Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KASUS SNDS (SINDROM NEFROTIK DEPENDEN STEROID)


DI RUANG TONDANO RUMAH SAKIT Dr. SYAIFUL ANWAR MALANG

DISUSUN OLEH :
HENDRAPEBERYANT0
NIM : 023.02.1111

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM
T.A 2023/2024
RESUME KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa :HENDRA Ruangan :Tondano

NIM :023.02.1111 No. Register :11484408

Tanggal Pengkajian :selasa,30 januari 2024 Jam :15.00

IDENTITAS KLIEN
Nama AN.G
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat Tgl. Lahir Pasuruan,24 April 2018
Umur 7 tahun
Anak Ke 1(SATU)
Nama Ayah TN.S
Nama Ibu NY.M
Pendidikan Ayah SMA
Pendidikan Ibu SMP
Agama Islam
Suku/Bangsa Jawa
Alamat Pasuruan
Tgl Masuk RS Senin, 22 januari 2024
Diagnosa Medis RPGN[rapidaly progressive glomerulonephritis]
Sumber Informasi Orang tua pasien
RIWAYAT KEPERAWATAN
No PENGKAJIAN DATA PASIEN
1 Keluhan Utama
Gangguan fungsi ginjal

2 Riwayat Kesehatan Sekarang Orang tua pasien mengatakan anak nya


mengalami gangguan ungsi ginjal

3 Riwayat Pre-Natal Selama kehamilan ibu dan janin dalam keadaan


baik, pasien lahir cukup bulan dengan keadaan
normal
4 Riwayat Natal Ibu pasien mengatakan saat melahirkan An.g
melahirkan secara normal dibantu oleh bidan di
puskesmas
5 Riwayat Post-Natal
-

6 Riwayat Penyakit dahulu - Keluarga mengatakan tidak memiliki


kesehatan keluarga Riwayat penyakit sebelum nya

7 Riwayat imunisasi BCG, DPT, POLIO,CAMPAK, HEPATITIS B


8 Hasil pemeriksaan Fisik - Tanda-Tanda Vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 24x/mnnt
S : 36,2C

BB :31

GCS = 4,5,6
Kesadaran : Composmentis
BB : 31 kg
TB : 120 cm
Akral hangat
- Head to toe
Kepala : bentuk kepala normal, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada luka
Mata :pupil mata tampak mengcil
Hidung : pernafasan cuping hidung,
tidak ada sianosis
Mulut : tidak ada sianosis, tidak ada
nyei tekan,
Leher : tidak adanya pembengkakan
vena jugularis
Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada
suara tambahan.
- BAB : 1-2x/sehari,
- BAK : 2-3x/sehari,

10 Status Nutrisi Diet rprg

12 Status Cairan - IV furosemid 3x 30 mg (rutin selama


hidrasi)
- IV Ondancentron 3x4 mg (rutin selama
CPA)
- IV Mesna 100 mg dalam 200 CC D5%
Habis dalam 4 jam
- IV CPA 150 mg dalam 250 cc C14 Habis

dalam 4 jam
14 Te - Captopril 12,5 mg tab
rapi Obat - Furosemide 20 mg/amp 2 mg inj
- Ondansetron 4 mg/amp 2 ml inj
- Prednison 5 mg tab
- Calcium carbonat 500 mg tab
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH PARAF

1. DS : Gangguan pada ginjal Hipervolemia

- keluarga pasien
mengatakan anak
berarat badan anak Aliran darah ke ginjal
nya berlebih menurun

Peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler
DO :
TAampak memberan
mukosa kering
volume urin menurun

TD : 110/70 mmHg
Kelebihan volume
N : 90x/mnt
cairan
RR : 24x/mnnt
S : 36,2 C
Hypervolemia
GCS : 4,5,6

Kesadaran : composmentis
- BAB : 1-2x/sehari,
- BAK : 2-3x/sehari,

2. DS : Proses penyakit Hipertermi


- Keluarga pasien
mengatakan anaknya
demam Akral hangat

DO :

Terjadi peningkatan suhu


- Pasien tampak lemas tubuh 38,9 C
- Akral hangat

Ttv
Hipertermi
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 24x/mnnt
S : 38,9 C
3. DS Proses penyakit

- Ibu pasien
mengeluh anak nya
sulit untuk tidur Mengeluh sulit tidur
karena demam dan
bengkak pada
daerah mata
- Ibu pasien Gangguan pola tidur
mengatakan anak
nya hanya tidur 2-3
jam saja pada saat
malam hari

DO :

- Pasien tampak
lemah
- Pasien tampak
sering menguap
Ttv
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 24x/mnnt
S : 38,9 C
GCS : 4,5,6
Kesadaran : composmentis
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO TG TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


DX L KRITERIA KEPERAWATAN
HASIL
Setelah dilakukan Manajemen hypervolemia 1. Mengetahui
tindakan (1.15506) tanda dan
1. keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala
gejala hipevolemia hypervolemia
selama 2x 24 jam
2. Identifikasi 2. Mengetahui
diharapkan penyebab penyebab
keseimbangan hypervolemia hypervolemia
caira meningkat 3. Monitor intake dan 3. Mengetahui
dengan kriteria output cairan intgake dan
hasil : 4. Timbang bb setiap outpute
1. Kelembaban hari pada waktu yang cairan
sama 4. Mengetahui
membran
5. Batasi asupan cairan peningkatan
mukosa cuku p dan garam BB
meningkat 6. Kolaborasi 5. Membatasi
2.Asupan cairan pemberian deuretik cairan ke
cukup menurun dalam tubuh
6. Untuk
membuang
kelebihan
garam dan air
dalam tubuh
melalui urine
2. -
Setelah dilakukan Dukungan tidur Dukungan tidur
3. Tindakan 2x24 Observasi Observasi
jam diharapkan - Identifikasi pola - Untuk
kriteria hasil : aktivitas dan tidur mengetahui
- Keluhan - Identifikasi factor aktivitas
sulit tidur pengganggu tidur sebelum tidur
menurun (fisik/atau - Untuk
- Keluhan psikologis) mengetahui
sering - Identifikasi factor
terjaga makanan dan pengganggu
menurun minuman yang tidur
- Keluhan mengganggu tidur - Untuk
pola tidur (mis. Kopi, the , memudahkan
berubah alcohol, makan agar cepat
mendekati waktu tidur
tidur, minum air - Untuk
sebelum tidur) mengetahui
- Identifikasi obat apakah pasien
tidur yang mengkonsums
dikonsumsi i obat tidur
Terapeutik Terapeutik
- Modifikasi - Agar pasien
lingkungan merasa
(mis.pencahayaan, nyaman
kebisingan, suhu,
matras, dan
tempat tidur)
- Batasi waktu tidur
siang jika perlu
- Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
- Tetapkan jadwal
tidur
Edukasi :
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup selama
sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan/motivasi
IMPLEMENTASI HARI KE 1

NO HARI IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


DX /TGL
1. Manajemen hypervolemia S-keluarga pasien
(1.15506)
mengatakan anak berarat badan
 Memeriksa tanda dan
anak nya berlebihan
gejala hipevolemia
 mengidentifikasi
penyebab - TTV
hypervolemia
TD : 110/70 mmHg
 memonitor intake dan
output cairan N : 90x/mnt
 menimbang bb setiap
RR : 24x/mnnt
hari pada waktu yang
sama S : 36,2 C
 membatasi asupan
cairan dan garam GCS : 4,5,6
 berkolaborasi
pemberian Kesadaran : composmentis
deuretik - BAB : 1-2x/sehari,
BAK : 2-3x/sehari

A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
 Memeriksa tanda dan
gejala hipevolemia
 mengidentifikasi
penyebab hypervolemia
 memonitor intake dan
output cairan
 menimbang bb setiap
hari pada waktu yang
sama
 membatasi asupan
cairan dan garam
 berkolaborasi
pemberian deuretik

2. S:
- Pasien mengatakan
anak nya masih demam
O:
- Akral hangat

TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 24x/mnnt
S : 38,9 C

GCS : 4,5,6

Kesadaran : composmentis

A:
- Masalah belum
teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan
- mengidentifikasi
penyebab hipertermi
(mis. Dehidrasi, tepapar
lingkungan panas,
incubator)
- Memonitor suhu tubuh
- Memonitor komplikasi
akibat hipetermia
- menyediakan
lingkungan yang dingin
- Melonggarkan/lepaskan
pakaian pasien

3. Dukungan tidur S:
Observasi
- Medentifikasi pola - mengeluh anak nya
aktivitas dan tidur sulit untuk tidur karena
- Mengidentifikasi Penyakit yang di alami
factor pengganggu nya
tidur (fisik/atau
- Ibu pasien mengatakan
psikologis) anak nya hanya tidur 2-
- Mengidentifikasi 3 jam saja pada saat
makanan dan minuman malam hari
yang mengganggu
tidur (mis. Kopi, the , O:
alcohol, makan
mendekati waktu tidur, - Pasien tampak lemah
minum air sebelum - Pasien tampak sering
tidur) menguap
- Mengidentifikasi obat
Ttv
tidur yang dikonsumsi
Terapeutik TD : 110/70 mmHg
- Memodifikasi N : 90x/mnt
lingkungan
RR : 24x/mnnt
(mis.pencahayaan, S : 36,2 C
kebisingan, suhu,
matras, dan GCS : 4,5,6
tempat tidur) Kesadaran : composmentis
- Membatasi waktu tidur
siang jika perlu A:
- Memfasilitasi Masalah belum teratasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
- Menetapkan jadwal P :Intevensi dilanjutkan
tidur Observasi
Edukasi : - Medentifikasi pola
- MenJelaskan aktivitas dan tidur
pentingnya tidur cukup - Mengidentifikasi factor
selama sakit pengganggu tidur
- Menganjurkan (fisik/atau psikologis)
menepati kebiasaan - Mengidentifikasi
waktu tidur makanan dan minuman
- Anjurkan yang mengganggu tidur
menghindari (mis. Kopi, the ,
makanan/motivasi alcohol, makan
mendekati waktu tidur,
minum air sebelum
tidur)
- Mengidentifikasi obat
tidur yang dikonsumsi
Terapeutik
- Memodifikasi
lingkungan
(mis.pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan
tempat tidur)
- Membatasi waktu tidur
siang jika perlu
- Memfasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
- Menetapkan jadwal
tidur
Edukasi :
- MenJelaskan
pentingnya tidur cukup
selama sakit
- Menganjurkan
menepati kebiasaan
waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan/motivasi
IMPLEMENTASI HARI KE 2

NO HARI IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


DX /TGL
1. Manajemen hypervolemia S:
(1.15506) - Ibu pasien
 Memeriksa tanda dan gejala Mengatakan anak
hipevolemia nya masih lemas
 mengidentifikasi penyebab dan cepat lelah
hypervolemia
 memonitor intake dan
output cairan
 menimbang bb setiap hari
pada waktu yang sama O:
 membatasi asupan cairan - Tampak pasien
dan garam lemas
 berkolaborasi pemberian - Tampak urine
deuretik sedikit
dan berwarna kuning
keruh
- TD :100/70x/mnt
- N : 90x/mnt
- RR : 22X/mnt
- S : 36,3 C
Gcs :4,5,6
Kesadaran :
composmentis

A : masalah teratasi
sebagian

P:
intervensi dihentikan
pasien pulang
2. Manajemen hipertermia S:
- mengidentifikasi penyebab - Pasien
hipertermi (mis. Dehidrasi, mengatakan anak
tepapar lingkungan panas, nya sudah tidak
incubator) demam
- Memonitor suhu tubuh O:
- Memonitor komplikasi - Akral Dingin
akibat hipetermia normal
Terapeutik TTV
- menyediakan lingkungan - TD :100/70x/mnt
yang dingin - N : 90x/mnt
- Melonggarkan/lepaskan - RR : 22X/mnt
pakaian pasien - S : 36,3 C
Kolaborasi : Gcs :4,5,6
Kolaborasi pemberian cairan dan Kesadaran :
elektrolit composmentis
A:
- Masalah teratasi

P:
Intervensi
dihentikan
pasien pulang

3. Dukungan tidur
Observasi S
- Mengdentifikasi pola
aktivitas dan tidur - Ibu pasien
- Mengdentifikasi factor mengatakan anak
pengganggu tidur (fisik/atau nya sudah bisa
psikologis) tidur saat malam
- Mengidentifikasi makanan hari
dan minuman yang - Ibu pasien
mengganggu tidur (mis. mengatakan
Kopi, the , alcohol, makan anaknya tidu 5-6
mendekati waktu tidur, jam
minum air sebelum tidur)
- Mengidentifikasi obat tidur O:
yang dikonsumsi
Ttv
Terapeutik
- Memodifikasi lingkungan TD : 110/70 mmHg
(mis.pencahayaan, N : 90x/mnt
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur) RR : 24x/mnnt
- Membatasi waktu tidur S : 38,9 C
siang jika perlu
- Memfasilitasi GCS : 4,5,6
menghilangkan stress Kesadaran :
sebelum tidur
- Menetapkan jadwal tidur composmentis
Edukasi : A:
- Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit Masalah Teratasi
- Menganjurkan sebagian
menepati kebiasaan
waktu tidur
- Menganjurkan menghindari P :Intevensi dilanjutkan
makanan/motivasi

Observasi
- Mengdentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
- Mengdentifikasi
factor
pengganggu tidur
(fisik/atau
psikologis)
- Mengidentifikasi
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
(mis. Kopi, the ,
alcohol, makan
mendekati waktu
tidur, minum air
sebelum tidur)
- Mengidentifikasi
obat tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik
- Memodifikasi
lingkungan
(mis.pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan
tempat tidur)
- Membatasi waktu
tidur siang jika
perlu
- Memfasilitasi
menghilangkan
stress sebelum
tidur
- Menetapkan
jadwal tidur
Edukasi :
- Menjelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
- Menganjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
Menganjurkan
menghindari
makanan/motivasi
EVALUASI AKHIR

NO HARI/TGL EVALUASI PARAF


DX
S:
- Ibu pasien mengatakan keadaan anak nya
membaik tidak cepat lelah

O:
- Bengkak/edema pada daerah mata berkurang
TTV
- TD :100/70x/mnt
- N : 90x/mnt
- RR : 22X/mnt
- S : 36,2 C
Gcs :4,5,6
Kesadaran : composmentis

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dihentikan pasien pulang


2. S:
- Pasien mengatakan anak nya sudah tidak demam
O:
- Pasien mengatakan anak nya sudah tidak demam
O:
- Akral Dingin normal
TTV
- TD :100/70x/mnt
- N : 90x/mnt
- RR : 22X/mnt
- S : 36,3 C
Gcs :4,5,6
Kesadaran : composmentis

A:
- Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan pasien pulang
3. S
- Ibu pasien mengatakan anak nya sudah bisa
tidur saat malam hari
- Ibu pasien mengatakan anaknya tidu 5-6 jam

O:

Ttv
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 24x/mnnt
S : 38,9 C
GCS : 4,5,6
Kesadaran : composmentis
A:
Masalah Teratasi sebagian

P :Intevensi dihentikan pasien pulang

-
A. PENGERTIAN
Glomerulonefritis progresif cepat [RPGN] adalah penyebab hilangnya fungsi
ginjal dengan cepat. Ini adalah sindrom yang jarang terjadi namun memiliki tingkat
gagal ginjal dan morbiditas yang tinggi terkait dengannya. Intervensi tepat waktu adalah
kunci dalam menjaga fungsi ginjal. Kegiatan ini menjelaskan epidemiologi, etiologi, dan
patologi, serta pilihan pengobatannya. Ini menyoroti peran tim interprofesional.
B. KLASIFIKASI
Menurut Departemen Kesehatan RI, pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pneumonia berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bawah.
ke dalam pada waktu menarik nafas
2. Pneumonia ringan Bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas
3. Bukan pneumonia (penyakit paru lain) Tidak ditemukan adanya perubahan frekuensi
pola nafas dan tidak ada tarikan dinding dada pada saat bernafas.

C. ETIOLOGI
Menurut Nurarif (2015), etiologi pneumonia terdiri dari:
1. Bacteria pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcus aureus.
haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.
2. Vims: virus influenza, adenovirus.
3. Jamur. hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides Aspirasi, makanan, kerosene (minyak tanah,bensin), cairan amnion,
benda asing)
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP) penyakit menahun,.
trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik yang tidak
sempurna (Ngastiyah, 2015).

D. PATOFISIOLOGI
Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena
eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi,
respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar
pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di
udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler dan juga dengan
mekanisme imun. sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena
terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus
respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen
mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli,
diikuti leukosit dalam jumlah besar kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan
bakterial debris, Sistem limpatik dapat mencapai bakteri sampai damh atau pleura
viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru
menurun dan aliran darah menjadi 13. terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi
menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan
menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi
oksigen dan hiperkapnia.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 oC sampai
40,5 oC).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali pemapasan/menit)
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kalimenit per satu derajat peningkatan
suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikandi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi vinus, infeksi
mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain: infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik. myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau,
bergantung pada agen penyebab
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah
pneumonia adalah:
1. Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnyanya: lobar, bronchial),
dapat juga menyatakan abses.
2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
4. Pemeriksaan fingsi paru untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udam yang diaspimsi.
7. Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
1. Pleuritis: Peradangan pada selaput pembungkusan paru-paru atau pleura
2. Atelektasis: Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan
sempuma. akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
3. Empiema: Adanya pus pada rongga pleura
4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri
yang menyebabkan jaringan paru-paru menjadi bernanah
5. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari pembuluh
darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah disekitarny
6. Infeksi super perikarditis Peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus
jantung (perikardium)
7. Meningitis: Infeksi yang menyenang selaput otak
8. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan (biasanya
terjadi pada kaki dan tangan)

H. PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan pneumonia antara lain:
1. Manajemen Umum
a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2
c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
d. Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi
2. Operasi Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada mungkin diperlukan jika
masalah. sekunder seperti emfisema terjadi.
3. Terapi Obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien pneumonia perlu diberikan tempi secepatnya maka biasanya diberikan
oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus, Eritromicin,
Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

DAFTAR PUSTAKA

Said, M.2019.Pneumonia atipik pada anak. Sari Pediatri 2019: 141.

Raharjo, N. 2018. Buku Ajar Respirologi Anak Jakarta: IDAI: 2018

PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III (Revisi) Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

PPNI, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai