Anda di halaman 1dari 15

BAB I

a. Kecelakaan kerja.

Setiap manusia pasti menginginkan hidup dunia dengan selamat, di dalam situasi apapun dan
dimanapun, namun kita sebagai manusia karna dorongan fitrah harus memenuhi kebutuhannya
dipaksa harus melakukan aktivitas, baik itu aktivitas karna tuntutan pekerjaan kita dalam
berkerja atau aktivitas yang bersifat non pekerjaan namun semua aktivitas tersebut tidak bisa
lepas dari resiko kecelakaan, kecelakaan adalah keadaan suatu peristiwa yang dimana peristiwa
tersebut bersifat merugikan yang berdampak baik secara fisik maupun non fisik yang terjadi
secara tidak disengaja atau direncanakan sedangkan definisi lainnya kecelakaan adalah semua
kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera,
kesakitan, kerusakan atau kerugian lainnya (sumber: standar AS/NZS 4801: 2001).

Manusia menurut aristoteles adalah zoon politicon atau makluk sosial yang artinya manusia
adalah makluk yang secara fitrahnya tidak akan bisa hidup sendiri, pasti membutuhkan
berinteraksi dengan manusia lainnya, baik untuk kebutuhan jasmaninya maupun kebutuhan
rohaninnya tidak akan bisa lepas dari berinteraksi dengan manusia lainnya, yang dimana
tentunya interaksi ini diwujudkan dengan melakukan aktivitas interaksi, aktivitas interaksi inilah
yang bertujuan untuk baik untuk memenuhi kebutuhannya pribadi maupun untuk memenuhi
kebutuhan orang lain, tidak bisa lepas dari resiko terjadinya kecelakaan baik resikonya tersebut
itu besar atau sangat kecil namun tetap memiliki resiko dan tentunya ditambah lagi dengan
resiko – resiko diluar kendali kita karna kelemahan kita sebagai manusia, adanya gempa bumi,
tsunami, keteledoran atau kelalaian orang lain yang menyebabkan kita mengalami celaka atau
kecelakaan.

Kita sebagai manusia tentunya tidak hanya bisa pasrah dan menerima saja apa yang terjadi pada
diri kita hal ini karna kita diberikan akal oleh sang maha pencipta yang tentunya harus digunakan
untuk berpikir yang akan berbuah gagasan, konsep, cara, tehnik, metode apa yang harus
dilakukan sehingga walaupun kita tidak bisa lepas dari fitrah kehidupan yaitu melakukan
aktivitas interaksi, resiko yang ada bisa kita kendalikan dengan sekuat-kuatnya sebaik-baiknya
sehingga kita manusia layak disebut ciptaan yang sempurna karna memakai potensi akal yang
diberikan oleh tuhan dengan maksimal untuk selamat dari segala potensi yang ada, jika mengutip
ayat dari al quran, bahwa ‘’allah tidak akan mendzalami hambanya dan allah memberikan ujian
pasti sesuai kemampuan hambanya’’ tinggal kita yang menyakini yakin dengan firman tuhan
tersebut, karna jangan sampai kita sendiri yang karna kelalaian, kemalasan berpikir, bertindak,
bersikap kita menurunkan kualitas kita sendiri untuk bisa mengatasi masalah yang ada padahal
tuhan sudah menjamin kita pasti bisa melewati masalah tersebut. Sehingga dengan modal
keyakinan tersebut dengan kejujuran berpikir yang berbuah gagasan dan sikap apa yang harus
dilakukan segala resiko yang muncul karna emisi dari aktivitas dapat dikendalikan dengan baik.

b. Resiko

Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan, Dalam buku
Manajemen Risiko 1 (2015:6) Ikatan Bankir Indonesia merangkum pengertian risiko menurut
para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Australian Risk Management Standards: “Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu
yang akan mempunyai dampak terhadap tujuan”.

b. Menurut David MC Namee dan Georges Selim: “Risiko adalah konsep yang digunakan untuk
menyatakan ketidakpastian atas kejadian dan atau akibatnya yang dapat berdampak secara
material bagi tujuan organisasi”.

c. Menurut The Institute of Internal Auditor: “Ketidakpastian terjadinya sesuatu yang dapat
berpengaruh pada pencapaian tujuan. Risiko ditanyatakan dalam ukuran konsekuensi dan
kemungkinan”.

d. Menurut COSO: Risiko didefinisikan sebagai kemungkianan suatu peristiwa akan terjadi dan
berdampak buruk terhadap pencapaian sasaran.

e. Menurut SNI ISO 31000 adalah ketidakpastian yang berdampak pada sasaran perusahan yang
bersifat negatif maupun positif, tetapi perlu ditindaki yaitu risiko yang berdampak negatif
dikarenakan akan menjadi hambatan untuk mencapai sebuah sasaran maupun tujuan dalam
perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah Resiko sendiri adalah
besaran peluang atau potensi terjadinya sesuatu, yang kita levelkan dengan melihat dua unsur
yaitu unsur keparahan apa yang terjadi jika resiko tersebut terjadi atau menjadi kenyataan dan
unsure kerapatan atau frekuensi resiko tersebut ada dalam satuan waktu.

c. Kerja

Definisi Work yang dalam bahasa Indonesia diartikan kerja atau pekerjaan. Secara
terminology kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu, sedangkan Wiltshire (2016)
mendefinisikan kerja/pekerjaan sebagai konsep yang dinamis dengan berbagai sinonim dan
definisi.
(1) Pekerjaan mengacu pada pentingnya suatu aktifitas, waktu, dan tenaga yang dihabiskan,
serta imbalan yang diperoleh.
(2) Pekerjaan merupakan satu rangkaian keterampilan dan kompetensi tertentu yang harus selalu
ditingkatkan dari waktu ke waktu.
(3) Pekerjaan adalah sebuah cara untuk mempertahankan kedudukan daripada sekedar mencari
nafkah.
(4) Pekerjaan adalah "kegiatan sosial” di mana individu atau kelompok menempatkan upaya
selama waktu dan ruang tertentu, kadang-kadang dengan mengharapkan penghargaan moneter
(atau dalam bentuk lain), atau tanpa mengharapkan imbalan, tetapi dengan rasa kewajiban
kepada orang lain.
Yaktiningsasi (1994) mendefinisikan bekerja sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu
yang bernilai bagi orang lain, dan dalam pelaksanaannya mereka harus berafiliasi dengan
organisasi kerja yang formal.
Westwood (2008) mendefinisikan bekerja kedalam konteks Socio-Cultural dan konteks ekonomi
politik. Dalam konteks socio-cultural, secara prinsip, bekerja merupakan sebuah kewajiban yang
kuat (kewajiban moral) pada tiap individu agar bisa berkontribusi terhadap kesejahteraan
keluarga. Sedangkan dalam konteks ekonomi politik, bekerja lebih sebagai promosi karena
merepresentasikan status dan penghasilan yang tinggi.
Setiap individu berbeda-beda dalam memaknai arti bekerja. Wrzesniewski et al. (1997),
Wrzesniewski (1999), dan Fossen (2010) membagi dimensi makna kerja ke dalam pekerjaan
(job), karir (career), dan panggilan (calling) sesuai dengan orientasi setiap individu dalam
memaknai arti kerja. Sehingga kerja adalah suatu aktivitas yang secara fitrah manusia tidak bisa
menolaknya, selama manusia hidup pasti akan berkerja bergerak baik untuk memenuhi
kepentingan diri sendiri maupun orang lain baik itu mengaharapkan imbalan atau tidak memiliki
imbalan.
d. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang bersifat tidak pasti, karena tidak dapat diprediksi
kapan terjadinya, dimana tempatnya serta besar kecil kerugian yang ditimbulkan. Sehingga orang
sering beranggapan bahwa kecelakaan ini berhubungan dengan nasib seseorang. Padahal
kecelakaan itu selalu didahului oleh gejala-gejala yang menandakan akan adanya suatu
kecelakaan tersebut. Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia,
barang maupun lingkungan.
Definisi lain kecelakaan kerja adalah kejadian atau insiden tidak terencana yang terjadi di tempat
kerja. Dampaknya, karyawan atau tenaga kerja dapat menderita cedera, baik itu secara fisik
maupun mental.
Definisi secara umum terkait hal ini adalah segala insiden yang terjadi di tempat kerja atau
berkaitan dengan pekerjaan, yang dapat menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK),
hingga kematian. Secara rinci, definisi terkait hal ini sudah termuat dalam beberapa standar dan
peraturan perundang-undangan berikut:
- OHSAS adalah standar internasional terhadap penerapan sistem manajemen K3 (keselamatan
dan kesehatan kerja). Menurut OHSAS, kecelakaan kerja adalah kejadian yang berhubungan
dengan pekerjaan, dan dapat menyebabkan kesakitan, cedera, hingga kematian.
- Permenaker Nomor 5 Tahun 2021, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju
tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
- UU Nomor 1 Tahun 1970 menyebut bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang
tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari
suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak
dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.
- OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian
yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan
(tergantung dari keparahannya), kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan
kematian.
- Kejadian yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpontensi
menyebabkan merusak lingkungan. Selain itu, kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja
adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu tindakan
atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al., 1980).
- AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang
menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian
lainnya Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan industri
kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
- Menurut Pemerintah c/q Departemen Tenaga Kerja RI, arti kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi dengan sendirinya
akan tetapi ada penyebabnya. Sesuatu yang tidak terencana, tidak terkendali, dan tidak
diinginkan yang mengacaukan fungsi fungsi normal dari seseorang dan dapat
mengakibatkan luka pada pada seseorang (Hinze, 1997)
- Kejadian yang tidak terencana, dan terkontrol yang dapat menyebabkan atau mengakibatkan
luka-luka pekerja, kerusakan pada peralatan dan kerugian lainya (Rowislon dalam Endroyo,
2007)
Dari berbagai definisi di atas menggambarkan bahwa di tempat kerja yang karena ada aktivitas
berkerja dan menghasilkan resiko maka suka tidak suka hal tersebut memiliki potensi terjadi
kecelakaan kerja sehingga pengendalian hukumnya menjadi wajib untuk memperkecil atau nihil
peluang terjadi kecelakaan kerja tersebut.
BAB II

1. Ladasan Hukum K3
A. Sejarah K3 Masa Prasejarah

2. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah sebuah peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya dan senantiasa
dihindari atau diminimalkan dampaknya. Kecelakaan akan mengakibatkan kerugian, baik bagi
penderita maupun pihak terkait secara material. Kecelakaan dapat terjadi dalam bentuk
ketidaksengajaan ataupun direncanakan terlebih dahulu. Menurut ILO atau Organisasi
Perburuhan Internasional, kecelakaan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori,
yaitu:

1. Klasifikasi Kecelakaan Kerja Menurut jenisnya yaitu :

- Terjatuh

- Tertimpa benda yang jatuh dari ketinggian

- Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh

- Terjepit benda

- Gerakan yang melebihi kemampuan

- Pengaruh suhu tinggi

- Terkena arus listrik

- Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi

Sedangkan menurut standar australia as 1885-1 tahun 1990. Klasifikasi kecelakaan dibagi
sebagai berikut:

- Jatuh dari atas ketinggian

- Jatuh dari ketinggian yang sama

- Menabrak objek dengan bagian tubuh

- Terpajan oleh getaran mekanik

- Tertabrak oleh objek yang bergerak


- Terpajan oleh suara keras tiba-tiba

- Terpajan suara yang lama

- Terpajan tekanan yang bervariasi (lebih dari suara)

- Pergerakan berulang dengan pengangkatan otot yang rendah

- Otot tegang lainnya

- Kontak dengan listrik

- Kontak atau terpajan dengan dingin atau panas

- Terpajan radiasi

- Kontak tunggal dengan bahan kimia

- Kontak jangka panjang dengan

- Kontak lainnya dengan bahan kimia

- Kontak dengan, atau terpajan faktor biologi

- Terpajan faktor stress mental

- Longsor atau runtuh

- Kecelakaan kendaraan/mobil

- Lain-lain dan mekanisme cidera berganda atau banyak

- Mekanisme cidera yang tidak spesifik

Tujuan dari pengklasifikasian kejadian kecelakaan kerja tersebut adalah untuk keperluan dalam
melakukan investigasi terjadinya kecelakaan kerja, seperti dimana kecelakaan terjadi, apaya
sedang tenaga kerja lakukan dan peralatan atau material apa yang sedang digunakan.

Sedangkan kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional tahun 1962 adalah
sebagai berikut :

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan


1. Terjatuh.

2. Tertimpa benda jatuh.


3. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.

4. Terjepit oleh benda.

5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.

6. Pengaruh suhu tinggi.

7. Terkena arus listrik.

8. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

9. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau


kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut.

2. Klasifikasi menurut penyebab


A. Mesin.
1. Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.
2. Mesin penyalur (Transmisi).

3. Mesin-mesin untuk pengerjaan logam.

4. Mesin-mesin pengolah kayu.

5. Mesin-mesin pertanian.

6. Mesin-mesin pertambangan.

7. Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.

B. Alat angkut dan alat angkat.

1. Mesin angkat dan peralatannya.

2. Alat angkutan diatas rel.

3. Alat angkutan lain yang beroda, kecuali kereta api.


4. Alat angkutan udara.

5. Alat angkutan air.

6. Alat-alat angkutan lain.

C. Peralatan lain.

1. Bejana bertekanan.

2. Dapur pembakar dan pemanas.

3. Instalasi pendingin.

4. Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik (tangan).

5. Alat-alat listrik (tangan).

6. Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik.

7. Tangga.

8. Perancah (steger).
9. Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.

D. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.

1. Bahan peledak.

2. Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.

3. Benda-benda melayang.

4. Radiasi.

5. Bahan-bahan dan zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.

E. Lingkungan kerja.
1. Diluar bangunan.

2. Didalam bangunan.

3. Dibawah tanah.

F. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut.

1. Hewan.

2. Penyebab lain.

Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tak memadai.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
1. Patah tulang.

2. Dislokasi/keseleo.

3. Regang oto/urat.

4. Memar dan luar dalam yang lain.

5. Amputasi.

6. Luka-luka lain.

7. Luka dipermukaan.

8. Gegar dan remuk.

9. Luka bakar.

10. Keracunan-keracunan mendadak (akut).

11. Akibat cuaca dan lain-lain.

12. Mati lemas.

13. Pengaruh arus listrik.


14. Pengaruh radiasi.

15. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.

16. Lain-lain.

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh


1. Kepala.

2. Leher.

3. Badan.

4. Anggota atas.

5. Anggota bawah.

6. Banyak tempat.

7. Kelainan umum.

Kecelakaan kerja dimungkin terjadi bukan hanya terjadi karna saru factor tapi beberapa factor.
Sehingga dari satu kecelakaan kerja bisa masuk kedalam beberapa klasifikasi yang bersifat
jamak dan ini adalah pencerminan kenyataan. Pengklasifikasian menurut jenisnya bisa
menunjukkan peristiwa langsung yang mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan bagaimana
suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan terjadinya kecelakaan, sehingga
sering dipandang sebagai kunci bagi penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut
penyebab dapat dipakai untuk mengolongkan penyebab atau luka-luka akibat kecelakaan jenis
kecelakaan terjadi yang diakibatkannya. Keduanya membantu dalam usaha pencegahan
kecelakaan dan penggolongan menurut sifat dan letak luka atau kelainan ditubuh juga berguna
bagi penelaahan tentang kecelakaan lebih lanjut dan terperinci sehingga akan membantu dalam
membuat langkah pengendalian kedepan.

3. Jenis – Jenis Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan dan merupakan kejadian yang
tidak terduga serta tidak dikehendaki untuk terjadi di tempat kerja, karna kejadian
tersebut tentunya menimbulkan banyak kerugian, baik materil maunpun non materil.
Adanya kecelakaan kerja bisa menyebabkan cedera, kecacatan hingga kematian pada
pekerja.
Namun, bukan berarti kecelakaan kerja terjadi begitu saja atau “mendadak”. Karena
setiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja pasti memiliki sebab dan akibat.
Penyebab kecelakaan kerja dapat ditelusuri untuk menemukan bagian “error” atau
keadaan unsafety yang menyebabkan hal itu terjadi.
Menurut Bird dan Germain (1990), terdapat tiga jenis kecelakaan kerja, yaitu:
1. Accident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi
manusia maupun terhadap harta benda.
2. Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian.
3. Near miss, yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir menimbulkan
kejadian incident ataupun accident.
Berdasarkan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat jenis, yaitu
(Sedarmayanti, 2011):
1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja.
2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.
3. Kecelakaan di perjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya, melalui jalan yang
wajar).
4. Penyakit akibat kerja.
Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
(Suma’mur,1981):
1. Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan pada hari itu dan bisa
melakakukan pekerjaannya kembali atau istirahat < 2 hari. Contoh: terpeleset, tergores,
terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir.
2. Kecelakaan kerja Sedang, yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan dan perlu
istirahat selama > 2 hari. Contoh: terjepit, luka sampai robek, luka bakar.
3. Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan kegagalan
fungsi tubuh. Contoh: patah tulang.
Namun jika melihat jenis-jenis kecelakaan kerja yang sangat sering terjadi di tempat kerja:
1. Tertimpa Objek di Tempat Kerja
Tertimpa objek seringnya terjadi di pabrik atau proyek di lapangan yang menggunakan banyak
material. Hal ini bisa terjadi karena adanya objek yang terjatuh tanpa bisa diantisipasi oleh
pegawai.
Jatuhnya objek di proyek bangunan bisa terjadi karena disebabkan mesin yang mengalami
masalah atau human error yang membuat objek tidak tersimpan di tempatnya.
Oleh karena itu inspeksi sangat perlu untuk dilakukan dan memastikan jika hal-hal yang
berpotensi untuk membuat cedera dapat diminimalisir semaksimal mungkin.
2. Terpeleset atau Terjatuh
Terpeleset atau terjatuh di tempat kerja sering terjadi di lokasi yang tidak rata atau licin. Hal ini
bisa terjadi di area pabrik ataupun perkantoran.
Meski terkesan sepele, hal ini bisa menjadi serius dan berisiko tinggi jika terjadi pada pekerja
yang berada di lokasi ketinggian. Seperti pada proyek bangunan, pertukangan, memperbaiki
instalasi kabel listrik.
Apabila mereka terpeleset hingga terjatuh tanpa adanya alat pengaman tentu jenis kecelakaan
kerja satu ini akan menjadi masalah serius. Hal ini bisa mengancam keselamatan pekerja,
bahkan berpotensi membuat pekerja mengalami kecacatan hingga kehilangan nyawa.
3. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas masih termasuk jenis kecelakaan di tempat kerja jika terjadi dalam
perjalanan berangkat atau pulang dari atau menuju tempat kerja. Hal satu ini sempat diatur dalam
Undang-Undang No.3 tahun 1992 di pasal 1 poin 6.
Hal ini bisa juga terjadi pada perusahaan yang bekerja dalam bidang perniagaan atau
pengangkutan. Di mana dalam perjalanan dari satu lokasi ke lokasi lain pekerja berpotensi
mengalami kecelakaan lalu lintas.
Oleh sebab itu, sebelum menurunkan pekerja untuk bertanggung jawab atas angkutan,
perusahaan perlu melakukan training terlebih dahulu dan memastikan jika pekerja yang akan
dipercaya benar-benar memenuhi syarat. Baik dari segi izin mengemudi hingga kemampuan
berkendara yang baik.
4. Terkena Benda Tajam atau Mesin
Jenis kecelakaan kerja satu ini kerap terjadi di sektor pekerjaan yang menggunakan mesin atau
benda tajam sebagai alat operasionalnya. Perusahaan benar-benar perlu memperhatikan mutu alat
yang akan digunakan.
Sebisa mungkin telah lolos uji sertifikasi mutu dan juga melakukan inspeksi mendalam sebelum
menyusun K3 yang akan diterapkan. Selain itu, perusahaan juga perlu menyediakan alat
pelindung yang mumpuni untuk menghindarkan cedera karena alat-alat operasional yang
digunakan.
Adapun penggunaan mesin yang bisa terhenti apabila ada masuknya benda asing juga menjadi
tindakan preventif yang bagus.
5. Menghirup Gas Beracun
Gas beracun umumnya terjadi sebagai salah satu jenis kecelakaan kerja tempat kerja yang
berhubungan dengan zat kimia. Hal ini sangat rentan terjadi jika perusahaan tidak memastikan
peralatan pelindung untuk pekerja sudah cukup aman untuk melindungi dari paparan zat kimia.
Menghirup gas beracun bisa menyebabkan berbagai reaksi dalam tubuh. Misalnya keluhan medis
seperti fibrosis pada paru-paru, reaksi alergi pada kulit ataupun mata karena terlalu sering
menghirup gas beracun.\
Untuk itu perusahaan harus menyediakan perlengkapan pelindung yang memadai dan sesuai
dengan aturan supaya pekerja terhindar dari risiko kerja satu ini.
6. Cedera Otot
Cedera otot umumnya terjadi di tempat kerja yang mengharuskan pekerja membawa beban berat.
Area yang kerap tercederai adalah leher dan punggung.
Untuk memimalisir cedera satu ini, ada baiknya jika perusahaan mempertimbangkan
digunakannya suatu alat untuk mempermudah kerja pegawai. Alat bantu yang mampu
mengurangi beban yang harus ditanggung pekerja untuk memindahkan barang.
Jika tidak memungkinkan untuk menyediakan alat, perusahaan perlu memperhatikan jarak yang
perlu ditempuh pekerja untuk memindahkan barang. Sebisa mungkin jaraknya tidak terlalu jauh
dan mudah dijangkau, sehingga bisa meminimalisir cedera otot yang mungkin terjadi.
7. Polusi Suara yang Menyebabkan Gangguan Pendengaran
Bekerja menggunakan mesin yang memiliki suara sangat besar tentu mengancam kesehatan
telinga. Dalam bidang industri ini dikenal dengan istilah industrial deafness apabila tidak
mendapat penanganan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai