Anda di halaman 1dari 315

PEMBAHASAN

TRY OUT Premium UKMPPD - 13


An. Damini, usia 19 bulan, dilarikan ke UGD RS setempat karena
kejang kelojotan selama 2 menit saat di rumah. Pada saat sampai RS
sudah tidak kejang. Keluhan kejang merupakan pertama kalinya dan
ibu pasien mengatakan bahwa sejak 2 hari lalu pasien mengalami
demam dengan suhu yang semakin meningkat disertai batuk pilek.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai BB: 10 kg, tanda vital HR
110kali/menit, RR 24kali/menit, suhu 38.2⁰C. Pasien diberikan cairan
infus D5½NS. Tatalaksana yang tepat apabila pasien kembali
kejang adalah …
a. Diazepam rektal 5mg
b. Diazepam rektal 10mg
c. Diazepam IV 4 mg
d. Fenitoin IV 200mg
e. Fenobarbital IV 200mg
KEJANG DEMAM
Level Kompetensi: 4A
Definisi: Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38 C) yang penyebabnya berasal dari
EKSTRAKRANIAL

Klasifikasi: BB < 12 mg : diazepam 5 mg


BB ≥ 12 mg : diazepam 10 mg
Kejang demam sederhana
• Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik
• Durasi <15 menit
• Kejang tidak berulang dalam 24 jam

Kejang demam kompleks


• Kejang fokal atau fokal menjadi umum
• Durasi >15 menit
• Kejang berulang dalam 24 jam

Pemeriksaan penunjang :
EEG : listrik otak normal
Tn Gilang berusia 60 tahun datang dibawa ke IGD oleh keluarganya
dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan
di seluruh kepala, terus menerus, dan tidak dipengaruhi aktivitas. Riwayat
trauma disangkal. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan TD 110/70 mmHg,
nadi 92x/menit, RR 22x/menit, suhu 39,1 C. Dari pemeriksaan neurologis,
didapatkan kernig’s sign (+), refleks fisiologis dalam batas normal, refleks
patologis (-). Dari pemeriksaan lumbal pungsi, didapatkan warna jernih,
protein meningkat, glukosa normal, leukosit meningkat, sel dominasi MN.
Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah...
a. Meningitis bakterialis
b. Meningoensefalitis bakterialis
c. Meningitis viral
d. Meningitis TB
e. Ensefalitis viral
MENINGITIS VIRAL
Level Kompetensi: 3B
Etilogi :
q Bakteri : streptococcus pneumonia , Mycobacterium
tuberculosis , Haemophilus influenzae anak)
q Virus : Herpes simplex virus
q Jamur : Aspergilus sp. ,Kriptokokus sp.

Key Point :
MENINGITIS ENSEFALITIS
TRIAS : TRIAS :
q Demam q Demam
Pemeriksaan penunjang :
q Nyeri kepala q Penurunan
q Lumbal Pungsi / Analisa CSF
q Rangsang meningeal (+) : kaku kuduk, Kesadaran
LUMBAL JENIS DOMINASI NONE GLUKOSA
kernig’s sign, Brudzinki’s 1, 2 q Kejang PUNGSI CAIRAN SEL PANDY/PROTEIN

Penatalaksanaan: Bakterialis/ Keruh PMN ↑ Menurun


piogenik
q Terapi simptomatis
Fungal Keruh MN ↑ Menurun
q Bakteri : Ceftriaxone 2x 2gr (dewasa), ampisilin 150-
Tb Xantokrom MN ↑ Menurun
200mg/kgbb/hari (anak)
q TB : OAT + Steroid Viral Jernih MN N/ ↑ N/↓
An. Gabrielle usia 7 tahun dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan
gelisah sejak 1 hari yg lalu. Keluhan disertai demam tinggi, nyeri
kepala dan mual- muntah. Satu minggu yang lalu pasien
mengalami nyeri tenggorok. Riwayat 2 minggu yang lalu, kaki
kanan pasien tergigit binatang saat berkemah. Tanda vital HR
90kali/mnt, RR 30kali/mnt, suhu 38C. Pada pemeriksaan
didapatkan hiperventilasi, hipersalivasi, hidrofobia dan tampak
vulnus morsum yg mulai mengering. Apakah diagnosis penyakit
tersebut?
a. Poliomielitis
b. Tetanus
c. GBS
d. Myastenia gravis
e. Rabies
RABIES
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : Human rabies virus Tatalaksana :
Transmisi : Gigitan Hewan : Wound toilet :
Anjing, Monyet, kelilawar , Srigala, beruang q Pencucian dan bilas selama 15 menit dengan sabun dan
liar air atau air mengalir saja
q Disinfeksi dengan alcohol atau iodin
Masa lnkubasi hingga 2 tahun
untuk luka risiko rendah (luka lecet/jilatan hewan)
Klasifikasi dan Diagnosa : q VAR : 0,5 mL di daerah deltoid (paha pada anak anak)
q Stadium prodromal : flu like syndrome sebanyak 4X : Hari 0 (2x), hari 7, dan hari 21.
q Stadium sensitasi : nyeri pada area gigitan,
fotofobia, fonofobia, hidrofobia untuk luka risiko tinggi (luka robek atau gigitan)
q Stadium eksitasi : Agresif, air liur keluar q SAR : 0,5 mL di daerah deltoid (paha pada anak anak)
banyak, irritable, menggigit sebanyak 4X : Hari 0 (2x), hari 7, dan hari 21.
q Stadium paralisis : paralisis otot tungkai, q VAR : dosis 20 IU/kgBB, separuhnya IM, separuhnya
pernafasan disuntikkan infiltrasi pada sekitar luka
By Rebecca baru saja dilahirkan di RS. Bayi lahir spontan, cukup bulan dengan
APGAR score 8/9. Saat dilakukan pemeriksaan neonatus, lingkar kepala, berat
badan dan panjang badan sesuai dengan usia. Riwayat penyakit ibu selama
melahirkan disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan HR; 155kali/menit, suhu: 37
ºC. Pada saat dokter melakukan inspeksi pada bagian punggung didapatkan
terdapat massa pada punggung bagian bawah setinggi L2-L3 terbungkus kulit
dengan perabaan kenyal seperti pada gambar dibawah ini. Pada saat dilakukan
pemeriksaan neurologis, refleks primitif pada kedua tangan baik, tetapi refleks
primitif pada bagian kaki tidak didapatkan serta pada saat bayi menangis kedua
anggota gerak bawah tidak banyak bergerak. Pada bagian belakang kepala tidak
didapati masa maupun kelainan. Diagnosis pasien adalah…
a. Meningocele
b. Myeloschisis
c. Meningomyelocele
d. Spina bifida occulta
e. Meningomyeloencephalocele
SPINA BIFIDA
Level Kompetensi: 2.
Etilogi : Genetik, kekurangan asam folat dalam kandungan , obat-obatan antiepilepsi , alkoholisme
Key Point : Kebutuhan Asam Folat
q Spina Bifida Oculta q 50-100 μg/hari pada wanita
Benjolan (-) Rambut-rambut halus (+) normal
Paralisis ekstremitas bawah (-) q 300-400 μg/hari pada wanita
hamil, hamil kembar lebih besar
q Spina Bifida Meningocele lagi
Benjolan / massa kistik berisi CSF q Pencegahan defek pada tube
Paralisis ekstremitas bawah (-) neural: Min. 400 mcg/hari
q Riwayat kehamilan sebelumnya
q Spina Bifida Meningomyelocele memiliki komplikasi defek tube
Benjolan / massa kistik berisi CSF + spinal cord neural atau riwayat anensefali:
Paralisis ekstremitas bawah (+) 4mg/hari pada sebulan pertama
sebelum kehamilan dan
q Spina Bifida Myeloschisis diteruskan hingga 3 bulan
Paralisis ekstremitas bawah (+) setelah konsepsi
Selaput (-)

Penatalaksanaan:
Rujuk ke Rs
An. Gisela, usia 4 tahun, dibawa oleh kedua orangtuanya ke dokter spesialis anak
karena merasa badan anaknya tampak lemah dan sering terjatuh tanpa sebab
yang jelas. Pasien belum dapat mengucapkan 2 kata dan bahasa tidak dapat
dimengerti, belum dapat berjalan, tidak dapat mencoret-coret kertas tanpa disuruh
dan tidak dapat mengarahkan sendok ke mulut sendiri pada saat makan. Saat
pasien ingin berdiri ia harus bertumpu pada kedua tangan dan kaki sebelum
akhirnya perlahan mendekatkan kedua tangannya ke kaki dan bertumpu pada
kedua lutut. Pada pemeriksaan tulang belakang, terlihat skoliosis torakal berat.
Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pasien pernah diperiksakan IQnya dan
didapatkan nilai 40. Dokter mengatakan bahwa terdapat kelainan metabolisme dari
suatu protein yang disebut dystrophine. Diagnosis yang tepat adalah….
a. cerebral palsy
b. Duchenne muscular dystrophy
c. Becker muscular dystrophy
d. Poliomyelitis
e. Retardasi mental
DMD
Level Kompetensi: 2
CEREBRAL PALSY DMD (Duchenne BMD (Becker muscular SEPSIS NEONATORUM
Etilogi : Kelainan pada korteks serebri muscular dystrophy dystrophy)
Risk : Klasifikasi : < 72 jam :
Prematur, Riw. Kejang, asfiksia Etiologi : MUTASI x linked Etiologi : MUTASI x linked early
Key Point : resesive resesive ≥ 72 jam : lanjut /late
q Gangguan berdiri / berjalan , Gangguan berbicara
q Gangguan Atensi Key Point : Key Point : Key Point :
q Kaki gunting q gower sign (+) : sulit q Waddling gait (+) seperti q Kejang
Penatalaksanaan: berdiri bebek q Penurunan kesadaran
q Fisioterapi + konsul psikolog q Betis besar  FNAB : q Sulit berjalan, lemah otot q Ubun – ubun
sel lemak proksimal menonjol
q peningkatan kreatinin q Protein abnormal q Demam (+)
kinase, rendahnya q kadar distrofin normal
kadar distrofin), q > 5 tahun Penatalaksanaan:
q usia 2-5 tahun q Ampisilin 50mg/BB/6
Penatalaksanaan: jam + gentamicin 7.5
Penatalaksanaan: q Fisioterapi + steroid mg/BB/hari
q Fisioterapi + steroid
Tn. Sean, usia 27 tahun dibawa ke IGD karena tangan kanannya tidak
bisa digerakkan. Pasien baru saja jatuh dari atas pohon dengan
ketinggian 4 meter. Pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 120/70
mmHg, Nadi 90x/ menit, laju pernafasan 18x/ menit, suhu afebris,
didapatkan edema, nyeri pada pergerakan lengan atas dan bahu
kanan, krepitasi serta deformitas. Kekuatan otot pergelangan tangan
bernilai 2, parestesi manus posterior, dan dorsofleksi manus (-).
Apakah diagnosis yang paling mungkin?
a. Fraktur supracondyler humeri dengan lesi N. medianus
b. Fraktur collum humeri dengan lesi N. axillaris
c. Fraktur clavicula dengan lesi N. supraspinatus
d. Fraktur epicondylus medial dengan lesi N. ulnaris
e. Fraktur corpus humerus dengan lesi N. radialis
HUMERAL SHAFT FRACTURE DENGAN CEDERA NERVUS RADIALIS
Level Kompetensi: 2
CEDERA NERVUS RADIALIS/ SATURDAY NIGHT PALSY
Etiologi:
q fraktur humerus, penekanan lama, injeksi intramuskular, tumor, fraktur
collum ulna, neuritis

Keypoint :
q Motorik : dorsofleksi (-)→ tangan dan jari-jari menggantung (drop hand)
q Sensorik → Seluruh sensasi pada lengan bagian dorsal

5 Saraf yang berasal dari PLEKSUS BRACHIAL


q Nervus axilaris
q Nervus musculokutaneus
q Nervus medianus : obstetric hand
q Nervus ulnaris : Claw hand
q Nervus radialis : Wrist drop / drop hand
Tn Billy, usia 27 tahun datang ke klinik saraf dengan keluhan nyeri
pada area leher yang menjalar hingga ke bahu. Keluhan semakin
memberat ketika pasien mangangkat beban berat di bahunya.
Tanda-tanda vital TD 130/80mmHg, HR 80kali/mnt, RR 19kali/mnt,
suhu 37C. Pada pemeriksaan fisik neurologi tidak didapatkan
parese maupun hipoestesi pada ekstremitas, refleks fisiologis (+),
refleks patologis (-). Pemeriksaan fisik yang tepat untuk
mendukung diagnosis kasus di atas adalah?
a. Tes Bragard
b. Tes Lasseque
c. Tes Lhermitte
d. Tes Sicard
e. Tes Wartenberg
HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS) SERVIKAL
Level Kompetensi: 3A
Definisi : keluarnya nucleus pulposus dari discus Keypoint :
melalui robekan annulus fibrosus keluar ke belakang/ HNP lumbal
dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke q nyeri di pinggang yang menjalar ke bawah (mulai dari
dorsolateral menakan saraf spinalis bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian
atas).
Keypoint : q Kelemahan motorik yang diikuti dengan penurunan
HNP servikal reflex fisiologis patella dan Achilles
q Nyeri menjalar dari bahu ke siku q Ggn sensorik motoric tungkai bawah (baal, kesemutan,
q Ggn sensorik motoric / sensorik rasa panas, rasa seperti ditusuk-tusuk) sesuai
PD : dermatom
q Lhermite, PD :
q Nafziger test q Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
Px : q Tes Bragard , Tes Sicard
q Xray lumbal/ cervical : penyempitan celah sendi. q Patrick/ contrapatrick
q Baku emas  MRI

Tatalaksana :
Medikamentosa: Gabapentin, carbamazepine,
pregabalin
Hindari risk: obesitas, angkat beban berat
Rujuk  operatif
Ny. Eliana, usia 25 tahun datang ke IGD pasca terjatuh dari tangga
sejak 2 jam yang lalu. Saat ini pasien tidak dapat menggerakan kedua
tungkai bawah sama sekali. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit sedang, GCS 15, tanda vital TD
130/80mmHg, HR 92kali/mnt, RR 23kali/mnt, suhu 37C. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan paraplegia dengan penurunan
sensasi raba, suhu dan sentuh pada tungkai. Refleks fisiologis patella
dan achilles(-) dan refleks chaddock (+). Tatalaksana yang tepat
diberikan pada pasien adalah…
a. IVIG
b. Plasmapharesis
c. Natrium diclofenac
d. Methylprednisolon
e. Gabapentin
TRAUMA MEDULLA SPINALIS
Level Kompetensi: 3B
Etilogi : TRAUMA Penatalaksanaan:
Key Point : I. Stabilisasi ABCDE
q Nyeri hebat pada pinggang II. Analgetik (morfin IV)
q Defisit neurologis III. Awal : Pemberian kortikosteroid :
q Plegia : parastesia Metilprednisolone IV Dosis Tinggi :
q Faktor : risiko (+) q < 8 jam :
1. inisial: Metilprednisolon 30 mg/kgBB/
Pem . Penunjang : 30 menit
q Foto rontgen vertebra 2. Rumatan : Metilprednisolon 5,4
mg/kgbb
Klasifikasi :
q Anterior Cord Injury : Gg. Motorik berikan infus metilprednisolon 5,4
q Posterior Cord Injury : Gg. Sensorik mg/kgBB/jam selama 23 jam (< 3 jam)
q Central cord injury : Defisit neurologis
atas lebih berat dari extremitas bawah berikan infus metilprednisolon 5,4
q Brown squard Syndrome : Defisit mg/kgBB/jam selama 47 jam (3-8 jam)
neurologis : kiri sensoris, kanan motoris
q Complete Spinal transaction/Transverse q > 8 jam : tidak dianjurkan pemberian
Cord Syndrome : Gg. Sensorik + motoric kortikosteroid

Complete Spinal
transaction/Transverse
CordSyndrome
Tn James, usia 69 tahun, datang ke RS dengan keluhan sulit
menggerakkan anggota tubuhnya baik sebelah kanan maupun kiri.
Tangan terlihat bergetar-getar tanpa bisa dikendalikan terutama saat
istirahat, pasien kesulitan berjalan lurus dan sering terjatuh saat
berjalan sendiri, Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
compos mentis, tanda vital TD 130/80mmHg, HR 89kali/mnt, RR
23kali/mnt, suhu 37C, wajah tampak kaku, suara pasien terdengar
lirih. Dimanakah letak lesi pada pasien tersebut?
a. Capsula interna
b. Cornu anterior
c. Cortex cerebri
d. Substansia nigra
e. Substansia alba
PARKINSON DISEASE
Level Kompetensi: 3A
Definisi : Penyakit neuro degeneratif karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman
dopamine dari substansia nigra ke globus palidus.

Key Point : Penatalaksanaan:


q Tremor  resting tremor, mulai pd tangan, dapat q Rujuk ke Rs
meluas hingga bibir & seluruh kepala q Prinsip pengobatan parkinson adalah meningkatkan aktivitas
q Rigidity  cogwheel phenomenon, hipertonus dopaminergik di jalur nigrostriatal dengan memberikan :
q Akinesia/bradikinesia  gerakan halus lambat dan sulit, 1. Levodopa
muka topeng, bicara lambat, hipofonia 2. THP
q Postural Instability  berjalan dengan langkah kecil, 3. Pramipexole
4. Sellegeline
Pem . Fisik :
q Finger tapping test/ Dexterity test
q Glabellar Reflex/ Myerson Sign : Pemeriksa memberikan
ketukan ringan tepat di tengah dahi di atas hidung.
Abnormal  pasien mengedipkan mata.
Tn. Bio, usia 69 tahun, datang diantar keluarga dengan keluhan kelemahan pada anggota
gerak. Keluhan dirasakan 3 jam sebelum masuk RS. Riwayat darah tinggi dan DM tidak
diketahui. Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, TD 160/90 mmHg, Nadi 100x/mnt, RR 17x/mnt, suhu afebris.
Kekuatan motorik ekstremitas kanan 3/3, ekstremitas kiri 5/5. Pada pemeriksaan EKG
dijumpai adanya gambaran sebagai berikut. Pemeriksaan CT Scan non kontras dijumpai
Lesi hipodens di hemisphere serebri.

Diagnosa yang mungkin pada kasus tersebut adalah…


a. Stroke iskemik tipe thrombus
b. Stroke iskemik tipe embolus
c. Stroke hemorrhagic
d. Subarachnoid hemorrhage
e. Subdural hematom
STROKE ISKEMIK/ INFARK/ NON HEMORAGIK
Level Kompetensi: 3B
Definisi : Suatu sindroma klinis yang PD : Pemeriksaan neurologis : Pemeriksaan penunjang
ditandai oleh gangguan fungsi otak fokal q Kekuatan motoric <5, CT Scan non kontras : Lesi hipodens di
maupun global mendadak berlangsung q Ransang meningeal (–) hemisphere serebri
lebih dari 24 jam, yang diakibatkan oleh q Sensoris (N/ menurun) Tatalaksanana:
satu-satunya gangguan vaskuler q Nervus cranialis q Resusitasi
terganggu/normal q CT SCAN (+) < 3 jam  rTPA (ateplase)
Klasifisikasi : q Refleks patologis : (+) 0.9mg/bb 10% bolus, 90% infus (60 mnt). KI
GDS < 50mg/dl
1. Stroke trombotik : DM, Hipertensi, q Refleks fisiologis : meningkat
q CT SCAN (-) : TD > 220/120mmHg target
PJK, Dislipid
penurunan TD ≥ 185mmHg / 110mmHg :
2. Stroke embolik : Atrial fib, P. jantung Nicardipin labetolol, diltiazem. , aspirin 325mg
katub / hari,
q Neuroprotector : Citicolin/ piracetam
Keypoint :
q sakit kepala Ringan-Sedang
q Progresif lambat
q kesadaran menurun +/-
q Defisit neurologis
Ny. Veronika usia 50 tahun diantar oleh keluarganya ke UGD
rumah sakit karena tidak sadarkan diri setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas. Pada pemeriksaan, saat dipanggil pasien
berbicara kata - kata yang tidak beraturan, saat diberi rangsang
nyeri pasien dapat melokalisasi dan membuka mata. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg,
frekuensi napas 18x/mnt, denyut nadi 82x/menit, suhu 37°C.
Berapakah GCS pasien pada kasus di atas?
a. 6
b. 7
c. 9
d. 10
e. 11
ATLS
Level Kompetensi: 3B
Keypoint : ATLS: Primary Survey q Breathing & VENTILATION q Disability
Look : Gerakan dada
Listen
Feel : hembusan udara dipipi

§ Pernafasan spontan :
takipnea : O2 NRM min 6 lpm
Bradipnea : ventilator
§ Tidak spontan : intubasi / ventilator

q Circulation & Bleeding control 


resusitasi cairan
q Airway + C- spine Control Normal : holiday segar
Tripel airway manuver : Presyok :TD <<, HR >>, akral dingin 
• Heat tilt. Chinlift (KI : cedera servikal), Jaw trust (+) 10-20mg/kgBB/jam
Hambatan jalan nafas : Tanda syok : TD dan HR tidak teraba
Stridor : pemasangan gudel (+) 20mg/kgBB/15 menit krstaloid
Corpus alienum : ekstraksi 20mg/kgBB/15 menit ,
Gurgling : suction Koloid : 10- 20mg/kgBB/15 menit q Exposure
Collar neck (C-spine control)
Tn. Yongsu berusia 40 tahun dibawa ke UGD rumah sakit dengan
penurunan kesadaran setelah mengalami KLL. Sebelumnya pasien
mengeluhkan nyeri kepala hebat dan muntah menyembur. Keluhan
tidak disertai demam. Pemeriksaan fisik GCS 234, tekanan darah
160/90, frekuensi napas 24x/menit denyut nadi 120x/menit, suhu
37,5°C, Pupil bulat isokor 3mm/3mm, Brudzinski I dan II (+).
Dilakukan pemeriksaan CT scan, apakah temuan yang
diharapkan dari pasien ini ?
a. Lesi hipodens berbentuk lacunar
b. Lesi hiperdens berbentuk bikonveks
c. Lesi hiperdens crescentic
d. Lesi hipodens mengisi ruang gyrus dan sulcus
e. Lesi hiperdens mengisi ruang gyrus dan sulcus
PERDARAHAN SUBARACHNOID
Level Kompetensi: 3B
Etiologi:
perdarahan diantara lapisan arachoid dan
pia mater akibat :
q pecahnya aneurisma berry, AVM :
Anterior communicating artery,
q Trauma

Pemeriksaan Penunjang:
Key Point : CT SCAN non kontras tampak lesi
q Nyeri kepala sangat berat : thunder hiperdens di sulcus dan gyrus yang
clap headache membentuk seperti bintang (stellata)
q Muntah proyektil karna peningkatan
Penatalaksanaan:
TIK
• Resusitasi
q Riw. Trauma kapitis
• Konservatif TT & ATS
q Penurunan kesadaran
• Rujuk
q Diplopia, kehilangan penglihatan
q Rangsang meningeal (+)
Ny. Poppy usia 38 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas sekitar 30 menit yang lalu. Sesaat setelah kecelakaan pasien
ditemukan tidak sadar, namun saat diperjalanan menuju IGD pasien sadar
kembali, setelahnya pasien Kembali jatuh pingsan saat tiba di IGD. Saat
diberi rangsangan nyeri pasien masih membuka mata, pasien hanya
mengerang dengan posisi extremitas fleksi. Pada pemeriksaan tanda vital
ditemukan tekanan darah 100/70mmHg, Nadi 110x/menit, Napas 27x/menit.
Pada pemeriksaan kaku kuduk tidak dijumpai, ditemukan jejas pada
temporal dextra. Apa gambaran CT-Scan yang mungkin ditemukan?
a. Bikonkaf shape
b. Crescent shape
c. Lenticular shape
d. Star sign
e. Petechie bleeding
EPIDURAL HEMATOM
Level Kompetensi: 2
Etiologi :fraktur daerah temporal  Ruptur Arteri meningea media
Key Point: Pemeriksaan Penunjang:
q Penurunan kesadaran diantara 2 sadar : lucid CT scan : Lesi Hiperdens Biconveks / lenticuler
interval
q Nyeri kepala berat progresif
q Muntah proyektil karna peningkatan TIK
q Defisit neurologis

Pemeriksaan Fisik :
q Herniasi : Pupil anisokor
q Lesi ipsi lateral
q Hemiparese/hemiplegia kontralateral lesi

Penatalaksanaan:
• Resusitasi
• Rujuk Ke RS  Craniotomi
Ny Nevi usia 30 tahun diantar suaminya ke rumah sakit dengan keluhan
terlihat lebih sering menyendiri di kamar. Keluhan ini sudah dialami selama
3 minggu lamanya. Suami pasien juga mengatakan bahwa pasien tampak
lemah tidak berenergi, tidak mau melakukan aktivitas, jarang mau makan,
dimalam hari pasien jarang tidur. Sebelumnya pasien tidak pernah seperti
ini. Diketahui pasien pernah di diagnosis dengan skizofrenia satu tahun
yang lalu. Dan saat ini pasien mengeluh masih mendengar suara berbisik di
telinganya. Tanda vital TD 110/70mmHg, HR 67kali/mnt, RR 20kali/mnt,
suhu 36.8C Diagnosis pasien ini adalah...
a. Skizofrenia paranoid
b. Skizofrenia hebefrenik
c. Skizofrenia residual
d. Skizoafektif
e. Depresi paska skizofrenia
GANGGUAN PSIKOTIK
Level Kompetensi: 3A
GANGGUAN PSIKOTIK
Etiologi : Peningkatan dopamin
PSIKOTIK AKUT SKIZOAFEKTIF WAHAM MENETAP
q gejala psikotik <2 minggu q gejala skizofrenia & afektif • hanya waham minimal 3 bulan
q Gejala : waham/ halusinasi/ ilusi/ prilaku aneh bersamaan • Tanpa halusinasi/ilusi
SKIZOFRENIA
1 kriteria : ≥ 1 bulan q Hebefrenik: 15-25 tahun, afek tidak wajar, q Katatonik : gerak atau posisi tertentu
q Tought Echo " PiKiran kacau " perilaku tidak dapat diramalkan, senyum 1. Mutisme : tidak berbicara
q Tought Insertion "PiKiran dirasuki, sendiri 2. Gaduh gelisah , aktivitas tidak menentu
q withdrawl PiKiran diambil q Residual : Gejala negatif menonjol, ada 3. Negativisme : menggerakkan kearah
q Tought Broadcasting " Pi Kiran Tersiar " riwayat psikotik di masa lalu yang berlawanan
memenuhi skizofrenia 4. Posturing : mempertahankan posisi
2 kriteria : ≥ 1 bulan q Simpleks : Gejala negatif yang khas tertentu
Waham/ delusi, halusinasi, ilusi / prilaku skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek 5. Rigiditas : kaku
tidak wajar tumpul/tidak wajar)+ Riwayat skizo tidak 6. Command autism : melakukan perintah
jelas secara spontan
Klasifikasi : kriteria Skizofrenia terpenuhi q Depresi pasca skizofrenia : depresi
q Paranoid : waham paranoid (+) setelah 1 tahun menderita skizofrenia,
Persekutorik, Referensi, kebesaran beberapa gejala skizofrenia masih ada
namun tidak lagi menonjol
Ny Silvia, berusia 30 tahun, datang dibawa suaminya ke poliklinik RS
dengan keluhan banyak bicara sejak 2 minggu terakhir. Keluhan ini
berlangsung terus menerus, disertai dengan aktivitas berlebih tanpa
merasa lelah. Akhir-akhir ini pasien juga mendengar suara-suara tanpa
wujud yang memanggil namanya dan mengajaknya berbicara. Riwayat 4
bulan yang lalu pasien merasa sedih, putus asa, dan adanya keinginan
bunuh diri. Tanda vital didapatkan TD 130/80mmHg, Nadi 94 kali/menit,
RR 22 kali/menit, T 37C. Dari pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Apakah diagnosis yang tepat ?
a. Gangguan Skizoafektif tipe manik
b. Gangguan Skizoafektif tipe depresif
c. Gangguan campuran cemas dan depresi
d. Gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
e. Gangguan bipolar episode kini depresi dengan gejala psikotik
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI MANIK DENGAN PSIKOTIK
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Perubahan Mood ↑↔ mood↓
ONSET ≥ 2MINGGU
KLASIFIKASI
GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN Cyclothymic
BIPOLAR TIPE I BIPOLAR TIPE II BIPOLAR BIPOLAR BIPOLAR Disorder
EPISODE KINI EPISODE KINI DENGAN GEJALA
MANIK DEPRESI PSIKOTIK
Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint : Keypoint:
q Mania  q Hipomania  q Datang ke q Datang ke q Mania ↔ q have episodes
Depresi depresi dokter kondisi dokter kondisi depresi + of hypomania
"Mania " “Depresi " gejala psikotik as well as mild
q Depresi  q Depresi  q Th/ + depression for
Mania hipomania antipsikotik at least 2
q Th/ Mood stabilizer years
(litium karbonat, 2-3x 300-600 mg po)
Tn. Harrison, usia 48 tahun dibawa rekan kerjanya ke UGD karena dikeluhkan
kejang. Akan tetapi saat di UGD pasien tampak compos mentis tanpa keluhan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal. Riwayat penyakit
infeksi maupun kejang sebelumnya disangkal. Rekan kerjanya yang membawa
pasien mengatakan pasien sekarang sedang stress karena takut bertemu
superintendant di kepolisian karena masalah kasus kejahatan yang dia pegang
tidak kunjung selesai padahal sudah mau kadaluarsa. Pasien merupakan
seorang inspektur di kepolisian divisi criminal. Tanda vital TD 130/80mmHg,
Nadi 94 kali/menit, RR 22 kali/menit, T 37C. Tidak dijumpai kelainan neurologis.
Apakah diagnosis pada pasien?
a. Gangguan malingering
b. Gangguan konversi
c. Factitious disorder
d. Gangguan cemas menyeluruh
e. Serangan panik
GANGGUAN SOMATOFORM
Level Kompetensi: 4A
GANGGUAN SOMATOFORM
HIPOKONDRIASIS SOMATISASI BODY DISMORFIK
Keypoint : Keypoint : Keypoint :
q Keyakinan yang menetap adanya satu penyakit fisik yang q Mengeluhkan > 1 organ q Meyakini bentuk tubuh cacat
serius . q Shopping doctor q Pemeriksaan penunjang :
q Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari
q Pemeriksaan penunjang : Normal
beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit atau
abnormalitas fisik yang melandasi keluhan-keluhannya
Normal

GANGGUAN KONVERSI FACTINOUS DISORDER MALINGERING


Keypoint : Keypoint : Keypoint :
Adanya satu atau beberapa q Berpura-pura sakit atau q Berpura-pura sakit atau
gejala neurologis (misalnya membuat dirinya sakit. melebih-lebihkan kondisi fisik
buta, lumpuh anestesi, Namun hal ini dilakukan yang sudah ada sebelumnya
amnesia, dll) yang tidak dapat semata-mata untuk dengan tujuan untuk
dijelaskan dengan penjelasan mendapatkan perhatian/ mendapatkan kompensasi
medis maupun neurologis yang simpati dari orang lain saja. tertentu (misalnya untuk
ada mendapatkan cuti kerja).

Tatalaksana: antidepresan (golongan SSRI atau golongan benzodiazepine), Cognitive behaviour therapy
Tn. Rahul, usia 38 tahun, dibawa ke IGD dengan keluhan sesak
napas sejak 10 menit yang lalu. Keluhan serupa sudah dirasakan
pasien sebanyak 5 kali dalam rentang 2 bulan terakhir. Keluhan
disertai keringat dada dan gelisah. Pasien tidak tahu penyebabnya,
keluhan muncul tiba-tiba. Pasien pernah memeriksakan diri pada
dokter namun dikatakan tidak ada kelainan pada saluran napas.
Tanda vital TD 110/70mmHg, HR 110kali/mnt, RR 25kali/mnt, suhu
37C. Diagnosis dan tatalaksana yang tepat adalah...
a. Asma bronkial : bronkodilator
b. Agorafobia: exposure therapy
c. Panic attack: sertralin
d. Gangguan cemas menyeluruh: fluoxetin
e. Gangguan stress akut : Alprazolam
PANIC ATTACK
Level Kompetensi: 3A
Keypoint :
q Histeris, ketakutan , gelisah
q Gangguan otonom &
psikomotor : palpitasi,
keringat dingin, tercekik,
sesak
q Muncul pada saat stress
psikologis
q Onset ≥ 1 bulan

Th/
q SSRI
Tn. Blake, usia 28 tahun, dibawa orang tuanya karena perilakunya yang sudah
tidak wajar. Setelah dilakukan anamnesis, pasien merasa bahwa dirinya
adalah seorang perempuan. Sehari-hari pasien amat dekat dengan teman-
teman perempuannya dan merasa kurang cocok bergaul dengan teman laki-
lakinya. Sudah dua minggu terakhir pasien bersikukuh ingin menjalani terapi
hormon agar dapat menjadi wanita, namun dilarang keras oleh ayah pasien.
Pasien mengaku sudah menjalani terapi hormone 2 hari yang lalu. Tanda vital
TD 110/70, HR 89kali/mnt, RR 23kali/mnt, suhu 37C. Kondisi pasien disebut
sebagai...
a. Transvestisme
b. Transgender
c. Transseksual
d. Skizofrenia hebefrenik
e. Transdisosiatif
SEXUAL DISORDER (PARAFILIA)
Level Kompetensi: 2
Fetishism Pedophilia : pada anak-anak Transseksual
memegang benda” milik lawan jenis q Seseorang yang menginginkan
FrotteurismeTroilisme (=triolisme/ dan/atau sudah menjalani transisi
Frotteurism threesome : dari laki-laki menjadi perempuan
menggesek”kan alat kelamin ketubuh melihat pasangan seksualnya beraktivitas atau perempuan menjadi laki-laki.
lawan jenis seksual dengan orang lain q Dapat melalui transisi fisik berupa
terapi hormonal atau operasi
Transfetihisme Eksibisionis : kelamin
memakai pakaian lawan jenis dan Seseorang yang selalu ingin memperlihatkan
berhasrat ingin jadi lawan jenis kemaluannya/genital kepada orang lain Transgender
q Seseorang yang secara sementara
Masochism : Disiksa Setiriasis : atau permanen mengidentifikasi
dorongan untuk selalu mendapatkan dirinya sebagai lawan dari jenis
Sadism : Menyiksa kepuasan seksual (pria) kelamin yang diperolehnya pada
saat lahir
Voyeurism Nymphomania :
mengintip/menonton hub sex dorongan untuk selalu mendapatkan
kepuasan seksual (wanita)
Necrophilia : pada cadavers.
Tn. Yovie, usia 32 tahun, datang dibawa oleh istrinya karena terlalu sering
memarahi hingga memecat pembantu rumah tangganya dan bahkan saat
ini merupakan asisten rumah tangga yang ke-12 dalam 1 bulan. Pasien
mengeluhkan bahwa pekerjaan asisten rumah tangga nya kurang rapi.
Pasien sering menemukan bahwa lukisan di meja bergeser 1-2 cm, dan
susunan buku di rak tidak diurutkan dari buku terpendek hingga buku
tertinggi. Pasien merasa sangat gelisah bila melihat hal tersebut. Tanda
vital TD 110/70, HR 87kali/mnt, RR 23kali/mnt, T 36.6C. Kondisi yang
dialami pasien sesuai dengan tipe...
a. Hoarding
b. Checking
c. Contamination
d. Intrusive
e. Symmetry-Order
OCD/ OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER
Level Kompetensi: 2
Definisi : KLASIFIKASI :
q Obsesi : Pikiran, impuls, dan citra yang q Kontaminasi : terobsesi pada sterilitas. Contoh : setiap selesai
mengganggu dan berulang yang muncul dengan bersalaman → selalu cuci tangan
sendirinya serta tidak dapat dikendalikan
q Kompulsi : Tindakan repetitif, dimana sesorang q Checking : terobsesi pada ritual “mengecek” berulang-ulang
merasa didorong untuk melakukannya dengan Contoh : Cek kompor masih menyala atau belum setiap keluar
tujuan untuk mengurangi ketegangan yang rumah
disebabkan oleh pikiran-pikiran obsesif atau
untuk mencegah terjadinya suatu bencana q Simetrikal : terobsesi pada keteraturan. Contoh : wajib
Onset : min 2 minggu hukumnya menyusun buku menurut kesamaan warna

Etiologi : q Hoarding : terobsesi untuk mengoleksi benda tertentu karena


kelainan pada neurotransmitter serotonin (5-HT). yakin suatu saat bisa terpakai. Contoh : bersikeras untuk
menyimpan majalah lama
Th/
q Cognitive behavioral therapy → exposure and q Intrusive thought (Pikiran mengganggu) : terobsesi pada suatu
response prevention (ERP) topik umumnya religiusitas, hal-hal magis
q SSRI
Nn. Mimi, 27 tahun, datang ke poliklinik untuk berobat. Pasien
mengatakan dirinya dikatakan sering tiba-tiba tertidur saat sedang
beraktivitas di kantornya. Pasien juga pernah terjatuh tiba-tiba saat
sedang presentasi di kantornya karena tertidur. Tidur pasien nyenyak
pada malam hari, dengan durasi 7-8 jam, dan tidak terdapat gangguan
yang bermakna dalam tidurnya, dan merasa segar ketika bangun di pagi
harinya. Tanda vital TD 110/70, HR 87kali/mnt, RR 23kali/mnt, T 36.9C.
Pada Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan . Diagnosis yang
tepat untuk pasien ini adalah...
a. Fugue disosiatif
b. Hipersomnia
c. Narkolepsi
d. Insomnia
e. Amnesia
NARKOLEPSI
Level Kompetensi: 3A
DYSSOMNIAS: disorders of quantity or timing of sleep
HIPERSOMNIA :
Tidur ≥ 12 jam / hari , gejala anxietas, depresi, iritabilitas(+), sakit
kepala, mialgia
Etiologi : idiopatik

NARKOLEPSI :
q merasa ngantuk hebat.
q Katalepsi (penurunan kekuatan motoric otot)
q Sleep paralisis
q Dapat tidur dengan berbagai posisi

Insomnia : Tidur < 8jam / > 8 , kualitas tidur terganggu


Klasifikasi Insomnia :
q Sleep onset/early insomnia : sulit mulai tidur
q middle insomnia : Terbangun-bangun tapi bisa tidur lagi
q late insomnia : Terbagun terlalu pagi , tidak bisa tidur lag
Nn Shay, 19 tahun, dibawa ke rumah sakit oleh tetangganya karena
teriak-teriak histeris di rumahnya hingga menggangu tetangga di
sekitarnya. Tetangga yang mengantar mengatakan bahwa 3 hari
yang lalu pasien melihat ayah, ibu dan adiknya dibunuh dirumahnya
oleh pencuri. Kini pasien tidak mau diajak bicara dan hanya
menangis. Pasien juga tidak mau makan dan minum sejak 3 hari
terakhir. Pemeriksaan fisik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 86 x
/ menit, frekuensi nafas 19 x/menit, suhu 36.5C. Apakah diagnosis
pasien diatas?
a. Gangguan Stress Pasca Trauma
b. Gangguan stress akut
c. Gangguan Penyesuaian
d. Gangguan psikotik akut
e. Gangguan Depresi
GANGGUAN STRESS AKUT
Level Kompetensi: 3A
GANGGUAN STRES AKUT GANGGUAN STRES PASCA GANGGUAN PENYESUAIAN
TRAUMA
q Ada kaitan waktu dengan q harus didapatkan bayang- q Stresor pada masalah penyesuaian
adanya stresor luar biasa bayang atau mimpi dari atau keadaan stres ini dapat
(kejadian traumatis kejadian traumatic tersebut bersumber pada frustasi, tekanan,
mengancam nyawa) secara berulang-ulang konflik, atau krisis
kembali (flashbacks)
q Onset gejala muncul ≤ 4 q Stressor seperti  Pindah rumah ,
minggu setelah stressor q timbul dalam kurun waktu > 1 dipecat,
bulan setelah kejadian
traumatic berat (kejadian q Onset biasanya terjadi dalam 1 bulan
traumatis mengancam setelah terjadinya kejadian yang
nyawa) sampai 6 bulan dan “stressful” dan gejala-gejala biasanya
menetap tidak bertahan melebihi 6 bulan.
Th/ SSRI
Tn. Justin usia 28 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan suara
serak sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri tenggorokan.
Seminggu sebelumnya pasien menderita batuk pilek dan demam.
Pasien bekerja sebagai guru paduan suara pada salah satu sekolah
menengah pertama. Tanda vital TD 120/80mmHg, HR 89kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 36.8C. Pemeriksaan laringoskopi indirek tampak rima
glotis terbuka, hiperemis, edema, gerak simetris. Terapi konservatif
yang dapat disarankan pada pasien adalah...
a. Antibiotik
b. Dekongestan
c. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
d. Konsumsi minuman dingin
e. Trakeostomi
LARINGITIS AKUT
LEVEL KOMPETENSI: 4A
Akut :<3 minggu ; Pemeriksaan
Kronis > 3 minggu laringoskopi indirect:
q laringoedema
dengan tanda
Etiologi :
radang
§ infeksi (viral >> bakterial),
§ vocal abuse (penyanyi, orator, dll), Penanganan:
§ paparan bahan kimia (mis : q Simtomatis
as.Lambung) q Voice Rest
Keypoint :
qsuara serak/hilang
qdemam,
qNyeri menelan
An Yolfi, usia 10 tahun mengeluh kedua telinga mengalami penurunan
pendengaran terutama setelah kemasukan air. Tanda vital HR
89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 36.8C Pemeriksaan otoskopi tampak
massa coklat di kedua telinga. Namun lebih parah di telinga kanan,
membran timpani tak tampak. Pemeriksaan fisik yang kemungkinan
didapat?
a. Rinne (-/-), Weber lateralisasi ke kanan, Swabach
memanjang/memanjang
b. Rinne (-/+), Weber lateralisasi ke kanan, Swabach
memanjang/memendek
c. Rinne (-/-), Weber lateralisasi ke kanan, Swabach memanjang/
memendek
d. Rinne (-/+), Weber tdk lateralisasi, Swabach memanjang/normal
e. Rinne (-/-), Weber tdk lateralisasi, Swabach memanjang/normal
CERUMEN PROP
Level Kompetensi: 4A.
Etiologi : Penanganan:
Akumulasi serumen dalam waktu lama q Konsistensi lunak: dibersihkan dengan kapas
yang dililit pada pelilit kapas
Keypoint : q Konsistensi keras: dilunakkan dengan tetes
q Penurunan pendengaran karbogliserin 10% selama 3 hari
q Fullness q Serumen terlalu jauh terdorong: irigasi NaCL
q Otalgia 0.9%. KI : perforasi MT
q P. Otoskopi : Massa kehitaman / kecoklatan pada liang
telinga
q Tuli konduktif
Ny. Delina usia 55 tahun, datang ke Praktik dokter umum dengan
keluhan bibir miring ke kiri sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai
nyeri daun telinga kiri dan bertambah nyeri jika daun telinga
digerakkan, serta keluar cairan kekuningan dari telinga. Diketahui
pasien memiliki Riwayat DM dan jarang kontrol. Tanda vital TD
130/80mmHg, HR 89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 36.8C.
Pemeriksaan fisik tampak liang telinga dan daun telinga hiperemis.
Diagnosis pada pasien ini adalah….
a. Otitis media akut
b. Otitis media kronis
c. Otitis eksterna maligna
d. Bell’s palsy
e. Perikondritis
OTITIS EKSTERNA MALIGNA / NECROTIZING OE
Level Kompetensi: 3A
Definisi : Keypoint :
Merupakan komplikasi Otitis q Nyeri telinga hebat, nyeri tekan
eksterna bakterial → infeksi tragus
menginvasi lebih dalam q Purulent otorea
mengenai katilago, jaringan q Paralisis N.VII
lunak dan tulang → Selulitis, q kolesteatom
chondritis, dan osteomyelitis
Pemeriksaan Otoskopi :
Etiologi : P. Aeruginos Tanda inflamsi 2/3 medial MAE, Darah
(+) / pus (+)
RISK :
penderita diabetes, usia tua atau Penanganan:
imunokompromised Antibiotik Ciprofloxacin 400mg IV/ 8 jam
atau 750 mg IV/12jam
Ny. Monalisa, usia 30 tahun datang ke UGD dengan keluhan pusing
berputar. Pusing dipengaruhi perubahan posisi terutama dari duduk ke
posisi berdiri. Keluhan pusing dirasakan pasien sangat hebat selama 2-5
menit. Pasien merasa mual dan sudah 1x muntah berisi air. Muntah tidak
menyemprot. Keluhan penurunan pendengaran disangkal. Tanda vital TD
110/70mmHg, nadi 80 kali/menit, RR 20kali/menit, suhu 37C . Pada
pemeriksaan neurologis, didapatkan nystagmus horizontal (+), kekuatan
motorik dan sensorik dalam batas normal pada seluruh ekstremitas. Dokter
jaga ingin menegakkan diagnosis pasien, pemeriksaan apa yang
dilakukan?
a. Romberg dan Semont
b. Dix-Hallpike dan Romberg
c. Tes Thompson dan Epley
d. Tes Brandt-Daroff dan Nystagmus
e. Epley maneuver dan Tes Spurling
BPPV
Level Kompetensi: 4
PENYAKIT KANALIS SEMISIRKULARIS
PERIFER SENTRAL
Non Vestibular Vestibular Kelainan Cerebelum
MOTION SICKNESS BBPV LABIRINITIS MENIERE DISEASE Penyebab tersering → →
Keypoint : Etiologi : kanalitiasis Keypoint : Etiologi : hydrops endolimfe stroke iskemik (biasanya
q ketidakseimbangan Keypoint : q Vertigo dikanalis semisirkularis yang menyerang sistem
antara sensoris dan q Vertigo saat q ↓ pendengaran (+) vestibular)
persepsi organ perubahan kepala di q Tinitus (+) Keypoint :
vestibuler posisi tertentu q Demam q Vertigo Keypoint :
q Pusing berputar q ↓ pendengaran (-) q Risk : Riw. OMSK  Tuli q Penurunan pendengaran q Pusing berputar yang tidak
q Mual muntah q Tinitus (-) konduktif dan  Tuli sensorineural mebaik dengan menutup
q Gangguan q Nistagmus horizontal sensorineural q Tinnitus mata,
keseimbangan q Diagnosa : Dix- q Riw. TORCH ibu SNHL Th/ q mual –muntah
q Riw. Bepergian/ Hallpike maneuver, q Sedatif : AH / diazepam : q Penurunan pendengaran (
travelling romberg Th/: AB topikal, analgetik serangan -)
Pemeriksaan fisik : Th/: q Diuretic PD
Nistagmus (-) q Epley Manuever : q Nistagmus vertkal
Romberg (-) dilakukan dokter q Test Romberg abnormal
Th/ q Home treatment: q Finger to finger abnormal
q Beta-histin PO Brandt-Daroff q Dismetria
Manuever,
q Dimenhydrinate q Diadokinesia
q Dimenhidrinate,
Betahistin
Ny. Gardner, usia 23 tahun datang dengan keluhan kesulitan dalam
mencium bau sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
terkadang keluar cairan dari hidung berwarna kuning kehijauan. Anak
pasein selalu mengeluhkan mencium bau bila dekat dengan pasien
namun pasien tidak mencium bau tersebut. Pemeriksaan tanda vital TD
110/70mmHg, nadi 80 kali/menit, RR 20kali/menit, suhu 37C. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan cavum nasi tampak longgar disertai krusta
kehijauan. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini …
a. Rhinitis Akut
b. Rhinosinusitis
c. Sinusitis maksilariis kronis
d. Ca nasofaring
e. Rhinitis atrofi
RHINITIS ATROFI / OZAENA
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : Kleibsiella ozaena PD :
Risk : pengobatan rhinitis Rinoskopi : atrofi konka dilapisi
yang tidak sempurna Krusta tebal (+) Kehijauan, bau
busuk
Keypoint :
qhidung tersumbat Th/
qHiposmia (+) qRujuk : Antibiotik spektrum luas
qSekret tebal dan berbau
busuk
Tn Slander, usia 23 tahun datang ke RS dengan keluhan sering
bersin pagi hari dan saat membuka tumpukan buku. Pasien
juga mengeluhkan sering menggosok-gosok hidungnya hingga
terbentuk garis di dorsum nasi. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
TD 110/70mmHg, HR 67kali/mnt, suhu 36.8C, mukosa edema,
basah, pucat, tampak sekret serosa. Apakah pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis pada pasien ini …
a. Tes provokasi
b. Tes tempel
c. Tes darah
d. Tes cukit kulit
e. Tes sensitasi
RHINITIS ALERGI
Level Kompetensi: 4A
Key Point : Intermiten Persisten Ringan Sedang-Berat
q Alergen < 4 hari/ minggu > 4 hari/ Tidak ada ada gangguan
q Serangan bersin berulang atau minggu atau gangguan kualitias hidup
q Rinore encer dan banyak < 4 minggu > 4 minggu kualitias hidup
q Hidung tersumbat Pemeriksaan Penunjang:
q Hidung dan mata gatal Hitung eosinofil normal atau meningkat
q Lakrimasi IgE
Skin Prick test/Tes cukit kulit
Pemeriksaan fisik :
q Mukosa edema, basah, pucat/livid Penatalaksanaan:
q Sekret SEROSA • Hindari kontak
q Allergic shiner • Antihistamin H-1 oral (selektif)
q Allergic salute q Loratadin
q Allergic crease : garis di dorsum q Cetirizin
nasi q Fexofenadin
q Facies adenioid q Desloratadin
q Posterior faring granuler q Levocetirizin
(cobblestone appearance) 1. Intermiten Ringan : Avoidance + antihistamin oral/topikal
q Geographic tongue 2. Intermiten Sedang-Berat/ Persisten Ringan/ Persiten sedang –Berat :
Avoidance + antihistamin oral + nasal dekongestan + steroid
Ny. Giffa, usia 21 tahun, datang ke Puskesmas dengan
keluhan demam sejak 4 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri
menelan. Pada pemeriksaan didapatkan TD 110/70 mmHg,
HR 70x/menit, RR 19x/menit, suhu 37,9°C. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T3/T2 hiperemis, kripta
tidak melebar, detritus (+) tidak membentuk alur. Apakah
diagnosa yang paling tepat untuk pasien ini?
a. Tonsilitis lakunaris akut
b. Tonsilitis folikularis akut
c. Tonsilitis kronis
d. Tonsilitis difteri
e. Tonsilitis kronis eksaserbasi akut
TONSILITIS
Level Kompetensi: 4A
TONSILITIS BAKTERIAL
Etiologi : tersering : Streptokokus beta
hemolitikus grup A

Keypoint :
q Demam
q Odinofagia folikular Kronik : kripta melebar
q Disfagia lacunaris
PD:
q strawberry tongue TONSILITIS VIRAL TONSILITIS FUNGAL
q Akut: tonsil hiperemis, detritus (+) : Etiologi : coxacie virus Etiologi : Candida albicans,
folikular, lacunaris Keypoint : Risk : imunocompromissed
q Kronik : kripta melebar, halitosis q Demam Keypoint :
q Kronis eksaserbasi akut : detritus +
q Odinoafagia q Risk (+)
kripta melebar
q Gejala prodromal q Odinoafagia
Penanganan: PD : q Daya pengecap turun
Bed rest, diet lunak, oral hygiene q tonsil hiperemis PD :
q Antibiotik q edema, q Selaput putih kekuningan seperti keju
q NSAID q T>1 q KOH pseudohifa, blastospora, yeast
q Kortikosteroid oral q Selaput berwarna putih di tonsil
q Tonsilektomi jika : absolut : OSA, ggn Th/ nystatin drops
Tdr, relative : pengobatan tidak Th/ analgetik, antipiretik
respon, halutosis
Ny. Reka, usia 33 tahun, datang ke RS dengan keluhan telinga
berdenging sejak 5 hari yang lalu. Pasien juga merasakan telinga
nyeri dan bindeng. Pasien sehabis liburan ke bali bersama teman-
temannya dan sempat diving di pantai. Tanda vital TD
130/80mmHg, HR 89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37.1C Pada
pemeriksaan otoskopi ditemukan bubble like appearance di
membran timpani. Apakah diagnosis yang paling mungkin
untuk kasus tersebut?
a. Barotitis media
b. Otitis media akut
c. Otitis media efusi
d. Otosklerosis
e. Decompression sickness
OTITIS MEDIA EFUSI
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : PD :
barotrauma (aerotitis) Otoskopi :
q Gelembung udara / bubble like appearance
Keypoint : (OME)
q Otalgia q Kemerahan/kongesti di sekitar umbo atau
q Risk : penyelam, seluruh MT, Retraksi MT (Barotrauma)
naik-turun pesawat Tatalaksana :
q Hindari risk
q Decongestan
Ny. Laras, usia 24 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan pusing
berputar yang memberat sejak kemarin. Pusing tidak dipengaruhi
perubahan posisi, terasa seperti isi ruangan berputar. Keluhan disertai
dengan sensasi telinga berdenging disertai penurunan pendengaran telinga
kiri. Pasien sebelumnya mengalami batuk pilek dan keluar cairan dari telinga
namun sembuh dengan sendirinya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital dalam batas normal. Pada otoskopi telinga kiri ditemukan
membrane timpani perforasi, kolestatoma (-). Tidak didapatkan defisit
neurologis. Diagnosis yang sesuai untuk pasien adalah …
a. Neuritis vestibularis
b. Otitis media kronis supuratif
c. Penyakit meniere
d. Labirinitis
e. Vertigo sentral
LABIRINITIS
Level Kompetensi: 2
PENYAKIT KANALIS SEMISIRKULARIS
PERIFER SENTRAL
Non Vestibular Vestibular Kelainan Cerebelum
MOTION SICKNESS BBPV LABIRINITIS MENIERE DISEASE Penyebab tersering → →
Keypoint : Etiologi : kanalitiasis Keypoint : Etiologi : hydrops endolimfe stroke iskemik (biasanya
q ketidakseimbangan Keypoint : q Vertigo dikanalis semisirkularis yang menyerang sistem
antara sensoris dan q Vertigo saat q ↓ pendengaran (+) vestibular)
persepsi organ perubahan kepala di q Tinitus (+) Keypoint :
vestibuler posisi tertentu q Demam q Vertigo Keypoint :
q Pusing berputar q ↓ pendengaran (-) q Risk : Riw. OMSK  Tuli q Penurunan pendengaran q Pusing berputar yang tidak
q Mual muntah q Tinitus (-) konduktif dan  Tuli sensorineural mebaik dengan menutup
q Gangguan q Nistagmus horizontal sensorineural q Tinnitus mata,
keseimbangan q Diagnosa Dix-Hallpike q Riw. TORCH ibu SNHL Th/ q mual -muntah
q Riw. Bepergian/ maneuver q Sedatif : AH / diazepam : PD
travelling Th/: Th/: AB topikal, analgetik serangan q Nistagmus vertkal
Pemeriksaan fisik : q Epley Manuever : q Diuretic q Test Romberg abnormal
Nistagmus (-) dilakukan dokter q Finger to finger abnormal
Romberg (-) q Home treatment: q Dismetria
Th/ Brandt-Daroff q Diadokinesia
q Beta-histin PO Manuever, q Penurunan pendengaran (
q Dimenhydrinate q Dimenhidrinate -)
q Betahistin
Ny. Lucy, usia 33 tahun, datang ke dokter dengan keluhan pilek
selama 3 bulan, hilang timbul, dan dirasakan memberat. Ingus
berwarna kekuningan, kadang pasien merasa tidak dapat mencium
bau di sekitarnya. Sebelumnya pasien memiliki riwayat sakit gigi
berlubang dan tidak ditambal. Tanda vital TD 130/80mmHg, HR
89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37.9C Dari pemeriksaan rhinoskopi
didapat sekret kental purulen, konka inferior edem hiperemis. Nyeri
tekan kedua pipi (+). Diagnosis yang tepat ?
a. Rhinitis akut
b. Sinusitis maksillaris
c. Sinusitis frontalis
d. Sinusitis ethmoidalis
e. Sinusitis spenoidalis.
SINUSITIS MAKSILARIS
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : S. pneumoniae, S. aureus PD :
Klasifikasi : Rinoskopi anterior : mucus dimeatus, Rinoskopi posterior :post nasal drip (+)
Akut : ≤ 4 mgg
Subakut : 4-12 minggu Pemeriksaan penunjang :
Kronis ≥12 minggu 1. Transluminasi (paling sederhana) → positif pada sinusitis maksila dan
frontal (hasil positif menjadi opak)
Letak : 2. Xray sinus : infiltrat rongga hidung
S. Maksilaris : nyeri Dipipi q Maksilaris : waters
S. Frontalis : nyeri didahi q Frontalis : Caldweld
S. Etmoidalis : nyeri pangkal hidung q 4 sinus nasal: schedel
S. Spenoidalis : nyeri dibelakang mata 3. CT SCAN : gold standard : penebalan mukosa & air fluid level

Keypoint : Tatalaksana
q Gejala rhinitis Akut : Kronis RUJUK  FES
q Nyeri pada sinus Analgetik antipiretk
q Sekret mukopurulen, Post nasal drips (+) Antibiotik sistemik
q Hidung tersumbat, mencium bau busuk 1st amoxiclav
q Demam 2nd sefalosporin
Nasal dekongestan
Tn. Avian, usia 60 tahun, datang ke poli THT RS dengan keluhan
sering keluar darah dari hidung sejak 1 bulan lalu. Pasien juga
mengeluhkan hidung terasa mengganjal, sakit kepala, dan
pandangan ganda. Dalam dua bulan ini berat badan pasien turun
10kg. Tanda vital TD 130/80mmHg, HR 89kali/mnt, RR 22kali/mnt,
suhu 36.8C. Pada pemeriksaan laringoskopi posterior didapatkan
adanya massa pada fossa Rosenmuller dan limfadenopati coli
dextra. Diagnosis yang paling mungkin pada pasien adalah...
a. Epistaksis anterior
b. Epistaksis posterior
c. Angiofibroma juvenile
d. Karsinoma nasofaring
e. Polip nasi
KARSINOMA NASOFARING (KNF)
Level Kompetensi: 2
Definisi : Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan di daerah kepala dan leher.
Etiologi : genetik (mutasi gen dan kromosom), lingkungan (ikan asin, asap rokok, asap kayu bakar, zat karsinogenik) dan virus
Ebstein Barr.
Key Point :
Gejala :
Kearah hidung  hidung tersumbat, Epistaksis
kearah mata pandangan ganda.
kearah telinga otalgia/tinnitus, penurunan pendengaran.
Kearah leher  benjolan dileher , pembesaran kelenjar limfa
servikal.
Alarm symptoms  penurunan berat badan

Pemeriksaan Penunjang:
q Rinoskopi posterior : Massa di nasopharing (paling sering pada
fossa Rosenmuller) mudah berdarah, koana tertutup.
q Gold standard : biopsi

Penatalaksanaan:
• Rujuk Ke RS Radioterapi , Kemoterapi atau Pembedahan
Tn Marcus usia 31 tahun, datang ke puskesmas dengan
nyeri telinga sebelah kanan sejak 4 hari yang lalu. Tanda
vital TD 130/80mmHg, HR 89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu
36.8C Pada pemeriksaan fisik telinga kanan tampak pinna
edema, hiperemis dan nyeri tekan, tetapi bagian lobus
dalam batas normal, Meatus Acusticus Eksternus dalam
batas normal. Diagnosis yang tepat adalah?
a. Selulitis aurikula
b. Erisepelas aurikula
c. Abses preaurikula
d. Perikondritis
e. Pseudohematoma aurikula
PERIKONDRITIS AURIKULAR
Level Kompetensi: 3A.
KELAINAN TELINGA LUAR
HEMATOM AURIKULAR
HEMATOM AURIKULAR PERIKONDRITIS AURIKULAR

Etiologi : Etiologi :
Disebabkan trauma tumpul pd daun Disebabkan trauma dgn penetrasi pd kulit
telingga dan luka yg terkontaminasi staphylococ/
Keypoint : streptococ pada kartilago auricula
q Pd pinna ditemukan edema, fluktuasi
dan ekimosis + Nyeri Keypoint :
q Akumulasi darah pinna / hematoma q Aurikula eritema, edema, hangat dan nyeri
PERIKONDRITIS AURIKULAR
Th/: q Risk (+),
q Kompres dingin q fluktuasi (+)  abses
q incision & drainage/needle aspiration Th/:
q pressure bandage q Kompres hangat
q Antibiotics gentamicin salep,
Komplikasi : ciprofloxacin 2 x 500mg
cauliflower ear / Wrestle’s ear q Jika fluktuasi + dari pus insisi drainase
Tn Ruffi, usia 22 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
sering merasa pusing sejak 1 tahun terakhir. Dalam pemeriksaan
fisik didapati TD : 120/70 mmHg, HR : 78 x/menit, RR : 20
x/menit, suhu afebris. Pemeriksaan Visus OD 3/60 dikoreksi
dengan S -4.50 menjadi 6/6, visus OS 6/7,5 dikoreksi dengan S -
0,50 menjadi 6/6. Pemeriksaan segmen anterior dan funduskopi
dalam batas normal. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Astenopia
b. Ambliopia
c. Anisokonia
d. Antimetropia
e. Anisometropia
KELAINAN REFRAKSI DAN AKOMODASI
Level Kompetensi: 4A
ISTILAH KELAINAN REFRAKSI

Anisometropia : perbedaan kekuatan akomodasi atau dioptri kedua mata > 2D


Antimetropia : perbedaan lensa kedua mata ( 1 mata myopia, 1 mata yang lain hipermetropia)
Anisokonia : perbedaan persepsi visual antar kedua mata
Ambliopia : mata malas, kelainan mata dengan koreksi lensa terbaik tidak menunjukan visus 6/6
Astenopia : mata lelah, mata yang terlalu lama berakomodasi

MIOPIA HIPERMETROPIA ASTIGMATISMA


KeyPoint KeyPoint KeyPoint
Bayangan jatuh didepan retina Bayangan jatuh dibelakang retina
Axis panjang Axis pendek Mata tenang visus turun
Mata tenang visus turun Mata tenang visus turun Benda seperti bergelombang
Sulit melihat jauh Sulit melihat dekat
Pemeriksaan: UJI PINHOLE (+)
SNELEN CHART (+)
An. Delvin berusia 17 tahun datang dengan pandangan kedua
mata kabur saat melihat jauh. T anda vital TD 110/70mmHg,
HR: 91 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu afebris. Dari
pemeriksaan oftalmologi didapatkan hasil koreksi VODS S -4,00
 6/6. Tidak didapatkan kelainan di segmen anterior dan
funduskopi normal. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Miopia Ringan
b. Miopia Sedang
c. Miopa Berat
d. Astigmatisme Miopia Simpleks
e. Ambliopia
MIOPIA
Level Kompetensi: 4A
MIOPIA HIPERMETROPIA ASTIGMATISMA
KeyPoint KeyPoint KeyPoint
Bayangan jatuh didepan retina Bayangan jatuh dibelakang retina
Axis panjang Axis pendek Mata tenang visus turun
Mata tenang visus turun Mata tenang visus turun Benda seperti bergelombang
Sulit melihat jauh Sulit melihat dekat
Pemeriksaan: UJI PINHOLE (+)
SNELEN CHART (+)
Klasifikasi : Amsler Grid (+)
Miopia Ringan - Hipermetropia manifes Klasifikasi :
0,25 sampai -3,00 D Hipermetropia absolut Astigmatisme Simplek
Miopia Sedang  Hipermetropia fakultatif C-/C +
Astigmatisme Kompositus
-3,25 sampai -6,00 D Hipermetropia laten
C-S-/ C+S+
Miopia Berat Hipermetropia total Astigmatisme Mixtus
>6,00 D C+S-/ C-S+
Tatalaksana Tatalaksana Tatalaksana
Sferis (-) terlemah : concav Sferis (+) terkuat : konveks Silindris C+/C-
An. Regita, usia 8 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan mata
merah sejak seminggu yang lalu. Anak sering mengucek mata
karena terasa gatal dan seperti ada yang mengganjal. Terdapat
riwayat gatal dan asma pada ayah pasien. Riwayat trauma disangkal.
T anda vital HR : 91 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu afebris. VODS
6/6, secret bening. Tes Schirmer menunjukkan hasil 22 mm. Dokter
meresepkan sodium cromolyn 2% tetes mata . Temuan klinis yang
dijumpai pada kasus diatas adalah…
a. Bitot spot pada konjungtiva
b. tranta’s spots di limbus
c. Infiltrat dengan feathery like apperance
d. foamy tears pada konjungtiva forniks
e. ring-shaped lesion
KONJUNGTIVITIS ALERGI
Level Kompetensi: 4A
Keypoint : q Konjungtivitis Giant Papillary
q Gatal, riw atopi/ alergi Tanda dan Gejala: Terdapat hipertrofi papilla
q Sekret bening q Konjungtivitis Fliktenulari :
nodul keputihan dikelilingi area hiperemis pada
Keypoint : konjungtiva bulbar dekat limbuss
q Seasonal Allergic Conjunctivitis
berhubungan dengan allergen musiman seperti polen Penanganan :
q Perennial Allergic Conjunctivitis 1st antihistamin ED : sel mast stabilizer “ sodium
berhubungan dengan allergen tahunan seperti debu kromoglikat 2 %
rumah dan tungau 2nd anti histamin P.O
q Konjungtivitis Vernal 3rd Kortikosteroid PO (k.flikten)
•Tipe Palpebral → terdapat papilla tersusun cobble-stone
atau pavement-stone
•Tipe Bulbar → terdapat bintik keputihan sepanjang
limbus (tranta’s spots)
Tn Andro , usia 29 tahun, datang ke Rumah sakit dengan keluhan
nyeri dan pandangan kabur pada mata kiri sejak 2 hari lalu. Mata
juga dirasakan terasa mengganjal dan panas. Pasien mengaku
sempat terkena serpihan kayu saat bekerja. Tanda vital TD : 120/70
mmHg, HR : 91 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu afebris. Pada
pemeriksaan oftalmologis, ditemukan visus OS 5/60, tidak membaik
dengan pinhole , terdapat hipopion, injeksi silier(+), COA dalam,
dan lensa jernih, lesi satelit (+) Diagnosa kasus tersebut adalah?
a. Keratitis Bakteri
b. Keratitis Virus
c. Keratitis Jamur
d. Iridosiklitis
e. panoftalmitis
KERATITIS FUNGAL
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : infeksi kornea akibat jamur Pemeriksaan oftalmoskopi
q (Filamentous fungi (Aspergillus, Fusarium), Infiltrat dengan feathery like apperance 
q Non filamentous - Yeasts (Candida)) aspergilus
lesi satelit candida
Risk : Jamur tidak dapat menginvasi kornea seperti mikroba lain,
q Biasa didahului trauma mata oleh materi tumbuh2an (ranting) Pemeriksaan penunjang : KOH
q Penggunaan contact lens Aspergilus : hifa panjang / sejati
q Penggunaan steroid topikal, pasien immunocompromised Candida: yeast , pseudohifa, blastospora
q Operasi kornea
Penanganan :
Keypoint : Aspergilus : Natamisin 5%ED
q mata merah, nyeri, gatal Candida: Amfoterisin 1,5%ED
q Injeksi siliar
q Hipopion Komplikasi : keratitis + fluresent test (+) :
q Visus turun ulkus kornea
Nn. Elsa, usia 19 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan mata
kanan terasa nyeri. Pasien mengaku nyeri timbul setelah terkena bola
saat bermain volly. Pasien mengaku mual dan muntah. Pemeriksaan
tanda vital TD : 120/70 mmHg, HR : 91 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu
afebris. Hasil pemeriksaan oftalmologi: VOD 1/60, VOS 6/6 OD:
segmen anterior nampak edem palpebra, injeksi perikornea (+),
edema kornea, nampak kemerahan penuh pada COA kanan. OS:
dalam batas normal. TIO OD: 32 mmHg, TIO OS: 10 mmHg. Apakah
tatalaksana awal yang harus dilakukan saat ini?
a. Bedrest + Asetazolamid
b. Bedrest saja
c. Asetazolamid + Antikoagulan
d. Parasintesis saat ini juga
e. Antibiotik dan steroid topikal
GLAUKOMA SEKUNDER ET CAUSA HIFEMA TRAUMATIK
Level Kompetensi: 3A
Etiologi: Suplai darah ke N.optikus berkurang Pemeriksaan penunjang :
Risk : Peningktan produksi aquos humor / penurunan reabsorbsi aquos humor q Tonometri → mengukur IOP
Dx : Visus turun : mata merah/tenang, melihat Pelangi q Gonioskopi→ melihat sudut iridokornealis
GLAUKOMA AKUT: SUDUT TERTUTUP (3B) GLAUKOMA RONIK: SUDUT TERBUKA (3A) q Perimetri → melihat defek lapang pandang
Primary Angle Closure Glaucoma Etiologi: disfungsi trabekula → penurunan q Funduskopi : Cup-disc ratio abnormal
Etiologi : Obstruksi trabekula oleh iris ekskresi aquaeus humour →neuropati KLASIFIKASI :
optik q KONGENITAL : terjadi usia 0-28 hari, terpejam
Keypoint : Keypoint : saat melihat cahaya, sklera biru, bulboftalmus
q mata merah visus turun mendadak q Visus turun perlahan, nyeri kepala q PRIMER : Bukan disebabkan penyakit mata yang
q Nyeri kepala sedang berat, mual, muntah ringan mendahului
proyektil q PD: TIO meningkat / normal , COA q SEKUNDER : komplikasi dari kondisi tertentu (ex.
q PD: TIO > 21, COA dangkal , cup to disc dalam, cup to disc ratio > 0.5. Lapang Trauma, katarak, hifema: perdarahan pada
ratio > 0.5, Lapang pandang menyempit pandang menyempit camera oculi anterior)
Th/
Inisial: Th/
q Asetazolamid HCl 500mg p.o, dilanjutkan q Medikamentosa : Prostaglandin (-prost)
4 x 250mg/hari atau pilocarpine
q Timolol maleat 0,5%, 2 x 1 tetes/hari,
Pilocarpine 2%, q Definitif :Trabekuloplasty

Definitif: iridotomi (iridektomi) Bayonet sign in glaucoma : Pembuluh darah


Tn. Dewangga, usia 50 tahun datang dengan keluhan kedua mata
terasa berpasir, gatal dan tidak nyaman, namun pasien sering sekali
merasa matanya kering dan mengganjal. Pemeriksaan tanda vital TD :
140/70 mmHg, HR : 81 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu afebris.
Dilakukan pemeriksaan dengan kertas filter selama 5 menit dan
didapatkan hasil kertas basah sepanjang 8 mm. Pemeriksaan visus
ODS 6/6, funduskopi tidak didapati edema papil dan papil berwarna
jingga serah. Apakah diagnosis yang mungkin diderita pasien?
a. Konjungtivitis vernal
b. Konjungivitis bacterial
c. Konjungtivitis viral
d. Keratokonjungtivitis sicca
e. Konjungtivitis fungal
KERATOCONJUNCTIVITIS SICCA
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : proses degenerative : bells palsy, qP. Penunjang :
hyperthyroid - air mata mengandung mukus : Foamy
Risk : usia > 40 tahun tears(+) pada konjungtiva forniks
- Penilaian produksi air mata dengan tes
Diagnosa : Schirmer menunjukkan hasil <10 mm (nilai
qMata terasa nyeri: kering : berpasir normal ≥20 mm).
qPD : Mata merah , visus normal - Tear Meniscus (TM),
qRisk (+) - Fernig Test,
- osmolaritas meningkat
Tatalaksana :
artificial tears (ED)
Komplikasi :
keratitis, infeksi
An. Risma , usia 10 tahun dibawa ke puskesmas oleh ibunya
dengan keluhan sering menabrak benda terutama saat sore
menjelang malam hari. Dari anamnesis didapatkan pasien sulit
makan sejak kecil dan memiliki alergi susu sapi. Tanda vital HR
: 81 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu afebris Hasil pemeriksaan
oftalmologi didapatkan visus ODS 6/6, konjungtiva dan kornea
tampak kering (+). Tatalaksana yang tepat adalah...
a. Air mata buatan
b. Gentamisin tetes mata
c. Suplementasi vitamin A
d. Pembedahan
e. Suplementasi vitamin B1, B6, dan B12
XEROPHTHALMIA / RABUN SENJA
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : Defisiensi Vitamin A
Keypoint :
q Penurunan tajam penglihatan diwaktu sore malam hari
q PD : visus normal: ↓saat malam hari, mata tenang
q Faktor risiko: Malnutrisi, diet sayur/buah ↓

Klasifikasi:
Tipe Xn : xeropthalmia tanpa kelainan konjungtiva
Tipe X1a : xerosis konjungtiva
Tipe Xib: Bitot spot
Terapi :
Tipe X2 : xerosis kornea
q Vitamin A
Tipe X3a : ulkus < 1/3 kornea
< 6 bulan 50.000IU
Tipe X3b: ulkus >1/3 kornea
6-11 bulan 100.000IU
>11 bulan 200.000
Hari 1, Hari 2 dan Hari 15
Tn. Frederick, usia 30 tahun, datang dengan keluhan mata merah sejak 4
hari yang lalu. Keluhan disertai gatal, nyeri, dan berair. Pasien
mengeluhkan bahwa setiap kali pasien bangun pagi banyak kotoran mata
yang lengket seperti pada gambar dibawah. Keluhan tidak disertai dengan
penurunan penglihatan. Tanda vital TD 110/80mmHg, HR 78kali/mnt, RR
18kali/mnt, suhu 36.9C. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada
pemeriksaan oftalmologis didapatkan kemosis, injeksi konjungtiva, sekret
mukopurulen, ditemukan papil pada konjungtiva tarsal, VODS 6/6.
Diagnosis yang paling sesuai untuk pasien ini adalah…
a. Konjungtivitis viral
b. Konjungtivitis bacterial
c. Keratokonjungtivitis fungal
d. Blepharitis
e. Keratitis bakterial
KONJUNGTIVITIS BAKTERI
Level Kompetensi: 4A
Etiologi : Etiologi :
Bakterial : Viral :
q Non sTDs : streptococcus sp, stapilococcus sp q Adenovirus
q sTDs : N. Gonorrhea, C. Trachomatis q H.zoster , herpes simpleks
Keypoint :
Keypoint : Dx : konjungtivitis viral simpleks
q Masa merah q Masa merah
q Visus normal q Visus normal
q Injeksi konjungtiva q Injeksi konjungtiva
q Nyeri (+), secret mukopurulen/purulent q Nyeri (+), secret bening
Jika ada riw. Promiskuitas(+) : Th/ artifisial tears + simptomatis
q Diplokokus gram negative (+) konj. GO
q Diplokokus gram negative (-) trachoma Jika ada ruam diwajah  vesikel dasar eritema , nyeri (+) :
Th/ q Riw. Promiskuitas(+) : konjungtivitis herpes simpleks
q Hygienitas mata q Riw. Promiskuitas(-) : ruam tersusun dermatome (+) , unilateral
q Kompres hangat 15 menit/4-6 jam : konjungtivitis herpes zoster
Farmakologi: Th/ asiklovir 3%-5%
q Ab. Topikal : kloramfenikol ED/salep , gentamisin
q Ab sistemik : GO/ trachoma
Ceftriaxone 250 mg IM + azitromisin 1 gr (PO) : GO
azitromisin 1 gr (PO): trakoma
Nn. Hennesey, usia 20 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
kelopak mata kanan merah dan nyeri sejak 2 hari terakhir. Pasien
menyebutkan bahwa bulu matanya rontok. Sebelumnya pasien
merasakan gatal pada mata kanannya. Tanda vital TD 110/70mmHg,
HR 69kali/mnt, RR 19kali/mnt, suhu 36.9C. Pemeriksaan fisik
oftalmologis didapatkan VOD 6/6, injeksi konjungtiva minimal, terdapat
skuama kekuningan disertai edema dan hiperemis pada margo
palpebra seperti gambar dibawah: Diagnosis yang tepat adalah…
a. Kalazion
b. Blepharitis Posterior
c. Blepharitis Anterior
d. Hordeolum
e. Konjungtivitis bakterial
BLEFARITIS
Level Kompetensi: 4A.
BLEFARITIS ANTERIOR BLEFARITIS POSTERIOR
BLEFARITIS SEBOROIK Blefaritis seboroik Etiologi : staph. aureus
Etiologi : malasezium sp Keypoint :
Keypoint : q Nodul berisi cairan warna putih pada
q skuama kekuningan berminyak; gatal; kelopak mata

BLEFARITIS ulseratif
Etiologi : staph. aureus
Blefaritis ulseratif
Keypoint :
q Krusta/keropeng di palpebra dan diangkat berdarah
Tatalaksana :
q Jaga kebersihan mata
q Kompres hangat 4-6x sehari selama 15 menit (lakukan dengan mata tertutup)
q Farmakologi :
q Topical : Gentamicin salep, kloramfenikol Salep / ED ; Basitrasin salep
q sistemik : Doksisiklin 1×100 mg ( 2-4 Mgg ) Azitromisin 1×500 mg (5 Hari )
Tn. Shahab, usia 54 tahun, datang ke praktek klinik dokter umum
dengan keluhan pandangan kabur sejak 4 bulan terakhir. Pandangan
kabur semakin lama makin memberat. Tidak ada mata merah maupun
berair. Pasien memiliki riwayat DM sejak 7 tahun yang lalu namun tidak
rutin kontrol. Gula darah pasien terakhir 3 bulan lalu yaitu GDS 200
mg/dL. Riwayat hipertensi disangkal. Dalam pemeriksaan fisik didapati
TD : 130/80 mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 18 x/menit, suhu afebris.
Hasil funduskopi didapatkan mikroaneurisme, soft exudate (+)
Diagnosis yang sesuai adalah …
a. CRVO
b. CRAO
c. Hipertensi retinopathy
d. Proliferative diabetic retinopathy
e. Non-proliferative diabetic retinopathy
RETINOPATI DIABETIK NON PROLIFERATIF
Level Kompetensi: 2.
Reinopati Diabetik Retinopati Hipertensi

Keypoint : Keypoint :
q Penurunan visus q Penurunan visus
q Mata tenang q Mata tenang
q Riw. DM q Riw. HT

Funduskopi :
Funduskopi : q blot dot haemorrhages
q Soft exudate (cotton wall patches) q cooper wiring
q Hard exudate q av crossing
q Neovaskularisasi (+) PROLIFERATIF q silver wiring
q Neovaskularisasi (-) non PROLIFERATIF
Tn. David, usia 59 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan nyeri mata
kanan hebat disertai mata merah dan hilangnya fungsi penglihatan. Pasien
juga mengeluhkan fotofobia. Pasien baru saja pulang dari RS yang sama
setelah operasi katarak 3 hari yang lalu. Keluhan dirasakan makin hari
makin memberat. Riwayat trauma disangkal. Dalam pemeriksaan fisik
didapati TD : 130/90 mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 16 x/menit, suhu afebris.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan VOD NLP, palpebra edema &
hiperemis, kemosis, edema kornea, hipopion (+), dan gerak bola mata
yang terbatas oleh karena nyeri. Pemeriksaan visus sulit dilakukan. Apa
diagnosis yang tepat?
a. Uveitis anterior
b. Uveitis posterior
c. Choroiditis
d. Endoftalmitis
e. Panoftalmitis
PANOPHTHALMITIS
Level Kompetensi: 2
ENDOFTALMITIS (3B) PANOFTALMITIS (2)
Etiologi :
q Eksogen : infeksi (jamur, bakteri, parasit), post trauma, post operasi katarak
q Endogen : infeksi sistemik (sepsis)
Definisi : Peradangan struktur internal bola mata, yaitu Definisi : Peradangan purulent berat keseluruhan bola mata
jaringan uvea dan retina termasuk kapsula Tenon

Keypoint: Keypoint:
q Mata merah , visus turun q Mata merah , visus turun
q Fotofobia q Kornea : edema dan berkabut
q Hipopion q COA : hypopyon
q amaurotic cat’s-eye reflex q Tekanan intraocular → sangat meningkat
q nyeri dan hambatan saat gerakan bola mata (-) q nyeri dan hambatan saat gerakan bola mata (+)

Tatalaksana : Tatalaksana :
q Antibiotik: Injeksi intravitreous : vankomisin, ceftadizim, q Rujuk : Antibiotik: kloramfenikol, steroid) , Definitif
amikasin, (eviserasi/enokleasi)
q Steroid IV, siklopegik, antiglaukoma
q Definitif (vitrektomi)
Tn. Yuno, usia 63 tahun, datang berobat dengan keluhan kedua mata nyeri
mendadak sejak 1 jam yang lalu. Keluhan disertai mata merah, pandangan
buram, nyeri kepala dan mual. Pasien sempat muntah sebanyak 1 kali.
Riwayat trauma disangkal. Riwayat penyakit jangka Panjang tidak diketahui
pasien. Pada pemeriksaan fisik didapati TD : 140/70 mmHg, HR : 85
x/menit, RR : 18 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik diperoleh
VODS 2/60, injeksi sklera (+), COA normal, lensa keruh, shadow test (+),
TIO OD / OS : 36 / 38 mmHg. Diagnosis yang sesuai untuk kasus di
atas adalah...
a. Glaukoma Fakomorfik
b. Glaukoma Fakolitik
c. Glaukoma sudut terbuka
d. Glaukoma Fakoanafilaktik
e. Glaukoma Primer
GLAUKOMA FAKOMORFIK
Level Kompetensi: 3B
KATARAK SENILIS 3A
etiologi : peningkatan pajanan matahari, peny.metabolic : DM
Keypoint: Mata tenang, visus turun perlahan
KATARAK INSIPIEN KATARAK IMATUR KATARAK MATUR KATARAK HIPERMATUR
q Visus > 6/60 q Visus 5/60-1/60 q Visus 1/60 – 1/≈ q Visus 1/≈
q Kekeruhan terjadi di perifer q Kekeruhan SEBAGIAN : q kekeruhan sudah mengenai q kekeruhan sudah mengenai seluruh
korteks dan biasanya belum terjadi di posterior nukleus seluruh lensa lensa, Atrofi (+)
menimbulkan gangguan lensa. q Atrofi (-) q Pencairan korteks dan nukleus
tajam penglihatan. q Shadowtest (+) q Shadowtest (-) tenggelam ke bawah (katarak
q Shadowtest (-) q Glaukoma fakomorfik Morgagni) sehingga merembes keluar
dari kapsul lensa
q Shadowtest Pseudopositif
q Glaukoma fakolisis

KATARAK KONGENITAL (2) KATARAK TRAUMATIKA 3A


q Etiologi : infeksi Rubella virus Etiologi : trauma lensa
q Keypoiint : kekeruhan pada lensa neonates, Keypoint : pandangan berasap / berawan, Risk (+),
penyakit kongenital lain : tuli/ kelainan jantung, Riw TORCH Opthalmologi : rosette/ stellate / bintang
q Rujuk Tatalaksana : rujuk (Ekstraksi Lensa → pemasangan IOL)
Ny. Reitman, usia 40 tahun, berkonsultasi ke Klinik dokter umum
karena sebagian besar unggas di peternakannya mati mendadak 2
hari lalu tanpa sebab yang jelas. Ny. Reitman sempat memeriksa
unggas tersebut dengan APD berupa sarung tangan. Saat ini Ny.
Reitman menyangkal mengalami keluhan demam, sesak nafas
maupun batuk berdahak. Pada pemeriksaan didapatkan TD 110/60
mmHg, HR 74x/menit, RR 22x/menit, dan suhu 36.7°C Tatalaksana
yang sebaiknya diberikan pada pasien adalah...
a. Azitromisin 1 x 500 mg PO single dose
b. Oseltamivir 1 x 75 mg PO selama 7 hari
c. Oseltamivir 2 x 75 mg PO selama 5 hari
d. Pseudoefedrin HCl 60 mg PO selama 3 hari
e. vitamin C 1x500 mg per oral
FLU BURUNG
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : H5N1 Pemeriksaan penunjang :
Faktor Risiko : kontak dengan unggas yang Darah rutin : leukopenia (MN↑ )
sakit/mati x-ray thorax : ground glass app
Baku emas : PCR / kultur virus
Key Point :
qDemam > 39C Definisi kasus :
qSesak nafas berat ( RR > 30kali/mnt, HR↑), qSuspect : Gejala tanda (+)
cuping hidung, sianosis, retraksi dinding qProbable : Gejala tanda (+) pemeriksaan
dada penunjang foto thorax atau pasien mati
qBatuk berdahak (putih) qConfirm : Gejala tanda (+) pemeriksaan
qRisk (+) Gold standard
qPD : ronkhi basah
Tatalaksana :
Oseltamifir 2 x 75 mg (5 hari)
Profilaksis : Oseltamifir 1 x 75 mg (7-10 hari)
Tn Ranfi usia 50 tahun datang ke poliklinik paru dengan keluhan sesak
napas dan batuk kering sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat sesak kambuh-
kambuhan sebelumnya disangkal. Dari anamnesis pasien merupakan
pekerja tambang sejak 25 tahun dan jarang memakai masker saat
bekerja. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/70
mmHg, denyut nadi 87x/menit, laju pernapasan 28x/menit, suhu 36,7 C,
pemeriksaan penunjang foto thorax didapatkan gambaran ground glass
appearance. Apakah factor resiko yang paling mungkin pada pasien
ini?
a. Debu silika
b. Paparan asbes
c. Paparan kapas
d. Paparan karbon
e. Infeksi bakteri
PNEUMOKONIOSIS (PENYAKIT PARU KERJA)
Level Kompetensi: 2
Definisi : Penyakit paru akibat paparan debu kerja selama bertahun-tahun

KLASIFIKASI

SILIKOSIS ASBESTOSIS Coal Worker Pneumoconiosis/ Bisinosis / Monday fever


q Pekerja keramik, pasir, q Pekerja galangan kapal, Black Lung/ Antrakosis / Brown lung disease / Mill
pemecah batu pembuatan kabel q Pekerja tambang batu bara Fever
q Rentan mengalami TB q Rentan mengalami kanker  Paparan debu batu bara q Pekerja pabrik kapas,
q Gambaran egg shell paru, mesothelioma → inhalasi karbon tekstil
kalsifikasi q Gambaran ground glass q Sputum kehitaman, rentan q Sesak di hari pertama
mengalami gejala PPOK bekerja
q Gambaran fibrosis progresif
Ny Rose usia 38 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
lama berdahak kehijauan sejak 1 bulan. Keluhan disertai dengan
demam kadang kadang. Keluhan disertai demam dan keringat malam.
Penurunan berat badan disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan TD
110/70mmHg, HR 78kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37.5C, stem fremitus
meningkat, suara napas vesikuler terdengar ronkhi basah kasar di apex
paru kanan. Setelah dilakukan pemeriksaan sputum BTA SP, hasilnya(-
/-). Apa tindakan selanjutnya yg akan dilakukan pada pasien ini?
a. Cek Sputum BTA ulang
b. Terapi OAT
c. Terapi MDR
d. Terapi antibiotik non OAT
e. Terapi antibiotic Quinolone
TB PARU
LEVEL KOMPETENSI: 4A
Tn. Kaleb, 24 tahun, datang dibawa temannya ke IGD pasca
kecelakaan lalu lintas. Menurut keterangan saksi, pasien terlempar
dari motor dan menabrak pagar kayu. Pada pemeriksaan
didapatkan TD 120/70 mmHg, HR 100x/min, RR 36x/min, suhu
afebris. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan defek pada dinding
dada dengan diameter + 7 cm, perkusi hipersonor, auskultasi bunyi
vesikuler menurun. Tatalaksana awal terkait kondisi pasien
adalah…
a. Needle decompression
b. Pemasangan WSD
c. Perikardiosentesis
d. Balut kasa 3 sisi
e. Operasi rekonstruksi cito
PNEUMOTHORAX
Level Kompetensi: 3B
Definisi : Terjadi akibat penumpukan udara/gas di dalam kavum pleura → menghambat ekspansi paru-paru
Keypoint: KLASIFIKASI
q Sesak nafas ( tidak q Closed pneumotoraks Pneumotoraks spontan
berkurang perubahan Luka/jejas (-) WSD q Primer: pasien tidak punya
posisi) penyakit paru.
q Nyeri dada q Open pneumotoraks q Sekunder: komplikasi penyakit
Luka/jejas (+)  plaster 3 posisi, WSD
PD : paru, misal PPOK, asma, TB, dll
q Inspirasi : asimetris q Tension pneumothorax
q Palpasi : fremitus ↓ TVJ meningkat
q Perkusi : hipersonor Sesak makin bertambah
q Auskultasi : vesikuler ↓ Auskultasi : suara paru menghilang
Pemeriksaan Penunjang : Hipotensi/ TTV tidak stabil
q Hiperlusen Th/
q Pleural line (paru-paru q ABCD
kolaps) q Needle thoracosintesis ICS 2/3
midclavicularis
q Trakea terdorong kesehat q Dilanjutkan WSD

Pleural line

Area hiperlusen avaskular


Ny. Sammy, usia 38 tahun, datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak
napas yang memberat sejak 3 hari terakhir. Sebelumnya pasien sempat
mengeluhkan nyeri dada kanan bila menarik napas atau batuk. Keluhan
sesak berkurang jika miring ke kanan dan bertambah berat bila miring ke
kiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70mmHg, HR 89kali/mnt,
RR 26kali/mnt, suhu 37.2C, perkusi redup pada hemitoraks kanan,
asukultasi vesikuler melemah. Pemeriksaan foto thorax didapatkan
meniscus sign (+). Diagnosis pada kasus ini adalah...
a. Hematothorax
b. Pneumothrax
c. Efusi pleura
d. Abses paru
e. Atelektasis
EFUSI PLEURA
Level Kompetensi: 3A
Definisi :
akumulasi cairan pelura yang
berlebihan > 15 ml di rongga pleura.

Tipe efusi :
q Hydrothorax (cairan)
q Hemothorax (darah)
q Chylothorax
q Pyothorax atau empyema (nanah)

Key Point:
q Sesak Nafas dipengaruhi posisi Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang: Tatalaksana :
q Nyeri Dada Radiologi ( Foto thorax) : Tes rivalta : q Resusitasi
q Opasitas/ Corakan homogen membedakan cairan q Bed rest Posisi
PD : pada inferior paru eksudat dan transudat. semifowler 45 derajat
q Inspeksi : asimetris q trakea deviasi ke bagian q Rivalta (+), keruh  q Chest tube + Water
q Palpasi : fremitus dapat melemah sehat eksudat. Rivalta (-), Seal Drainage (WSD)
q Perkusi : redup q sudut costofrenicus tumpul, jernih  transudat. q Terapi simtomatis
q Auskultasi : vesikuler melemah meniscus sign (+).
By Gracie lahir pada usia gestasi 38 minggu. Ibu pasien mengalami
infeksi cairan ketuban sehingga bayi dilahirkan secara SC. Bayi jenis
kelamin perempuan dengan berat badan lahir 3.800 gram. Setelah 4
jam pasca kelahiran, bayi tampak sesak. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan HR 160x/menit, RR 70x/menit, suhu 37,0°C, terdapat
napas cuping hidung, dan retraksi subcostal. Gambaran radiologi
tampak fisura paru yang prominen disertai hiperinflasi. Diagnosis
yang paling mungkin pada kasus ini adalah...
a. Hyaline membrane disease
b. Transient tachypnea of newborn
c. Respiratory distress syndrome
d. Sepsis neonatorum
e. Meconium aspiration syndrome
SINDROMA ASPIRASI MEKONIUM
Level Kompetensi: 2.
HYALIN MEMBRANE DISEASE (HMD) Transient tachypnea of the newborn (TTN) SINDROMA ASPIRASI MEKONIUM
Definisi : Gangguan distres pernafasan yg sering
ditemui pada bayi prematur Definisi : reflkes bernafas belum sempurna Etiologi ; Tertelan/ masuknya mekonium
Faktor Risiko : prematur Faktor Risiko : SC kedalam saluran nafas. Distress intrauterin
dapat menyebabkan keluarnya mekonium ke
Key Point : Key Point : cairan amnion.
q Riwayat kelahiran kurang bulan q Riwayat SC Faktor Risiko : Korioamnionitis
q takipnea, grunting, retraksi dinding dada, q takipnea, grunting, retraksi dinding
sianosis dada, sianosis Key Point :
q Tanda2 prematuritas q Mekonium jernih q Riwayat ibu dengan korioamnionitis
q Cukup bulan/post term q takipnea, grunting, retraksi dinding dada,
Pemeriksaan penunjang : q Sesak napas saat atau segera setelah sianosis
x-ray thorax : ground glass appearance / lahir q Mekonium keruh/kehijauan
reticulogranular pattern, air bronchogram. q Cukup bulan/post term
Ada 4 stadium : Pemeriksaan penunjang :
q Std I : pola retikulogranuler § x-ray thorax : sunburst” pattern. Pemeriksaan penunjang :
q Std II : stadium 1 + air bronchogram § x-ray thorax : gambaran rontgen toraks
q Std III : stadium 2 + batas jantung paru kabur Terapi : berupa patchy opacity dengan air
q Std IV : stadium 3 + white lung Resusitasi trapping dan hiperinflasi paru.
Rujuk
Terapi : Terapi :
Resusitasi Resusitasi
Rujuk ke rs  intratrakeal surfactan Rujuk
Ny. Nandira, usia 68 tahun, tampak sesak pada hari ke-2 perawatan
di rumah sakit. Pasien sedang dalam perawatan dengan diagnosis
stroke. Diketahui bahwa penunggu pasien sering menyuapi pasien
untuk makan dalam posisi setengah berbaring. Pada pemeriksaan
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 100x/min, RR 30x/min, suhu 39.3C
ronkhi basah kasar pada basal paru kanan. Dokter jaga segera
melakukan foto thoraks dan didapatkan gambaran infiltrat pada basal
paru kanan. Kemungkinan diagnosis pasien adalah...
a. Pneumonitis hipersensitif
b. Pneumonia komunitas
c. Foreign body aspiration
d. Pneumonia aspirasi
e. Pneumonitis aspirasi
PNEUMONIA KLASIFIKASI
Level Kompetensi: 3B. Community Acquired Pneumoni (Cap)
Didapat Dari Masyarakat
Definisi : Suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
Hospital Acquired Pneumoni (HAP)
(bakteri, virus, jamur, parasit).
Didapat setelah rawat inap 48 jam di rumah sakit
Key Point:
Demam tinggi 39-40c VAP (Ventilator ACQUIRED PNEUMONI)
sesak nafas, Riwayat penggunaan ventilator > 48 jam
Batuk dahak purulen, Pneumonia Aspirasi
PD : RPT : stroke  tersedak (refleks menelan <<)
q Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas
q Palpasi : fremitus dapat mengeras Tatalaksana :
q Perkusi : redup Kriteria rawat inap CURB 65
q Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial q Confusion : skor 1
yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki q Blood Urea nitrogen > 20 mg/dL : skor 1
basah kasar pada stadium resolusi. q Respiratory rate > or = 30 breaths/min : skor 1
q BP sistolik n< 90 mm Hg or Diastolic BP < or = 60 mm Hg : skor 1
Pemeriksaan penunjang: q Age 65 : skor 1
Radiologi ( Foto thorax) : Dewasa :
• Konsolidasi inhomogen, Skor 1 : rawat jalan - Per Oral 1st Makrolida
Skor 2 : rawat inap - Parenteral 2nd quinolon
• airbronkogram,
Skor ≥ 3 : R.ICU – parenteral 3rd Beta Laktam
• infiltrat di lobus paru kecuali apex
Anak-anak
right middle lobe (RML)
Ringan : b-lactam , Makrolida
pneumonia
Berat : Ampisilin IV, cefalosporin IV
Bams, usia 17 tahun, dibawa ke IGD karena sesak napas mendadak
saat sedang membersihkan rumah. Keluhan serupa beberapa kali
dialami pasien. Keluhan disertai dengan batuk. Keluhan demam
disangkal. Dalam satu bulan ini pasien masuk IGD karena keluhan
ini sebanyak 3x. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
110/70mmHg, HR 110x/min, RR 30x/min, suhu afebris, SpO 2 94%,
terdengar mengi pada akhir ekspirasi. Pemeriksaan foto thorax
didapatkan peningkatkan corokan bronkovaskular. Derajat asma
pada pasien berdasarkan frekuensi kekambuhan adalah...
a. Asma intermiten
b. Asma persisten ringan
c. Asma persisten sedang
d. Asma persisten berat
e. Asma mengancam nyawa
ASMA BRONKIAL
Level Kompetensi: 4A
Definisi : Penyakit heterogen yang ditandai dengan KLASIFIKASI ASMA
inflamasi kronis pada saluran napas. Reversibel, Episodik,
Reaksi hipersensitivitas tipe I
ASMA STABIL ASMA EKSASERBASI
Etiologi: diperantarai oleh IgE, histamin, alergen • Berdasarkan frekuensi kekambuhan q Berdasarkan derajat
F. Risiko : Riwayat atopi • Berdasarkan terkontrol / tidak serangan
• Klasifikasi asma anak
Key Point: Th/Controller Th/Reliever
Gejala Obstruksi Bronkial : Sesak Napas, mengi +/-, Batuk
berdahak putih +/-, alergen, riw. atopi

Pemeriksaan Fisik :
Auskultasi: Wheezing , Expirasi Memanjang

Pemeriksaan penunjang:
q Spirometri : Menilai Obstruksi Jalan Napas  Obstruksi
: FEV1 / FVC < 75% , FEV1 ≥ 15% post bronkodilator
q Radiologi ( Foto thorax) : normal / peningkatan corakan
bronkovaskular (hipervaskularisasi)
q Darah lengkap peningkatan IgE, eosinofil
q Prick test (+)
q Patch test (+)
ASMA BRONKIAL
Level Kompetensi: 4A
SERANGAN SERANGAN HASIL SPIROMETRI TERAPI
HARIAN MALAM

ASMA INTERMITEN < 1 X/MINGGU < 2 kali/bulan FEV1 ≥ 80% -

PERSISTEN RINGAN > 1 KALI/MINGGU > 2 kali/bulan FEV1 ≥ 80% Glukokortikosteroid


inhaler (budesonide
puff)
PERSISTEN SEDANG TIAP HARI > 2x / bulan FEV1 60-80% Glukokortikosteroid
inhaler + LABA Inhaler
(formoterol puff)
PERSISTEN BERAT TERUS MENERUS sering FEV1 < 60% Glukokortikosteroid
inhaler + LABA Inhaler +
Glukokortikoid sistemik
+ Teofilin
+ leukotriene modifiers
Tn Rahman, usia 55 tahun datang dengan keluhan sering lemas dan
terkadang pasien merasa berdebar-debar disertai keringat dingin serta ingin
pingsan. Tanda vital TD 120/70mmHg, HR 102kali/menit, RR 22kali/mnt,
suhu 37C. Pada pemeriksaan penunjang EKG ditemukan gambaran
sebagai berikut.

Diagnosis pasien tersebut adalah?


a. Blok AV Derajat 3
b. Supraventricular Extrasystole Trigemini
c. Premature Ventricular Complex Bigemini
d. Ventricular Extrasystole Triplet
e. Ventricular Extrasystole Trigemini
VENTRICULAR EXTRASYSTOLE
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Berdasarkan jumlah fokus ectopic Berdasarkan pola munculnya
§ Gangguan VES monomorfik/unifokal VES repetitif
elektrolit VES Polimorfik/Multifokal • Bigeminy : VES muncul tiap denyutan ke 2 irama dasar
§ Efek samping • Trigeminy: VES muncul tiap denyutan ke 3 irama dasar
pengobatan
§ Kelainan
hormonal tyroid
§ ACS

Diagnosis :
§ Jantung berdebar-
debar / palpitasi
§ TTV HR > 100x/I
Pemeriksaan
penunjang : Berdasarkan frekuensi VES berkelompok
§ EKG  muncul • VES jarang (sampai dengan 5x/menit) • Salvo/couplet, 2 VES muncul berturutan
kompleks QRS • VES frekuen (lebih dari 5 x/menit) • VES Triplet = run of VT
tanpa di dahului
gelombang p
Tn. Lukas, usia 59 tahun, datang dengan keluhan sesak sejak 4 tahun
yang lalu. Sesak dirasakan memberat dengan aktivitas dan reda dengan
istirahat. Pasien tidur dengan 3 bantal. Terdapat edema tungkai pada
pasien. Riwayat merokok 20 tahun. Riwayat darah tinggi dan diabetes
melitus disangkal. Pemeriksaan fisis tekanan darah 110/90mmHg,
frekuensi nadi 113x/menit, RR 29x/menit, suhu afebris, pemeriksaan JVP
5+3cm, dada barrel chest , sela interkosta melebar, retraksi interkosta,
heaving epigastrium. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
hepatomegali. Edema tungkai positif. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Gagal Jantung Kanan
b. Gagal Jantung Kiri
c. Congestive Heart Failure (CHF)
d. Acute Lung Oedem
e. Cor Pulmonale
COR PULMONALE DISEASE
Level Kompetensi: 3B
GAGAL JANTUNG KANAN GAGAL JANTUNG KIRI
q Kata Kunci : Edema Pretibial ; Peningkatan TVJ ; • Kata Kunci : Ortopnea; DOE/ Dipsnea on effort;
Asites , hepatosplenomegali Terbanguntiba-tiba malam Hari Karena Sesak
(Paroksismal Nocturnal Dypsnea ) ; Rhonki Basah Basal
q Pem. Penunjang :
Foto Thorax : Cardiomegali ( CTR > 50% ) ; • Pem. Penunjang :
§ Jantung Globular (RAH) Foto Thorax : Cardiomegali ( CTR > 50% ) ;
§ Jantung Sepatu “ Boot Shaped “ (RVH) 1. Double Contour (LAH)
2. Apex tertanam / Tenggelam (LVH)
EKG : EKG :
§ P Pulmonal ( RAH ) 1. P Mitral ( LAH )
§ Gel R/S di V1 atau V2 > 1 atau di V5 dan V6 < 1 2. Gel S di V1 atau V2 + Gel R di V5 atau V6 ≥ 35 mm (LVH)
(RVH)
GAGAL JANTUNG
SMART WAY :
q Jika Gagal jantung Kanan + PPOK / ASMA KRONIS : Cor Pulmonale Disease
q Jika Gagal Jantung Kanan + Gagal Jantung Kiri : Congestive Heart Failure (CHF)
q Jika Gagal Jantung Kanan + Gagal jantung Kiri dengan Foto Thorax “ Bat Wing Appearance / Kerley B Lines “ :
Gagal Jantung Akut ( Acute Lung Oedem ) “
Tn. Bruno, 60 tahun, datang ke IGD dengan keluhan penurunan
kesadaran sejak 1 jam yang lalu. Diketahui pasien sering pingsan sejak
seminggu yang lalu. Keluhan disertai dengan pusing-pusing dan mudah
lelah saat beraktivitas. Tidak terdapat riwayat demam dan keringat
banyak. Pemeriksaan fisik tekanan darah : 120/80 mmHg, HR:
43x/menit, RR 25x/mnt, Suhu: 36,5C dan pada auskultasi jantung
ditemukan murmur(+). Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal.
Pada pemeriksaan EKG ditemukan gambaran seperti berikut. Tindakan
yang tepat di IGD adalah…
a. Pemasangan pacemaker
b. Observasi dan monitor
c. Injeksi Atropin 0,5 mg IV
d. Injeksi Atropin 5 mg IV
e. Dopamin 2 mg/kgbb IV
BRADIARITMIA
Level Kompetensi: 3A
Defenisi: Gangguan irama jantung dimana HR < 60 x/I
Etiologi: gangguan pembentukan impuls, gangguan konduksi impuls
Faktor risiko: atlet, usia tua, infark miokard, BBlocker
AV BLOK GRADE I AV BLOK GRADE II/ morbitz tipe I AV BLOK GRADE II/ morbitz tipe II

AV BLOK GRADE III/ TOTAL AV BLOK


Tn Calvin berusia 29 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan
jantung berdebar-debar sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluh
sesak nafas, demam naik turun dan nyeri sendi berpindah-pindah
yang hilang timbul satu bulan ini. Sebelumnya pasien memiliki riwayat
sakit tenggorokan namun tidak diobati. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan TD 120/90 mmHg, HR 80x/mnt, RR 22x/mnt
dan suhu 37C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suara murmur
sistolik grade 3/6 di midclavikula. Apakah kelainan pada pasien ini?
a. Stenosis katup mitral
b. Regurgitasi katup mitral
c. Stenosis katup trikuspidal
d. Regurgitasi katup trikuspidal
e. Stenosis aorta
MITRAL INSUFISIENSI
Level Kompetensi: 2
PENYAKIT KATUB JANTUNG
qMI-SA-S (Sistol)
qMS-AI-D (Diastol)

1. Tentukan katup yang bermasalah  Lihat


lokasinya :
ICS II Parasternal dextra : aorta
ICS II Parasternal sinistra : pulmonal
ICS IVParasternal sinistra: trikuspid
ICS IV midklavikula/apex: mitral

2. Tentukan fase murmurnya:


(sistolik/diastolik)
Ny. Selen, usia 66 tahun, datang ke IGD RS dengan keluhan
kelemahan lengan dan tungkai kiri disertai bicara pelo dan mulut
mencong. Pasien mengeluhkan mengalami dada berdebar-debar
sesaat sebelum serangan terjadi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 120x/menit, ireguler, napas
20x/menit. Pada pemeriksaan EKG didapatkan gambaran seperti di
bawah ini. Apa gambaran EKG pasien ini?
a. Atrial flutter
b. Atrial fibrilasi
c. Sinus takikardi
d. Fibrilasi ventrikel
e. Takikardi ventrikel
TACHYARRHYTMIA
Level Kompetensi: 3B.
Tachyarrhytmia
q Jantung berdebar debar,
q Gangguan irama jantung, HR > 100x/menit
q Nadi teraba
q Perlu diperhatikan kompleks QRS –Narrow QRS  masalah dari atas/supraventrikel
q Wide QRS  masalah ada pada ventrikel
Narrow QRS Wide QRS
Reguler (jarak R-R) Ireguler (jarak R-R) Reguler (jarak R-R) IReguler (jarak R-R)
Supraventricular tachycardia Atrial Flutter Atrial Fibrilasi Ventricular tachycardia (VT) VF/ VT POLIMORFIK
(SVT) • Gambaran gigi gergaji • Gelombang P menghilang monomorfik
• Gelombang P tidak tampak (saw-tooth)
(tertutup gelombang T)
1st Manuver Vagal ( KI : Bruit • BB or CCB § Rate : beta blocker CCB Amiodarone 150 mg IV
Karotis ; TIA ; Riw. VT / VF) non dihidropiridine
2nd Adenosine IV (Verapamil, Diltiazem),
§ Rytme : amiodaron IV
Tidak Stabil  Hipotensi ; Penurunan Kesadaran ; Akral Dingin ( Tanda Shock ) ; Nyeri Dada (Iskemik Jantung) ; Rhonki Basah + Sesak Nafas
(Edema Paru ) Ditemukan 1 atau Lebih =Tidak Stabil
Kardioversi 50 – 100 Joule Kardioversi Monofasik 200 Kardioversi 100 Joule DC Shock / Defibrilasi
Joule ; kardioversi Bifasik Monofasik 360 Joule
120 – 200 Joule Bifasik 200 joule
Tn Kirk Jay usia 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada kiri,
nyeri dirasakan menjalar ke pundak kiri hingga punggung sejak 2 jam yang
lalu. Pada pemeriksaan TD: 200/150 mmhg , nadi 158 x/menit, RR 24kali/mnt,
suhu 37C. 1 jam kemudian pasien mengalami penurunan kesadaran, nadi
karotis tidak teraba, di lakukan pemeriksaan EKG ditemukan gambaran
sebagai berikut.

Tatalaksana farmakologis yang tepat diberikan pada pasien adalah?


a. Amiodaron 300 mg IV
b. Resusitasi jantung paru-paru
c. Epinefrin 1 mg IV
d. Sulfas Atropin 0,5mg IV
e. Defibrilasi 360 J Monofasik
CARDIAC ARREST NON SHOCKABLE
Level Kompetensi: 3B
CARDIAC ARREST
Nadi carotis (-)
Penurunan kesadaran

Etiologi:
Hiper/hypovolemia
Hipo/hipertermia
Hipotensi
Hidrogen ion (ketoasidosis)
Hipo/hiperkalemia

Tamponade cordis
Tension
Toxin
Troboembolipulmo
Tromboemboli cordis

Shockable Non shockable


VT/VF PEA/Asistol
Tn Gers usia 35 tahun datang ke Rumah sakit dengan keluhan nyeri dada.
Nyeri dirasakan sejak 1 minggu terakhir disertai demam dan terkadang
sesak nafas saat aktivitas. Pasien juga mengeluh mudah lelah.
Sebelumnya pasien memiliki riwayat gusi bengkak dan menurut dokter gigi
disebabkan oleh abses namun belum dilakukan tindakan. Tanda vital TD
130/80 mmHg, nadi 100 kali/menit, RR 20 kali/menit, suhu 38,5°C. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan Lesi eritema di telapak tangan , S1S2
tunggal disertai murmur sistolik. Pemerisaan Echocardiography d ijumpai
vegetasi pada Katub Jantung . Apakah kemungkinan diagnosis pasien
tersebut?
a. Pericarditis
b. Penyakit jantung rematik
c. Demam rematik akut
d. Endokarditis infektif
e. Miokarditis
INFEKTIF ENDOKARDITIS (IE)
Level Kompetensi: 2.
Definisi : Keypoint:
infeksi pada endokardium q Demam > 38 C,
dan/atau katup jantung yang q Nyeri dada pleuritic, sesak
melibatkan pembentukan nafas, Palpitasi
trombus (vegetasi) yang dapat q Murmur (+)
menyebabkan kerusakan q Risk (+)
jaringan endokardium dan q Vegetasi
katup
Pemeriksaan Fisik :
Risiko: Ditemukan 1 atau lebih tanda
q Anak dengan PJB sianotik ( klasik IE
35-50% ) 1. Subungual Hemoraghe
q Infeksi gigi/ Menjalani 2. Osler node
prosedur tertentu khususnya 3. Jane way lesion
prosedur pada daerah gigi 4. Roth spot(funduskopi)
dan mulut  etiologic
S.viridan Pemeriksaan Penunjang :
q Jalur IV etiologic : Kultur Darah
stafilokokus Echocardiograph :
q Katup prostetik atau materi q Dijumpai Vegetasi pada Katub
prostetik untuk repair katup Jantung
jantung
Tn Alif, usia berusia 53 tahun dibawa ke RS dengan keluhan
nyeri dada kiri sejak 1 jam yang lalu. Keluhan nyeri menjalar ke
punggung dan lengan kiri yang dirasakan. Keluhan dirasakan
semakin lama semakin memberat, disertai keringat dingin dan
mual muntah. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
170/100 mmHg, HR 90x/menit, RR 20x/menit, S: 36C. Pada
pemeriksaan EKG dijumpai ST elevasi di lead V1-V2. Apakah
tatalaksana awal yang paling tepat?
a. Oksigen 4l/i
b. Nitrogliserin
c. Clopidogrel 300 mg
d. Aspirin 320 mg
e. Kardioversi
STEMI
Level Kompetensi: 3B
Nyeri dada Tipikal :
q Nyeri bersifat tumpul  Tidak dapat menunjukkan nyeri
q Menyebar ke rahang, lengan, bahu
q Manifestasi autonom : berkeringat dingin, mual, muntah
Faktor Resiko : Merokok ; Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Riw. Keluarga Sakit Jantung
Etiologi : Nyeri dada angina  disebabkan sumbatan pada pembuluh darah  akibat plak atheroma yang disebut 
atherosclerosis.

Angina Pectoris Stabil Acute Coronary Syndrome (ACS)


Kata Kunci : STEMI NSTEMI UNSTABLE ANGINA PECTORIS
q Nyeri Dada < 15 Menit (UAP)
Membaik Saat Kata Kunci : Kata Kunci : Kata Kunci :
Istirahat ; § Nyeri Dada > 15 Menit ; § Nyeri Dada > 15 Menit ; Tidak § Nyeri Dada > 15 Menit ;
q Faktor Resiko (+) Tidak Hilang Saat Istirahat ; Hilang Saat Istirahat Tidak Hilang Saat Istirahat ;
§ Faktor Resiko (+) § Faktor Resiko (+) § Faktor Resiko (+)
P. Penunjang : EKG ; P. Penunjang : P. Penunjang : P. Penunjang :
Enzim Jantung Normal ; 1. EKG: ST Segmen Elevasi ( M 1. EKG  ST Segmen Depresi 1. EKG  ST Segmen Depresi
Treadmill Test (+) Nyeri – Shaped ) atau T- Inverted atau T- Inverted
Dada 2. Enzim Jantung Meningkat : 2. Enzim Jantung Meningkat : 2. Enzim Jantung Normal :
Mioglobin 1-2 jam; CK – MB Mioglobin ; CK – MB atau Mioglobin ; CK – MB atau
3-4 jam atau Troponin I / T Troponin I / T Troponin I / T
5-6 jam
TATALAKSANA
ACS ANGINA PECTORIS STABIL

q Nitrat  ISDN/nitrogliserin 5 mg / 8
jam p.o (KI : Hipotensi)
q Golongan BB
q Golongan statin

Tatalaksana :
Non Farmakologi : ISDN  agen vasodilator
1. Oksigen Sat O2 < 90% Efek samping : Rebound hypertension ,
Sinkop, Hipotensi, Palpitasi
Farmakologi :
2. Nitrat (Vasodilator) Sublingual 5 mg KI ISDN : Hipotensi (sistol < 90 mmHg),
Dapat diulang sebanyak 3 kali pemberian dengan interval 5 menit Bradi/Takikardi, Infark ventrikel kanan,
pasien yang telah mengkonsumsi
3. Anti Platelet : Aspilet Kunyah 160 mg dan Clopidogrel di Telan 300 – 600 mg
4. Morfin 2 – 4 mg Intravena Jika Masih nyeri Dada inhibitor fosfodiesterase: sidenafil dalam
24 jam, tadalafil dalam 48 jam.
q Terapi Referfusi
( Dilakukan Jika Sindroma Koroner Akut < 12 Jam ) : Metode Mekanik ( Primary
PCI) atau Metode Farmakologi ( Pemberian Fibrinolisis cth : Streptokinase IV)
An. Tenni usia 13 tahun datang ke Puskesmas diantar ibunya dengan
keluhan bengkak didepan telinga kiri. Keluhan dialami sejak 3 hari ini dan
bengkak makin besar. Anak juga mengeluh nyeri saat mengunyah sehingga
tidak mau makan namun masih mau minum. Pasien juga mengeluh demam
dan sakit kepala. Pasien mengatakan sebelumnya disekolah ada beberapa
temannya yang mengalami keluhan serupa. Pemeriksaan tanda vital TD
120/80 mmHg, Nadi 102x/mnt, Suhu 38C. Pemeriksaan fisik tampak edema
dan eritema di daerah pre-auricular hingga mandibula sinistra disertai nyeri
tekan. Apakah terapi pada kasus ini?
a. Antibiotik
b. Antijamur
c. Antivirus
d. Imunomodulator
e. Analgetik/antipiretik
PAROTITIS
Level Kompetensi: 4A
Definisi : Tanda (Signs):
Parotitis adalah inflamasi pada kelenjar parotis Pipi eritema, unilateral atau bilateral, lunak dan
nyeri tekan
Etiologi / klasifikasi:
1. Parotitis ec viral/ P. epidemika (mumps) : Tatalaksana :
mengenai org sekitar Viral : self limited disease :
2. Parotitis ec bakteri , streptococcus Antipiretik : (Paracetamol ; Ibuprofen P.O) Pada
Kasus Infeksi Viral
Gejala (Symtoms) :
q Demam Bakterial :
q Pembengkakan di bawah telinga, nyeri : Antipiretik + Antibiotik B- Lactam
bertambah saat makan makanan asam atau q (Amoksisilin 3 – 4 x 500 mg / P.O)
mengunyak
Komplikasi :
q Riwayat imunisasi MMR (-)
q Orchitis
By. Arcy baru lahir secara normal pervaginam, usia
cukup bulan, BBL 3000g, Apgar Score 8/10, langsung
menangis, tonus baik. Namun didapatkan riwayat ibu
menderita hepatitis B dengan hasil lab HBsAg (+).
Apakah imunisasi yang harus segera diberikan
pada bayi tersebut sesaat setelah lahir?
a. HBIg < 12 jam
b. Hep. B < 12 jam
c. Hep. B + DPT
d. Hep. B + BCG
e. Hep. B + HbIg
IMUNISASI PADA NEONATUS
Level Kompetensi: 4A
Bayi lahir dari ibu yang mimiliki Riwayat hepatitis B
BB : > HbsAg (-) Vaksin hep B < 12 jam
2000gr HbsAg HbIg + vaksin Hep B secepatnya / < 12 jam dilanjutkan
(+) dengan vaksin hep B bulan 1, 6
BB < HbsAg (-) Tunggu bb ≥ 2kg, tunggu usia 1 bulan
2000gr HbsAg HbIg + vaksin hepatitis B < 12 jam, dilanjutkan hep B bulan
(+) 1, 2,

Bayi lahir dari ibu curiga / HIV (+)  tidak boleh diberikan BCG
Anak dengan gejala HIV  KI : OPV IPV, campak
Tn. Zami, usia 39 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri dada
yang terasa terbakar setelah makan. Nyeri dirasakan hampir setiap
hari, terutama setelah minum kopi dan terkadang menyebabkan
pasien terbangun dari tidur. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 110/70mmHg, HR 67kali/mnt, RR 20kali/mnt, suhu
36.9C, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Dokter melakukan
edoskopi dan ditemukan eritema esofagus distal dengan 2 lesi
erosiva pada mukosa esofagus. Biopsi spesimen tidak
menunjukkan metaplasia. Diagnosis yang tepat adalah …
a. Adenokarsinoma esofagus
b. Akalasia
c. Striktur esofagus
d. Esofagitis korosif
e. Esofagitis erosiva
GERD
Level Kompetensi: 4A.
Definisi :
suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara
berulang ke dalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya
gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu
Keyword :
q Heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa
nyeri dan pedih)
q regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah)
q nyeri epigastrium
q disfagia
q Odinofagia
Dua kelompok pasien GERD
q Pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan
adanya kerusakan mukosa esofagus pada pemeriksaan
endoskopi (Erosive Esophagitis/ERD)
q Gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan
mukosa esofagus pada pemeriksaan endoskopi (Non-
Erosive Reflux Disease/NERD)
GERD
Level Kompetensi: 4A.
Tn. George Malley, usia 49 tahun datang ke IGD dengan keluhan
muntah darah 10 menit yang lalu. Darah berwarna merah gelap.
Keadaan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Di IGD pasien
muntah sekali lagi dengan jumlah 75 cc. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan TD 140/85 mmHg, Nadi 100 kali/menit, RR 24
kali/menit, suhu 36,8o C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ascites
serta nevus araneus. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kadar bilirubin total 3,3 mg/dL, albumin 2,5 g/dL, INR 2. Apakah
Diagnosis yang paling tepat diberikan pada pasien ini?
a. Gastritis erosiva
b. Ulkus peptikum
c. Mallory-Weiss tear
d. Ruptur varises esofagus
e. Barett’s esofagus
SIROSIS HEPATIS
Level Kompetensi: 2
Definisi : Key Point :
stadium akhir fibrosis hepatik progresif q Spider naevi/ Nevus Araneus
ditandai dengan distorsi arsitektur q Eritema palmar
hepar dan pembentukan nodul q Kolateral vein
q Ascites q PEMERIKSAAN PENUNJANG :
regeneratif.
q Splenomegali
q Inverted albumin and globulin
Etiologi :
q Hematemesis
Alcohol, HBV, HCV  nekrosis
hepatoselular

q Sirosis hati kompensata belum


ada gejala klinis, namun dapat
USG :
ditemukan gejala awal mudah lelah, q Hati mengecil dan
lemas, nafsu makan berkurang, nodular
mual, BB turun q Permukaan irregular
q Echogenitas parenkim
hati meningkat
q Sirosis hati dekompensata- gejala
klinis yang jelas (komplikasi gagal
hati dan hipertensi porta) Komplikasi : Ruptur varises esofagus
PERDARAHAN GASTROINTESTINAL
PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Definisi : Tatalaksana :
Kehilangan darah dari saluran cerna atas mulai q Tindakan umum terhadap pasien diutamakan untuk ABC
dari esofagus sampai dengan duodenum (dengan q Stabilkan Hemodinamik
batas anatomik di ligamentum Treitz) q Melakukan bilas lambung agar mempermudah dalam tindakan
endoskopi
Gejala : Dalam melaksanakan Tindakan umum ini, terhadap pasien dapat
q Hematemesis diberikan terapi :
q BAB Hitam (Melena) q Pemberian vitamin K (Penyakit hati kronis)
Etiologi : q Obat penekanPORTAL HYPERTENSIVE
sintesa GASTROPATHY
asam lambung (PHG)
(PPI) (ulkus peptik)
Gaster : Esofagus :
gastritis erosive ruptur varises gastroesofagus :
ulkus peptikum Dilatasi vena pada esofagus :
hipertensi porta sirosis
hepatis
Variceal Bleeding Treatment:
§ Vasoactive agents: Somatostatin, Octreotide – somastatin analogue
§ Endoscopic Variceal Treatment (Sclerotherapy, Variceal Band Ligation)
§ Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt
An. Mario usia 6 tahun, dibawa berobat ke Puskesmas karena
pertumbuhan tidak sesuai dengan anak seusianya, rewel dan tidak
mau makan. Pada keadaan umum pasien tampak rewel. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan HR 89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu
36C, wajah seperti orang tua, rambut tipis berwarna merah seperti
jagung, mudah dicabut, tulang rusuk tampak terlihat jelas, perut
tampak membesar, edema pada ekstremitas bawah, otot hipotrofi,
kulit keriput. Yang paling penting harus diperbaiki pada fase
stabilisasi adalah...
a. Hipoglikemia, hipotermia, elektrolit
b. Elektrolit, infeksi, stimulasi sensorik
c. Mikronutrien, elektrolit, dehidrasi
d. Hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi
e. Infeksi, hipoglikemia, elektrolit
KEP-MARASMUS KWASHIORKOR
Level Kompetensi: 4A
Kekurangan Energi Protein : BB/TB atau BB/PB < -3 SD
MARASMUS KWASIORKOR
Defisiensi Karbohidrat Defisiensi Protein
q Terlihat sangat kurus q Rambut seperti rambut jagung dan mudah rontok
q Wajah seperti orang tua : / menyerupai kera (simian facies) q Edema simetris pada punggung kaki atau seluruh tubuh : bersifat
q Kulit kering, dingin, kendor dan kriput pitting edema
q Atrofi otot q Hipotrofi otot
q Iga gambang : “piano sign” q Ascites
q Subkutan lemak hilang : seperti memakai celana longgar- baggy q Hepatomegali
pants q Crazy pavement dermatosis : Kelainan kulit berupa bercak merah
muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas
Tatalaksana Awal :
1. Atasi Hipoglikemi :
q 50 cc larutan D10% oral atau larutan gula 10% bila masih
sadar,
q bila tidak sadar larutan D10 5cc/kgBB bolus IV
2. Atasi Hipotermi
3. Atasi dehidrasi :
q rehidrasi peroral dengan resomal, parenteral pada dehidrasi
berat dan Syok
Tn. Mark Sloan, usia 41 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
pada perut kanan bawah yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
sangat hebat sehingga pasien tidak dapat berdiri. Pasien mengaku nyeri
sebelumnya berasal di ulu hati kemudian berpindah ke kanan bawah. Keluhan
disertai mual muntah. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70
mmHg, HR 93 kali/menit, RR 22 kali/menit, suhu 38.8 o C. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas pada regio RLQ. Teraba massa
berfluktuasi di kuadran kanan bawah. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
Hb 12 g/dL, Leukosit 18.000 sel/mm 3 , trombosit 255.000 sel/mm 3 . Apakah
diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
a. Appendisitis akut
b. Peritonitis generalisata
c. Perforasi appendiks
d. Divertikulitis
e. Abses appendiks
ABSES APPENDIKS
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : infeksi pada appendix vermicularis, obstruksi pada lumen appendix
Keypoint : Alvarado score P. Penunjang :
Symps: Score USG abdomen
q Nyeri epigastrium menjalar 1
ke perut kanan Bawah Tatalaksana :
q Nause vomiting 1 Apendiktomi
q Anorexia 1
Sign: Komplikasi :
q Mc.burney 2 q Abses appendiks (3B)
q Temperatur > 38C 1 PD : teraba massa pada regio
q Nyeri lepas 1 q Colok dubur  nyeri tekan pada arah jam9-12 kanan bawah, fluktuasi (+)
Lab: q Mc burney : nyeri tekan RLQ q Perforasi appendiks
q Leukositosis 2 q Blumberg : nyeri lepas q Peritonitis
q Shift to the left 1 q Rovsing ; tekaln LLQ, nyeri RLQ Perforasi appendiks → biasanya
0-3 : dapat dipulangkan tanpa imaging q Psoas : nyeri RLQ dengan ekstensi paha disertai dengan peritonitis,
4-6 : evaluasi dengan pemeriksaan penunjang q Obturator : nyeri RLQ dengan rotasi internal ditandai defans muskular (+),
≥7 : konsul bedah tungkai Bising
q Dunphy : nyeri RLQ saat batuk
Tn. Chains, usia 65 tahun datang ke IGD dengan keluhan sulit menelan
makanan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan awalnya terjadi bila menelan
makanan yang padat namun saat ini pasien bahkan sulit menelan bubur.
Pasien juga mengaku makanan sering keluar kembali ke mulut setelah
ditelan. Pada pemeriksaan tanda vital TD 120/80, HR 87kali/mnt, RR
22kali/mnt, T 37,1C. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan.
Dokter melakukan manometri esofagus dengan hasil aperistalsis 2/3
distal esofagus disertai dengan relakasasi LES yang tidak sempurna.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
a. Atresia esofagus
b. Akalasia
c. GERD
d. Ruptur esofagus
e. Karsinoma esofagus
ACHALASIA
Level Kompetensi: 2
Definisi: Pemeriksaan Penunjang:
penyempitan pada lower esophageal Manometri esofagus
sphincter (LES) Esofagogram/ barium swallow : bird break
apperance/ mouse tail sign/ rat tail sign
Key Point :
q regurgitasi makanan
q Disfagia, Odinofagia
q Hanya bisa makan-makanan cair

Penatalaksanaan: barium swallow : bird


• Rujuk break apperance
Tn. Sam Stacy, usia 50 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri
dan gatal pada daerah dubur sejak 2 hari yang lalu. Keluhan tidak
disertai dengan penurunan berat badan. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan TD 120/70 mmHg, HR 82 kali/menit, RR 19
kali/menit, suhu 39 o C. Pada inspeksi daerah anus terdapat massa
subkutan dengan dasar eritem yang nyeri bila disentuh. Fluktuasi
pada massa (+). Apakah diagnosis yang paling tepat untuk
kasus ini?
a. Abses perianal
b. Fistula perianal
c. Hemorroid eksterna
d. Hemorroid interna
e. Polip rekti
ABSES PERIANAL
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : Tatalaksana:
§ Infeksi staphylococcus Aureus/ q Ab sistemik (golongan sefalosporin)
Streptococcus q Terapi operatif  insisi drainase
Risk :
§ Luka sekitar anus (free sex)

Diagnosis :
§ Demam > 38 C
§ Nyeri disekitar anus
§ PD : Benjolan di sekitar anus : eritema :
hangat : nyeri tekan : fluktuasi
§ Pemeriksaan penunjang : Darah rutin :
leukositosis
An. Rany, usia 2 hari, lahir SC dari ibu usia 25 tahun, dengan
usia kehamilan 36 minggu. Ibu pasien mengeluhkan anaknya
muntah setiap diberikan ASI, air liur sering tampak keluar
menetes dari mulutnya, bayi sering batuk dan sesekali sesak
disertai sianosis. Saat dicoba dimasukkan orogastric tube, tidak
dapat masuk hingga lambung. Hasil pemeriksaan babygram
didapatkan gambaran usus yang tidak terisi udara. Apa
diagnosis yang tepat pada pasien ini...
a. Hypertofi pylorus
b. Intusepsi
c. Atresia esofagus
d. Atresia duodenum
e. Volvulus
ATRESIA ESOPHAGUS
Level Kompetensi: 2.
Risk : polihidramnion
Keypoint :
qMuntah non bilier
qdrooling, choking or and sianosis.
qBatuk jika terbentuk fistula esofagus
trakea
Pemeriksaan Fisik :
OGT masuk < 10 cm ada tahanan coiled NGT
Tatalaksana:
Pemeriksaan penunjang: Resusitasi
Xray : Gasless abdomem / No gasses in Nutrisi parenteral
abdomen Rujuk
An. Brett, usia 16 tahun datang dibawa orangtuanya ke IGD dengan
keluhan diare sejak 12 jam yang lalu. Diare berjumlah sangat banyak,
berwarna keabuan keruh, tanpa disertai dengan darah, tampak seperti air
cucian beras. Pasien menyangkal rasa mual maupun meriang. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 100/60 mmHg, HR 104 kali/menit,
RR 19 kali/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
mukosa mulut kering disertai dengan turgor kulit yang melambat. Apakah
hasil pemeriksaan feses ditemukan sesuai kasus di atas?
a. Gambaran seperti buah pir
b. Makronukleus dan Mikronukleus
c. Basil Gram Positif berbentuk koma
d. Basil Gram negatif berbentuk koma
e. Protozoa dengan inklusi sitoplasma berupa sel darah merah dan
kariosom sentral
KOLERA
Level Kompetensi: 4A
KOLERA BALANTIDIASIS GIARDIASIS
Definisi : Definisi : Definisi :
Diare cair seperti cucian beras Balantidiasis merupakan infeksi yang Feses berminyak dan berlemak
ETIOLOGI : menyerang kolon yang disebabkan oleh (steatorreahea)
Balantidium Coli. Host primernya adalah babi.
Vibrio cholera
Etiologi : Giardia lamblia
Transmisi: air dan makanan
Tanda daan Gejala :
q Diarrhea ( watery, bloody, mucoid) Tanda dan Gejala :
Keypoint: q Nausea, Vomiting, Anoreksia Feses berminyak dan berlemak
Diare cair seperti cucian beras q Abdominal pain
q BB turun, demam Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang : q Dysentric sindrom Feses rutin :
Feses rutin : Gambaran seperti buah pir, monyet
bakteri gram negatif batang pendek ( bentuk koma) Pemeriksaan Penunjang : atau layang-layang dengan
Kultur feses → gold standard dua mata
Pemeriksaan feses : Makronukleus dan
Stadium infeksi : Tropozoid
Mikronukleus
Tatalaksana :
q Eritromisin untuk anak < 12 tahun , dosis 12
mg/KgBB 4x sehari selama 3 hari, Terapi : Tatalaksana :
q Metronidazole 35-50 mg/KgBB/hari dalam 3 Metronidazole 5 mg/KgBB 3 kli sehari
q Tetracyclin anak >12 tahun dosis 12,5 mg/KgBB dosis selama 5 hari . selama 5 hari
4x sehari selama 3 hari q Metronidazole 3 x 500 mg (30 mg/KgBB/Hari Metronidazole 3 x 250 mg selama 5 hari
dalam 3 dosis
An. Sisil, usia 14 tahun datang dibawa ibunya ke klinik dengan
keluhan demam dan diare. Diare tidak disertai darah maupun lendir.
Keluhan diawali 1 minggu lalu dimana pasien mengalami demam dan
konstipasi. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan HR 70kali/mnt,
RR 22kali/mnt, suhu 39,3 o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lidah
kotor, nyeri tekan abdomen difus disertai dengan hepatomegali. Pada
abdomen terdapat ruam makulopapular berwarna salmon. Apakah
organisme penyebab yang paling mungkin pada kasus ini?
a. Giardia lamblia
b. Escherichia coli
c. Salmonella typhi
d. Vibrio cholerae
e. Shigella dysentriae
DEMAM THYPOID
LEVEL KOMPETENSI: 4A
Etiologi : 96% disebabkan Salmonella typhi, sisanya oleh S. paratyphi
Tatalaksana :
Diet
• TKTP = Tinggi Kalori Tinggi Protein
• Banyak mengandung cairan dan elektrolit
• Mudah dicerna di usus. Lunak dan rendah serat

Farmakologi :
Dewasa:
1st ciprofloksasin 2 x 500 mg
2nd ceftriaxone 3-4gr/hari

Ibu hamil:
Gol. Beta lactam
P. Penunjang : Golongan sefalosporin
q Serologi widal (akhir minggu I): kenaikan titer S.typhi O 1: 320 atau kenaikan 4x titer
q Tubex test (akhir minggu I): ≥ 4 positif, ≥ 6 positif kuat Anak :
q Kultur Typhoid : Gold standard Kloramfenikol 25-50mg/kgbb/3-4 dosis
Darah minggu I Gol beta lactam
Feses minggu II
Urin minggu III
An. Hayley usia 13 tahun dibawa orangtuanya ke IGD dengan
keluhan demam sejak 3 hari yang lalu. Dikatakan pasien sempat
mengalami gusi berdarah dan saat ini terdapat bercak kemerahan
pada lengan tangan. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran
CM, TD 110/70 mmHg, HR 98 x/menit, suhu 38 o C, petekie (+).
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil Hb 10 g/dL,
hematokrit 46%, WBC 3.500, dan Trombosit 88.000. Tatalaksana
awal yang paling tepat adalah...
a. Transfusi Packed Red Cell
b. Loading koloid 20 cc/kgBB
c. Transfusi Trombosit
d. Loading kristaloid 20 cc/kgBB
e. Pemberian cairan kristaloid 7 cc/kgBB/jam
DHF 2 DX SYMPTOMS & SIGN PENUNJANG TATALAKSANA
Level Kompetensi: 3B DF Demam dengan min. 2 Trombositopenia
Etiologi : virus Flavivirus serotipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 kriteria : leukopenia
vektor : nyamuk Aedes aegypti, Kemampuan terbang 50 m q Nyeri kepala
q Nyeri retroorbita TIDAK ADA
Keypoint :
q Mialgia KEBOCORAN
§ Demam : mendadak tinggi (39-40C)  3 hari, mialgia, nyeri q Arthralgia / nyeri tulang PLASMA
retroorbita, mual muntah. q Rash Manifestasi
§ Tanda2 perdarahan : uji Torniquet (+), ptekiae, purpura, perdarahan
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, dan Demam dengan manifestasi Trombositopeni Cairan Kristaloid
DHF 1
hemathemesis/melena perdarahan (uji Tourniquet (<100.000/m3) NaCl 0,9 % atau RL 7
§ Hepatomegali positif) ml/KgBB/ Jam
§ Tanda2 syok : lemas, pucat, akral dingin, takikardi, CRT > 2 Grade 1 + Perdarahan BUKTI ADA
DHF 2 KEBOCORAN
detik, selisih TD sistolik dan diastolik < 20 mmHg spontan
DHF 3/ Grade 2 + Kegagalan PLASMA Cairan Kristaloid
DSS 1 sirkulasi ( kulit dingin, NaCl 0,9 % atau RL
Pemeriksaan Penunjang: 10 - 20 ml/KgBB/
lembab, dan gelisah Peningkatan
q Darah Lengkap : Trombositopeni (≤100.000/mm3) Jam
hematokrit ≥
q Pada DHF : Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ≥ 20% Grade III + Syok berat Cairan Kristaloid
DHF 4/ 20%
dari nilai normal) Tekanan darah dan nadi NaCl 0,9 % atau RL
q NS1 (RNA virus): hari 1-3 DSS tidak terukur 20 ml/KgBB/ 15 – 30
q IgM anti Dengue : hari 3-5 dapat diperiksa sampai hari 7 Menit
q IgG infeksi primer Hari ke 8 dan 9, infeksi sekunder hari ke-2 Jika Gagal Diganti
dengan Cairan
Koloid / Whoole
Tatalaksana Blood 10 – 20
q Bed rest total dan diet TKTP ml/KgBB/15 – 30
q Farmakologi : Terapi simtomatis dan cairan Menit
By. Tricia, usia 4 hari, dibawa oleh orangtuanya ke puskesmas
karena mengalami demam tinggi sejak 1 hari yang lalu. Keluhan
disertai kejang dan mulut mencucu seperti ikan sejak 5 menit
yang lalu. Ibu pasien diketahui melakukan persalinan di dukun
beranak sekitar rumahnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak sakit berat, HR: 120x/menit, HR
30kali/mnt, suhu 38,3 o C, UUB tidak membonjol serta tonus otot
ekstremitas meningkat. Diagnosis yang paling tepat adalah…
a. Omphalitis
b. Sepsis neonatorum
c. Tetanus neonatorum
d. Meningoensefalitis neonatorum
e. Infeksi kongenital TORCH
TETANUS
Level Kompetensi: 3B
ETIOLOGI : eksotosin spesifik Clostridium tetani Tatalaksana :
Risk : q Anti Toksin :
q Vulnus laceratum (luka robek), Vulnus punctum (luka tusuk), ATS 50.000-100.000 IU (IM)  skintest
q combustion (luka bakar), fraktur terbuka HTIG Dosis tunggal 3.000 IU – 6.000 IU – Tidak diperlukan skin test
q luka tali pusat : praktik persalinan yang tidak higienis, seperti q Antibitik  ERADIKASI KUMAN
memotong tali pusar dengan alat-alat yang tidak steril. 1st Metronidazol loading 500 mg/8 jam IV
q Riw. Imunisasi : ibunya tidak terlindungi oleh vaksin tetanus 2nd penisilin G, 2,4 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.
toxoid (TT) pada masa kehamilan. q Antikonvulsan : diazepam IV/Drips
Keypoint: q Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan debridemen
q TRIAS : Trismus, Risus Sardonicus, Opistotonus q Imunisasi TT
q Kondisi Berat  Kejang/spasme laryng
q Risk (+)Imunisasi Tetanus (-) Profilaksis tetanus luka
LUKA BERSIH LUKA KOTOR
TT HTIG TT HTIG
IMUNISASI < 3X (+) (-) (+) (+)
ATAU LUPA
Derajat penyakit tetanus :
Grade 1 : Trias tetanus IMUNISASI > 3 X (-) kecuali > 10 (-) (-) (-)
Grade II : : Trias tetanus + kejang ransang tahun Kecuali > 5 tahun
Grade III : Trias tetanus+ kejang spontan
Grade IV : Trias tetanus+ Gg Otonom (hipotensi , takikardia)
Tn Miko, usia 64 tahun, datang ke Puskesmas untuk
memeriksakan kesehatannya. Didapatkan tekanan darah
180/120 mmHg, HR 110kali/mnt, RR 20kali/mnt, suhu 36.9C.
Pasien tidak ada keluhan. Riwayat hipertensi namun tidak
kontrol teratur. Riwayat penyakit lainnya disangkal.
Berdasarkan JNC VIII, berapakah target penurunan
tekanan darah pada pasien?
a. <170/100 mmHg
b. <170/90 mmHg
c. <160/90 mmHg
d. <150/90 mmHg
e. <140/90 mmHg
HIPERTENSI SEKUNDER
Level Kompetensi: 3A.

Penegakan diagnosis  dilakukan dengan 2 kali pengukuran pada 2 kunjungan yang berbeda
ESENSIAL
Etiologi : Idiopatik, Gaya hidup: merokok,
Keturunan
SEKUNDER
Etiologi : Endokrin : DM, Dislipidemia, CHF,
ACS, Stroke, GN, GGK
Tn. Gandi, berusia 49 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan utama berupa nyeri saat BAK. Nyeri sudah dirasakan
sejak 2 hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan nyeri pinggang,
dan kadang berwarna merah. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 98x/mnt, RR 20x/mnt dan
suhu 37C, nyeri ketok CVA. Pada pemeriksaan BNO IVP
dijumpai indentasi zat kontras. Apakah obat dibawah ini yang
dapat mencegah pembesaran batu tersebut?
a. Tiazid
b. Probenezid
c. Allopurinol
d. Penisilamin
e. Kolkisin
NEFROLITIASIS ISK & BSK

Level Kompetensi: 3A Nyeri pinggang , TIDAK menjalar , KOLIK+/-, nyeri ketok CVA (+)
q ISK  pielonefritis
Keypoint : q BsK  Nefrolitiasis

Nyeri pinggang , menjalar , KOLIK+, nyeri ketok CVA (-)


BATU SALURAN KEMIH : TRIAS q ISK ureteritis
q BSK  ureterolitiasis :
qDemam (-) Proksimal : menjalar ke pinggang dan disertai keluhan mual-
qNyeri saluran kemih muntah,
Distal : nyeri menjalar ke selangkangan.
qLab : hematuria
Nyeri suprapubik , nyeri tekan supra pubik
q ISK : sistitis : nyeri akhir miksi
Keypoint : q BSK: vesikolitiasis : miksi terhenti, kembali normal jika berubah
posisi

INFEKSI SALURAN KEMIH : TRIAS Nyeri berkemih: RT prostat membesar, nyeri tekan
q Prostatitis
qDemam (+)
qNyeri saluran kemih Nyeri perineum sampai ujung kemaluan
q ISK : urethritis
qLab : leukosituria q BSK : Uretrolitiasis : nyeri BAK, BAK mengedan, nyeri di ujung
kemaluan
BSK
Etiologi :
qBatu Basa ( PH > 7.2)  Radioopaq
Ca2+ oksalat
MAP/struvit Staghorn stone

qBatu Asam Radiolusen


Asam urat
Asam jengkolat

Penunjang
qUrinalisis : hematuria ; Eritrosit > 5 / LPB, Kristal asam urat
atau Ca2+
qBNO : batu basa
qBNO IVP : batu asam
qUSG : akustik shadow dengan lesi hiperekoik
qGold standard : CT Scan
Tn Michael usia 22 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan
kencing warna merah seperti air cucian daging sejak 1 minggu ini.
Pasien mengatakan sebelumnya sekitar dua minggu yang lalu
mengalami batuk pilek. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD
150/100 mmHg, nadi 86x/ menit, laju pernafasan 20x/ menit, suhu
37 C. Pemerikisaan Urinalisis ditemukan protein +3, eritrosit +4,
cast eritrosit (+). Pemeriksaan titer asto ↑ dan kadar C3 ↓. Apakah
obat antihipertensi yang tepat untuk kasus tersebut?
a. ACE-inhibitor
b. Alpha-2 receptor agonist
c. CCB
d. ARB
e. Alpha blocker
GNAPS
Level Kompetensi: 3A
SINDROMA NEFRITIK
Key Point :
qhematuria
qedema
qHipertensi
qOliguria/Anuria

Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS)


Infeksi bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus grup :
Riwayat ISPA (faringitis) dan kulit (pioderma) 1-2 minggu sebelumnya
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS (GNAPS)
Level Kompetensi: 3A
Pemeriksaan Penunjang: Penatalaksanaan:
q Urinalisis : Jumlah menurun, proteinuria, hematuria: Medikamentosa :
Eritrosit : (+ +) / > 5/LPB, dan silinder Eritrosit q Antibiotik Penicillin :
q Ur dan Cr meningkat sedikit
q Prokain Penisilin 10 hari atau Ampisilin 100
q Antibodi streptokokal, antara lain:
mg/Kg BB/hari
1. Antistreptolysin titer O (ASTO)  meningkat
2. Komplemen C3 menurun q Amoxicillin 50mg/kgBB/hari 3 dosis selama 10
hari atau bila alergi :
q Eritromisin 30 mg/kgBB/hari 3 dosis
q Diuretik
q Antihipertensi  golongan ACE-inhibitor
(renal protector)
Suportif : Tirah baring

Komplikasi
GGA: hiperkalemia, asidosis metabolik,
hiperfosfatemia dan hipokalsemia
Ny. Kiara, usia 26 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri
saat BAK sejak 3 hari lalu. Keluhan disertai BAK semakin sering
dan terasa tidak lampias. Pasien saat ini sedang hamil 12
minggu. Pada pemeriksaan didapatkan TD 110/70mmHg, HR
89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37,9°C, terdapat nyeri tekan
suprapubik. Pemeriksaan urinalisis terdapat 10 leukosit/LPB ,
nitrit (+). Tatalaksana yang diberikan adalah...
a. Ciprofloxacin 2x500 mg PO selama 7 hari
b. Cotrimoxazole 2x960 mg PO selama 3 hari
c. Metronidazole 3x500 mg PO selama 7 hari
d. Levofloxacin 750 mg dosis tunggal
e. Amoxycillin+clavulanate 500 + 125 mg PO selama 5 hari
SISTITIS KOMPLIKATA ISK & BSK

Level Kompetensi: 3A Nyeri pinggang , TIDAK menjalar , KOLIK+/-, nyeri ketok CVA (+)
q ISK  pielonefritis
Keypoint : q BsK  Nefrolitiasis

Nyeri pinggang , menjalar , KOLIK+, nyeri ketok CVA (-)


BATU SALURAN KEMIH : TRIAS q ISK ureteritis
q BSK  ureterolitiasis :
qDemam (-) Proksimal : menjalar ke pinggang dan disertai keluhan mual-
qNyeri saluran kemih muntah,
Distal : nyeri menjalar ke selangkangan.
qLab : hematuria
Nyeri suprapubik , nyeri tekan supra pubik
q ISK : sistitis : nyeri akhir miksi
Keypoint : q BSK: vesikolitiasis : miksi terhenti, kembali normal jika berubah
posisi

INFEKSI SALURAN KEMIH : TRIAS Nyeri berkemih: RT prostat membesar, nyeri tekan
q Prostatitis
qDemam (+)
qNyeri saluran kemih Nyeri perineum sampai ujung kemaluan
q ISK : urethritis
qLab : leukosituria q BSK : Uretrolitiasis : nyeri BAK, BAK mengedan, nyeri di ujung
kemaluan
Rekuren : Pengobatan 6 bulan Tatalaksana ISK pada ibu hamil:
q Relaps : Tidak ada kurun
waktu, dengan
mikroorganisme yang sama
q Re-infeksi : dengan kurun
waktu >6 minggu dengan
mikroorganisme yang
berbeda

Etiologi : SMART WAY :


K : Klebsiella
E : Escherichia coli
E : Enterococcus, Enterobacter
P : Proteus Sp, Pseudomonas
S : Staphylococcus aureus

Penunjang
Urinalisis:
q Pyuria (piuria >10 leukosit per mm3 ) atau terdapat >5 leukosit/LPB, nitrit (+),
leukosit esterase (+)

Koloni bakteri :
q pengambilan dengan urin pancar Tengah/ urin midstream, urin clean-catch : 105
cfu (colony forming unit) per mL
q Urin melalui aspirasi suprapubik >103 cfu per mL
q Gold standard : kultur urine
Polisi mendapatkan laporan penemuan jenazah bayi laki-laki di
tempat sampah. Polisi membawa jenazah ke RS untuk di otopsi.
Dari pemeriksaan didapatkan luka lecet berbentuk sabit di hidung,
pipi, dan mulut. Berwarna kemerahan, perabaan kasar. Terdapat
luka memar sekitar luka lecet dan selaput lendir mulut. Muka
tampak gelap, sklera merah, bibir dan ujung jari kebiruan. Terdapat
bendungan pembuluh darah pada organ dalam. Terdapat susu
didalam lambung bayi. Kasus diatas merupakan kasus…
a. Pembunuhan anak sendiri
b. Pembunuhan biasa
c. Pembunuhan yang disengaja
d. Abortus criminal
e. Abortus medikal
PEMBUNUHAN ANAK BIASA/INFANTICIDE/STILL BIRTH
Level Kompetensi : 3A
Ibu kandung membunuh Keterangan : Tanda Lain Bayi Cukup Bulan
anak sendiri pada 1. Viable : (usia gestasi >28 minggu; q Lanugo sedikit,terdapat pada dahi, unggung,
saat/tidak lama setelah BB>1000 gram; lingkar kepala>32 cm; dan bahu
dilahirkan. Motif: "takut panjang tumit-kepala >35 cm, tidak q Kartilago telinga telah sempurna (bila dilipat,
ketahuan bahwa ia ada kelainan bawaan berat). cepat kembali ke keadaan semula)
melahirkan". 2. tanpa tanda perawatan : (plasenta q Diameter tonjolan susu 7mm atau lebih
ada, tali pusat belum dipotong, q Kuku jari telah melewati ujung jari
1. Infanticide : Bayi lahir verniks kaseosa masih ada, atau q Garis telapak kaki telah melewati 2/3 telapak
hidup, viable, tidak tanpa adanya makanan/susu dan kaki
tanda-tanda perawatan. tidak adanya pakaian yang dikenakan q Testis telah turun ke dalam skrotum
(KUHP Pasal 341). bayi) q Labia minora telah tertutup oleh labia
2. Pembunuhan anak mayora
biasa : Bayi lahir hidup,
viable, terdapat tanda-
tanda perawatan.
(KUHP Pasal 342).
3. Still Birth : Bayi lahir
mati, tidak viable, tidak
tanda-tanda perawatan.
Tn. Elvis, usia 21 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan
keluhan muncul kemerahan pada area punggung sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengelukan nyeri pada area punggung. Pasien
sebelumnya berjemur di pantai saat sedang berlibur. Pasien tidak
menggunakan sunblock. Tanda vital TD 110/70mmHg, HR
67kali/mnt, RR 20kali/mnt, suhu 36.9C. Pada pemeriksaan
didapatkan kulit tampak hiperemis dengan perabaan hangat. Derajat
luka bakar yang dialami pasien adalah...
a. Derajat I
b. Derajat IIA
c. Derajat IIB
d. Derajat III
e. Derajat IV
LUKA BAKAR DERAJAT 1
Level Kompetensi: 4
Etiologi :
sinar matahari, bahan kimia, uap/air panas, listrik/petir
Key point :
Grade 1 : Hiperemis, nyeri , bula (-)
Grade 2a : Hiperemis, sangat nyeri, bula (+)
Grade 2b : putih, nyeri berkurang, bula pecah
Grade 3 : putih/kehitaman, nyeri (-), bula (-)

Grade 2a Grade 2b Grade 3


Penatalaksanaan:
Resusitasi cairan dengan formula baxter luas luka bakar >10% =
4cc x kgbbx luas luka bakar
½ total cairan baxter 8 jam I 4 x 50kg x 36% = 7.200/24 jam
½ total cairan baxter 16 jam II
By David, usia 6 bulan dibawa ibunya karena sering tersedak
saat mengonsumsi ASI. Pasien dilahirkan di rumah dibantu
oleh bidan setempat. Ibu pasien tidak pernah ANC sebelumnya.
Pada pemeriksaan tanda vital bayi dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan celah pada bibir yang meluas
hingga ke gusi dan langit-langit. Kapan tatalaksana operasi
rekonstruksi pada pasien dapat dilakukan ?
a. Usia 10 bulan
b. Berat badan 10 kg
c. Keadaan umum stabil
d. Hb > 10 g/dl
e. Leukosit > 10.000/mm3
LABIOGNATOPALATOSCHIZIS
Level Kompetensi: 2
Etiologi : kongenital

Key point :
Celah bibir LABIO
Gusi  GNATO
Palatum PALATO

Penatalaksanaan:
Rule Of Ten
1. BB > 10 Pon (4,5 kg)
2. Hb > 10 g/dl
3. Leukosit < 10.000
4. Usia > 10 minggu
Tn. Cardi, usia 28 tahun, datang berobat ke RS dengan keluhan
nyeri pada buah zakar yang memberat sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan disertai dengan buah zakar yang membesar dan demam.
Pasien memiliki riwayat promiskuitas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tanda-tanda vital TD 120/70 mmHg, HR 86x/menit, RR
18 x/menit, suhu 38,6C. Skrotum tampak hiperemis teraba hangat,
phren sign (+). Hasil pemeriksaan gambar disamping yang
sesuai dengan klinis pasien adalah…
a. Nyeri testis membaik
b. Testis kontralateral terangkat
c. Nyeri testis menetap atau memburuk
d. Sfingter ani eksterna berkontraksi
e. Testis ipsilateral terangkat
EPIDIDIMO-ORCHITIS
Level Kompetensi: 3A
TORSIO TESTIS (3B) EPIDIDMO ORCHITIS (3A)
Etiologi: torsi spermatid cord that brings blood to scrotum Etiologi: infeksi pada epididmis dan testis,
komplikasi mumps virus
Keypoint : Risk : riw promiskuitas
q Nyeri akut scrotum Keypoint :
q Mual dan muntah q Demam
q Phren sign (-) q Nyeri daerah scrotum
q Refleks kremaster (-) q Mual dan muntah
q Angle sign (-)
q Phren sign (+) : mengangkat testis  nyeri
berkurang
q Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau pada posisi yang tidak biasa : q Refleks kremaster (+) : Testis ipsilateral
angle sign (+) terangkat
q Tanda inflamasi scrotum
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan Penunjang :
USG doppler  vaskularisasi testis << Pewarnaan gram
Penatalaksanaan: q Basil gram negatif : E.coli,
q Onset < 6 jam : q Diplococcus gram negative : GO
1. deteorsi manual : hanya boleh dilakukan apabila terdapat USG doppler q Diplococcus gram negative (-) : Non .GO
2. ORCHIDOPEXY
q Pnset > 6 jam  ORCHIIDECTOMY
An. Aliando, usia 3 tahun, diantar ibunya berobat ke
Puskesmas karena ibunya menyadari bahwa pasien
kencing anaknya bukan dari ujung penis melainkan dari
bagian bawah penis. Pada pemeriksaan didapatkan HR
78kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37C, orifisium uretra
eksternum berada pada ventral penis. Tindakan
selanjutnya yang dilakukan adalah...
a. Diberikan antibiotik untuk 5 hari, kontrol ulang
b. Rujuk untuk operasi koreksi lubang uretra
c. Sirkumsisi elektif
d. Tunda operasi hingga muncul tanda seks sekunder
e. Pemasangan kateter urin sementara
HIPOSPADIA
Level Kompetensi: 2
Epispadia Hipospadia
Etiologi:
kelainan kongenital
Keypoint:
qGangguan pancaran urin/ pancaran urine abnormal
qDisuria
Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik:
Meatus uretra berada Meatus uretra berada
di bagian dorsal atau atas di bagian ventral atau bawah

Tetalaksana :
Rujuk untuk uretroplasti + sirkumsisi
Tn. Nolan, usia 69 tahun, dibawa anaknya ke IGD karena tidak
bisa BAK sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengalami
penurunan berat badan sebesar 4 kg dalam 2 minggu terakhir.
Tanda vital TD 140/90mmHg, HR 89kali/mnt, RR 23kali/mnt, suhu
37C. Pada pemeriksaan didapatkan konjungtiva anemis dan RT
teraba prostat membesar, bernodul-nodul, keras, dan pool atas
tidak teraba. Pemeriksaan PSA didapatkan hasil 14 ng/ml.
Diagnosis yang tepat ?
a. BPH
b. Prostatitis
c. Uretrolitiasis
d. Ca prostate
e. Ca buli
CA PROSTAT
Level Kompetensi: 2
BPH CA PROSTAT PROSTATITIS
Risk : Diet karsinogenik, rokok, keturunan, Keypoint :
idiopatik. q Demam
Zona anatomi: perifer q DRE : Prostat teraba
Keypoint : lunak, pool atas
q laki-laki usia lanjut teraba, nyeri tekan
q menyebabkan timbulnya gejala obstruksi dan (+)
iritatif saluran kemih bawah (LUTS= lower q Urinalisis
urinary tract symptoms)
q Penurunan BB, anemia, Hematuria
Etiologi : kelainan / disfungsi dehidrostestosteron
Pembesaran prostat, Pemeriksaan DRE :
Zona anatomi : transisional q Prostat teraba membesar, keras, bernodul (+),
Keypoint : nyeri (-)
q laki-laki usia lanjut
q menyebabkan timbulnya gejala obstruksi dan iritatif saluran Pemeriksaan penunjang :
kemih bawah (LUTS= lower urinary tract symptoms) q PSA > 4
Pemeriksaan DRE : q Biopsi : GOLD
q Prostat teraba membesar ; kenyal; Pool atas tidak teraba,
nodul (-), nyeri (-) Tatalaksana :
Rujuk
Ny. Wafi, usia 39 tahun, G2P0A1, UK 14 minggu, datang ke IGD dengan
keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 6 jam yang lalu. Keluhan disertai
dengan mual muntah sebanyak 10 kali sejak 2 hari yang lalu. Diketahui 8
bulan lalu pasien mengalami keguguran pada UK 10 minggu. Pada
pemeriksaan tanda vital TD 130/70 mmHg, HR 102 kali/menit, RR 18
kali/menit, suhu 36,8 o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan darah yang
sudah mengalami koagulasi di sekitar vagina dengan ostium uteri
eksternum yang tertutup. Pada pemeriksaan serum beta-hCG ditemukan
hasil 120.000 mIU/mL. Diagnosis kasus tersebut adalah …
a. Hiperemesis gravidarum
b. Blighted ovum
c. Missed abortion
d. mola hidatidosa
e. Abortus komplit
MOLA HIDATIDOSA
Level Kompetensi: 2
Definisi : Pemeriksaan penunjang :
Bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, • USG :
yang disebabkan oleh kelainan pada vili khorionik Honey comb appearance : Mola Parsial
yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan Snow storm/ snowflake/granul ar appearance :
edem Mola komplit
• Beta hCG : > 100.000mIU/mL
Risiko:
q Usia ibu : kehamilan terlalu muda dan tua
q Riwayat kehamilan mola sebelumnya
q penggunaan kontrasepsi oral
parsial komplit

Key Point : Penatalaksanaan:


q Perdarahan pervaginam Rujuk Aspirasi Vakum Manual (AVM)
q Mual dan muntah hebat Komplikasi :
q Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan koriokarsinoma
Ny. Septia, usia 24 tahun, UK 38 minggu datang untuk pemeriksaan
ANC rutin. Sejak 2 ANC lalu, janin diketahui memiliki presentasi
sungsang. Saat ini pasien tidak memiliki keluhan. Pada pemeriksaan
tanda vital TD 110/70mmHg, HR 78kali/mnt, RR 17kali/mnt, suhu 36.6C.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan abdomen supel, TFU sesuai usia
kehamilan tanpa kontraksi. Pada pemeriksaan Leopold I ditemukan
massa bulat keras dengan ballotement (+), Leopold II punggung kanan,
Leopold III tidak didapatkan ballotement. Pada USG ditemukan salah satu
sendi lutut ekstensi. Apakah presentasi janin yang tepat pada kasus
ini?
a. Frank Breech
b. Complete Breech
c. Incomplete Breech
d. Presentasi kaki
e. Presentasi kepala
MAL PRESENTASI
Level Kompetensi: 2
Definisi : Letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah janin (presentasi bokong)
Etiologi : Multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefal, plasenta previa, CPD
Key Point :
q Leopold II : punggung teraba
q Leopold III: lunak
Klasifikasi :
q Letak bokong murni (Frank Breech):
bokong menjadi bagian depan, kedua tungkai lurus ke atas (kaki ekstensi)
q Complete Breech:
di samping bokong teraba 2 kaki (kaki fleksi)
q Incomplete Breech:
teraba kedua kaki/lutut atau hanya teraba 1 kaki/lutut (satu fleksi, satu
ekstensi)

Tatalaksana:
Aterm : frank breech  Manuver klasik, lovset , muller, Bracht maneuver
Complet/incomplete vreech  rujuk SC
Ny. Marina, usia 30 tahun, G2P1A0, UK 34 minggu, datang ke IGD
akibat perdarahan dari kemaluan 1 jam yang lalu. Perdarahan saat ini
telah berhenti. Pasien belum pernah ANC pada kehamilan ini. Pasien
pernah menjalani SC atas indikasi sungsang. Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan perut supel, tidak ada nyeri tekan, fundus teraba
30cm, tidak ada kontraksi uterus. DJJ 145 kali/menit. Pada
pemeriksaan USG obstetri ditemukan plasenta yang menutupi
sebagian ostium uteri interna. Apakah tata laksana yang paling tepat
pada kasus ini?
a. Magnesium sulfat
b. Induksi oksitosin
c. Tokolisis
d. Persalinan per vaginam UK 36 minggu
e. Rujuk persalinan per abdominam elektif
PLASENTA PREVIA
Level Kompetensi: 2
Definisi : Plasenta yang berimplantasi di atas atau Klasifikasi :
mendekati ostium serviks internus Plasenta previa totalis
q ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta
Key Point : Plasenta previa parsialis
q Perdarahan jalan lahir UK > 22 minggu q ostium interal ditutupi sebagian oleh plasenta
q Berulang Plasenta previa marginalis
q Darah merah segar q tepi plasenta terletak di tepi ostium internal
q Painless Plasenta previa letak rendah
q Kontraindikasi dilakukan VT dan Inspekulo q plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium
Pemeriksaan Penunjang : “ Ultrasonografi “

Tatalaksana:
q Resusitasi
q Rujuk  SC
Ny. Gina, usia 29 tahun, UK 12 minggu datang ke IGD dengan
keluhan perdarahan jalan lahir disertai dengan nyeri suprapubik sejak
1 jam lalu. Pada pemeriksaan tanda vital TD 110/70mmHg, HR
89kali/mnt, RR 20kali/mnt, suhu 36.8C. Pada pemeriksaan fisik, tidak
ditemukan perdarahan aktif, namun ada bercak-bercak darah pada
pakaian dalam pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan os serviks
tertutup dengan TFU 3 jari diatas simfisis pubis. Pemeriksaan USG
didapatkan kehamilan intrauterin dengan aktivitas jantung janin (+).
Apakah tata laksana yang paling tepat pada kasus ini?
a. Tirah baring dan follow up USG
b. Dilatasi kuretase
c. Low dose aspirin
d. Progestin
e. Misoprostol
ABORTUS IMINENS
Level Kompetensi: 3B
Abortus
ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
PORSIO TERTUTUP
ABORTUS IMINENS (3B) ABORTUS KOMPLIT (4) MISSED ABORTION
Sign Perdarahan jalan lahir Perdarahan jalan lahir Perdarahan jalan lahir
DJJ + - -
Masa jalan lahir - + -
TFU Sesuai Usia kehamilan Kecil Usia kehamilan Kecil Usia kehamilan
Tatalaksana
Resusuitasi C-A-B
qA. Iminens  bedrest total
qKomplit  bedrest, konseling anak meninggal
qMissed A. induksi persalinan rujuk kuret
Ny. Taisaa Farmiga, usia 36 tahun, G3P2A0 usia kehamilan 41
minggu, datang ke rumah sakit dengan keluhan perdarahan dan nyeri
perut hebat sejak 2 jam yang lalu. Pasien diketahui riwayat anak
pertama lahir spontan, anak kedua lahir SC karena plasenta previa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 90/60 mmHg,
denyut nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 18x/menit dan suhu 37,5⁰C.
DJJ 165 x/menit, nyeri tekan perut, bandl’s ring (+). TBJ 4500gr.
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut?
a. Plasenta previa
b. Vasa previa
c. Aburption plasenta
d. Ruptur uteri
e. Inversio plasenta
RUPTUR UTERI
Level Kompetensi: 3B
Definisi :
robeknya dinding rahim terjadi akibat terlampauinya daya regang
myometrium
Risiko:
SC, KALA II lama, trauma, makrosomia

Key Point :
q Nyeri abdomen
q Perdarahan intraabdominal, perdarahan pervaginam , Syok +/-
q Hilangnya gerak
q bandl’s ring
q Nyeri raba/tekan dinding perut
q Bagian-bagian janin mudah dipalpasi

Penatalaksanaan:
q Resusitasi C-A-B
q Rujuk : Laparotomi + repair uteri
Ny. Lynn, usia 30 tahun G3P1A1 dengan usia kehamilan
40 minggu mengelurkan lendir darah dari jalan lahir.
Setelah bayi lahir, dokter melakukan injeksi oksitosin 10 IU
dan melakukan peregangan tali pusat terkendali. Setelah
15 menit plasenta masih belum keluar. Tindakan yang
tepat yang dilakukan dokter selanjutnya adalah ?
a.Injeksi metergin 0,2 i.m
b.Injeksi oksitosin 10 IU i.m kedua
c.Manual plasenta
d.Kompresi bimanual
e.Massase fundus uteri
PERSALINAN NORMAL
Level Kompetensi: 4A
KALA PERSALINAN
KALA 1 Kala 2 Kala 3 Kala 4
q Pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap q Pengeluaran bayi q Pengeluaran q Masa 1 jam
(kala pembukaan) (kala pengeluaran) plasenta (kala setelah
q Dimulai ketika uri) partus,
Fase Laten pembukaan serviks terutama
q Pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam). sudah lengkap (10 untuk
cm) dan berakhir observasi
Fase Aktif dengan lahirnya bayi
q Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), Kala 3
berlangsung sekitar 6 jam Pemberian suntikan oksitosin
1. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm q Suntikkan oksitosin 10 unit IM pada 1/3 bawah paha kanan
sampai 4 cm. bagian luar
2. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 Penegangan tali pusat terkendali
cm sampai 9 cm. q Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit  10 IU
3. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm oksitosis IM (dosis kedua dan siapkan rujukan) 30 menit
sampai lengkap (+ 10 cm). plasenta belum lahir  rujuk atau manual plasenta
Masase fundus uteri
Ny. Rossa, usia 24 tahun G2P1A0, datang ke rumah sakit untuk
kontrol kandungan. Keluhan nyeri kepala, perdarahan ataupun
mual muntah hebat disangkal pasien. Pasien mengaku tidak
memiliki riwayat tekanan darah yang tinggi. Dari pemeriksaan
fisik TD 150/100 mmHg, HR 100kali/mnt, RR 21kali/mnt, suhu
36.7C, besar masa kehamilan setinggi pertengahan pusat dan
xhypoid. Pemeriksaan urinalisis didapatkan proteinuria (-).
Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?
a. Hipertensi kronis
b. Hipertensi gestasional
c. Preeklampsia
d. Preeklampsia dengan gejala berat
e. Eklampsia
HIPERTENSI GESTASIONAL
Level Kompetensi: 3B
Diagnosa KLINIS
Hipertensi Kronik q Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan
(TD ≥ 140/90mmHg)
q Sudah ada riwayat HT sebelum hamil atau diketahui HT pada UK < 22 minggu
Hipertensi q Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 22 minggu dan menghilang setelah
Gestasional persalinan (TD ≥ 140/90 mmHg)
q Tidak ada riwayat HT sebelum hamil
Preeklamsia PE
Preeklamsia Berat q TD ≥ 140/90 mmHg pada UK > 22 minggu
q Proteinuria + 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif > 300 mg/24 jam

PEB
q TD > 160/110mmHg pada UK > 22 minggu
q Proteinuria ≥ 2 atau protein kuantitatif > 5 g/24 jam atau
q Gejala organ target :
1. Otak : penurunan kesadaran, muntah proyektil, Sakit kepala, skotoma penglihatan
2. Jantung : nyeri dada
3. Paru : sesak nafas + ronkhi
Superimposed q Ibu dengan riwayat HT kronik (sudah ada sebelum UK 22 minggu)
preeklamsia q Proteinuria > +1 atau
q Gejala organ target
Eklamsia PE/PEB/Superimposed preeklamsia + KEJANG
Diagnosa TERAPI
Hipertensi Kronik / Anti Hipertensi
Hipertensi Gestasional 1st Metildopa
2nd CCB
Preeklamsia q Suplementasi Ca 1000 mg / hari
q Aspirin 75 mg /hari
Preeklamsia Berat/ q Awal : profilaksis Kejang Antidotum :
Superimposed 1st MgSO4 1st Ca glukonas 1 gr
preeklamsia/ Do sis awal 4 g MgSO4 40% + RL  Syarat pemberian MgSO4
Eklamsia bolus IV 15-30 menit § Tersedia Ca Glukonas 10%
Dosis rumatan 6 g MgSO4 40% + kolf § Ada refleks patella
RL  dalam 6 jam § Jumlah urin minimal 0,5
ml/kgbb/jam
q Anti Hipertensi
1st CCB
2nd Metildopa

q Terapi Definitif : SC
Ny. Quinn, usia 22 tahun, P1A0 pasca melahirkan di Puskesmas 1
jam yang lalu. Berat bayi yang dilahirkan 4300 g dengan APGAR
skor 8 pada menit-1 & 9 pada menit-5. Pasien mengalami
perdarahan yang tidak kunjung berhenti. Pada pemeriksaan tanda
vital tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 98 x/menit,
frekuensi nafas 18 x/menit dan suhu 37,2⁰C. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan plasenta lahir lengkap, kontraksi dan involusi uterus
baik. Pada jalan lahir ditemukan laserasi mencapai otot perineum.
Apakah penyebab perdarahan yang dialami oleh pasien ini?
a. Ruptur perineum Grade I
b. Ruptur perineum Grade II
c. Ruptur perineum Grade IIIA
d. Ruptur perineum Grade IIIB
e. Ruptur perineum Grade IIIC
PERDARAHAN POST PARTUM
Level Kompetensi: 3B
Early PPH ( < 24 jam)  4T
TONUS TRAUMA
Atonia uteri : Ruptur Perineum
Keypoint: Keypoint:
q Perdarahan postpartum q Perdarahan postpartum
q Ditandai dengan kontraksi uterus lemah/ q Laserasi perineum : laserasi grade III dan IV
TFU teraba lunak q FR: makrosomia, primigravida, tidak episiotomi
q HIS (-) Th/ jahit situsional
Th/ Rumpur Serviks
• Resusitasi Keypoint:
• masase uterus + injeksi uterotonika ( q Perdarahan postpartum
oksitosin, ergometrin, misoprostol) q Inspekulo : Laserasi serviks rectum

• KBI  KBE Th/ Resusitasi C-A-B


Rujuk Repair/ debridement
TISSUE TROMBIN
Retensio plasenta: Manual plasenta Inversio uteri gangguan koagulasi darah
Keypoint: Etiologi : DIC, Hemofilia, VWD
Keypoint: q Adanya tekanan pada fundus uteri dari Keypoint :
q Perdarahan postpartum atas (manuver crede) q Perdarahan postpartum
q plasenta belum lahir setelah 30 menit q Perdarahan postpartum q Penyebab 3T lain tidak ditemukan + Lab ggn
Th/ q Teraba uterus (massa kemerahan faktor koagulasi
§ Resusitasi kasar) di vagina Th/
§ masase uterus + injeksi uterotonika + Th/ Resusitasi Resusitasi
§ manual plasenta. § Reposisi uterus Rujuk
Ny Maisie, usia 29 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 36 minggu.
Pasien dengan diagnosis PEB dan telah dilakukan tatalaksana
pemberian MgSO4. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 72 x/menit,
frekuensi nafas 14 x/menit dan suhu 36,5⁰C. Refleks patela
hilang. Apakah penatalaksanaan awal pada pasien ini ?
a. Calcium gluconas 2 g IV turunkan dosis MGSO4 jadi 1 gr
b. Calcium gluconas 0,5 g IV naikkan dosis MGSO4 jadi 5 gr
c. Calcium gluconas 1 g IV dan hentikan penggunaan MgSO4
d. Calcium gluconas 0,5 g IV dan hentikan penggunaan
MgSO4
e. Diazepam IV
PREEKLAMSIA BERAT
Level Kompetensi: 3B
Diagnosa KLINIS
Hipertensi Kronik q Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan
(TD ≥ 140/90mmHg)
q Sudah ada riwayat HT sebelum hamil atau diketahui HT pada UK < 22 minggu
Hipertensi q Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 22 minggu dan menghilang setelah
Gestasional persalinan (TD ≥ 140/90 mmHg)
q Tidak ada riwayat HT sebelum hamil
Preeklamsia PE
Preeklamsia Berat q TD ≥ 140/90 mmHg pada UK > 22 minggu
q Proteinuria + 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif > 300 mg/24 jam

PEB
q TD > 160/110mmHg pada UK > 22 minggu
q Proteinuria ≥ 2 atau protein kuantitatif > 5 g/24 jam atau
q Gejala organ target :
1. Otak : penurunan kesadaran, muntah proyektil, Sakit kepala, skotoma penglihatan
2. Jantung : nyeri dada
3. Paru : sesak nafas + ronkhi
Superimposed q Ibu dengan riwayat HT kronik (sudah ada sebelum UK 22 minggu)
preeklamsia q Proteinuria > +1 atau
q Gejala organ target
Eklamsia PE/PEB/Superimposed preeklamsia + KEJANG
Diagnosa TERAPI
Hipertensi Kronik / Anti Hipertensi
Hipertensi Gestasional 1st Metildopa
2nd CCB
Preeklamsia q Suplementasi Ca 1000 mg / hari
q Aspirin 75 mg /hari
Preeklamsia Berat/ q Awal : profilaksis Kejang Antidotum :
Superimposed 1st MgSO4 1st Ca glukonas 1 gr
preeklamsia/ Do sis awal 4 g MgSO4 40% + RL  Syarat pemberian MgSO4
Eklamsia bolus IV 15-30 menit § Tersedia Ca Glukonas 10%
Dosis rumatan 6 g MgSO4 40% + kolf § Ada refleks patella
RL  dalam 6 jam § Jumlah urin minimal 0,5
ml/kgbb/jam
q Anti Hipertensi
1st CCB
2nd Metildopa

q Terapi Definitif : SC
Ny Fanny, usia 27 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu
datang ke klinik untuk pemeriksaan rutin. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84
x/menit, frekuensi nafas 16 x/menit dan suhu 36,5⁰C.
Pemeriksaan Leopold 1 : kosong. Leopold 2 : teraba keras sisi
kiri dan lunak sisi kanan. Leopold 3 : teraba bagian kecil janin.
Letak janin berdasarkan pemeriksaan adalah …
a. Letak lintang
b. Letak kepala
c. Letak obliq
d. Letak bokong
e. Letak memanjang
LETAK LINTANG
Level Kompetensi: 2
LETAK
Hubungan antara sumbu panjang fetus terhadap sumbu panjang ibu.
qletak melintang (transverse) :
1. Bahu menjadi bagian terendah, disebut juga presentasi bahu/
acromion
2. Perut melebar ke samping
3. Palpasi: bagian besar (kepala dan bokong) teraba di samping; fundus dan
bagian bawah Rahim kosong
4. Arah menutupnyaa ketiak menunjukkan arah kepala

qlongitudinal
qoblique
Ny I syfa, usia 28 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu. Datang ke
rumah sakit dengan keluhan keluar lendir darah dari jalan lahir sejak 6 jam
yang lalu . Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 88 x/menit,
frekuensi nafas 18 x/menit dan suhu 36,5⁰C. DJJ 147kali/mnt.
Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 3 cm, pada membran teraba
kepala di tepi atas simfisis pubis sejajar promontorium. Hodge berapakah
kasus diatas?
a. Hodge I
b. Hodge II
c. Hodge III
d. Hodge IV
e. Hodge V
PERSALINAN NORMAL Bidang Hodge
Level Kompetensi: 4A
PENURUNAN KEPALA JANIN

Bidang Hodge Metode Perlimaan


Bidang Hodge I : q 5/5 : Ketika dilakukan VT teraba kepala janin diatas
q bidang yang dibentuk pada PAP, kepala mudah digerakkan atau digoyangkan
lingkaran PAP dengan bagian atas dengan palpasi abdominal.
Metode Perlimaan
symphisis dan promontorium. q 4/5 : Ketika dilakukan VT teraba H I-II, dan kepala
Bidang Hodge II : sulit digerakkan atau digoyangkan, bila dilakukan
q bidang ini sejajar dengan bidang perabaan palpasi abdominal bagian terbesar kepala
Hodge I terletak setinggi bagian belum masuk panggul
bawah symphisis. q 3/5 : Ketika dilakukan VT teraba H II-III, dan ketika
Bidang Hodge III : dilakukan palpasi teraba bagian terbesar kepala
q bidang ini sejajar dengan bidang belum masuk panggul
Hodge I dan II, terletak setinggi q 2/5 : Ketika dilakukan VT teraba H III +, dan ketika
spina ischiadika kanan dan kiri. dilakukan palpasi teraba bagian terbesar kepala
Bidang Hodge IV : sudah masuk panggul
q bidang ini sejajar dengan bidang q 1/5 : Ketika dilakukan VT teraba H III-IV dan kepala
Hodge I, II, dan III, terletak sudah di dasar panggul
setinggi os coccygeus. q 0/5 : Kepala janin telah berada pada posisi H IV dan
sudah terlihat di perineum
Ny. Riri, usia 24 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu, datang
ke IGD Rumah sakit dengan keluhan keluar cairan dari jalan lahir.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg,
denyut nadi 80 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit dan suhu 36,5⁰C.
Leopold 1 didapatkan 3 jari diatas umbilikus, Leopold 2 teraba bulat
keras, Leopold 3 tidak teraba kepala maupun bokong. Pemeriksaan
dalam teraba tali pusat berdenyut. Apakah diagnosis yang tepat?
a. Letak lintang dengan tali pusat terkemuka
b. Pelvic inflamatory disease
c. KPD dengan tali pusat terkemuka
d. Letak lintang dengan tali pusat menumbung
e. Inpartu dengan letak lintang
PROLAPS TALI PUSAT
Level Kompetensi: 3B.
Definisi : Penatalaksanaan:
lahirnya tali pusat mendahului janin
IVFD (-) : knee chest position
Key Point : IVFD (+) , inpartu (+) : lanjutkan persalinan
q Gerakan janin berkurang IVFD (+), inpartu(-) : induksi persalinan
q Bradikardia
q Fetal distress
q VT : teraba tali pusat (+)

Klasifikasi:
q Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
Tali pusat teraba keluar / disamping dan melewati bagian
terendah janin didalam jalan lahir , ketuban pecah

q Tali pusat terkemuka (tali pusat terdepan)


Tali pusat berada di samping atau lebih rendah dari bagian
bawah janin, ketuban masih utuh (+)
Ny. Jisya, usia 28 tahun, G3P1A1 hamil 36 minggu, datang ke
rumah sakit dengan keluhan demam sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan disertai keputihan berbau warna kehijauan. Pada
tekanan darah 110/60 mmHg, denyut nadi 112 x/menit,
frekuensi nafas 24 x/menit dan Suhu 38,4⁰C. Nyeri palpasi
fundus uteri dan his (-). DJJ 170x/menit. Pemeriksaan
laboratorium leukosit 21.000sel/mm 3 . Apakah diagnosis
tepat?
a. Abortus septik
b. Endometritis
c. Ketuban pecah dini
d. Salpingitis
e. Korioamnionitis
KORIOAMNIONITIS
Level Kompetensi: 3B
Definisi : infeksi pada korion dan amnion Tatalaksana :
Risk : q Rujuk pasien ke rumah sakit.
q Persalinan prematur q Beri antibiotikakombinasi: ampisilin
q Persalinan lama 2 g IV tiap 6 jam + gentamisin 5
q Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang mg/kgBB IV setiap 24 jam.
q Ketuban pecah lama q Berat (+) tambahkan metronidazole
q Adanya bakteri pathogen pada traktus genitalia(IMS,BV) 500 mg IV tiap 8 jam
Key point :
Dx demam >38 C dengan 2 atau lebih tanda berikut ini:
q Leukositosis >15.000 sel/mm3
q denyut jantung janin >160 kali/menit
q frekuensi nadi ibu >100 kali/menit
q nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi
q cairan amnion berbau
Ny. Zandile, berusia 21 tahun datang ke UGD RS dengan kehamilan
22 minggu dengan keluhan pucat sejak 2 bulan yang lalu. Pada
pemeriksaan tanda vital TD 110/70mmHg, HR 88kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 36.8C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjungtiva anemis, koilonichia. Pada pemeriksaan laboratorium Hb
10 g/dL, hapusan darah tepi didapatkan anemia hipokromic mikrositik
dengan hasil Serum Iron (SI) rendah dan peningkatan Total Iron
Binding Capacity (TIBC). Apakah terapi yang tepat untuk pasien
ini?
a. Transfusi darah sampai Hb 10
b. Sulfas Ferosus
c. Asam Folat
d. Eritropoietin
e. Imunosupresan
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Level Kompetensi: 4A.
NUTRISI PADA KEHAMILAN
Asam Folat Protein
q Kebutuhan sekitar 400 mcg/hari q Ibu hamil membutuhkan 30 gr/hari
q Idealnya mulai dikonsumsi 2 bulan sebelum hami q Diperlukan untuk pertumbuhan
Kalsium janin, uterus, plasenta dan
q Kebutuhan sekitar 1.5 -2 gr/hari peningkatan sirkulasi ibu (protein
q Pertumbuhan janin terutama otot dan tulang (dimulai usia 20 minggu) plasma, Hb)
Zat Besi
q Kebutuhan akan besi sekitar 60 mg/hari atau setara 320 mg sulfas
Kalori
ferosus
q ibu hamil 2300 Kkal
ANEMIA Defisiensi zat besi :
q Ibu menyusui: 2800KkalKalori
Serum Iron (SI) rendah dan peningkatan
Total Iron Binding Capacity (TIBC)

Tatalaksana :Tablet besi / sulfas ferosus /


ferrous sulphate / FeSO4
Ny. Reena, usia 28 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut
hebat pada sisi kanan bawah sejak 1 jam yang lalu. Nyeri dirasakan
tiba-tiba saat pasien sedang jongkok mencuci baju. Keluhan disertai
dengan nyeri pada bahu. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan
TD 90/60 mmHg, HR 120 kali/menit, RR 22 kali/menit, suhu 37,4 o C.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada RLQ tanpa
rebound tenderness. Dokter segera melakukan FAST dan ditemukan
massa hipoekoik pada adneksa disertai cairan pada pelvis. Apakah
diagnosis yang plaing tepat pada kasus in?
a. Torsio kista ovarium
b. Ruptur kista ovarium
c. Kehamilan ektopik terganggu
d. Apendisitis akut
e. PID
RUPTUR KISTA OVARIUM
Level Kompetensi: 3B.
KISTA OVARIUM (2) TORSIO KISTA OVARIUM (3B) RUPTUR KISTA OVARIUM (3B)

Key Point : Keypoint : Keypoint :


q Nyeri abdomen D/S q Nyeri hebat tiba-tiba, q Nyeri perut bawah
q Sulit memiliki keturunan q Massa adneksa (+), Ukuran masa unilateral
q Siklus menstruasi memanjang mengecil
q Teraba masa kistik pada q Riw. Kista ovarium Pemeriksaan penunjang:
adneksa (D/S) q Riw manuver abdomen (+) q USG : massa hipoekoik
adneksa dengan cairan
Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan penunjang: pelvis
USG q USG
q Lesi Hipoechoic di ovarium, q Doppler : Torsio ini menyebabkan
q acoustic shadow (-) hambatan pembuluh darah 
Laparoskopi penurunan aliran darah→ iskemi
ovarium
Ny. Rara, 24 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri pada perut
bawah sejak 3 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan demam. Pasien
aktif secara seksual dengan pasangan multipel dan sering tidak
menggunakan kondom. Pasien juga mengalami nyeri saat berhubungan
seksual 1 minggu lalu. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
120/70 mmHg, HR 80 kali/menit, RR 22 kali/menit ditemukan suhu 38,2o C.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada abdomen bawah
disertai dengan limfadenopati inguinal bilateral. Pada pemeriksaaan
vulvovagina ditemukan duh tubuh purulen dan nyeri goyang serviks.
Kemungkinan diagnosis pada kasus ini?
a. Appendisitis
b. PID
c. Abses tubo ovarian
d. Torsio kista ovarium
e. Kehamilan ektopik
PID
Level Kompetensi: 3A
Pelvic Inflammatory Disease : Infeksi Key Point : Pemeriksaan penunjang :
pada rongga panggul q Demam Pewarnaan gram :
Etiologi : q Risk(+) q diplocoocus gram negative  GO
ascending infection dari traktus genital q Keluar cairan mukopurulen q diplocoocus gram negative (-)  non GO
bawah ke atas Tersering: N. q Nyeri perut bawah atau adneksa
Gonorrhea & Chlamydia Trachomatis Tatalaksana :
Klasifikasi : GO Non-GO
Patogenesis: 1. Salphingitis : Inflamasi pada tuba
Infeksi dan kolonisasi ascending dari fallopi
endoserviks dengan fokus infeksi : q Nyeri perut bawah, nyeri adneksa,
q Uterus → endometritis q Chandelier sign → nyeri goyang
q Tuba fallopi → salpingitis porsio
Komplikasi :
Risk : 2. Servisitis Abses Tubo-ovarium
q Riwayat penyakit menular seksual q Keluar cairan dari jalan lahir massa regio pelvis berfluktuasi
q Multiple sexual partners mukopurulen/pus nyeri tekan adneksa
q IUD q Serviks hiperemis
Laparoskopi : gold standard
By. Mawar, usia 10 jam dilahirkan dari ibu post-partum anak pertama.
Bayi dilahirkan setelah dikandung selama 40 minggu. Pada
pemeriksaan tanda vital didapatkan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan BBL 2500g, kepala bayi terlihat lebih
kecil dari normal. Pada kedua mata didapatkan gambaran
chorioretinitis. Pada palpasi abdomen ditemukan gambaran
hepatosplenomegali. CT scan ditemukan kalsifikasi periventrikel.
Dokter mencurigai adanya infeksi maternal yang ditransmisikan
secara vertikal. Apakah etiologi yang paling tepat pada kasus ini?
a. Toksoplasma gondii
b. Virus Rubella
c. Cytomegalovirus
d. Virus Herpes simpleks
e. Streptococcus grup B
INFEKSI TORCH SAAT KEHAMILAN
Level Kompetensi: 2

PENYEBAB KLINIS
CMV TRIAS : Mikrosefali, SNHL, chorioretinitis, kalsifikasi periventrikel
Rubella TRIAS : Kelainan mata (katarak, glaukoma), kelainan telinga
(SNHL), kelainan jantung (PDA) , ruam “blueberry muffin”
Toxoplasma Hidrosefalus, chorioretinitis, kalsifikasi intrakranial
Herpes simplex Vesikel mukokutan, konjungtivits/keratokonjungtivitis,
peningkatan enzim transaminase
Ny. Hellen, usia 25 tahun datang ke Puskesmas untuk
berkonsultasi tentang pemberian ASI. Pasien diketahui baru
melahirkan 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84x/menit, frekuensi
nafas 20 x/menit dan suhu 36,7⁰C. Didapatkan papilla mammae
tertanam ke dalam Putting. Puting dapat dikeluarkan dengan
mudah dengan tekanan jari pada sekitar areola. Apakah
diagnosis paling tepat pada pasien ini?
a. Retraksi puting grade 1
b. Retraksi puting grade 2
c. Retraksi puting grade 3
d. Retraksi puting grade 4
e. Retraksi puting grade 5
INVERTED NIPPLE
Level Kompetensi : 4A
Gejala dan Tanda : KLASIFIKASI
q Ibu Kesulitan q Grade 1 : Puting susu tampak datar, masih dapat
dalam Menyusui dikeluarkan dengan pijatan sekitar aerola
q Retraksi Putting q Grade 2 : Dapat dikeluarkan dengan pijatan Aerola, Tapi
susu masuk kembali saat di lepas, Sulit menyusui dan terdapat
q Bayi Sulit sedikit fibrosis
Menyusui q Grade 3 : Putting susu sulit dikeluarkan, saluran ASI
terkonstriksi dan tidak mungkin menyusui

Tatalaksana :
q Penarikan Putting susu secara Manual
q Pumping ASI

Komplikasi : Mastitis
Ny. Samaira usia 40 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan
nyeri kepala sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan juga disertai berat
badan yang menurun padahal nafsu makan meningkat, pasien juga
sering berkeringat, dan susah tidur pada malam hari serta
menstruasi tidak teratur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
130/80 mmHg, nadi 110 x/ menit, laju pernafasan 18x/menit, suhu
37 C dan terdapat tremor halus. Pemeriksaan penunjang ditemukan
kadar T3, T4, TSH meningkat. Apakah diagnosa kasus diatas?
a. Hipertiroid primer
b. Hipertiroid sekunder
c. Grave disease
d. Struma difusa non toxic
e. Hipertiroid subklinis
HYPERTHYROIDISME SEKUNDER
Level Kompetensi: 2.
Definisi : SENTRAL/SEKUNDER :
suatu gejala akibat peningkatan hormone thyroid yang lokasi di hipofisis atau
disebabkan overaktivitas/disfungsi kelenjar thyroid. hipotalamus, TSH
meningkat, T4/T3 meningkat
Etiologi : autoimun, infeksi
PRIMER :
Key Point : lokasi di kelenjar tiroid, TSH
q Symtoms: palpitasi, Peningkatan nafsu makan, BB menurun, T4/T3 meningkat
menurun, tidak tahan panas, ansietas, palpitasi,
q Sign: tremor, iritabilitas, goiter + exoftalmus  Graves HIPERTIROID SUBKLINIS :
Disease /parry disease/Basedow disease Gejala Hipertiroid + TSH
q Sign lain : lid lag, jofroy, Mobius sign, stellwag sign menurun, fT4 normal
q Skoring : New Castle, Wayne Penatalaksanaan:
q PTU (menghambat perubahan T4T3) dosis 300mg/hari terbagi (aman
Pemeriksaan Penunjang: untuk ibu hamil T1)
q EKG : atrial fibrilasi Laboratorium: q Metimazole : DOC (menghambat sintesis T3 dan T4) dosis 15-30mg PO
q TSH: menurun , FT4, FT3 : meningkat single dose (bumil T2, T3)
q Imunologi : sidik thyroid, dan IgG TSI q Propanolol  dosis 40-80 mg/hari, terbagi dalam 3-4 dosis. untuk keluhan
q Biopsy :FNAB palpitasi (KI: asma)
Komplikasi : Atrial fibrilasi, thyroid Storm, Thyroid Eye disease (pemeriksaan Hertel test) :
Ringan (21-23mm), sedang (23-27mm), berat (>28mm) terapi steroid
Ny Elsa, usia 45 tahun diantar keluarganya datang ke UGD dengan
penurunan kesadaran sejak 30 menit sebelum ke RS. Sebelumnya
pasien mengeluh keringat dingin, pusing dan berdebar-debar.
Menurut keluarga pasien memiliki riwayat diabetes mellitus dan
mengkonsumsi obat antidiabetic glibenklamid. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan TD 90/60 mmHg, nadi 110x/menit, laju pernafasan 22x/
menit, suhu 37 C. Pemeriksaan laboratorium GDS 45 mg/dl. Apakah
penataksanaan awal yang paling tepat untuk pasien tersebut?
a. Beri gula murni 30 gram
b. Bolus D40% 25 ml IV
c. Bolus D40% 20 ml IV
d. Makanan tinggi glukosa
e. Hentikan penggunaan obat anti diabetes
HIPOGLIKEMIA
Level Kompetensi: 3B
Definisi: DIAGNOSIS
kumpulan gejala klinis karena DEWASA ANAK
konsentrasi glukosa darah yg q Rasa lapar q Apatis
rendah q Lemas q Menangis
q Berkeringat dingin q Keringat dingin
Whipple triad q Palpitasi q palpitasi
q Gejala hipoglikemia q Penurunan kesadaran q Sianosis
q Kadar glukosa darah rendah q Risk (+) q Penurunan kesadaran
q Gejala berkurang dengan q Risk (+)
pengobatan Pemeriksaan penunjang: § Anak/balita : < 45mg/dl
q GDS < 70 mg/dl § Neonatus aterm : <35mg/dl
Etiologi : § Premature : < 25mg/dl
q obat-obatan golongan sulfonil Klasifikasi “ hipoglikemia dewasa”
urea, Insulin, dan glinid. Ringan :
q Hiperaktivitas simptomatis (+) gangguan aktivitas (-); diatasi sendiri (+) sedang :
q Nutrisi << simptomatis (+) gangguan aktivitas (+); diatasi sendiri (+)
Berat :
simptomatis (+) gangguan aktivitas (+); diatasi sendiri (-)
PENATALAKSANAAN
ANAK DEWASA
q Sadar (+)  larutan Pasien sadar
glukosa oral : ASI (+) q 2-3 sendok Air gula (glukosa )
ringan 15gr, berat 20gr
q Sadar (-)  dex dalam 200cc air bisa
2ml/kgbb/pemberia diulang kalau belum
n IV mencapai target

§ < 2 tahun : D10% Pasien tidak sadar


§ 2-12 th: D25% § Bolus dextrose 10% 150 ml
D50% + Nacl 0.9%  § Bolus D 40% 25 cc
1: 2
§ > 12tahun: D50% Selama 15-30 menit
(bisa diulang)

Jika sudah ≥ 70mg/dl D10%


§ Glukagon 1 mg IM
Tn. Pillow, usia 36 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
lemas. Pasien memiliki riwayat sakit asma sejak 2 tahun yang lalu
dan mengkonsumsi obat deksametason yang dibeli sendiri di toko
obat. Pasien menghentikan konsumsi obat tersebut karena
mengalami nyeri pada ulu hati. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan somnolen, TD 90/60 mmHg, HR 102x/menit, RR
20x/menit, dan suhu 37,6C. Pemeriksaan laboratorium dijumpai
hiponatremia, hiperkalemia, dan kadar kortisol 16mcg/dl. Apakah
diagnose yang tepat …
a. Addison disease
b. Tirotoksikosis
c. Koma mixedema
d. Krisis tiroid
e. Krisis adrenal
KRISIS ADRENAL
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : Penghentian kortikosteroid secara tiba-tiba Pemeriksaan penunjang :

Keypoint :
q Risk (+)
q Penurunan kesadaran
q Hipoglikemia berat
q Hipotensi
q Lelah , BB turun

Penatalaksanaan:
Tn. Juna, berusia 55 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan
lemas sejak 4 hari SMRS. Pasien tampak tidak mau mengontrol
makan dan minum sejak pasien kehilangan istri yang amat
dicintainya 2 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat diabetes
melitus. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan somnolen, TD
90/65mmHg, HR 102x/menit, RR 24x/menit, suhu 37C. Terdapat
nafas kusmaull. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS
543mg/dl. Terapi cairan apakah yang akan diberikan kepada
pasien tersebut?
a. Koloid
b. NaCl 0,9%
c. Manitol
d. Albumin
e. Dekstrose
KAD
Level Kompetensi: 3B
HIPERGLIKEMIA
KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD) HONK (HIPEROSMOLAR NON KETOTIK)
Key Point : Key Point :
q Sesak Nafas q Sesak Nafas
q Pernafasan kusmaul q Pernafasan kusmaul (-)
q Nafas Bau Keton q Penurunan kesadaran
q Penurunan kesadaran q Tanda Dehidrasi

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan penunjang:


q GDS > 250mg/dl
q GDS >600mg/dl
q Ketonemia
q Osmolaritas serum efektif ≥320mOSm/kg
q Ketonuria
q Ketonuria minimal
q PH < 7,1
q PH > 7,4
Penatalaksanaan:
q Tidak Sadar : Terapi cairan (isotonik) : NaCl 0.9% 1L/jam sampai sadar
q Sadar : Insulin reguler IM/IV/ SC atau Insulin Rapid acting 0,15 IU /kgBB/pemberian
q Koreksi gangguan elektrolit
Tn. Arnold, usia 40 tahun dibawa istrinya ke rumah sakit dengan keluhan
kejang. Kejang terjadi pada seluruh tubuh, menghentak-hentak lalu tidak
sadar lebih dari 5 menit. Sebelum kejang mengeluh leher kaku dan wajah
berkedut kedut. Pasien pernah mengalami keluhan serupa 3 bulan yang lalu.
Pasien memiliki riwayat penyakit Graves 2 tahun yang lalu dan menjalani
operasi tiroidektomi 5 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital
didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt , RR 22x/mnt dan suhu 36,5C.
Pada pemeriksaan regio coli tidak teraba tiroid, chovstek sign (+), trousseau
sign (+). Hasil pemeriksaan yang menunjang diagnosis kasus diatas?
a. Hiperkalsemia, hipofosfatemia
b. Hipermagnesemia, hipofosfatemia
c. Hiperfosfatemia, hipokalsemia
d. EKG shorten QT interval
e. Hiperkalemia, hipomagnesemia
HYPOPARATYROID
Level Kompetensi: 2
HYPERPARATHYROID (2) HYPOPARATHYROID (2)
Etiologi : Etiologi :
q Primer : adenoma, q Post OP thyroid/ tiroidektomi
q sekunder / tersier : CKD q Pengobatan grave jangka panjang

Dx:
q Kaku, bradikinesia
q Keram otot
q Kejang
q PD : Chvostek sign (+), trousseau sign (+), Carpo pedal sign (+)

Pemeriksaan penunjang :
Elektrolit darah :
q Kalsium ↓ fosfat ↑ magnesium ↓
Pemeriksaan penunjang : EKG :
Elektrolit darah : prolonged QT interval (hipokalemia)
q Kalsium ↑ fosfat ↓ Torsade de pointes (hipomagnesemia)
EKG shorten QT interval (hiperkalemia)

Tatalaksana :
Rujuk
Tn Rendra, usia 62 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan
kesadaran. Pasien mempunyai riwayat DM dan teratur minum
obat. Pada pemeriksaan didapatkan kesadaran somnolen.
Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda vital TD 100/70
mmHg, HR 100x/mnt, RR 22x/mnt dan suhu 37C. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan GDS 40 mg/dl. Manakah
obat yang dapat menimbulkan keluhan tersebut?
a. Acarbose
b. Glibenklamid
c. Pioglitazon
d. Metformin
e. Dapagliflozin
HIPOGLIKEMIA
Level Kompetensi: 3B
Definisi: DIAGNOSIS
kumpulan gejala klinis karena DEWASA ANAK
konsentrasi glukosa darah yg q Rasa lapar q Apatis
rendah q Lemas q Menangis
q Berkeringat dingin q Keringat dingin
Whipple triad q Palpitasi q palpitasi
q Gejala hipoglikemia q Penurunan kesadaran q Sianosis
q Kadar glukosa darah rendah q Risk (+) q Penurunan kesadaran
q Gejala berkurang dengan q Risk (+)
pengobatan Pemeriksaan penunjang: § Anak/balita : < 45mg/dl
q GDS < 70 mg/dl § Neonatus aterm : <35mg/dl
Etiologi : § Premature : < 25mg/dl
q obat-obatan golongan sulfonil Klasifikasi “ hipoglikemia dewasa”
urea, Insulin, dan glinid. Ringan :
q Hiperaktivitas simptomatis (+) gangguan aktivitas (-); diatasi sendiri (+) sedang :
q Nutrisi << simptomatis (+) gangguan aktivitas (+); diatasi sendiri (+)
Berat :
simptomatis (+) gangguan aktivitas (+); diatasi sendiri (-)
An. Kiyah usia 8 tahun dibawa ibunya ke Puskesmas karena keluhan
pucat dan lemas sejak 1 minggu ini. Riwayat pasien sering
mengalami keluhan serupa, terakhir 3 bulan yang lalu. Tanda vital
TD 110/70 mmHg, Nadi 84x/m, RR 22x/m, Suhu 36.5 C.
Pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, ikterik,
hepatomegali dan splenomegali. Hasil pemeriksaan laboratorium
darang lengkap Hb 6.5 g/dL, HCT 25%, Leukosit 5000/µL, Trombosit
345.000/µL, MCV 65%, MCH 19%, MCHC 21%. Apakah terapi
yang tepat?
a. Preparat Fe
b. Eritropoietin
c. Transfusi PRC
d. Tranfusi FFP
e. Transfusi whole blood
THALASSEMIA
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi : Gangguan genetik pembentukan Pemeriksaan Penunjang:
rantai Hb (prekursor eritroid tidak mampu q MDT: hipokrom mikrositer, anisositosis,
membentuk protein globin) → pola poikilositosis, sel target (+) , tear drop cell
penurunan autosomal resesif q LFT bilirubin indirect ↑, coomb test (-)
q Analisis Hb / Hb elektroforesa : HbA2↑
Key Point : HbF ↑, HbA↓/ (-)
q Riwayat transfusi darah berulang
q Riwayat keluarga dengan penyakit yg Penanganan:
sama q Transfusi PRC : Hb < 7 atau Hb ≥ 7 disertai
q Anemia , Ikterus gejala klinis
q Facies cooley Komplikasi Th: Hemosiderosis akibat transfusi
q Hepatosplenomegali berulang muncul di akhir dekade 1 atau awal
q Gangguan pertumbuhan (gizi dekade 2 (Iron overload terjadi di jantung, liver,
kurang/buruk, perawakan pendek, organ endokrin, dan tulang)
pubertas terlambat) Kelasi besi:
Klasifikasi : q Subkutan = Deferoksamin / DFO
Thalasemia alfa q Oral = Deferipron dan Deferasirox
Thalasemia beta
Nn. Selty, usia 20 tahun, datang dengan keluhan letih, lemas,
dan lunglai sejak 1 bulan yang lalu. Pasien selalu membeli Kopi
setiap pagi sebelum kerja agar tidak lemas. Pada pemeriksaan
fisik, didapatkan tanda vital TD 120/80 mmHg, HR 80x/mnt, RR
22x/mnt dan suhu 37C, konjungtiva anemis, kulit pucat, kuku
tampak seperti sendok, papil lidah atrofi. Edukasi yang tepat
untuk diberikan kepada pasien adalah…
a. Ganti kopi dengan teh, makan banyak daging merah
b. Hindari minum kopi, perbanyak makan nasi
c. Kurangi konsumsi kopi, perbanyak makan daging merah
d. Pantang makan daging merah
e. Campur kopi dengan susu, makan banyak daging merah
ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI
Level Kompetensi: 4A.
Definisi : Pemeriksaan Penunjang:
anemia yang terjadi akibat kurangnya penyediaan besi untuk q Darah lengkap : Hb turun, MCV, MCH, MCHC rendah
eritropoesis karena cadangan besi kosong q MDT : gambaran hiprokomik mikrositik, Sel pensil atau cigar cell,
anisositosis, poikilositosis, ring cell
Etiologi : q Gold standard : Profil besi 
q Kebutuhan zat besi meningkat (anak dalam pertumbuhan, ibu hamil, 1. SI ↓ (serum iron) < 50 µg/dl,
laktasi), 2. TIBC meningkat > 350 µg/dl,
q perdarahan kronis, 3. saturasi transferin menurun < 15 µg/dl, feritin serum < 20 µg/dl
q intake kurang , pica : Pagofagia (kebiasaan memakan es batu)
Key Point : Penatalaksanaan:
q Keluhan lemah, cepat lelah, mata berkunang-kunang, pucat. Non farmakologi: Diet daging, hati ayam
q Koilonikia (kuku sendok),
q atropi papil lidah, Farmakologi :
q stomatitis angularis q Suplemen Besi (Ferrous Sulfat) – 300 mg/hari selama 6-12 bulan
Atau sampai Hb normal + 8 minggu (WHO) – dapat ditambah
suplemen vitamin C untuk menambah penyerapan besi
q Terapi besi parenteral : Iron dextran dapat diberikan secara IV atau
IM bila absorbs besinya buruk.

Transfusi PRC jika Hb < 7gr/dl + Gangguan hemodinamik


By Yeon, usia 28 hari, dibawa orangtuanya ke IGD karena mimisan yang
tidak kunjung berhenti sejak 3 jam yang lalu. Saat ini bayi tampak lemas.
Pasien diketahui lahir di rumah dibantu oleh warga setempat saat
persalinan. Saat hamil, ibu pasien tidak pernah memeriksakan
kehamilannya ke dokter maupun bidan, setelah lahir bayi juga tidak pernah
dibawa untuk pemeriksaan kesehatan. Pada Pemeriksaan fisik, didapatkan
kesadaran somnolen, Tanda vital HR 110kali/mnt, RR 35kali/mnt, T 37C,
ubun-ubun besar menonjol. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan
nilai PT memanjang. Diagnosis yang paling tepat adalah...
a. Anemia defisiensi besi kongenital
b. Vitamin K Deficiency Bleeding
c. Thalassemia beta mayor
d. Hemofilia A
e. Hemofilia B
DEFISIENSI VITAMIN K
Level Kompetensi: 2
Definisi: Pemeriksaan
Merupakan bentuk penyakit perdarahan akibat kekurangan Penunjang:
vitamin K, manifestasinya berupa defisiensi kompleks qPT ↑
protrombin yang didapat.
Penanganan:
Key Point : q Vit K 1mg IM selama 3
qPerdarahan yang sulit berhenti hari berturut turut
qBayi kecil (1-6 bulan),
qUbun ubun neonatus menonjol
qAnak tampak apatis
qtidak mendapat suntikan vit K 1 mg SD saat lahir
Tn. Moran, usia 40 tahun, datang ke rumah sakit dengan
keluhan benjolan di leher kiri dan ketiak kiri sejak 1 minggu
yang lalu. Benjolan diraba terasa tidak nyeri. Terdapat riwayat
penurunan berat badan, demam dan keringat malam. Riwayat
batuk lama disangkal. Dari hasil pemeriksaan fisik tanda vital
dijumpai TD 120/80mmHg, HR 88kali/menit, RR 22 kali/menit,
suhu 37.8C . Dari hasil FNAB benjolan didapatkan gambaran
necrosis caseosa. Diagnosa yang paling tepat adalah …
a. Limfoma hodgkin
b. Limfoma non hodgkin
c. Limfangitis
d. Limfadenitis non spesifik
e. Limfadenitis spesific
LIMFADENITIS TB/ SPESIFIC
Level Kompetensi: 4A.
Etiologi : Pemeriksaan Penunjang:
Spesifik → disebabkan Leukositosis
Mycobacterium tuberculosis (jika LED ↑
terjadi pada leher disebut scrofula) FNAB  histopatologi :
q granuloma
Key Point : q Nekrosis kaseosa sentral dikelilingi
qBenjolan KGB tidak nyeri sel epiteloid,
qKeringat malam q Sel datia langhans (sel datia berinti
qBB turun banyak, dengan inti tersusun di
qDemam pinggir)
Ny. Janaya usia 25 tahun, primigravida, UK 12 minggu berdasarkan
HPHT datang untuk ANC pertama. Pasien memiliki keluhan rasa cepat
lelah sejak 2 bulan yang lalu. Pasien juga sering merasa kesemutan
pada jari kaki selama 1 bulan terakhir. Pasien merupakan seorang vegan
sejak usia 13 tahun. Pemeriksaan tanda vital TD 110/70mmHg, HR
88kali/menit, RR 22 kali/menit, suhu 37.0C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva pucat serta terdapat penurunan propriosepsi.
Romberg test (+). Pada pemeriksaan darah ditemukan Hb 10g/dl, MCV
110fl, hipersegmentasi neutrofil. Apakah tatalaksana yang paling tepat
pada kasus ini?
a. Suplementasi kalsium
b. Suplementasi asam folat
c. Suplementasi vitamin B12
d. Suplementasi zat besi
e. Suplementasi tiroksin
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Level Kompetensi: 3A.
ANEMIA MAKROSITER
Anemia Defisiensi vitamin B 12 Anemia Asam folat
Risk : vegetarian, gastrektomi Risk : alkoholik, ibu hamil, anak-anak, obat-
Etiologi : defisiensi vit B12 obatan metrotrexat, pirimetamin
Key Point : Etiologi : def. asam folat
q 5L Key Point :
q Glositis q 5L
q Neuropati perifer: q Glositis
kesemutan/parastesia, kebas,
lemas Pemeriksaan Penunjang:
q Gangguan memori, depresi, q Makrositer
iritabilitas q Neutrofil hypersegmented
Pemeriksaan Penunjang: q Cek kadar asam folat serum
q Makrositer
q Neutrofil hypersegmented
q Schilling test
q Kadar vit 12 serum
Penanganan:
Injeksi cyanobalamin 1 mg/hari
(7 hari)
Ny. Ruth, usia 31 tahun, datang ke Rumah sakit dengan keluhan kaki kiri
tampak bengkok. Diketahui 10 bulan yang lalu pasien mengalami
kecelakaan motor, dengan hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan
adanya diskontinuitas tulang, shortening dan angulasi pada os tibia
dekstra. Saat itu, dokter menganjurkan operasi namun pasien menolak.
Pasien dapat berjalan, hanya terganggu saat berlari. Tanda vital
didapatkan tekanan darah 120/80mmHg, denyut nadi 80 kali/menit,
frekuensi napas 20kali/menit, suhu 37,0°C. Kondisi yang paling tepat
menggambarkan keadaan pasien saat ini adalah...
a. Anunion
b. Malunion
c. Delayed union
d. Non-union
e. Pseudoarthrosis
MAL UNION
Level Kompetensi: 2
LATE COMPLICATION FRAKTUR
DELAYED UNION MAL UNION
qNyeri daerah fraktur, krepitasi qNyeri daerah fraktur (-), krepitasi (-),
qX-ray : Garis fraktur (+) callus minimal shortening (+), angulasi
q> 8 minggu blm menyatu qX-ray : tulang menyatu namun bentuk tulang
tidak sesuai anatomi
NON UNION qKelainan bentuk tulang aligment
qNyeri daerah fraktur (-) , krepitasi (+) Tx : RUJUK
qpseudoartrosis
q> 8 minggu
X-ray :
qGaris fraktur : ujung tulang tidak atrofi ,
sklerosis (+) Hipertropic non union
qGaris fraktur : ujung tulang atrofi (+) ,
sklerosis (-) Atropic non union
Tn Jordi, usia 53 tahun datang ke poliklinik saraf dengan kelemahan
pada tungkai bawah sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai
demam, batuk berdahak, berkeringat malam sejak 3 bulan yang lalu.
Diketahui pasien memiliki riwayat kencing berwarna merah. Tungkai
juga sering dirasakan seperti kesemutan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan GCS 456, tekanan darah 120/80mmHg, denyut nadi 80
kali/menit, frekuensi napas 20kali/menit, suhu 37,6°C. Ditemukan
benjolan setinggi vertebra torakal X. Hiperestesi dari umbilikus ke
bawah. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?
a. Spondilitis vertebralis
b. Spondiloarthrosis L4-L5
c. Pott’s disease
d. Ankylosing spondylitis
e. HNP Lumbar
SPONDILITIS TUBERKULOSA/POTT’S DISEASE
Level Kompetensi: 3B
etiologi : penyebaran M.TB dari situs infeksi lain, Pemeriksaan Penunjang :
Menyerang segmen anterior vertebra → destruksi X-Ray : Fraktur kompresi + Gibus . Terlihat lesi litik
tulang → kolaps vertebra (gibbus) → kifosis pada anterolateral korpus vertebra

Keypoint : Penanganan
q Nyeri punggung, Pinggang Rujuk :
q defisit neurologis (parestesi,paraparesis/plegi) q Regimen OAT : OAT lini pertama selama 9-12 bulan
q deformitas vertebra ( GIBUS ) q Operasi
q Demam berkeringat malam
Analisis soal
q Spondilitis → inflamasi tulang belakang (kurang
spesifik)
q Spondyloarthrosis → spinal osteoarthritis
(degeneratif)
Pemeriksaan Fisik : q Ankylosing spondilitis → Bamboo Spine (+)
Gibus + kifosis
Tn. Jarren, usia 34 tahun datang dengan keluhan luka pada tungkai bawah
yang tidak kunjung sembuh dan terus mengeluarkan nanah sejak 5 minggu
yang lalu. Pasien mengalami kecelakaan 12 minggu yang lalu akibat
kecelakaan motor sehingga menyebabkan luka terbuka. Riwayat berobat
sebelumnya (-). Pada PF didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 98x/menit, RR
20x/menit, suhu 38 o C. Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan luka
terbuka berukuran 3x2 cm pada 1/3 proksimal cruris medial dengan pus (+),
disertai edema, eritema, dan teraba hangat. Pada pemeriksaan foto polos,
didapatkan penebalan jaringan periosteal dan korteks, sequestrum (+),
involucrum (+). Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?
a. Compartment Syndrome
b. Osteoartritis
c. Osteosarkoma
d. Osteomyelitis akut
e. Osteomyelitis kronik
OSTEOMYELITIS
Level Kompetensi: 3B
Definisi : Inflamasi tulang dan sumsum tulang yang disebabkan oleh Pemeriksaan Penunjang :
bakteri, dapat bersifat akut atau kronik . Lab : Leukositosis
X-Ray :
Predileksi  (METAFISIS tulang panjang) Acute :
q Soft tissue swelling . reaksi periosteal
Etiologi : (periostitis),
Patogen Penyebab tersering : S. aureus , q Tulang radiolusen : tepi sklerosis
Pengguna obat intravena : Pseudomonas
Chronic :
Patogenesis : q Sequestrum  tulang mati yang
q Hematogenous (TERSERING) dikelilingi pus atau jaringan skar
q Contiguous focus of infection  dari abses jaringan, diabetic foot q Involucrum  pembentukan tulang
q Direct inoculation  dari luka trauma, operasi baru disekitar area tulang yang
nekrosis
Keypoint :
q DEMAM > 38C Biopsi & Kultur: gold standard
q Tanda klasik inflamasi
q Acute : PD : edema, eritema, nyeri tekan, gangguan ROM, nyeri pada Penanganan
tulang. q Resusitasi
q Chronic : PD : sinus tract (patognomonik pada osteomyelitis kronik q Ab profilaksis : Cefalosporin gen IV + simptomatis
q Rujuk
Tn. Arquna, 40 tahun, datang ke UGD dengan keluhan nyeri pada lengan atas
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pada Pemeriksaan fisik, didapatkan
deformitas pada radius, disertai edema, ROM terbatas karena nyeri, dan pulsasi
a. radialis baik. Setelah dilakukan pemeriksaan radiologis, dokter mendapatkan
adanya fraktur tertutup komplit pada 1/3 tengah os radius, kemudian dokter
melakukan balut bidai. Satu jam setelah pemasangan balut bidai, pasien
mengeluhkan nyeri yang bertambah yang disertai dengan baal pada ujung-ujung
jari. Pulsasi arteri radialis melemah. Dokter lalu melepas balut bidai, dan
melakukan evaluasi ulang setelah 10 menit. Pada evaluasi ulang, nyeri menetap
dan pulsasi A. Radialis teraba lemah. Tindakan selanjutnya yang tepat
adalah…
a. Rujuk untuk ORIF segera
b. Lakukan traksi untuk stabilisasi tulang
c. Fasciotomi segera
d. Escharotomi segera
e. Berikan analgetik, dan evaluasi setelah 30 menit
COMPARTMENT SYNDROME
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : Tatalaksana :
q Fraktur tertutup q Fasciotomy : fraktur
q Luka bakar tertutup
q Hambatan mekanik
q Apabila compartment
Lokasi tersering : antebrachii dan syndrome disebabkan
cruris karena pemasangan cast
yang terlalu kuat
Keypoint : longgarkan atau ganticast
5P's of Compartment Syndrome :
- Pain → earliest indicator, pain in q Luka bakar : escarotomi
passive stretching
- Pallor
- Pulseless
- Paresthesis
- Paralysis
Ny. Indi usia 40 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri
pada kedua jari-jari tangan sejak 1 minggu terakhir. Keluhan nyeri
diserta bengkak pada sendi kedua tangan, pergelangan tangan, dan
kedua lutut. Kaku sendi dirasakan saat bangun tidur pagi. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, nadi 90x/menit, laju
pernafasan 18x/ menit, suhu 37 C, edema MCP dan PIP. Pemeriksaan
penunjang kadar asam urat 6mg/dL, rhematoid factor (+). Hasil
pemeriksaan fisik yang dijumpai sesuai kasus diatas adalah…
a. Krepitasi
b. Tophus
c. Nodus Heberden
d. Nodus Boutunierre
e. Nodus bouchard
RHEUMATOID ARTHTRITIS
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : proses Autoimun  Hipersensitivitas tipe III
Keypoint:
q Nyeri di sendi pergelangan tangan > 30 menit. BILATERAL
q Kebas dan kesemutan di pagi hari
q Nyeri tidak berkurang dengan istirahat
q Kaku pagi hari yang membaik dengan pergerakan
Pemeriksaan fisik:
Poliartritis simetris terutama pada PIP, MCP, MTP
Deformitas :
q Swan neck deformity
q Deviasi ulnar
q Nodus Boutunierre

Penatalaksanaan:
q Analgetik : Ibuprofen : ibu profen 3x 400mg, , Naproksen,
Aspirin
q Awal : Kortikosteroid (Prednison, metilprednisolon)
Pemeriksaan Penunjang : q Defenitif :Desases Modyfiing Antirematic Drug (DMARDs)
q Rheumatoid factor (+)  (menghambat sintesis DNA) : Sulfasalazin 1x500 mg
q AntiCCP / ACPA (anti-cyclic citrullinated peptide antibody): (+) ditingkatkan 500 mg/minggu sampai dosis 4x500 mg,
q X-ray : destruksi celah sendi dan kista subkondral Metotrexsat dosis 7,5-10 mg/minggu
Tn Bob, usia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri pada ibu jari kaki
kanannya sejak 2 jam yang lalu. Keluhan disertai bengkak, dan merah.
Riwayat trauma (-), keluhan serupa (-). Pasien memiliki riwayat
hipertensi 10 tahun dan pasien mengkonsumsi diuretik untuk
pengobatan hipertensinya. Tanda vital TD 130/70, HR 107kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 37.6 C. Pemeriksaan fisik didapatkan eritema,
eritema, hangat, nyeri tekan MTP 1. Pemeriksaan asam urat darah
10.7 mg/dl. Tatalaksana yang paling tepat untuk pasien saat ini
adalah...
a. NSAID + Paracetamol
b. MTX + NSAID
c. Allupurinol + Kolkiksin + NSAID
d. Kolkisin + NSAID
e. Paracetamol + Kolkiksin + NSAID
GOUT ARTRITIS
Level Kompetensi: 4A
Definisi ; Artritis gout adalah peradangan akut yang hebat pada KLASIFIKASI
jaringan sendi disebabkan oleh endapan kristal-monosodium urat
Stadium Artritis Gout Nyeri mendadak, bengkak, terasa hangat, merah
Faktor Predisposisi: diet tinggi purin (hiperurisemia (asam urat Akut dengan gejala sistemik berupa demam, mengigil
perempuan >6mg/dL, laki-laki >7mg/dL) Stadium Interkritikal Kelanjutan stadium akut, radang akut (-), aspirasi
cairan sendi: Kristal urat
Key Point : Stadium Artritis Gout Tofi yang banyak dan terdapat poliartrikular/
Kronis Lokasi Tofi: cuping telinga, MTP-1, olekranon,
q Demam, nyeri hebat
tendon Achilles dan jari tangan.
q Tanda inflamasi: eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan, deformitas
sendi, dan tofi.
q Sendi yang paling sering terkena: Penatalaksanaan:
tungkai bawah (sendi MTP 1)  podagra Serangan akut :
q Kolkisin 0,5 – 0,6 mg/2 jam saat serangan dengan dosis maksimal 6-
Pemeriksaan Penunjang: 8 mg
q Awal: Kadar asam urat serum ↑ q NSAID (Indometasin 150-200 mg/hari)
q Gold standard Aspirasi cairan sendi: q Kortikosteroid (Prednison 20-40mg/hari)
Kristal monosodium urat berbentuk jarum. q naproxen 2 x 500 mg, atau sulindac 2 x 200 mg.
q diwarnai dengan Briefringent :
negatif kuat (berwarna biru) Obat anti hiperuricemia (Agen penurun asam urat tidak diberikan
saat serangan akut, kecuali sudah rutin diminum dari sebelum
kristal rhomboid
serangan.)
Diagnosis Banding : birefringent positif q Golongan penghambat xantin oksidase : Allopurinol mulai 80 mg;
q Pseudogout: kemudian bertahap dinaikkan sampai dosis max 800 mg/hari.
kristal rhomboid birefringent positif q Golongan Orikosurik: Probenecid: 2x250 mg/hari minggu pertama,
selanjutnya 2x500 mg, maksimal 2-3 g/hari. KI diuretik tiazid
Ny. Waidun, 48 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada sendi
lutut kiri sejak 2 hari yang lalu. Pada mpemeriksaan fisik
tampak lutut kiri edema, nyeri, serta panas. Pasien memiliki
riwayat penyakit kencing manis. Saat ini, pasien menggunakan
prosthesis sendi lutut. Tanda vital TD 130/70, HR 107kali/mnt,
RR 22kali/mnt, suhu 38.6 C. Hasil analisis cairan sendi leukosit:
100.000; PMN 75%. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Athritis septic
b. Rhematoid arthritis
c. Osteoarthritis
d. Osteoporosis
e. Gout arthritis
ARTHRITIS SEPTIK
Level Kompetensi: 3B
Acute bacterial arthritis Pemeriksaan Penunjang:
etiologi tersering : S. aureus Gold standard Aspirasi cairan sendi/ Artrosentesis :
q Cairan sinovial biasanya purulent
Faktor Predisposisi: q jumlah leukosit dalam cairan sinovial 50.000-
q Prosedur invasif pada sendi (e.g : injeksi steroid intraarticular, injeksi 150.000 sel/mm3
hyaluronat intraarticular) q didominasi PMN / neutrofil.
q Trauma sendi atau sekitar sendi, infeksi di sekitar sendi Kultur / Pewarnaan gram  bakteri gram
q Diabetes mellitus Kristal (-)
q Penyalahgunaan obat-obat suntik, alcoholism
Th/
Ab beta lactam
Key Point :
q Demam
q Tanda inflamasi: eritema, hangat, bengkak, nyeri tekan
Tn Ardo, usia 29 tahun datang ke IGD dengan keluhan ruam pada
kulit sejak 3 hari lalu. Pasien juga mengeluhkan demam dan nyeri
otot. Pasien behubungan seksual dengan 5 pasangan dalam 1
tahun terakhir tanpa menggunakan pengaman. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan TD 120/80 mmHg, HR 85 kali/menit, RR 18
kali/menit, suhu 38,1 o C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ruam
makulopapular pada kedua telapak tangan dan kaki. Dokter
melakukan tes VDRL dengan hasil (+). Apakah langkah
selanjutnya yang paling tepat?
a. Kultur treponema
b. RPR test
c. Pewarnaan Gram
d. TPHA
e. Penicillin G intramuskular
SIFILIS SEKUNDER
Level Kompetensi: 4A
Risk : Riwayat free sex
Etiologi : Treponema pallidum

Klasifikasi :
Sifilis Stadium I :
q ulkus durum: Ulkus pada kemaluan soliter, dasar bersih, tidak
nyeri, hilang/sembuh sendiri
q limfadenopati generalisata
Sifilis Stadium II:
Penatalaksanaan :
q makulopapular : Copper penny rash 1st Benzatine benzilpenicilin 2,4 jt IU, SD, i.m. atau PP 600.000 IU i.m
q kondiloma lata : plak/papul vegetasi (permukaan halus, rata) : 2nd eritromisin 4 x 500 mg selama 15 hari (ibu hamil)
area perianal Doksisiklin 2 x 100 mg selama 30 hari (tidak hamil)
Sifilis Stadium III
q Gumma destruksi jaringan (sifilis kardiovaskular mengenai
katup jantung, neurosifilis : encepalitis)

Pemeriksaan penunjang :
Indirect
1. VDRL (Skrining)
2. TPHA (diagnosis)
Direct :
q Direct field microscopy bakteri bentuk spiral
By. Meutia berusia 9 bulan dibawa ibunya ke RS dengan keluhan timbul bintik-
bintik merah pada tubuh. Keluhan didahului demam tinggi sejak 3 hari yang
lalu dan pada hari ketiga keluar bintik- bintik merah di seluruh tubuh, kemudian
demamnya turun. Bayi tidak rewel dan tidak didapatkan keluhan yang lain.
Pada saat demam hari kedua bayi dibawa ke Puskesmas dan mendapat terapi
penurun panas dan antibiotika amoksisilin. Tanda vital HR 100kali/mnt, suhu
37.4C. Pemeriksaan fisik menunjukan ruam makulopapular di seluruh tubuh,
forscheimer spots di palatum mole, serta dijumpai pembesaran kelenjar getah
bening yang tidak nyeri . Apakah diagnosis yang paling mungkin pada
pasien ini?
a. Rubella
b. Rubeola
c. Scarlet fever
d. DBD grade I
e. Roseola infantum
RUBELA
Level Kompetensi: 4A.
FEVER WITH RASH
MEASLES/ RUBEOLA/ MORBILI RUBELA ROSEOLA INFANTUM
Etiologi : Morbili virus Etiologi : Rubella virus Etilogi : HUMAN HERPES VIRUS
Key Point : Key Point : TIPE 6
q Gejala prodromal : Demam , cough, coryza,
q Lesi kulit: makulopapular milier + Key Point :
conjunctivitis
q Bercak Koplik: patognomik
pembesaran KGB q Lesi kulit: makulopapular milier
q Lesi kulit: makulopapular milier yang muncul saat q Forscheimer spots yang muncul setelah demam
demam dimulai dari blkg telinga reda , perifer  sentral
q Fase konvalesens demam mulai reda Ruam: Lesi Tatalaksana : simtomatis Tatalaksana : simtomatis
hiperpigmentasi

Tatalaksana : suportif : Vit A hari 1,2


q 50.000 IU pada < 6 bulan (1/2 kap biru)
q 100.000 IU pada 6-11 bulan (1 kap biru)
q 200.000 pada 12 bulan hingga 5 tahun (1 kap
merah)
Pada gizi buruk diberikan 3 kali: hari 1, hari 2, dan 15

Komplikasi campak: Pneumonia, Dehidrasi, Gizi,


buruk, Ensefalitis, OMA
An. James usia 8 th dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan tampak
bercak- bercak kemerahan pada tangan dan kaki anaknya. Keluhan
ini sudah dialami sejak 3 hari yang lalu. Ibunya juga mengeluhkan
anaknya malas makan karena nyeri bila anaknya menelan makanan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 90x/mnt, RR 10x/mnt dan Tax
380C dan didapatkan effloresensi tampak multiple macula dan vesicle
dengan dasar eritem pada daerah telapak tangan, telapak kaki dan
juga terdapat beberapa pada mulut pasien. Apa etiologi yang
menyebabkan keluhan pasien di atas ?
a. Staphylococcus
b. Streptococcus
c. Human simpleks virus
d. Coxsackievirus
e. Epstein barr virus
HAND-FOOT-MOUTH DISEASE
LEVEL KOMPETENSI: 3A
Etiologi : Coxsackie virus Penatalaksanaan :
q Edukasi : Diet rendah
Key Point : makanan asam
qPredileksi di telapak tangan , telapak kaki, q Farmakologi : terapi
mulut simptomatis
qRuam macula Berubah menjadi vesikel → q rujuk
tererosi → ulkus superfisial yang dikelilingi
“halo” eritematosa
qGejala prodromal (+)
Ny. Lily rose, usia 32 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan timbul
bercak merah awalnya di kaki dan lipat paha kemudian meluas semakin lama
semakin banyak sejak 2 hari yang lalu dan disertai rasa gatal. Dua minggu
yang lalu pasien berobat untuk permasalahan telinga dan diberikan obat
minum antibiotik amoksisilin dan antalgin. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran pasien compos
Mentis, TD; 110/70 mmHg, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37,0 C.
Pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi maculopapular eritematosa
tersebar difuse dan simetris. Apa diagnosis yang tepat untuk pasien ini ?
a. Urtikaria
b. exanthema drug eruption
c. Fixed drug eruption
d. Eritroderma
e. Eritema multiform
EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION / ERUPSI OBAT MORBILIFORM
Level Kompetensi: 3B
Risk :
riwayat atopi, riw.alergi obat sebelumnya
Etiologi :
Riwayat konsumsi obat-obatan : obat antibiotik, antinyeri NSAID

Key Point :
q Ruam maculopapular eritema generalisata (+)
q Gatal
q Riw. Minum obat
Ruam maculopapular
Tatalaksana :
Antipruritus topical : bedak salisil 2% + menthol 0,5 – 1%
Farmakologi PO :
Kortikosteroid oral
AH
• Cetirizine 10 mg / hari selama 7 hari
• Loratadin 10 mg / hari selama 7 hari
Tn. Naufal, usia 31 tahun datang ke RS dengan keluhan luka pada kemaluan
yang dialami sejak 4 hari lalu. Luka tersebut tidak disertai rasa nyeri namun
dirasakan semakin membesar. Riwayat berhubungan seks dengan PSK (+).
Dari pemeriksaan vital sign didapatkan TD 110/70mmHg, HR 89kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 37C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan 2 ulkus kemerahan
dengan dasar yang bersih, mudah berdarah, berbatas tegas disertai dengan
jaringan granulasi. Pembesaran KGB tidak ditemukan. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan makrofag dengan badan inklusi di dalamnya seperti
ditunjukkan pada gambar berikut. Apakah diagnosis yang paling tepat pada
kasus ini?
a. Ulkus durum
b. Ulkus mole
c. Limfogranuloma venereum
d. Donovanosis
e. Sifilis sekunder
GRANULOMA INGUINAL (DONOVANOSIS)
Level Kompetensi: 3A
Risk : Riwayat free sex Tatalaksana :
Etiologi : Klebsiella granulomatis (known Edukasi
as Calymmatobacterium granulomatis) Azitromisin 1 gr PO 3 minggu
Doksisiklin 2 x 100 mg 3 minggu
Key Point : Siprofloxacin 2 x 500mg – 3 minnggu
qUlkus pada kemaluan warna merah,
qmudah berdarah,
qTidak nyeri,
qTanpa limfadenopati regional
qulkus progresi lambat
PD : breefy red apperance DONOVANOSIS
An. Kygo usia 10 tahun datang dibawa oleh Ibunya karena
keluhan luka pada sekitar mulut sejak 2 hari yang lalu. Awalnya
berupa bercak kemerahan seperti benjolan berisi cairan, setelah
digaruk cairan pecah dan menjadi luka. Sekarang luka menjadi
kering dan penuh keropeng kekuningan. Tanda vital didapatkan
HR 89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37C. Patogen tersering
penyebab keluhan dan tatalaksana yang sesuai untuk pasien
adalah…
a. Streptococcus pyogenes; mupirosin 2%
b. Streptococcus aureus; oksitetrasiklin 1%
c. Staphylococcus beta hemolytic group A; asam retinoate 2%
d. P acnes; mupirosin 2%
e. P acnes; benzoyl peroxide 0.5%
PIODERMA
LEVEL KOMPETENSI: 4A.
Etiologi streptococus B hem grup A/ pyogenes Th/
Topikal :
q DOC: mupirocin 2% ,
Keypoint: q asam fusidat 2% (Fucidin)  2-3x/hari selama 7-10 hari
q Impetigo krustosa :
honey colored q Banyak pus/krusta: kompres terbuka dengan permangana skalikus
q Ektima : 1/5000, atau
q asam salisilat 0.1%, atau rivanol 1%, atau povidone iodine 1%
ulkus ditutupi krusta masing-masing 3x/hari selama 30-60 menit
q Erisipelas :
Lesi pacth / macula eritematosa batas tegas Sistemik : Lini pertama:
q Selulitis: q Kloksasilin/dkloksasilin: dewasa 4x250-500 mg/hari, anak 25-50
Lesi pacth / macula eritematosa, batas tegas (-) mg/kgBB/hari bagi 4 dosis
q Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3x250-500 mg/hari, anak
q Flegmon : 25 mg/kgbb/hari bagi 3 dosis
Selulitis dengan supurasi q Sefaleksin 25-50 mg/kgBB/hari bagi 4 dosis

ektima

erisipelas selulitis plegmon


Tn. Roger Perron, usia 42 tahun datang ke sebuah klinik dengan keluhan
nyeri dada sebelah kiri sejak 5 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti terbakar.
Semalam pasien merasa mulai muncul lenting-lenting di dada kirinya yang
semakin banyak dan meluas, disertai rasa nyeri dan panas. Pasien
sebelumnya mengalami demam, tidak nafsu makan, badan terasa pegal-
pegal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, kesadaran pasien Compos Mentis, TD; 110/70 mmHg, HR 90 x/menit,
RR 20 x/menit, suhu 37,0 C. Pembesaran limfonodi axila (+). Pada
pemeriksaan status dermatologi terdapat vesikel multipel dengan dasar
eritema yang tersusun secara dermatomal. Apakah diagnosis yang tepat ?
a. Varicella zoster
b. Herpes zoster
c. Post Herpetic Neuralgia
d. Miliaria kristalina
e. Herpes simpleks
HERPES ZOSTER
Level Kompetensi: 4A
Etiologi : reaktivasi Varisela zoster virus Komplikasi:
q Neuralgia pasca herpes (NPH) didefinisikan
Key Point : sebagai nyeri menetap pada dermatom
yang terkena setelah erupsi herpes zoster
q kemerahan yang terdistribusi unilateral sesuai dermatom
(HZ) menghilang. Batasan waktunya
q Rash dapat berupa eritematosa, makulopapular, vesikular,
adalah nyeri yang menetap hingga 3 bulan
pustular, atau krusta
setelah erupsi kulit menyembuh.
q Gejala prodromal
q Nyeri seperti terbakar
Terapi:
amitriptilin 100 mg, nortriptilin 25 mg,
Pemeriksaan penunjang :
gabapentin 300 mg
q Tzank test  sel datia berinti banyak
Penatalaksanaan :
q Asiklovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari.
Anak 20mg/kgbb
q Valasiklovir 3x1000 mg/hari selama 7 hari.
Tn. Shanon Kook, usia 34 tahun, datang ke klinik dengan keluhan
rambut yang terus menerus rontok sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
bekerja sebagai manager dari sebuah perusahaan besar dan
bekerja hingga larut malam setiap harinya. Dari pemeriksaan tanda
vital didapatkan TD 110/70, HR 72 kali/menit, RR 19kali/menit, T
36.8C. Pada pemeriksaan lokalisata didapatkan penipisan rambut
secara difus dan tidak ada pola tertentu. Dokter melakukan
pemeriksaan penunjang sederhana didapatkan hair pull test (+).
Diagnosis pada pasien adalah…
a. Androgenik alopeciata
b. Alopecia areata
c. Telogen effluvium
d. Anagen effluvium
e. Dermatitis atopi
TELOGEN EFFLUVIUM
LEVEL KOMPETENSI: 2.
Alopesia Areata (3A) Alopesia Androgenika (3A)
q Kebotakan pada area q Etiologi : genetic ,
tertentu . hormonal (testosteron)
q Idiopatik q Kebotakan mengikuti
q Adanya exclamation pola tertentu
mark berbentuk M, umumnya
q Skin biopsy : “swarm terjadi di daerah
of bees” temporal dan bagian
kepala atas
Th/ lotion minoxidil
Th/ minoxidil + finasteride
(tab)

Telogen Effluvium (2) Anagen Effluvium:


q Terjadi karena gangguan keseimbangan pertumbuhan q kerontokan rambut secara tiba-tiba pada 80-
rambut, dimana fase telogen rambut dominan  turn over 90% rambut di seluruh tubuh, terjadi karena
rambut lebih cepat gangguan pada fase anagen.
q Hair pull test (+) q Penyebab utama: kemoterapi
Nn. Anggi, usia 18 tahun, datang untuk berkonsultasi di RS. Pasien
mengeluhkan kulitnya kering dan bersisik sejak masa anak-anak
sampai saat ini. Diketahui ibu pasien memiliki riwayat alergi obat-
obatan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital TD 110/70, HR
92 kali/menit, RR 23kali/menit, T 36.8C, kulit bersisik di bagian
punggung dan sisi ekstensor dari ektremitas. Folikel rambut pada
area tersebut terlihat tertutup sumbatan oleh keratin. Tampak
adanya fisura pada telapak tangan dan kaki. Apakah diagnosis
yang sesuai untuk kasus di atas?
a. Epidermolitik hyperkeratosis
b. Ichthyosis vulgaris
c. Psoriasis vulgaris
d. Psoriasis gutata
e. Acrodermatitis enteropatica
ICHTHYOSIS VULGARIS
Level Kompetensi: 2.
Ichtyosis = fishlike Key Point :
qKulit kering, bersisik, seperti
Risk : ikan (fish like skin)
Riwayat atopi kronis , Muncul qGatal yang memberat di
musim dingin
dari masa kanak- kanak
qSkuama putih keabuan yang
luas terutama pada
Etiologi : ekstensor ektremitas dan
genetic x linked resesive badan.
q Skuama melekat di tengah,
Penatalaksanaan : dengan “cracking” (fisura
qEmolien (pelembab) superfisial pada stratum
qAH (simptomatis) korneum) pada tepinya.
Ny. Viona, usia 61 tahun, datang ke Polikulit dengan keluhan benjolan
bergerombol seperti kembal kol di daerah pipi yang mudah berdarah.
Benjolan dikatakan sudah ada sejak 4 bulan terakhir. Pasien sehari-hari
bekerja sebagai pengantar makanan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
tanda vital TD 120/80, HR 92 kali/menit, RR 23kali/menit, T 36.8C, Status
lokalis didapatkan plak verukosa berwarna kemerahan ukuran 3x4 cm,
soliter, tepi tidak teratur, batas tegas. Dari hasil pemeriksaan histopatologi
didapatkan keratinisasi dan mutiara tanduk. Diagnosis yang tepat untuk
kondisi diatas adalah...
a. Karsinoma Sel Skuamosa
b. Karsinoma Sel Basal
c. Melanoma maligna
d. Keratosis aktinik
e. Nevus pigmentosus
KARSINOMA SEL SKUAMOSA
LEVEL KOMPETENSI: 2
KARSINOMA SEL BASAL / ULKUS RODENT KARSINOMA SEL SKUAMOSA MELANOMA MALIGNA
Etiologi : TERPAPAR bahan kimia, bahan Etiologi : TERPAPAR bahan kimia, Etiologi :
karsinogenik, Sinar matahari bahan karsinogenik, Sinar matahari Iritasi berulang, Sinar matahari

Keypoint : Keypoint : Keypoint :


q Ulkus dengan dasar kotor (ulkus q Ruam berupa nodul q Plak Hiperpigmentasi
roden), HIPERKERATOSIS q Prog. Cepat
q Tepi tidak rata q BERSIH q Mirip nevus pigmentosum
tapi ASIMETRIS
q seperti mutiara, bunga kol, black pearl q Ulserasi luka
q Mudah berdarah
q Tidak nyeri q mudah berdarah
q PA : Sel melanosit
q Mudah berdarah q Tidak nyeri
berdiferensiasi ganas
q PA : Sel Palisade q PA : Horn pearl/ Mutiara tanduk
Tn. Maize, usia 29 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan
gatal dan kemerahan di kulit perut. Gatal sudah dirasakan selama 1
minggu ini, terutama saat cuaca panas. Tanda vital TD 120/80, HR
92 kali/menit, RR 23kali/menit, T 36.8C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan makula eritem dengan papul di tepi, sebanyak 2 buah,
berbatas tegas dan tepi meninggi disertai skuama halus di atasnya.
Apa jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dan
hasil yang mungkin didapatkan dari pasien tersebut?
a. Lampu wood, warna merah bata
b. kerokan kulit dengan KOH 10%, spageti and meatball
c. kerokan kulit dengan KOH 10%, hifa panjang bersekat
d. Kerokan kulit dengan KOH, hifa pendek dan blastospora
e. Lampu wood, kuning keemasan
TINEA CORPORIS
LEVEL KOMPETENSI: 4A.
Dermatofitosis Pemeriksaan penunjang :
Etiologi : 3 genus: q kerokan kulit dengan pewarnaan KOH hifa panjang / sejati (bersekat / bercabang)
1. Microsporum + atrospora (spora berderet)
2. Tricophyton q Kultur terbaik dengan agar Sabouraud . kultur tidak harus selalu dikerjakan kecuali
3. Epidermophyton pada tinea unguium)
q Lampu wood: kuning kehijauan
Klasifikasi menurut lokasi:
1. Tinea kapitis
2. Tinea korporis
3. Tinea kruris Terbinafin 1% 1 kali perhari
4. Tinea pedis
5. Tinea manum
6. Tinea unguium Ketokonazole 2% , miconazole 2%
2x/hari
7. Tinea imbrikata

Keypoint:
q eritema, skuama, dan kadang Griseofulvin 500-1000mg
papul dan vesikel di tepi, normal Ketokonazole 1 x 200mg
di tengah (central healing)
q Gatal Itrakonazole 1 x 100mg
q Keluhan gatal terutama bila Terbinavin 1 x 250 mg
berkeringat
Ny. Raisya, usia 30 tahun, datang ke Poli kulit dengan keluhan ada
bercak-bercak putih pada kulit akibat luka garukan gigikan nyamuk
sekitar 2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak ada keluhan lain
pada kulitnya, pasien masih bisa merasakan perabaan pada kulitnya dan
hanya ada perubahan warna kulit. Riwayat keluhan serupa di keluarga
disangkal. Tanda vital TD 110/70mmHg, HR 70kali/mnt, RR 22kali/mnt,
suhu 36.8C. Pada pemeriksaan fisik ditemukan macula hipopigmentasi
multipel, menyebar, fluoresensi negatif, skuama (-). Diagnosis yang
paling mungkin pada pasien adalah ...
a. Vitiligo
b. Hipopigmentasi pasca inflamasi
c. Pitiriasis alba
d. Pitiriasis sika
e. Tinea versikolor
HIPOPIGMENTASI PASCA INFLAMASI
Level Kompetensi: 3A
Etiologi : post trauma (+)
HIPOPIGMENTASI POST HIPERPIGMENTASI POST
INFLAMASI INFLAMASI

Trauma  lesi hipopigmentasi Trauma  lesi hiperpigmentasi


(garukan) (garukan)
Tn. Fahri, usia 36 tahun datang ke IGD dengan keluhan demam dan
muncul lepuh-lepuh di seluruh badan sejak 1 minggu terakhir. Pasien
baru saja mengonsumsi antibiotik karena terdiagnosis oleh dokter
terinfeksi Salmonella typhi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80
mmHg HR 112x/menit RR 23 x/menit T 39°C. Dari pemeriksan status
dermatologis terdapat erosi di mukosa bibir, tampak konjungtivitis, dan
bula hampir di seluruh wajah, dada, punggung, kedua tangan dan kedua
paha. Tanda nikolsky (+). Diagnosis yang paling tepat pada kasus
tersebut adalah ?
a. SJS
b. Nekrolisis Epidermal Toksik
c. Eritema multiforme
d. Pemfigus bulosa
e. Pemfigus vulgaris
TEN
LEVEL KOMPETENSI: 3B
Steven Johnson Syndrome (SJS)
Toxic Epidermolisis Necrosis (Lyell’s syndrome)
Etiologi : Mengkonsusmsi obat-obatan Klasifikasi :
Keypoint: SJS < 10%
q Ruam melepuh, Overlapping SJS -TEN : 10 - 30 %
q Kelaianan kulit macula eritema dengan bula kendur, makula/ pacth TEN > 30%
erytema, krusta (+)
q Kelainan mukosa : bibir, genital, Kelainan mata : konjungtivitis
q Risk konsumsi Obat-obatan
PD :
q Nikolsky sign (+)
Penatalaksanaan: Penatalaksanaan:
SJS TEN
q RESUSITASI q RESUSITASI
q Methyl prednisolone injeksi 1,5-2 mg kg/bb q Kortikosteroid dosis tinggi
q Dexametason inj 0.15-0.2 mg/kgbb q Stabil ? rujuk
q Stabil ? rujuk Komplikasi
Komplikasi glomerulonephritis, ATN, GGA
Bronkopneumonia
Tn. Charles Gould usia 25 tahun dibawa istrinya ke puskesmas
dengan keluhan demam. Dari hasil anamnesis, pasien
mengatakan bahwa tidak memiliki alergi obat sebelumnya. Pasien
diiberikan obat paracetamol oleh dokter, namun 2 hari kemudian
sekujur tubuh pasien terjadi luka yang diduga steven johnson
syndrome akibat paracetamol yang diminum. Apakah jenis
kejadian tidak diharapkan pada kasus tersebut?
a. Nonfeasense
b. Unavoidable
c. Unforseeable risk
d. Kejadian sentinel
e. Duty of care
KECELAKAAN MEDIK

Kelalaian Medik Insiden Kecelakaan


Malfeasense Harm potential
Dokter melakukan tindakan melanggar hukum Kondisi yang dapat menimbulkan kecatatan pada pasien
Ex: Abortus tapi belum terjadi.
Misfeasense Near Miss
Tindakan Dokter tepat, TAPI pelaksanaannya TIDAK Kondisi dimana gejala sudah muncul dimana kelalaian
TEPAT medik tapi tidak menimbulkan kecatatan
Ex: dokter melakukan sirkumsisi outdoor pasien Unforefeasense
parafimosis Kondisi muncul & menyebabkan kecatatan medik, tidak
Nonfeasense dapat diprediksi
Dokter harusnya bertindak, TAPI tidak BERTINDAK Ex: syok Anafilaksis
Ex: dokter tidak melakukan resusitasi pada pasien Unavoidable
hipovolemia berat Kecatatan medik tidak dapat di hindari
Ex: amputasi
Kejadian sentinel
KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius
dr. Murphy, menerima tawaran dari salah satu produk
suplemen kesehatan dengan tugas mengiklankan produknya
pada salah satu stasiun televisi dengan memakai jas dokter
lengkap yang disertai name-tag dengan gelar dokternya.
Menurut kode etik kedokteran, bagaimaa sikap dokter
tersebut?
a. Tidak benar karena menghalangi kemandirian profesi dokter
b. Tidak benar karena produk tersebut harus diuji klinis terlebih
dahulu
c. Tidak benar karena dokter memakai jas lengkap
d. Benar karena dokter memilih obat yang tepat untuk
Kesehatan
e. Benar karena obat tersebut adalah suplemen kesehatan saja
KEBEBASAN DAN KEMANDIRIAN PROFESI
Gratifikasi PASAL 3 KODEKI 2012
Pasal 3 : Kemandirian Profesi
q Dalam melakukan pekerjaan
kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
Beberapa hal yang berpotensi menjadi gratifikasi
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
yang dianggap suap, di antaranya adalah:
q Marketing fee atau imbalan yang bersifat kemandirian profesi.
transaksional yang terkait dengan pemasaran
suatu produk q (6) Dokter dapat menerima bantuan dari
q Cashback yang diterima instansi yang pihak sponsor untuk keperluan
digunakan untuk kepentingan pribadi keikutsertaan dalam temu ilmiah
q Gratifikasi yang terkait dengan pengadaan mencakup pendaftaran, akomodasi dan
barang dan jasa, pelayanan publik, atau proses transportasi sewajarnya sesuai kode etik
lainnya masing-masing.
q Sponsorship yang terkait dengan pemasaran/
penelitian suatu Produk
Ny Chairina usia 39 tahun datang ke dokter dengan keluhan
nyeri pada payudara. Pasien mengatakan pada dokter bahwa
ia menderita penyakit kanker payudara. Pasien minta dirujuk
ke dokter spesialis bedah. Tetapi dokter merujuk pasien ke
psikiatri, karena dari hasil pemeriksaan tidak didapatkan
kelainan. Dokter menduga kelainan tersebut diakibatkan
psikologis. Kaidah dasar etik yang dilakukan dokter ?
a. Beneficence
b. Non-maleficence
c. Justiced
d. Autonomy
e. Profesional
KAIDAH DASAR MORAL
BENEFICIENCE AUTONOMY
q Dokter melakukan segala upaya untuk kesembuhan pasien q Setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang
q Dokter mengupayakan yang ‘terbaik’ untuk pasien. memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib sendiri), hal ini sesuai
dengan prinsip autonomy.
q Sering dalam kondisi dokter memiliki banyak waktu dan
q Setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu
banyak pilihan untuk memilih yang terbaik mendapatkan perlindungan.
q Memberikan obat tepat indikasi, dosis q Tell the truth, hormatilah hak privasi orang lain, lindungi informasi
q Melakukan prosedur medik sesuai SOP konfidensial, mintalah consent untuk melakukan intervensi diri pasien,
q Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus bantulah membuat keputusan penting.  tidak berbohong kepada
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga pasien dan mengatakan apa adanya karena merupakan hak pasien
untuk mengetahui apa yang terjadi pada dirinya,
keadaan kesehatannya (patient welfare).
q Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau
menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban

NON MALAFICIENCE JUSTICE


q Kondisi kasus terkait dengan kecelakaan emergency/life q Ada yang diuntungkan dan dirugikan
saving q Kesetaraan hak
q Dokter mencegah kecatatan lebih lanjut q Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik,
q Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan,
paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat
Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.
diikuti.
Pada Puskesmas A terjadi peningkatan kasus diare
masal diakibatkan keracunan makanan yang
dicurigai berasal dari bingkisan acara pernikahan.
Apakah kurva epidemik yang sesuai untuk kasus
tersebut ?
a. Common Source Epidemic
b. Intermittent Source Epidemic
c. Point Source Epidemic
d. Propagated Source Epidemic
e. Continous Source Epidemic
EPIDEMIC PATTERNS
Common-source : Propagative
group of persons exposed to an infectious agent or a toxin from the same source (contangious)
Point Continuous Intermittent Transmission from
range of exposure and range of nature of the exposure one person to
incubation another
Terpapar dalam periode Periode pemaparan memanjang, q Lama paparan dan
yang relatif singkat, kurva berpuncak jumlah orang yang Contoh : SARS,
bersumber TUNGGAL tunggal dan datar Contoh : terpapar tidak MERS, SARS Cov 2
contoh : food poisoning Paparan PPOK di tempat kerja beraturan besarnya ,
q Kurva bergerigi tak
beraturan

Point common source Continous common source Propagative


Nn. Lola, usia 25 tahun, datang ke IGD puskesmas karena
mengalami pusing berputar sejak 2 jam yang lalu. Dokter
mendiagnosa pasien dengan BPPV dan direncanakan untuk rawat
jalan. Dokter langsung meresepkan obat untuk pasiennya dan
mengatakan obat ini adalah obat yang terbaik tanpa menjelaskan
pilihan obat lainnya. Nn Lola mencoba bertanya apakah ada obat
lain yang lebih baik namun dokter tidak menjawab. Tipe hubungan
dokter-pasien yang tercermin dalam kasus ini adalah...
a. Konsumeristik
b. Default
c. Mutualisme
d. Paternalistik
e. Parasitisme
HUBUNGAN DOKTER PASIEN
PASIEN
AKTIF PASIF
Mutuality / Partnership Paternalistik/ Priestly Model
(Collegial Model) q doctor-centered, disease-
q dokter dan pasien adalah centered, semua ditentukan
AKTIF
mitra → share-decision
dokter (dokter dominan)
making (kerjasama antara
dokter dan pasien)
DOKTER
Consumeristic Default
q pasien memaksa dokter untuk q Dokter tidak peduli dan
patient-centered, mengikuti kurang mengali pasien,
PASIF
pasien tidak menjelaskan
keinginan pasien (pasien
keluhan dan tidak peduli apa
dominan) yang diberikan oleh dokter
dr. Delvian adalah Kepala Puskesmas Kelurahan A. Saat ini
dokter sedang sibuk merancang program deteksi dini kanker paru.
Dokter sedang mempertimbangkan keuntungan, kerugian,
keefektivitasan dan efisiensi dari biaya yang akan dikeluarkan
selama program berlangsung. Dengan pertimbangan yang ada,
dokter memutuskan pemeriksaan dilakukan menggunakan
kuesioner dan foto rongen thoraks. Yang dilakukan oleh dokter
termasuk five-star doctor…
a. Manager
b. Care provider
c. Decision maker
d. Communicator
e. Community leader
FIVE STAR DOCTOR
Care -provider
q Fisik, mental, sosial (holistik).
q Manajemen kuratif, preventif, rehabilitatif. Terapi terbaik
Decision –maker
q Keputusan berdasarkan berbagai sudut pandang dan kondisi yang ada
q menentukan pilihan berdasarkan efektivitas dan biaya
Communicator
q Memperbaiki gaya hidup sehat melalui pendidikan kesehatan dan advokasi yang efektif

Community leader
q Memahami kebutuhan dan masalah masyarakat
q Memahami faktor kesehatan pada lingkungan fisik dan sosial
q Membawa manfaat bagi banyak oran
Manager
q Memiliki skill managerial yang baik
q Mampu bekerja sama dengan perorangan maupun organisasi, baik di dalam maupun di luar sistem
pelayanan Kesehatan
q → dapat bekerja multidisiplin/lintas sektor
Tn. Rudd, usia 50 tahun didiagnosis diabetes mellitus dengan
komplikasi neuropati. Pasien dirawat oleh dokter keluarga.
Dokter pun memberikan pengobatan kuratif dan juga
mengedukasi pasien agar tidak terjadi komplikasi lain. Atas
seizin pasien, dokter melakukan kunjungan ke rumah pasien
terkait dengan edukasi mengenai pencegahan agar keluarga
pasien yang lain tidak menderita hal serupa. Prinsip
kedokteran keluarga yang diterapkan?
a. Komprehensif
b. Holistic
c. Berkesinambungan
d. Terintegrasi
e. Profesional
PRINSIP DOKTER KELUARGA
HOLISTIK/ KOMPREHENSIF/ BERKESINAMBUNGAN / KOORDINATIF KOLABORASI
Menyeluruh Paripurna CONTINUE

Pengobatan q Promotif Pengobatan dan follow ex. Dokter ex. Dokter A


pasien q Preventif up pasien dengan perawat dengan dokter B
berprinsip q kuratif berkesinambungan
spiritual dan q rehabilitatif
biopsikososial
pasien
Posyandu A dengan jumlah balita 50 dan kader 9
orang. Hasil evaluasi selama 3 tahun penimbangan
10 kali, cakupan KB 60 imunisasi 90. Terdapat 2
program tambahan selain program wajib yang
dilaksanakan Cakupan dana sehat 57. Apakah
tingkatan dari posyandu tersebut?
a. Pratama
b. Mandiri
c. Madya
d. Swadaya
e. Purnama
POSYANDU
Klasifikasi program utama : imunisasi , KIA/KB, Gizi Menilai kinerja Posyandu
§ S = jumlah Seluruh Balita di
wilayah Tersebut
§ K = Jumlah Balita yang
Mendapat KMS
§ D = JumIah Balita yang dtg
untuk di Timbang
§ N = jumlah Balita yang BB Naik

Interpretasi
§ D/S : partisipasi masyarakat
§ K/S : cakupan program
§ N/D : penilaian status gizi balita
§ N/S : keberhasilan program
Dalam suatu wilayah dengan jumlah penduduk 500
orang, terdapat 150 orang yang terjangkit penyakit
menular Pes . Satu minggu kemudian tercatat jumlah
penderita penyakit Pes meningkat sebanyak 50 orang.
Berapakah angka secondary attack rate kejadian
penyakit Pes diwilayah tersebut?
a. 200/500
b. 50/500
c. 200/350
d. 150/350
e. 50/350
UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
Insidens = jumlah kasus baru / jumlah populasi berisiko x100%
Prevalens = jumlah seluruh kasus / jml populasi berisiko x100%
KLB & OUT BREAK
Attack rate =
jumlah kasus baru / jumlah populasi berisiko x100%
secondary attack rate =
jumlah sakit ke 2 / (populasi beresiko - sakit pertama) x 100%
Case Fatality Rate =
jumlah pasien yang meninggal akibat KLB / jumlah pasien sakit akibat KLB x 100%
dr. Tiffani sedang menjalankan program untuk
fisioterapi dan senam pagi untuk pasien-pasien PPOK.
dr. Rebekka ingin pasien PPOK berat yang sulit
beraktifitas dapat mengoptimalisasikan fungsi
tubuhnya yang masih ada. Apakah tingkat
pencegahan yang dilakukan pada kasus di atas?
a. Promosi Kesehatan
b. Perlindungan spesifik
c. Diagnosis dini dan pengobatan yang sesuai
d. Pembatasan kecacatan
e. Rehabilitasi
LEVEL OF PREVENTION
PRIMER SEKUNDER TERSIER
1. Health promotion Dilakukan pada orang sakit q Rehabilitation
q Pencegahan Sebelum muncul kasus pengembalian
q Dilakukan pada orang sehat 1. Early diagnosis : Sudah ada fungsi normal
q Contoh: penyuluhan: Nutrition, penyakit tapi masih asimtomatik tubuh.
Smoking, senam vitalitas untuk . Contoh: Skrining q Contoh :
mencegah penyakit demensia 2. prompt treatment : Tujuan penggunaan kaki
kuratif . Contoh pengobatan palsu
2. specific protection : yang tepat pada pasien TB
q Pada individu berisiko 3. Disability limitation : Sudah
q Dilakukan pada orang sehat ada penyakit tapi tapi dicegah
Mencegah terjadinya kesakitan supaya tidak progresif,
q Contoh: Vaksinasi, kelambu pada mencegah komplikasi menjadi
daerah endemis malaria, imunisasi . parah
dr. Santi merupakan dokter spesialis urologi. Dalam
menjalani prakteknya, beberapa pasien laki-laki usia remaja
menolak dilakukan pemeriksaan oleh dokter karena merasa
malu. Kebanyakan pasien menolak dan meminta dokter
yang berjenis kelamin laki-laki untuk menyampaikan
keluhannya. Penghalang komunikasi dokter-pasien yang
paling mungkin adalah ...
a. Physical barrier
b. Emotional barrier
c. Semantic barrier
d. Interpersonal barrier
e. Gender barrier
PENGHALANG KOMUNIKASI
Physical barrier Interpersonal barrier
lingkungan terlalu ramai, bangku terlalu pasien tidak mau cerita dengan
jauh lengkap, dokter kurang menggali
keluhan pasien
Cultural barrier
pasien Jawa vs dokter Batak Gender barrier
pasien perempuan tidak mau ditolong
Language/semantic barrier dokter laki-laki dan sebaliknya
dokter tidak mengerti bahasa pasien,
dokter menggunakan jargon medis Emotional/psychological barrier
pasien denial dengan penyakitnya,
Perceptual barrier dokter mirip mantan pacar/mantan
beda persepsi dokter dengan pasien suami
dr. Zara melakukan penelitian potong lintang untuk
mengetahui hubungan antara ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada balita di tahun 2016, diperoleh hasil
prevalensi ratio 0,3 dengan interval kepercayaan 95%
(0,35-0,8). Apa hubungan antara ASI eksklusif
dengan kejadian diare?
a. Netral
b. Marker
c. Resiko
d. Perancu
e. Protektif
MENGUKUR RISIKO DALAM PENELITIAN
RR/OR/PR= 1 menunjukkan tidak ada
Effect / Disease hubungan antara paparan dengan
outcome.
+ -
+ a b RR/OR/PR > dari 1 menunjukkan asosiasi
RISK positif (semakin tinggi paparan, semakin
- c d tinggi risiko mengalami penyakit) 
paparan yang diteliti merupakan FAKTOR
Case Control  Ood Ratio (OR) = ad/bc RISIKO suatu penyakit.

Cross sectional  PR = RR/OR/PR < dari 1 menunjukkan bahwa


paparan bersifat protektif terhadap
a/a+b terjadinya outcome(semakin tinggi
c/c+d paparan, semakin rendah risiko
mengalami penyakit)  paparan yang
Cohort  RR = diteliti merupakan FAKTOR PROTEKTIF
a/a+b terjadinya suatu penyakit
c/c+d
dr. Joe ingin hubungan antara bayi yang lahir dari ibu
yang berusia lanjut dengan gangguan tumbuh
kembang. Ia mulai mengumpulkan data bayi yang
dilahirkan dari ibu yang berusia di atas 35 tahun
kemudian diikuti selama 5 tahun. Apakah desain
penelitian yang digunakan oleh dokter tersebut?
a. Kohort prospektif
b. Kohort retrospektif
c. Uji deskriptif
d. Potong lintang
e. Kasus-kontrol
DESAIN PENELITIAN
JENIS PENELITIAN
TANPA INTERVENSI/ OBSERVASIONAL INTERVENSI
DESKRIPTIF/ NO GROUP ANALITIK / GROUP COMPARISON EKSPERIMENTAL
COMPARISON
Case report Cross sectional q Non randomized/ Quasi
q Melakukan penelitian hanya q Risikoeffect experimental
pada satu individu (diagnosa, RUMUS  PR = (a/a + b) : (c/c + d)
terapi, follow up) q Randomized/
Case Control Randomized controlled
Case series q effect risk Trial
q Studi epidemiologi dengan RUMUS  Odds Ratio = ad/bc
serangkaian kasus
Cohort (time limit)
Case Study - Retrospektif
- Prospektif
RUMUS  RR = (a/a + b) : (c/c + d)
dr. Ellen Pompeo ingin membuat penelitian tentang pengaruh
pemberian glukosamin tablet jangka panjang terhadap kejadian DM
tipe II. Pada penelitian tersebut didapatkan Relative Risk sebesar
1.00. Apa kesimpulan yang tepat?
a. Pemberian glukosamin dan DM tipe II memiliki hubungan sebab
akibat yang lemah
b. Pemberian glukosamin dan DM tipe II memiliki hubungan sebab
akibat yang kuat
c. Pemberian glukosamin merupakan faktor protektif terhadap
kejadian DM tipe II
d. Pemberian glukosamin merupakan faktor pencetus DM tipe II
e. Pemberian glukosamin tidak berpengaruh terhadap kejadian DM
tipe II
MENGUKUR RISIKO DALAM PENELITIAN
RR/OR/PR= 1
menunjukkan tidak ada hubungan antara
Effect / Disease paparan dengan outcome.

+ - RR/OR/PR > dari 1


asosiasi positif (semakin tinggi paparan,
+ a b
RISK semakin tinggi risiko mengalami penyakit) 
- c d paparan yang diteliti merupakan FAKTOR
RISIKO suatu penyakit.

Case Control  Ood Ratio (OR) = ad/bc RR/OR/PR < dari 1


paparan bersifat protektif terhadap terjadinya
outcome(semakin tinggi paparan, semakin
Cross sectional  PR = rendah risiko mengalami penyakit)  paparan
a/a+b yang diteliti merupakan FAKTOR PROTEKTIF
c/c+d terjadinya suatu penyakit

Cohort  RR =
a/a+b
c/c+d
Nn. Gala, usia 22 tahun, dibawa ke IGD oleh temannya setelah
melakukan percobaan bunuh diri dengan membakar briket arang di dalam
kamar kosnya. Saat ini pasien dibawa dalam kondisi sangat lemas dan
kurang responsif. Dalam beberapa minggu terakhir memang pasien
sering bersedih karena skripsinya tidak kunjung usai. Pasien memiliki
kartu BPJS namun di rumah sakit tersebut belum bekerja sama dengan
BPJS kesehatan. Tindakan dokter yang tepat adalah…
a. Merujuk pasien ke RS yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan
b. Menangani kegawatan pasien dan meminta pembayaran mandiri
c. Menunggu persetujuan dan kesanggupan membayar dari orang tua
pasien
d. Menangani kegawatan pasien dan meng-klaim biaya ke BPJS
kesehatan
e. Menangani pasien setelah administrasi selesai
Ny. Belvia berusia 41 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
terdapat benjolan di lengan kanan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien pergi
ke dokter dengan alasan bahwa benjolannya mengganggu penampilan
saat ingin memakan baju berlengan pendek, tidak ada nyeri, tidak ada
deman. Tanda vital TD 110/70mmHg, HR 7kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu
3.7C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan berukuran 3x4x5 cm,
dengan konsistensi kenyal, pseudofluktuan , sewarna kulit dan tidak
terfiksir. Pemeriksaan histologi didapat s ignet ring cell . Apakah
diagnosis yang tepat pada kasus ini?
a. Leiomiosarcoma
b. Liposarcoma
c. Lipoma
d. Kista Dermoid
e. Ganglion
LIPOMA
Level Kompetensi: 4
KISTA ATEROMA/ KISTA SEBASEA LIPOMA
Keypoint : Keypoint :
q Obstruksi kelenjar q Hiperplasia jaringan lemak,
sebasea kista q pungta (-)
sebasea, q Predileksi : punggung atas,
q Pungta (+), bulat, leher, bahu
fluktuatif, kistik q Pseudokistik/ pseudofluktuan
q kepala, punggung,
Plantar

Benjolan pada lapisan subcutis , progresif lambat, mobile, warna dan suhu normal, pembesaran
KGB (-) . Tx : Operatif  eksisi
An. Iggy, 15 tahun, dibawa berobat ke RS dengan keluhan
adanya benjolan pada lutut sejak 6 bulan lalu. Benjolan tersebut
semakin lama semakin besar. Pasien memiliki riwayat jatuh 6
bulan lalu namun hanya dibawa ke dukun urut. Pada Pada
pemeriksaan fisik HR 67kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37.3C,
didapatkan ROM yang terbatas. Dikakukan pemeriksaan
radiologis, didapatkan gambaran onion skin . Diagnosis yang
paling tepat?
a. Osteomyelitis Kronik
b. Osteosarcoma
c. Chondrosarcoma
d. Sarkoma Ewing
e. Giant Cell Tumor
KEGANASAN PADA TULANG
Level Kompetensi: 1
KEGANASAN PADA TULANG
OSTEOSARCOMA EWING SARCOMA OSTEOCHONDROMA
q Faktor Resiko : trauma, keturunan dan bahan karsinogenik.
Gejala (Symtoms) : Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda :
q Paling sering terjadi pada usia <30 q Paling sering terjadi pada usia 10-20 q Nyeri pada tulang yang
tahun. tahun, terjadi pada diafisis. terkena.
q Fraktur patologis q Nyeri dan pembengkakan q Penurunan BB dan anemia
q Terjadi pada metafisis.
q Massa pada tulang keras ,immobile,
q Penurunan BB dan anemia q Keterbatasan aktifitas
hangat, warna sama seperti kulit. q Keterbatasan aktifitas
q Penurunan BB dan anemia Pemeriksaan radiologi :
q Keterbatasan aktifitas Pemeriksaan radiologi : “Onion Skin “Bunga kol (cauliflower
Pemeriksaan Radiologi : Appearance lession), Benign, radioopaq.”
(Reaksi periosteal “Codman triangle,
sunray/sunburst appearance”

Anda mungkin juga menyukai