajaan Nita dengan Raja di Pulau Palu’e terdapat Gunung Rokatenda
Fransiscus Mo’ang Digung da Silva (12 yang masih aktif dan perkampungan nelayan.
September 1885—14 November 1925) dan Pekerjaan sebagai nelayan masih dikerjakan
Kerajaan Kangae dengan Raja Mo’ang Nai Juje secara tradisional (juga merupakan cara
(8 Desember 1902—14 November 1925). bernelayan Flores pada umumnya). Objek
Wilayah-wilayah bekas kerajaan itu, oleh UU wisata unggulan terdiri dari objek wisata
No.69/1958 berkembang menjadi Daerah pantai, kampung tradisional, pusat misi agama
Swatantra Tingkat II Sikka dan akhirnya Katolik dan peninggalan sejarah yang masih
menjadi Kabupaten Sikka. Pada tahun 1950 disimpan masyarakat maupun museum.
Negara Indonesia Timur dibubarkan dan Kabupaten Sikka memang unggul dengan
menjadi NKRI sehingga Flores masuk dalam wisata bahari. Panorama indah tersebut tentu
wilayah Propinsi Sunda Kecil yang sejak 1954 saja dapat memikat banyak turis. Fasilitas
menjadi Propinsi Nusa Tenggara. Pada tahun perhotelan, tour and travel tentu saja perlu
1958 Propinsi Nusa Tenggara mekar menjadi 3 ditingkatkan dan diperbanyak.
provinsi dan Flores masuk dalam wilayah Kabupaten Sikka mempunyai daya tarik
NTT. Pada tahun 1960 sistem pemerintahan wisata yang cukup banyak dan beragam. Daya
Swapraja berubah menjadi Kabupaten Daerah tarik wisata yang ada berupa tarian,
Tingkat II dan Sikka menjadi Kabupaten pembuatan kerajinan, upacara adat, dan
Daerah Tingkat II Sikka. dailylife. Seiring dengan kemajuan zaman
Maumere merupakan sebuah kota banyak kampung-kampung adat telah
pelabuhan yang berada di pantai utara Pulau berubah menjadi kampung modern, dan
Flores dan merupakan sebuah tempat transit bersamaan dengan itu pula upacara-upacara
yang baik menuju Ende dan Larantuka. adat dan tarian-tarian adat pun ikut hilang.
Memiliki jalur transportasi laut dan udara Peninggalan-peninggalan kerajaan pada masa
yang lancar untuk ke Kupang, Makasar, dan lampau (seperti Kerajaan Nita) juga memiliki
Denpasar. Transportasi darat juga sudah daya tarik tersendiri. Daya tarik lain adalah di
memadai. Hal yang patut dicatat adalah banyak desa, para wanita mempunyai
Maumere memiliki pantai dan taman laut yang kebiasaan menenun dengan masih
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 31

menggunakan bahan dari alam kecuali benang penyunatan), lado gahar (tarian sewaktu
yang masih harus dibeli dan juga kebiasaan panen), pahe (tarian sewaktu menanam), wa’e-
menggunakan pakaian dan dandanan heleng (tarian/doa perang), ceke–kus (tarian
tradisional. penyembelihan kerbau), togo pou (tarian
Hasil seni dan budaya tidak hanya menggiring perahu). (2) Tari perang: bebing
mempunyai nilai art tetapi lebih dari itu ia (tarian sebelum/sesudah perang), ledek (tarian
menampilkan simbol magis-religius dan kisah sebelum perang), togo codu (tarian
heroik pahlawan masa lalu. Simbol-simbol itu kemenangan perang). (3) Tarian
nampak pada seni sastra, seni musik, seni pergaulan/hiburan: togo gong gete (tandak
tenun ikat (tiap daerah memiliki perbedaan berirama gong), hele larak (tarian mencangkul
motif), seni kriya dan sebagainya. kebun), tetok alu (tarian mencangkul kebun),
wai majok (tarian menumbuk padi), sora (tarian
a. Seni Tari gendang sewaktu pesta), ong-eng (tarian
dengan tiruan nada gong), missa (tarian
Sikka memiliki beragam tarian tradisonal. pergaulan (sekarang dikenal dengan
Sikka juga mewarisi seni tari dari budaya rokatenda).
Portugis seperti tari bobu. Di Paga-Mauloo
disebut tari bobu lelaki (karena lebih halus) dan b. Seni Musik
di Sikka dikenal dengan tari bobu wanita
(karena lebih halus). Ritus tari bobu Seni suara atau nyanyian bernada deklamasi
membutuhkan biaya yang sangat mahal. Tari dan merupakan lanjutan dari doa-doa
ini merupakan ritus pemeriahan Natal kedua primitif. Hal seperti itu dianggap layak bagi
yaitu pada tanggal 26 Desember. Tari ini Tuhan. Doa-doa itu biasanya diiringi oleh alat
terdiri dari dua bagian utama yaitu tari toja musik setempat. Mahilon, seorang pakar Barat
pera yang berdurasi 1 ½ jam. membagi Indonesia dalam dua
Tari bobu itu sendiri lamanya semalam bagian/kawasan yang mengutamakan alat
suntuk. Tarian toja pera mengisahkan suka musik gong – music with a gong culture, dan
duka Maria dan Yosep yang mencari kawasan musik sinetik. Kurt Pahlen
penginapan di Yerusalem. Tiap penari berpendapat bahwa manusia primitif
membawakan lagu dan syair dalam bahasa mengungkapkan perasaan tidak hanya dengan
Portugis (dihafal tapi tidak dimengerti). Dalam kata-kata tetapi juga dengan musik. Sikka–
tari bobu juga dilukiskan bagaimana para Krowe termasuk dalam music with a gong
gembala mencari bayi Yesus yang baru lahir. culture yang terdiri dari alat musik
Menjelang pagi (sekitar pukul 04.00) mereka pukul/perkusi yaitu gong-waning. Gong
harus mengecup patung Meninu. Sekitar adalah perkusi dan waning adalah alat musik
pukul 08.00 semua penari menuju Rumah Ria pukul yang terbuat dari kulit atau membrafon.
Bewa di Mauloö sambil menari. Di rumah ini
mereka diterima secara adat dan diberi makan c. Wisata Sejarah
dan minum sepuasnya.
Selain itu di Kabupaten Sikka juga Di Sikka juga ada artefak/peninggalan
mempunyai beberapa seni tari tradisional. (1) sejarah seperti bahartaka (emas berbentuk
Tari upacara ritual: ledong me/toja me (tari kapak) dan emas amapu waen telu (emas
upacara turun tanah), lado bele (tarian dengan ukiran Tuhan berwajah tiga) di Desa
keselamatan anak), gareng lameng (tarian Hale, Kecamatan Bola. Selain itu ada juga
32 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

kapak kuningan di Wolontaka, Watumerah budaya totemisme. Motif-motif tersebut juga


(Klo’angpopot) yang diduga mempunyai kaitan terdapat pada dinding rumah yang terbuat
dengan artefak Jong Dobo/Jong Gelang di Desa dari anyaman bambu maupun diukir pada
Dobo, Kecamatan Kewapante. Di dusun yang tiang dan pintu rumah adat. Uhe pahong
sama juga terdapat megalitik dobo yang dalam (ukiran pada pintu masuk rumah bagian atas),
bahasa setempat disebut mahe. Jong dobo ini uhe pelat (ukiran yang terdapat pada pintu
berukuran mini dengan panjang 60 cm, lebar 8 masuk bagian bawah, dan ini sama dengan
cm dan tinggi 12 cm dengan awak kapal apa yang terdapat di Lio-Mamere yang disebut
berjumlah 22 orang. katambewa. Di Sikka juga memiliki seni lukis
Menurut Dr. Verhoeven, SVD, jong dobo yang disebut dengan tokang masi (pelukisan
berasal dari kebudayaan Dongson di India pada anggota badan sebagai tanda
belakang atau Tiongkok Selatan (sekarang peringatan). Berbagai hasil seni dan
Vietnam) pada abad 8 M. Menurut Prof. Hugh kebudayaan ini dapat dilihat di Museum
O’Neil dari Melbourne University, Australia, Blikon Blewut.
mengatakan bahwa jong dobo menurut struktur Tenun ikat merupakan kerajinan rumah
dan bentuknya berasal dari kebudayaan tangga yang dikerjakan kaum perempuan.
Sumeria abad 3 SM, dibawa dari laut tengah ke Motifnya berlatar belakang makrokosmos dan
India, Benggala dan dalam petualangan mikrokosmos. Gambar-gambar itu kemudian
migrasi suku bangsa India ke Indonesia, tiba di diikat dan dicelup dalam larutan pewarna.
Dobo. Pada tanggal 7 Januari 1988, istri dubes Pewarna terbuat dari ramuan alami yang
Inggris untuk Indonesia yang juga ahli sejarah terdiri dari akar mengkudu yang disebut
dan peminat benda-benda purbakala, bersama bur/buke dan tarung (dedaunan tarum hitam).
suaminya datang melihat jong dobo dan Setelah itu diberi ramuan koja-gelo, kemudian
berpendapat bahwa jong dobo merupakan satu- ditenun. Sarung itu mempunyai nilai tertentu
satunya barang langka di Asia, selain jong dobo yang dalam bahasa adat disebut “Du’a utan(g)
ada satu lagi yang tersimpan di Museum Paris. ling labu welin(g)”: ‘kain sarung dan baju setiap
Wisata sejarah lainnya adalah watu cruz– wanita haruslah bernilai dan berharga.’
batu salib di Nuba Baluk – Kecamatan Bola. Di Latar belakang filosofis (baik pria
sini juga ada wair baluk yang di dekatnya apalagi wanita) tentang nilai dan harga diri
terdapat bekas makam Pastor Dominicus. yang diwujudkan dalam seluruh artian
Pada 1600-an bangsa Portugis sampai ke pembelian perkawinan. Oleh karenanya,
tempat ini dan memeteraikan tanah bola setiap kain sarung wanita yang disebut utan(g),
dengan salib tersebut. Masyarakat meyakini mahal harganya sesuai dengan biaya dan
bahwa yang datang pada tahun 1630 Pastor kecapaian orang yang mengerjakannya. Selain
Dominicus dan P. Fransiskus Xaverius. Wair itu masih ada kain selimut pria, dan ikat kepala
baluk juga diyakini masyarakat sebagai atau lensu yang diikatkan dan ditenun rapi.
bekas/hasil dari tancapan tongkat St. Masih ada lagi kain untuk pria yang ditenun
Fransiskus Xaverius. ikat, liapa peten(g) atau lipa-loen(g). Ada juga
kain lipa yang ditenun angkat sulam oleh
d. Tenun Ikat seniwati Sikka-Krowe, lipa li’ing atau lipa
prenggi.
Dalam seni tenun ikat, motif-motif utama Terutama sarung adat utan(g)
yang ditampilkan adalah nipa, naga, ular, dan mempunyai desain yang disebut huran(g)-
tokek yang merupakan binatang magis dalam heren(g) yang jeli dan diperhitungkan. Desain
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 33

hurang-hereng dari setiap hurang-kelang satu sektor penting di Kabupaten Ende.


lembaran sarung yang sudah diikat dan Potensi wisata yang dapat dikembangkan dan
diwarnai terdiri atas Ina Gete, Renda, Ina dilestarikan sebagai berikut.
Lotik/Kesik, Tokang, Likeng, Bueng, dan Wiwir. Kabupaten Ende yang berbukit-bukit
Dengan melihat gambaran di atas dapat menyimpan keindahan luar biasa. Di sanalah,
diketahui dengan jelas bahwa sarung adat di puncak Gunung Kelimutu, di kawasan
utan(g) Sikka-Krowe selain bernilai artistik, Taman Nasional Kelimutu, terdapat Danau
pedagogis, dan religius. Kelimutu atau Danau Tiga Warna. Bahkan,
danau ini oleh dunia disebut sebagai salah satu
4.4 Ende-Kelimutu dan Sekitarnya dari sembilan keajaiban dunia. Sebuah
penghargaan yang membanggakan. Awal
Wilayah administrasi Kabupaten Ende dibagi mulanya daerah ini ditemukan oleh Van Such
menjadi 21 kecamatan yaitu Kecamatan Telen, warga negara Belanda, tahun 1915.
Nangapanda, Ende, Ende Selatan, Ende Utara, Keindahannya dikenal luas setelah Y. Bouman
Ende Tengah, Ende Timur, Ndona, Wolowaru, melukiskan dalam tulisannya tahun 1929.
Maurole, Detusoko, Pulau Ende, Maukaro, Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang
Wewaria, Wolojita, Kelimutu, Detukeli, Kota menikmati danau yang dikenal angker bagi
Baru, Lio Timur, Ndori, dan Ndona Timur. masyarakat setempat. Mereka yang datang
Kabupaten ini berdiri pada tahun 1958 dengan bukan hanya pencinta keindahan, tetapi juga
ibukotanya Ende. Ende sering juga disebut peneliti yang ingin tahu kejadian alam yang
Ende Lio karena penyebaran etnis di amat langka itu.
kabupaten ini terdiri dari etnis Ende dan etnis Kawasan Kelimutu telah ditetapkan
Lio. Luas wilayah kabupaten Ende adalah 2.046 menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional
dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sejak 26 Februari 1992. Gunung Kelimutu
sebanyak 260.605 jiwa (sumber: NTT dalam adalah gunung yang memiliki tinggi 1.640
angka 2011, BPS). meter di atas permukaan laut (dapl), memiliki
Ende merupakan kota di pesisir pantai tiga buah kepundan di puncaknya yang
selatan (berhadapan dengan Laut Sawu) disebut Danau Kelimutu. Ketiga danau
Pulau Flores. Di tempat ini pula Soekarno, Kelimutu ini memiliki warna air yang
presiden RI pertama diasingkan pada masa berbeda-beda dan berubah tiap saat. Dari
awal pergerakan nasionalis di tahun 1936. warna merah menjadi hijau tua kemudian
Rumah yang ia tinggali selama pengasingan merah hati. Kadang menjadi warna cokelat
sudah direnovasi dan sekarang menjadi kehitaman dan biru.
sebuah museum. Kabupaten Ende juga Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000m2
menyimpan keajaiban alam yaitu Danau dengan volume air 1.292 juta m3. Batas
Kelimutu (danau tiga warna). Tempat ini antardanau adalah dinding batu sempit yang
berjarak 83 km dari Maumere dan 66 km dari mudah longsor. Dinding ini sangat terjal
Ende. Masyarakat setempat mempunyai mitos dengan sudut kemiringan 70 derajat.
dan legenda mengenai Danau Kelimutu. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50
Ketiga warna danau dapat berubah sewaktu- sampai 150 m.
waktu. Gunung Kelimutu meletus terakhir pada
Dengan panorama alam yang indah serta tahun 1886 dan meninggalkan tiga kawah
beraneka ragam budaya dan adat istiadat berbentuk danau yang airnya berwarna merah
menjadikan sektor pariwisata sebagai salah (tiwu ata polo), biru (tiwu ko'o fai nuwa muri),
34 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

dan putih (tiwu ata bupu). Ketiga warna ini Rumah di Jalan Perwira, Kota Ende, itu
mulai berubah sejak 1969 saat meletusnya tampak seperti layaknya permukiman
Gunung Iya di Ende, dan perubahan warna itu penduduk karena konstruksinya menyerupai
pernah serupa. Menurut kepercayaan permukiman di sampingnya. Yang
masyarakat setempat, danau dengan air warna membedakannya adalah sebuah papan nama
merah merupakan tempat berkumpulnya para bertuliskan “Situs, Bekas Rumah Pengasingan
arwah dari berbagai belahan bumi. Danau Bung Karno di Ende” terpampang di halaman
dengan air merah adalah tempat depan. Di rumah berukuran 12x9 meter ini,
berkumpulnya arwah orang jahat, danau biru mantan Presiden Republik Indonesia,
untuk para pemuda-pemudi, dan danau putih Soekarno (Bung Karno) menjalani masa
untuk orang tua. Para arwah dipercaya akan pengasingan oleh kolonial Belanda selama
bermukim di ketiga danau itu sesuai status empat tahun (1934—1938).
sosialnya. Bung Karno diasingkan sejak 14 Januari
Dalam perjalanan menuju Kelimutu, 1934 bersama istrinya, Inggit Garnasih;
pengunjung bisa menikmati pemandangan mertuanya, Ibu Amsih; anak angkatnya, Ratna
flora dan fauna yang jarang dijumpai di Juami; serta guru anak angkatnya, Asmara
tempat lain seperti cemara gunung, kayu Hadi. Dalam berbagai catatan yang mengupas
merah, edelweis, landak, babi hutan, tikus tentang masa pengasingan Bung Karno di
besar, dan burung gerugiwa. Pemandangan Ende, Pulau Flores, NTT, salah satu yang
menakjubkan juga dapat Anda lihat seperti paling diminati masyarakat adalah buku
kegiatan solfatara yang terus mengepulkan berjudul Bung Karno, Ilham dari Flores untuk
uap dan dinding kawah yang berwarna Nusantara. Buku ini menceritakan perenungan
kuning. Bila melemparkan pandangan ke Bung Karno di bawah sebuah pohon sukun
bagian timur saat mencapai puncak danau bercabang lima yang melahirkan gagasan
berwarna merah, sebuah bukit terlihat lima butir pancasila. Kelima butir pancasila
menjulang berbentuk bundar. Itulah Buu Ria, secara resmi diumumkan Bung Karno pada
lokasi paling tinggi di Gunung Kelimutu. 1 Juni 1945 di depan sidang Dokoritsu
Menurut Djafar Sidiq, waktu kunjungan Zyumbi Tyoosakai.
terbaik ke Danau Kelimutu adalah pada bulan Rumah dan pohon sukun, dua saksi
Juli sampai September karena pada bulan- sejarah yang berada di jantung Kota Ende
bulan itu, puncak kawah cerah pada pagi hari. tetap dipelihara dengan baik sampai sekarang.
Di kalangan masyarakat Ende, rumah
a. Situs Bung Karno pengasingan Bung Karno ini dianggap sakral.
Menurut kepercayaan setempat, siapa pun
Kota Ende memiliki sebuah situs bersejarah yang memasuki halaman rumah harus
yang penting di dalam sejarah NKRI. Bung meminta izin kepada Bung Karno dengan
Karno, pendiri dan proklamator negara mengucapkan kata permisi. Jika orang tidak
Republik Indonesia pernah dibuang di Kota mengucapkan kata permisi, dipercaya akan
Ende. Rumah bekas pengasingan ada saja rintangan. Misalnya kalau memotret,
proklamator RI Soekarno di jantung Kota gambarnya tidak tampak.
Ende kini menjadi museum yang menyimpan
barang-barang milik Bung Karno ketika
menjalani masa pengasingan selama empat
tahun di Ende.
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 35

b. Benteng Portugis di Pulau Ende menjadi tenunan Mbuli Nggela dan Ende
Ndona.
Selain di Pulau Solor, Portugis juga Setiap sarung Ende dan Lio biasanya
membangun benteng di Pulau Ende, satu berwarna dasar merah tua kecoklatan, ditenun
pulau kecil di sebelah selatan Kota Ende ±16 dua kali dan dijahit dengan memisahkan
km dari pulau Flores. Bangsa Portugis, pada bagian tengah (one) dan bagian kaki (ai).
abad ke-16 dan ke-17 menyebutnya dengan Bagian tengah mempunyai ikatan sebagai pola
nama Ende Kecil (Apad Agencia, 2002). Kita khusus, sedangkan bagian kaki senantiasa
hanya mempunyai sedikit informasi sejarah diperkecil sehingga setiap jalur itu
dari pulau ini, termasuk dari bangsa Portugis mempunyai nama masing-masing sampai
dan para imam Dominikan. Benteng ini jalur yang paling kecil. Tenunan pria Ende
diperkirakan dibangun antara tahun 1588 dan Lio biasanya berwarna dasar hitam atau
sampai 1595 di bawah pimpinan pastor biru kehitaman, mempunyai jalur-jalur yang
Dominikan, Pater Simão Pacheco bersama jelas sepanjang lungsin yang sejalan dengan
masyarakat setempat guna melindungi diri jalurnya mendatar yang biasa disebut Ragi
dari serangan kaum muslim. Di tempat ini Sura Mbao. Tenunan kedua setelah dijahit,
masyarakat masih memiliki berbagai legenda jalur-jalurnya lurus dari atas ke bawah disebut
yang berhubungan dengan kehadiran bangsa Ragi Surang Ndari. Jadi, jalur-jalur untuk kain
Portugis di pulau ini. tenun pria Ende dan Lio ada yang membujur
Pulau ini sebenarnya syarat dengan dan ada yang melintang.
sejarah bangsa Portugis pada masa lalu atau Pada umumnya, motif untuk tenunan
lebih khusus lagi pewartaan iman Katolik para wanita Ende dan Lio adalah motif flora dan
imam Dominikan pada abad ke-16 dan ke-17 fauna. Seperti kuda, daun, burung, lalat, atau
dan berbagai konflik yang terjadi dengan saat sayap lalat. Sedangkan untuk motif kain dan
itu termasuk dengan armada dari Pulau Jawa selendang didominasi oleh motif bunga yang
yang datang dan membunuh masyarakat diselingi garis hitam kecil di antara motif-
sekitar dan menghancurkan tempat itu. motifnya.

c. Tenun Ikat Ende 4.5 Bajawa dan Sekitarnya

Kebiasaan menenun di Kabupaten Ende tidak Klaster Bajawa dan sekitarnya mencakup dua
merata karena sebagian besar orang Lio wilayah administrasi kabupaten, yaitu
dilarang adat untuk menenun. Hanya dua Kabupaten Ngada dan Kabupaten Riung.
suku yang diperbolehkan bertenun yaitu suku Objek wisata dan daya tarik wisata yang
Mbuli dan suku Nggela. Kedua suku inilah menarik antara lain: kampung tradisional
yang bertugas untuk menghasilkan tenunan Bena, air panas, peninggalan sejarah di
untuk semua suku di Lio. Sebaliknya, semua Boawae dan Oladula, serta Taman Nasional 17
suku di Ende diperbolehkan menenun, tetapi Pulau. Berbagai potensi dan atraksi yang ada
sebagian penduduknya tidak dibiasakan di lokasi/objek wisata Taman Wisata Alam
menenun sehingga tenunan suku Ende lebih Laut 17 Pulau Riung antara lain: (1)
terpusat pada tenunan Ende Ndona. Dengan Perairannya yang memiliki berbagai ikan hias
demikian, sebutan tenunan Ende dan tenunan dan terumbu karang keras dan lembut yang
Lio sebenarnya hanyalah sebuah generalisasi relatif masih utuh, pulau berpasir putih
karena tenunannya dapat dipersempit sebagai tempat sunbath dan Pulau Ontoloe
36 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

yang mempunyai spesies kelelawar ribuan sebuah gunung yang cukup dikenal yaitu
jumlahnya. (2) Hutan cagar alam yang Gunung Inerie.
berisikan flora dan fauna langka yang Dinamakan kampung tradisional karena
dilindungi oleh undang-undang, terutama bentuk kampung dan bentuk bangunan
reptil purba Varanus riungensis yang disebut bersifat tradisional yang diwariskan secara
mbou oleh masyarakat setempat. Reptil ini turun-temurun dan di tengah kampung
hampir sama dengan Varanus Komodoensis di terdapat kompleks megalit.
Pulau Komodo, tetapi lebih kecil, lebih galak Penduduk Bena terdiri dari sembilan
dan warnanya lebih menarik daripada sub-klan yang dalam bahasa setempat disebut
komodo. (3) Lereng dan perbukitan dalam woe. Masing-masing woe (sub-klan) memiliki
kawasan cagar alam yang berpotensi untuk rumah adat. Adapun sembilan woe (sub-klan)
jenis objek wisata lain seperti hiking dan adalah: Bea, Deru Ka’e, Deru Azi, Wato, Dizi
penjelajahan alam. (4) Hutan bakau sepanjang Ka’e, Dizi Azi, Ago, Ngadha, dan Kopa.
pesisir Teluk Riung. (5) Laut jernih dan tenang Kampung Bena nampak bertingkat-
untuk diving dan selancar. (6) Pemandangan tingkat/berundak-undak yang disusun dari
alam dan keindahan matahari terbit (sunrise) batu. Tiap tingkat mempunyai pelataran
dan terbenam (sunset). (7) Kegiatan yang disebut “Loka”. Tiap loka dimiliki oleh
penangkapan ikan di hampir semua kawasan sub-klan tertentu yang mengakibatkan nama
Teluk Riung. tertentu yakni: Loka Dzi Ka’e (A), Loka Deru
Di samping potensi dan atraksi lama laut Ka’e (A), Loka Deru Azi (B), Loka Dizi Azi (B),
tersebut, di kelurahan dan desa dalam Taman Kopa, Loka Bena, dan Loka yang paling tinggi
Wisata Alam Laut 17 Pulau Riung terdapat adalah Loka Ago dan Ngadha.
potensi budaya yang merupakan objek dan Kampung Bena merupakan kampung
daya tarik wisata antara lain: (1) Event tradisional yang terdapat rumah adat
tradisonal seni bela diri Caci. (2) Event tinju sebanyak sembilan pasang. Angka 9
tradisional/Mbela. (3) Event berburu adat. (4) merupakan simbol laki-laki dan 9 merupakan
Atraksi seni tari dan musik. Keempat event simbol perempuan. Bena adalah salah satu
tersebut adalah event tetap dalam arti kampung tradisional dengan kompleks
senantiasa dilaksanakan dalam bulan tertentu megalit di Desa Tiworiwu, Kec. Aimere, Kab.
setiap tahun. Di samping itu terdapat pula Ngada. Penduduk Bena terdiri dari sembilan
upacara tradisional insidental seperti upacara sub-klan yang disebut woe. Potensi-potensi
kelahiran, pendewasaan, perkawinan, kunjungan di kampung Bena sebagai berikut.
kematian, minta hujan, tolak bala, dan Rumah adat, di dalam suatu woe
sebagainya. (subklan) dibagi dua kelompok yaitu Saka
Pu’u dan Saka Lobo. Woe diibaratkan sebagai
a. Kampung Tradisional Bena sebuah pohon yang terdiri dari pu’u (pangkal)
dan lobo (ujung). Masing-masing kelompok
Bena adalah salah satu kampung tradisional memiliki rumah adat yakni: Sao Saka Pu’u
dengan kompleks megalitnya yang berada di (leluhur perempuan) dan Sao Saka Lobo
Desa Tiwotiwu, Kecamatan Aimere, (leluhur laki-laki). Untuk mengetahui
Kabupaten Ngada. Kampung ini terletak di perbedaan kedua jenis rumah adat ini adalah:
atas sebuah bukit kecil dikelilingi jurang- (a) Di bubungan Sao Saka Pu’u ada rumah adat
jurang yang terjal yang berdampingan dengan yang disebut Ana Ie. (b) Di atas bubungan Sao
Saka Lobo ada arca kayu yang disebut Ata.
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 37

Selain rumah tersebut di atas ada yang disebut atas barisan batu berdiri. Berhadapan dengan
Sao Wua Ghao yaitu rumah adat baru sebagai meri ada bangunan semacam gubuk kecil yang
cabang dari rumah induk yang dibangun bila disebut keka lela sebagai leluhur wanita.
jumlah anggota semakin banyak. Sao Wua Ghao Kegiatan kerajinan Kampung Bena
tidak mempunyai tanda di bubungan atap. masih aktif, kegiatan tenun-menenun (tenun
Jumlah rumah adat di Kampung Bena ada 36 ikat) dengan motif antara lain kuda dan ayam.
buah. Garis-garis lengkung dengan dominan hitam
Ngadhu berupa satu tiang kayu diselingi hiasan putih. Hasilnya berupa sarung
bercabang dua, pada ujungnya diberi atap ijuk adat, selendang, bakal baju pria dan wanita,
dan alang-alang berbentuk kerucut. Atap ikat pinggang. Kegiatan lainnya berupa
ngadhu dihiasi dengan tombak/parang yang anyam-anyaman wadah simpan, pembuatan
dibuat dari bambu. Pada tiang tersebut diberi alat makan dan minum tradisional.
lukisan berupa wajah manusia, buah asam Kampung Bena menyajikan berbagai
(nage), alat perhiasan (taka dan bela). Bangunan macam atraksi yang menarik minat wisatawan.
ini melambangkan leluhur laki-laki dan (1) Upacara adat reba adalah perayaan tahun
ditempatkan di tengah kampung. baru adat. Reba merupakan pembukaan tahun
Bhaga bentuknya menyerupai rumah baru adat sesuai kalender kehidupan rakyat
adat tetapi dalam ukuran kecil dengan satu pada kesatuan masyarakat adat Bajawa (etnis
ruang saja (1x2 m). Bhaga dibuat dari kayu, atap Ngadha). Pesta adat reba berasal dari
alang-alang dan di dalamnya ada tungku api. Kampung Bena sehingga upacara adat ini
Bhaga sebagai lambang leluhur perempuan, dimulai dari Kampung Bena dan disusul
letaknya menghadap pintu masuk kampung. dengan kampung-kampung lain dalam
Ngadhu dan bhaga letaknya saling berhadapan kesatuan adat Bajawa (etnis Ngadhu).
dan diberi nama pendiri woe (suami dan istri). Tahapan-tahapan upacara Reba:
Peo berupa sebuah batu berdiri dengan Pertama, paki sobhi (pembuatan sobhi).
tinggi di atas permukaan tanah kurang lebih 50 Sobhi adalah sejenis penanggalan adat yang
s/d 100 cm. Fungsinya untuk mengikat tali dibuat dari aur pada tempat khusus yang
kerbau pada saat pesta adat. Sebelum tali disebut loka. Aur diambil setengah ruas di atas
kerbau diikat pada peo terlebih dahulu tali buku aur dan setengah ruas diambil di sebelah
kerbau tersebut melewati cabang ngadhu. bawah buku. Separuh bagian atas dibelah
Ture merupakan susunan batu menjadi 13 jari (seperti sisir). Fungsinya untuk
menyerupai bentuk kubur dilengkapi dengan menentukan bulan. Setiap bulan ditandai
dolmen dan menhir. Ture sebagai kubur dengan dipatahkannya jari aur. Jari yang ke-13
leluhur yang terkenal dan sekaligus sebagai tidak dipatahkan. Menurut kepercayaan
tempat sesaji. Dolmen sebagai batu perempuan masyarakat setempat jari aur ke-13 tersebut
dan menhir sebagai batu laki-laki. Yang berfungsi sebagai penahan angin taufan (tuku
terakhir, tetapi tak kalah penting adalah wara) agar tidak merusak tanaman di ladang.
menhir yang menjadi simbol agama asli. Di 3) Sedo uwi, dilaksanakan 2—3 hari dalam
Kampung Bena ada 7 buah ture yaitu Ebu Pati, bentuk tarian dan nyanyian. Peserta harus
Bhako, Wede, Saba Rajo, Watu Wae, Suru ne’e mengenakan pakian adat lengkap. Tarian
Ri, Doka ne’e Rawi. dalam bentuk arakan dan lingkaran, nyanyian
Meri adalah batu di luar kampung yang selalu menyebut nama Sili sebagai orang
berfungsi sebagai tempat untuk diletakkan ubi pertama yang meletakan upacara adat Reba,
pada upacara adat Reba. Bangunan ini terdiri “Sili ana wunga da nuka para gua”. Selain itu
38 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

syairnya memuji-muji uwi (ubi yang telah masih sangat terpelihara dengan baik dalam
memungkinakan manusia bisa bertahan wujud kepercayaan kepada kekuatan Langit
hidup, ubi yang tidak pernah habis walaupun (Lera-Wulan) dan Bumi (Tanah Ekan), yang
disungkur oleh babi hutan dan maupun babi kemudian terwujud di dalam sociofact berupa
landak. 4) Dhoi uwi, upacara arakan ubi dalam upacara-upacara di dalam siklus kehidupan
kampung disertai tarian dan nyanyian yang manusia (kelahiran, pengobatan, pernikahan,
selanjutnya ubi diletakkan di tempat sakral kematian) dan aktivitas ekonominya
yaitu Mata Raga. Syair-syair yang dinyanyikan (pembukaan ladang baru, permohonan hujan,
menyampaikan pesan-pesan untuk tetap panen). Ritus-ritus dan upacara-upacara
menjaga persatuan dan kesatuan. 5) Sui uwi, tradisional ini kemudian terwujud di dalam
pemotongan ubi (uwi) yang telah diletakkan di artefak-artefak berupa menhir dan dolmen (altar
mata raga. Ubi diiris perlahan-lahan oleh persembahan ritual), tarian-tarian, traditional
seorang tua adat sambil melagukan sejarah healing, nyanyian-nyanyian rakyat, dan
perpindahan suku-suku sampai di lokasi berbagai cerita rakyat yang disajikan secara
upacara serta diungkapkan pula pesan-pesan lisan. Semua komunitas etnik di Flores juga
yang berguna bagi anak-cucu. memiliki tenun ikat yang menggambarkan
Kawasan Bajawa dan sekitarnya juga filosofi dan karakteristik lokalnya.
memiliki atraksi tarian rakyat kolosal yang Religi universal yang sangat dominan di
kemudian menjadi sangat populer di Flores adalah kristianitas, khususnya Katolik
Indonesia, seperti: (1) Tarian ja’i. Merupakan yang dianut 90% penduduk Flores. Agama
tarian hiburan yang dipentaskan pada saat Katolik di Flores disebarkan oleh bangsa
pesta adat; pembuatan rumah adat, Ngadhu Portugis. Oleh sebab itu, jejak-jejak sejarah
dan Bhaga. Pada saat sekarang ini tarian ini Portugis di Flores masih tersimpan dengan
diperagakan pada saat upacara penjemputan baik, antara lain dalam bentuk sociofact
tamu. (2) Tarian soka sao, yaitu tarian yang (upacara Semana Santa), legenda Tuan Ma,
biasa dipentaskan dalam pengerjaan rumah yang pada akhirnya terlihat dalam pernak-
adat. (3) Tarian kadhi sagu alu, yaitu tarian pernik Kerajaan Reinha Rosari Larantuka,
melompat di antara bambu-bambu dengan lagu, tarian, dan seni drama di Flores, serta
irama tertentu. beberapa benteng Portugis. Di Pulau Flores,
terdapat banyak tempat ziarah rohani agama
5. KESIMPULAN Katolik berupa taman doa, gua Maria, jalan
salib, dan ziarah kuburan orang suci seperti
Inventarisasi dan identifikasi objek-objek makam Uskup Mgr. Gabriel Manek, SVD.
wisata di Pulau Flores yang dilakukan di atas Masyarakat Flores merupakan
mengantar pada sebuah rekonstruksi nilai- masyarakat yang memiliki kekayaan seni
nilai budaya yang mencakup mentifact (alam suara (nyanyian) dan seni tari (tarian) yang
pikir), sociofact (adat dan perilaku), dan artifact melimpah. Tidak banyak alat musik
(hasil karya) orang Flores. Kesimpulan ini tradisional yang dimiliki orang Flores, tetapi
akan mereduksi data-data objek wisata budaya kekayaan suara dan penciptaan lagu-lagu
itu ke dalam tiga ranah tersebut. daerahnya sangat kaya dan memukau (Kunst,
Pada ranah mentifact, objek-objek wisata 1942).
di Pulau Flores merefleksikan dua pandangan Para ahli filsafat kebudayaan, seperti
keagamaan yang dominan, yaitu religi budaya Zoetmulder, Driyarkara, Mangunwijaya, dan
lokal dan religi universal. Religi budaya lokal Dick Hartoko (dalam Taum, 1997a: 3)
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 39

mengungkapkan bahwa awal mula segala Pengantar Dr. Irwan Abdullah.


ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
rasa religiositas. Pada prinsipnya keinginan Damanik, Janianton, dan Frans Teguh. 2012.
manusia untuk memuja Sang Pencipta Manajemen Destinasi Pariwisata: Sebuah
mendorong terbentuknya kebudayaan setiap Pengantar Ringkas. Kata Sambutan
etnis. Oleh sebab itu, merekonstruksi ulang Menteri Pariwisata dan Ekonomi
'rasa religiositas' Flores dapat menjadi kunci Kreatif Marie Elka Pangestu.
memahami kebudayaannya karena Yogyakarta: Kepel Press.
kebudayaan pada awalnya diabdikan untuk Fernandez, Inyo Yos.. 1996. Relasi Historis
mengungkapkan rasa religiositas tersebut. Kekerabatan Bahasa Flores: Kajian
Kebudayaan Flores yang telah Linguistik Historis komparatif terhadap
terbangun selama ratusan tahun itu memiliki Sembilan Bahasa di Flores. Ende: Nusa
kekhasan, keunikan, dan daya tarik yang kuat Indah.
bagi wisatawan untuk mengunjungi dan Fernandez, Stephanus Osias. 1990. Kebijakan
menyaksikannya. Kebudayaan itu adalah Manusia Nusa Tenggara Timur Dulu dan
milik segenap masyarakat Flores. Kebijakan Kini. Ledalero: Sekolah Tinggi Filsafat
pemerintah membangun Flores melalui Katolik
Badan Otorita Pengelolaan Kawasan Giddens, Anthony. 1981. Vol. 1. Power,Property
pariwisata Labuan Bajo (2018) perlu and the State. London A Contemporary
menyejahterakan seluruh kawasan di Flores– Critique of Historical Materialism:
dan tidak hanya Labuan Bajo dan sekitarnya. Macmillan.
Untuk itu, perlu dibangun sebuah Flores Giddens, Anthony. 1982. Sociology: A Brief but
Cultural Center (FCC) yang berkedudukan di Critical Introduction. London
Labuan Bajo, yang memperlihatkan semua :Macmillan.
kekayaan budaya Flores. FCC itu semacam Ghono, John. 1992. “Nilai Religius Budaya
Taman Mini Flores. FCC dapat menjadi motor NTT Sebelum dan Sesudah Masuknya
penggerak urat nadi kehidupan pariwisata Pengaruh Kristianitas” Makalah
Flores. Diskusi Panel Sehari Pelestarian
Budaya Lokal. Yogyakarta: Forum
DAFTAR PUSTAKA Studi Eureka.
Graham, Penelope. 1985. Issues in Social
Ardika, I Gede. 1999. ‘Kebijakan Pembangunan Strukcture in Eastern Indonesia. New
Kepariwisataan” Makalah Kunci Seminar York: Oxford University.
Nasioanal Ekonomi Pariwisata Menggali Keraf, Gregorius. 1978. Morfologi Dialek
Potensi Ekonomi Borobudur Sebagai Lamalera. Disertasi Doktor Ilmu Sastra
Wisata Ziarah. Yogyakarta, 18 Mei Universitas Indonesia. Ende: Percetakan
1999. Offset Arnoldus.
Barlow, Colin, Ria Gondowarsito, A.T. Birowo, Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan
S.K.W. Jayasurya. 1989. Potensi-potensi Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Pengembangan Sosial Ekonomi di Nusa Penerbit Djambatan.
tenggara Timur. Canberra; Australian Kompas. 2016. “Paradigma Baru
National University. Pembangunan Pariwisata”. Jakarta, 7
Daeng, Hans J.. 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Desember 2016. Kunst, J., 1942. Music
Lingkungan: Tinjauan Anropologis in Flores: A Study of the Vocal and
40 SINTESIS, Volume 16, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 17—41

Instrumental Music Among the Tribes Ritchie, J.R. Brent and Zine, Michel. 2014.
Living in Flores. English Translation by “Culture as Determinant of the
Emile van Loo. Leiden: E. J. Brill. Attractiveness of a Tourism Region”
Lindsay, Jennifer. 1998. “Strategi Kebudayaan dalam Annals of Tourism Research Vol.
Indonesia Menghadapi Industri V, No. 2 (April/June, 2014)
Budaya Abad XXI”. Makalah Seminar Spillane, James J. 1998. “Pemberdayaan Seni
Kebudayaan Mengkaji Wacana dan Tradisi Budaya Indonesia Menuju
Kebudayaan Indonesia Menuju Abad Abad XXI”. Maskalah Seminar
XXI. Yogyakarta: Institut Seni Kebudayaan Mengkaji Wacana
Indonesia. Kebudayaan Indonesia Menuju Abad XX.
Mubyarto, dkk.. 1991. Etos kerja dan Kohesi Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.
Sosial Masyarakat Sumba, Rote, Sabu dan Stange, Jennifer and David Brow. 2015.
Timor Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tourism Destination Management
Yogyakarta: P3PK UGM. Achieving Sustainable and Competitive
Muskens, M.P.M.. 1979. Partner in Nation Results. USA: George Washington
Building: The Catholic Church in University Press.
Indonesia. Aachen: Missio Aktuell Taum, Yoseph Yapi, 1998. Kisah Wato Wele-Lia
Verlag. Nurat dalam Tradisi Puisi Lisan Flores
Orinbao, Sareng. 1969. Nusa Nipa: Nama Timur. Jakarta: Yayasan Obor
Pribumi Nusa Flores Warisan Purba. Indonesia dan Yayasan Asosiasi
Ende: Pertjetakan tradisi Lisan.
Arnoldus/Penerbitan Nusa Indah. Taum, Yoseph Yapi. 1994a. “Intervensi Budaya
Peter Beilharz ( ed ). 2002. Teori-teori Sosial ; dalam Pengentasan Kemiskinan”
Observasi Kritis terhadap Para Filosof dalam harian BERNAS, 3 Juni 1994.
Terkemuka, Pustaka Pelajar, Taum, Yoseph Yapi. 1994b. “Sastra dan Bahasa
Yogyakarta, hal.192-193 Ritual dalam Tradisi Lisan
Pinto da Franca, Antonio. 2000. Pengaruh Masyarakat Flores Timur” dalam Basis
Portugis di Indonesia. Diterjemahkan No. XLIII-6. Yogyakarta: Andi Offset.
oleh Pericles Katoppo dari Portuguese Tim Konsorsium Universitas Indonesia,
Influence in Indonesia. Jakarta: Sinar Institut Teknologi Bandung, dan
Harapan. Universitas Gadjah Mada. 1997. Studi
Pranarka, A.M.W.. 1987. Epistemologi Dasar: Penyusunan Rencana Induk
Suatu Pengantar. Jakarta: Centre for Pengembangan Pariwisata Nasional
Strategic and International Studies. Buku 3 Kawasan Flores.
Portugal and the World – The Future of the Thompson, John B.. 1996. Hermeneutic and the
Past – 1 Indonesia, Centro Nacional de Human Sciences. London: Cambridge
Cultura, apad agéncia Portuguesa de University Press.
Apoio ao desenvolvimento, Februari Vatter, Ernst. 1984. Ata Kiwan. Diterjemahkan
2002. hal.108-119. dari Ata Kiwan Unbekannte Bergvolker
Pope Francis. 2015. Encyclical Letter Laudato Si’ im Tropishen Holland oleh S.D. Sjah.
of the Holy Father Francison Care for Our Ende: Nusa Indah.
Common Home. Vatican City: Libreria World Tourism Organization. 2007. A Practical
Editrice Vaticana. Guide to Tourism Destination
Yoseph Yapi Taum – Rekonstruksi Nilai-Nilai Budaya sebagai Basis Strategis Pengembangan … 41

Management. Spain: Calle Capitán


Haya.
Vickery, John B. 1982. "Literature and Myth"
dalam Jean-Pierre Barricelli & Joseph
Gibaldi (eds.) Interrelations of
Literature. New York: The Modern
Language Association of America.
Widiyatmika, Munandjar, dkk. 1981. Adat-
istiadat Daerah Nusa Tenggara Timur.
Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pencatatan Kebudayaan Daerah
Depdikbud.

Catatan Akhir
1 Di beberapa tempat di Flores Timur dan
Lembata orang mendirikan ‘korke’ atau ‘koker
bala’ di lokasi Nuba Nara itu. Menurut studi
Vatter (1984), korke atau koker bala
merupakan pengaruh budaya kaum imigran
yang berasal dari Sina Jawa.

2 Di Flores Timur, pembagian suku


didasarkan pada kedudukan dan fungsi
dalam melakukan upacara ritual di Nuba
Nara. Orang yang bertugas memegang kepala
hewan korban adalah suku Ama Koten; yang
memegang bagian belakang hewan korban
Ama Kelen; yang bertugas membacakan doa
Ama Marang, dan yang membunuh hewan
korban Ama Hurint (Taum, 1997: 8).

Anda mungkin juga menyukai