a. Kecelakaan kerja.
Setiap manusia pasti menginginkan hidup dunia dengan selamat, di dalam situasi apapun dan
dimanapun, namun kita sebagai manusia karna dorongan fitrah harus memenuhi kebutuhannya
dipaksa harus melakukan aktivitas, baik itu aktivitas karna tuntutan pekerjaan kita dalam
berkerja atau aktivitas yang bersifat non pekerjaan namun semua aktivitas tersebut tidak bisa
lepas dari resiko kecelakaan, kecelakaan adalah keadaan suatu peristiwa yang dimana peristiwa
tersebut bersifat merugikan yang berdampak baik secara fisik maupun non fisik yang terjadi
secara tidak disengaja atau direncanakan sedangkan definisi lainnya kecelakaan adalah semua
kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera,
kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya (sumber: standar AS/NZS 4801: 2001).
Manusia menurut aristoteles adalah zoon politicon atau makluk sosial yang artinya manusia
adalah makluk yang secara fitrahnya tidak akan bisa hidup sendiri, pasti membutuhkan
berinteraksi dengan manusia lainnya, baik untuk kebutuhan jasmaninya maupun kebutuhan
rohaninnya tidak akan bisa lepas dari berinteraksi dengan manusia lainnya, yang dimana
tentunya interaksi ini diwujudkan dengan melakukan aktivitas interaksi, aktivitas interaksi inilah
yang bertujuan untuk baik untuk memenuhi kebutuhannya pribadi maupun untuk memenuhi
kebutuhan orang lain, tidak bisa lepas dari resiko terjadinya kecelakaan baik resikonya tersebut
itu besar atau sangat kecil namun tetap memiliki resiko dan tentunya ditambah lagi dengan
resiko – resiko diluar kendali kita karna kelemahan kita sebagai manusia, adanya gempa bumi,
tsunami, keteledoran atau kelalaian orang lain yang menyebabkan kita mengalami celaka atau
kecelakaan.
Kita sebagai manusia tentunya tidak hanya bisa pasrah dan menerima saja apa yang terjadi pada
diri kita hal ini karna kita diberikan akal oleh sang maha pencipta yang tentunya harus digunakan
untuk berpikir yang akan berbuah gagasan, konsep, cara, tehnik, metode apa yang harus
dilakukan sehingga walaupun kita tidak bisa lepas dari fitrah kehidupan yaitu melakukan
aktivitas interaksi, resiko yang ada bisa kita kendalikan dengan sekuat-kuatnya sebaik-baiknya
sehingga kita manusia layak disebut ciptaan yang sempurna karna memakai potensi akal yang
diberikan oleh tuhan dengan maksimal untuk selamat dari segala potensi yang ada, jika mengutip
ayat dari al quran, bahwa ‘’allah tidak akan mendzalami hambanya dan allah memberikan ujian
pasti sesuai kemampuan hambanya’’ tinggal kita yang menyakini yakin dengan firman tuhan
tersebut, karna jangan sampai kita sendiri yang karna kelalaian, kemalasan berpikir, bertindak,
bersikap kita menurunkan kualitas kita sendiri untuk bisa mengatasi masalah yang ada padahal
tuhan sudah menjamin kita pasti bisa melewati masalah tersebut. Sehingga dengan modal
keyakinan tersebut dengan kejujuran berpikir yang berbuah gagasan dan sikap apa yang harus
dilakukan segala resiko yang muncul karna emisi dari aktivitas dapat dikendalikan dengan baik.
b. Resiko
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan, Dalam buku
Manajemen Risiko 1 (2015:6) Ikatan Bankir Indonesia merangkum pengertian risiko menurut
para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Australian Risk Management Standards: “Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu
yang akan mempunyai dampak terhadap tujuan”.
b. Menurut David MC Namee dan Georges Selim: “Risiko adalah konsep yang digunakan untuk
menyatakan ketidakpastian atas kejadian dan atau akibatnya yang dapat berdampak secara
material bagi tujuan organisasi”.
c. Menurut The Institute of Internal Auditor: “Ketidakpastian terjadinya sesuatu yang dapat
berpengaruh pada pencapaian tujuan. Risiko ditanyatakan dalam ukuran konsekuensi dan
kemungkinan”.
d. Menurut COSO: Risiko didefinisikan sebagai kemungkianan suatu peristiwa akan terjadi dan
berdampak buruk terhadap pencapaian sasaran.
e. Menurut SNI ISO 31000 adalah ketidakpastian yang berdampak pada sasaran perusahan yang
bersifat negatif maupun positif, tetapi perlu ditindaki yaitu risiko yang berdampak negatif
dikarenakan akan menjadi hambatan untuk mencapai sebuah sasaran maupun tujuan dalam
perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah Resiko sendiri adalah
besaran peluang atau potensi terjadinya sesuatu, yang kita levelkan dengan melihat dua unsur
yaitu unsur keparahan apa yang terjadi jika resiko tersebut terjadi atau menjadi kenyataan dan
unsure kerapatan atau frekuensi resiko tersebut ada dalam satuan waktu.
c. Kerja
Definisi Work yang dalam bahasa Indonesia diartikan kerja atau pekerjaan. Secara
terminology kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu, sedangkan Wiltshire (2016)
mendefinisikan kerja/pekerjaan sebagai konsep yang dinamis dengan berbagai sinonim dan
definisi.
(1) Pekerjaan mengacu pada pentingnya suatu aktifitas, waktu, dan tenaga yang dihabiskan,
serta imbalan yang diperoleh.
(2) Pekerjaan merupakan satu rangkaian keterampilan dan kompetensi tertentu yang harus selalu
ditingkatkan dari waktu ke waktu.
(3) Pekerjaan adalah sebuah cara untuk mempertahankan kedudukan daripada sekedar mencari
nafkah.
(4) Pekerjaan adalah "kegiatan sosial” di mana individu atau kelompok menempatkan upaya
selama waktu dan ruang tertentu, kadang-kadang dengan mengharapkan penghargaan moneter
(atau dalam bentuk lain), atau tanpa mengharapkan imbalan, tetapi dengan rasa kewajiban
kepada orang lain.
Yaktiningsasi (1994) mendefinisikan bekerja sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu
yang bernilai bagi orang lain, dan dalam pelaksanaannya mereka harus berafiliasi dengan
organisasi kerja yang formal.
Westwood (2008) mendefinisikan bekerja kedalam konteks Socio-Cultural dan konteks ekonomi
politik. Dalam konteks socio-cultural, secara prinsip, bekerja merupakan sebuah kewajiban yang
kuat (kewajiban moral) pada tiap individu agar bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan
keluarga. Sedangkan dalam konteks ekonomi politik, bekerja lebih sebagai promosi karena
merepresentasikan status dan penghasilan yang tinggi.
Setiap individu berbeda-beda dalam memaknai arti bekerja. Wrzesniewski et al. (1997),
Wrzesniewski (1999), dan Fossen (2010) membagi dimensi makna kerja ke dalam pekerjaan
(job), karir (career), dan panggilan (calling) sesuai dengan orientasi setiap individu dalam
memaknai arti kerja. Sehingga kerja adalah suatu aktivitas yang secara fitrah manusia tidak bisa
menolaknya, selama manusia hidup pasti akan berkerja bergerak baik untuk memenuhi
kepentingan diri sendiri maupun orang lain baik itu mengaharapkan imbalan atau tidak memiliki
imbalan.
d. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang bersifat tidak pasti, karena tidak dapat diprediksi
kapan terjadinya, dimana tempatnya serta besar kecil kerugian yang ditimbulkan. Sehingga orang
sering beranggapan bahwa kecelakaan ini berhubungan dengan nasib seseorang. Padahal
kecelakaan itu selalu didahului oleh gejala-gejala yang menandakan akan adanya suatu
kecelakaan tersebut. Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia,
barang maupun lingkungan.
Definisi lain kecelakaan kerja adalah kejadian atau insiden tidak terencana yang terjadi di tempat
kerja. Dampaknya, karyawan atau tenaga kerja dapat menderita cedera, baik itu secara fisik
maupun mental.
Definisi secara umum terkait hal ini adalah segala insiden yang terjadi di tempat kerja atau
berkaitan dengan pekerjaan, yang dapat menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK),
hingga kematian. Secara rinci, definisi terkait hal ini sudah termuat dalam beberapa standar dan
peraturan perundang-undangan berikut:
- OHSAS adalah standar internasional terhadap penerapan sistem manajemen K3 (keselamatan
dan kesehatan kerja). Menurut OHSAS, kecelakaan kerja adalah kejadian yang berhubungan
dengan pekerjaan, dan dapat menyebabkan kesakitan, cedera, hingga kematian.
- Permenaker Nomor 5 Tahun 2021, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
- UU Nomor 1 Tahun 1970 menyebut bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari
suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.
- OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian
yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan
(tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian.
- Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpontensi
menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan
atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).
- AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang
menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian
lainnya Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri
kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
- Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya
akan tetapi ada penyebabnya. Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak
diinginkan yang mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat
mengakibatkan luka pada pada seseorang (Hinze, 1997)
- Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau mengakibatkan
luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian lainya (Rowislon dalam Endroyo,
2007)
Dari berbagai definisi di atas menggambarkan bahwa di tempat kerja yang karena ada aktivitas
berkerja dan menghasilkan resiko maka suka tidak suka hal tersebut memiliki potensi terjadi
kecelakaan kerja sehingga pengendalian hukumnya menjadi wajib untuk memperkecil atau nihil
peluang terjadi kecelakaan kerja tersebut.
BAB II
1. Ladasan Hukum K3
A. Sejarah K3 Masa Prasejarah
Kecelakaan adalah sebuah peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya dan senantiasa
dihindari atau diminimalkan dampaknya. Kecelakaan akan mengakibatkan kerugian, baik bagi
penderita maupun pihak terkait secara material. Kecelakaan dapat terjadi dalam bentuk
ketidaksengajaan ataupun direncanakan terlebih dahulu. Menurut ILO atau Organisasi
Perburuhan Internasional, kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori,
yaitu:
- Terjatuh
- Terjepit benda
Sedangkan menurut standar australia as 1885-1 tahun 1990. Klasifikasi kecelakaan dibagi
sebagai berikut:
- Terpajan radiasi
- Kecelakaan kendaraan/mobil
Tujuan dari pengklasifikasian kejadian kecelakaan kerja tersebut adalah untuk keperluan dalam
melakukan investigasi terjadinya kecelakaan kerja, seperti dimana kecelakaan terjadi, apaya
sedang tenaga kerja lakukan dan peralatan atau material apa yang sedang digunakan.
Sedangkan kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 adalah
sebagai berikut :
5. Mesin-mesin pertanian.
6. Mesin-mesin pertambangan.
C. Peralatan lain.
1. Bejana bertekanan.
3. Instalasi pendingin.
4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan).
7. Tangga.
8. Perancah (steger).
9. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
1. Bahan peledak.
3. Benda-benda melayang.
4. Radiasi.
E. Lingkungan kerja.
1. Diluar bangunan.
2. Didalam bangunan.
3. Dibawah tanah.
1. Hewan.
2. Penyebab lain.
Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
1. Patah tulang.
2. Dislokasi/keseleo.
3. Regang oto/urat.
5. Amputasi.
6. Luka-luka lain.
7. Luka dipermukaan.
9. Luka bakar.
16. Lain-lain.
2. Leher.
3. Badan.
4. Anggota atas.
5. Anggota bawah.
6. Banyak tempat.
7. Kelainan umum.
Kecelakaan kerja dimungkin terjadi bukan hanya terjadi karna saru factor tapi beberapa factor.
Sehingga dari satu kecelakaan kerja bisa masuk kedalam beberapa klasifikasi yang bersifat
jamak dan ini adalah pencerminan kenyataan. Pengklasifikasian menurut jenisnya bisa
menunjukkan peristiwa langsung yang mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana
suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga
sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut
penyebab dapat dipakai untuk mengolongkan penyebab atau luka-luka akibat kecelakaan jenis
kecelakaan terjadi yang diakibatkannya. Keduanya membantu dalam usaha pencegahan
kecelakaan dan penggolongan menurut sifat dan letak luka atau kelainan ditubuh juga berguna
bagi penelaahan tentang kecelakaan lebih lanjut dan terperinci sehingga akan membantu dalam
membuat langkah pengendalian kedepan.