Anda di halaman 1dari 3

Nama : Yella Meilisa Angela

Kelas : XI.4

Aku sayang ayah

Saat aku terbangun, aku melihat ayah sedang kesakitan. Aku kira ayah
hanya kesakitan biasa ternyata ayah mimisan. Akhir-akhir ini ayah
selalu mimisan. Aku pernah bertanya kepadanya 'mengapa ayah selalu
mimisan dan akhir-akhir ini aku lihat ayah selalu kesakitan jika
sebelum mimisan?' dan ia hanya berkata 'ayah kecapean makanya
mimisan'. Ayah masih menganggap aku masih kecil, padahal aku
sudah 1 SMA. Karena keadaan ayah yang selalu mimisan, aku ingin
mengetahui penyebab ayah selalu mimisan.

Pertama aku tanya ke teman-teman di sekolah. Kata temanku itu bisa


saja mimisan itu karena kecapean. Jawaban teman-temanku sama
seperti ayah. Tetapi aku masih tidak percaya akan jawaban itu. Lalu
aku browsing di internet. Aku membaca dengan teliti. Hahh…! aku
terkejut saat tertera kata 'Kanker'. Aku terdiam dan tidak bersuara,
hanya air mata yang mengalir di pipiku. Di dalam hatiku berkata
'mengapa ini semua terjadi pada ayah?. Engkau telah mengambil
ibuku dan adikku saat kecelakaan. Sekarang engkau tanamkan
penyakit pada ayahku. Dia adalah satu-satunya keluargaku yang amat
ku sayang'. (Allahuakbar allahuakbar…! adzan memanggil kita untuk
shalat maghrib). 'Alhamdulillah.. sudah adzan'. Aku bergegas
mengambil air wudhu, aku ingin berdo'a meminta pertolongan dan
meminta maaf karena aku sudah menyalahkan engkau sebagai
pencipta. Setelah shalat dan berdo'a, aku membaringkan badan di
kasur. Aku masih memikirkan ayahku, tapi soal penyakit kanker itu
belum ada bukti bahwa ayah terkena penyakit kanker. Aku tidur
terlelap saat memikirkan semua itu.

Keesokan harinya, aku bangun sangat pagi sekali karena aku ingin
tahu ayah akan kesakitan lagi atau tidak. Aku siapkan sarapan di meja
makan, siapkan pakaian kerjanya, kebetulan papahku seorang
photographer jadi aku hanya siapkan jaket. 'dug, aw… aduh siapa yang
naruh tiang di sini sih?' terdengar seseorang di dekat kamar ayah dan
sedang berjalan kearah meja makan. Ternyata itu ayah 'eh ayah sudah
bangun, sarapan yuk..?' 'sebelum kamu bangun ayah sudah bangun
duluan cuman ayah meneruskan pekerjaan ayah untuk mengedit foto'.
Aku terdiam dan berkata dalam hati 'jadi aku tidak tahu apa yang
terjadi saat ayah bangun'. Tiba'tiba ayah mengagetkan aku 'hey..' Aku
sangat terkejut dan ayah berkata 'ayah ingin bertanya kepadamu'. Lalu
aku menjawab 'nanya apa ayahku sayang?' 'siapa sih yang naruh tiang
di dekat kamar ayah?' 'ih ayah kirain serius, aku sengaja tidak
mengambil nasi untuk mendengarkan pertanyaan ayah. Lagian siapa
yang bikin rumah ini?. Memangnya ayah tidak melihat ada tiang di
deket kamar ayah'. setelah sarapan, aku mencium tangan ayah dan
berpamitan kepada ayah dan ayah pun mengantarkan aku sampai ke
ruang tamu.

Sesampainya aku di pintu rumah aku melupakan sesuatu 'oh aku lupa
bawa payung, sekarang kan musim hujan pasti pulang sekolah hujan'
saat aku membalikan badan untuk mengambil payung aku melihat
ayah sedang membersihkan sesuatu di hidungnya memakai tisu. Aku
khawatir ayah mimisan dan aku langsung panik dan bertanya 'ayah
mimisan lagi ya?' . ayah berkata 'tidak sayang, tadi ada kotoran di
hidung ayah. Udah sana berangkat nanti telat'. Tapi aku tetap tidak
percaya. Untuk kedua kalinya aku mencium tangan ayah dan
berpamitan kepada ayah. Dan aku langsung berlari keluar rumah
untuk memberhentikan kendaran umum.

Di dalam kendaraan umum aku mengepalkan tanganku. Saat aku


melihat tanganku. Ada warna merah seperti cairan yang menempel
pada telapak tanganku. Aku teringat kembali, saat ayah
membersihkan sesuatu di hidungnya. Ternyata tadi ayah benar'benar
mimisan, berarti ayah bohong padaku. Aku setengah memikirkan
ayahku di dalam kendaraan umum. Sampai sekolah pun aku masih
memikirkan ayahku.

'aku pulang' teriakku setiba di rumah. Aku merasa heran mengapa


ayah tidak menjawab seruanku. Biasanya sepulang sekolah ayah sudah
ada di rumah untuk menyiapkan makan siang, tapi saat itu ayah tidak
seperti biasanya. Dari kejauhan ada selembar kertas dan amplop yang
sudah di buka di meja makan. Aku heran tidak biasanya ada surat di
meja makan. Karena aku merasa curiga, aku segera mengambil kertas
dan amplop itu di meja makan. Aku baca ada nama ayah yang tertera
dalam amplop itu dan menunjukan ayah positive terkena penyakit
kanker. Hatiku terguncang saat membaca dan tiba'tiba ayah keluar dari
kamar tidurnya. 'ayah?' air mataku mengalir. 'iya apa sayang?' sambil
membelai rambutku. Dan ayah melihat aku memegang kertas itu. 'sini
ini punya ayah, kamu jangan ngurusin urusan ayah'. Di situ aku kesal
karena ayah berkata begitu kepadaku 'ayah sudah tidak menganggap
aku sebagai putri ayah?' 'maksud kamu?' 'aku itu putri ayah…
mengapa ayah menyembunyikan penyakit ayah?' keluar air mataku.
Ayah terdiam mendengar kata'kataku dan ayah berkata 'ini baru
kanker, sayang' dengan santai ayah menjawab. 'apa…! memang ayah
ingin mengoleksi berapa penyakit sih?' bentakku. Ayah pun terdiam
kembali dan menitikan air mata. Aku tidak kuat melihat ayah
menitikan air mata. Lalu aku pergi keluar rumah meninggalkan ayah.

Aku duduk di taman dekat sekolah dan sedang memikirkan tentang


ayah 'mengapa ayah menyepelekan penyakit tersebut?' dalam
benakku. Sepertinya aku sudah terlalu lama meninggalkan rumah. Lalu
aku memutuskan untuk kembali ke rumah.

Setiba di rumah aku mendapatkan surat dari tukang post. Ternyata


surat tersebut dari rumah sakit. Nama rumah sakitnya seperti yang
ada di surat yang aku baca tadi. 'ya allah sepertinya surat yang kedua
ini membuktikan bahwa penyakit ayahku memang sudah parah' dalam
benakku. 'sayang masuk yu' panggil ayah. 'ayah ini surat dari rumah
sakit' kuberikan surat itu kepada ayah. 'apa ini sayang?' sambil ayah
membuka surat itu. Lalu ayah membacanya dan tiba'tiba ayah
menitikan air mata. Aku yakin bahwa ayah menitikan air mata karena
penyakitnya sudah parah.

Lalu aku pergi menuju kamarku sambil menangis dan tiba'tiba ayahku
memanggilku. 'sayang…' kubalikan badanku dan menghapus tetesan
air mataku 'ada apa ayah?' 'ayah ingin memberitahukan tentang surat
ini, ayah tidak ingin menyembunyikannya' jelas ayah. Aku bersiap
untuk mendengarkan perkataan ayah 'huh.. bismilahirrahmanirrohim'
ayah mencoba menjelaskan 'di dalam surat ini tertera bahwa ayah
tidak mengidap penyakit kanker'. Aku pun terkejut dan langsung
mengambil surat itu dan kubaca 'ayah apakah surat ini benar?' 'iya
sayang… surat ini benar. Surat pertama salah.' 'lalu mengapa ayah
mimisan?' aku masih penasaran dan bertanya lagi. 'itu kecapean
sayang' ayah mencoba menjelaskan lagi. 'ayah.. aku bersyukur ayah
tidak mengidap penyakit kanker. Aku tidak mau di tinggal ayah' 'iya
sayang…' ayah memelukku.

Anda mungkin juga menyukai